BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di dalam bivalvia sebenarnya sangat luas Bivalvia mempunyai dua keping atau belahan yaitu belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu engsel bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot adductor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan cangkang tersebut. Untuk membedakan belahan kanan dan balahan kiri cangkang terkadang mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada bivalvia yang hidup menempel pada benda keras misalnya pada karang, karena pertumbuhan bivalvia ini mengikuti bentuk dari permukaan karang tersebut sehingga bentuknya tidak wajar (Barnes, 1982). Bivalvia tidak memiliki kepala, mata serta radula di dalam tubuhnya, tubuh bivalvia hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang
mencakup semua kerang-kerangan: memiliki sepasang
cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang).
Nama lainnya adalah Lamellibranchia, Pelecypoda,
atau bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk
berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan,
simping, tiram, serta kima; meskipun variasi di
dalam bivalvia sebenarnya sangat luas
Bivalvia mempunyai dua keping atau belahan yaitu
belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh
suatu engsel bersifat elastis disebut ligamen dan
mempunyai satu atau dua otot adductor dalam
cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup
kedua belahan cangkang tersebut. Untuk membedakan
belahan kanan dan balahan kiri cangkang terkadang
mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada
bivalvia yang hidup menempel pada benda keras
misalnya pada karang, karena pertumbuhan bivalvia
ini mengikuti bentuk dari permukaan karang tersebut
sehingga bentuknya tidak wajar (Barnes, 1982).
Bivalvia tidak memiliki kepala, mata serta
radula di dalam tubuhnya, tubuh bivalvia hanya
terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki,
1
mantel, dan organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan
antara dua cangkang tertutup, bergerak memanjang dan
memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap
(Robert et al, 1982).
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui tentang bioekologi
moluska khususnya dari kelas bivalvia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bivalvia
Kelas ini termasuk kerang, tiram, remis, dan
sebangsanya. Mereka biasanya simetri bilateral,
mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel yang
berupa dua daun telinga atau cuping. Tiram, kerang,
dan sebangsanya mempunyai dua cangkang di kedua sisi
tubuh hewan. Karena cangkang ini disebut tangkup
(valve) dan dua buah jumlahnya maka kelas ini
dinamakan Bivalvia. Bentuk cangkangnya digunakan
untuk identifikasi. Sebagian besar hidup di laut,
hanya sedikit yang hidup di darat. Sebagian besar
2
mempunyai kelamin terpisah dan menyebar telur dan
sperma ke air untuk pertumbuhan.
Gambar 2.0 Struktur Tubuh Bivalvia
Kerang tidak mempunyai radula seperti
Gastropoda. Mereka mendapatkan makanannya dengan
cara menyaring dengan system sifon. Mereka tidak
mempunyai kepala atau tentakel yang nyata.
Cangkangnya terdiri dari 3 lapisan, yakni :
1.Lapisan luar tipis, hampir berupa bahan seperti
kulit, hanya lebih keras dan disebut periostrakum
(perostracumi), yang melindungi
2.Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium
karbonat
3.Lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk
oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis.
3
Bagian tertua dari cangkang terletak di gabungan
engsel yang disebut umbo. Pen shell dan rock scallop
mempunyai otot besar di dekat bagian tengah
cangkang. Otot besar ini dimanfaatkan orang sebagai
makanan mahal.
Gambar 2.1 Bagian Dalam dan Luar Cangkang Bivalva
(Carpenter and Niem, 1998)
B. Sistematika Bivalvia
Kelas Bivalvia termasuk salah satu kelas dari
phylum Molusca yang memiliki empat ordo yaitu
Protobranchia, Taxodonata, Dysodonta dan
Pseudolamellibranchia. Kebanyakan hidup di laut
terutama di daerah littoral, beberapa di daerah
pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis laut
hidup sampai kedalaman 5000 m (Swit, 1993).
Suwignyo (1998) membagi Bivalvia dalam 3 sub kelas
diantaranya :
1. Sub kelas Protobranchia
4
Umumnya primitif; filamen insang pendek dan tidak
melipat; permukaan kaki datar dan menghadap ke
ventral; otot aduktor 2 buah.
Ordo Nuculacea
Tidak mempunyai sifon; sebagai deposit feeder
mendapatkan makanan menggunakan proboscides;
Nucula dan Yoldia dan hidup di semua laut terutama
daerah temperate.
Ordo Solenomyacea
Mempunyai sifon; menyaring makanan menggunakan
insang;cangkang mempunyai semacam tirai
(awning); Solen cangkangnya sangat rapuh.
2. Sub kelas Lamellibranchia
Filamen insang memanjang dan melipat, seperti
huruf W; antara filamen dihubungkan oleh cilia
(filabranchia) atau jaringan (eulamellibranchia)
Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge banyak dan sama; kedua otot
aduktor berukuran kurang lebih sama; pertautan
antara filamen insang tidak ada. Arca, Anadara,
dan Barbatia. Penyebarannya luas umumnya di
pantai laut.
Ordo Anisomyaria
Otot aduktor anterior kecil atau tidak ada yang
posterior ukurannya besar, sifon tidak ada;
terdapat pertautan antara filamen dengan cilia;
biasanya sessile; kaki kecil dan memiliki
5
bisus. Beberapa diantaranya : Mitylus, Ostrea, Atrina
dan Pinctada.
Ordo Heterodonta
Gigi pada hinge terdiri atas beberapa gigi
kardinal dengan atau tanpa gigi lateral; insang
tipe eulamellibranchia; kedua otot aduktor sama
besar; tepi mantel menyatu pada beberapa
tempat, biasanya mempunyai sifon. Cardium,
Corbicula, Marcenaria, Tagelus, Mya dan Tridacna.
Kebanyakan hidup di laut.
Ordo Schizodonta
Gigi dan hinge memiliki ukuran dan bentuk yang
berfariasi; tipe insang eulamellibranchia.
Kerang air tawar Pseudodon, Anodonta dan Mutelidea.
Ordo Adapedonta
Cangkang selalu terbuka, ligamen lemah atau
tidak ada; gigi pada hinge kecil atau tidak
ada; tipe insang eulamellibranchia; tepi mantel
menutup, kecuali pada bukaan kaki; sifon besar,
panjang dan menjadi satu; hidup sebagai
pengebor pada subtrat keras. Pengebor tanah
liat dan batu karang, Pholas, Mya, Panope, Teredo, dan
Bankia. Umum terdapat dilaut mana saja
Ordo Anomalodesmata
Tidak ada gigi pada hinge; tipe insang
eulamellibranchia, tetapi lembaran insang
terluar mengecil dan melengkung kearah dorsal;
6
bersifat hermaprodit. Lyonsia, cangkang kecil
dan rapuh, terdapat di laut dangkal Atlantik
dan Pasifik.
3. Sub kelas Septibranchia.
Insang termodifikasi menjadi sekat antara rongga
inhalant rongga suprabranchia, yang berfungsi
seperti pompa. Umumnya hidup di laut dalam
seperti Cuspidularia dan Poromya.
C. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan dimulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara
pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama
dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan
makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan
kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa
diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan
bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan
dikeluarkan melalui anus.
D. Sistem Reproduksi
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki
kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan
dilakukan secara eksternal. Dalam kerang air tawar,
sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari
ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan
suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma
7
yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah
dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva
ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait
dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan
keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai
parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari
kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda.
Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
Gambar 2.2 Diagram Daur Hidup Kerang Air Tawar
E. Habitat Bivalvia
Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara
hidupnya, jenis-jenis Bivalvia mempunyai habitat
yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu
suku dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada
umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau
pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada
yang menempel pada benda-benda keras dengan semacam
serabut yang dinamakan byssal threads. Demikian pula
Nontji (1987), bivalvia hidup menetap di dasar laut
8
dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau
lumpur bahkan pada karang-karang batu. Akan tetapi
pada beberapa spesies bivalvia seperti Mytillus edulis
dapat hidup di daerah intertidal karena mampu
menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan
air (Nybakken, 1992).
Gambar 2.3 Membenamkan Diri Pada Substrat
Menurut Odum (1988), dalam Samingan dan Srigondo
(1993) bahwa binatang infauna seringkali memberikan
reaksi yang mencolok terhadap ukuran butir atau
tekstur dasar laut, sehingga habitat Molusca dari
berbagai lereng pasir lumpur akan berbeda. Menurut
Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-
jenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan
walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup
dalam satu ekosistem.
9
Gambar 2.4 Brachiopoda Yang Melekat Pada
Substrat Keras (Davis,1986)
. Nontji (1993), menyatakan bahwa “pelecypoda
hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan
diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang
menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu”.
Pada beberapa spesies pelecypoda seperti Mytillus edulis
dapat hidup di daerah intertidal karena mampu
menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan
air (Nybakken, 1992).
10
Gambar 2.5 Kerang Hijau melekat pada substrat dengan
benang – benang (Davis,1986)
F. Kebiasaan Makan
Nybakken (1992), menyebutkan berdasarkan pada
makanan dan kebiasaan makannya, jenis-jenis bivalvia
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pemakan
suspensi dan pemakan endapan. Bivalvia umumnya
memperoleh makanan dengan cara menyaring partikel-
partikel yang ada dalam air laut (Nontji,1987). Pada
golongan pemakan endapan, bivalvia ini membenamkan
diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-
sisa zat organik dan fitoplankton yang hidup di
dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan
melalui siphon. Semakin dalam bivalvia membenamkan
diri siphonnya semakin panjang. (Nontji,1987).
G. Peranan Pelecypoda
11
Secara ekologis, jenis Pelecypoda penghuni
kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar
dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan
hutan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa
detritus, pelecypoda berperan dalam proses
dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik
yang bersifat herbivor dan detrivor. Daun mangrove
yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai
dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan
jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi
larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya
menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai
pemangsa detritus. Akar pohon mangrove memberi zat
makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan dan
invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan
udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu
karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari
predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah
mangrove. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau
singgah bertengger dan mencari makan di habitat
mangrove (Irwanto, 2006). Selain berperan sebagai
rantai makanan terhadap ekosistem mangrove
pelecypoda di jadikan makanan, cangkok pelecypoda
bisa dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding,
perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang
suka mengumpulkan berbagai macam cangkang pelecypoda
untuk koleksi atau perhiasan.
12
Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk
mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui
proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak
dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat
mengontrol jumlah kandungan racun akan mengakumulasi
polutan dan jaringan mereka menunjukkan adanya
polutan. Pelecypoda sangat baik mengakumulasi
polutan sehingga digunakkan sebagai biomonitor
polusi (Philips dalam Sitorus, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
13
Mohan Hilman Et All, 2009. Paleontologi ; Bivalvia.Fakultas Teknik Geologi. Universitas Padjdjaran
Nontji Anugerah, 2007. Laut Nusantara. Penerbit :
Djambatan. Jakarta
Romimohtarto Kasijan. Juwan Sri, 2009. Biologi Laut :Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan.Jakarta