Top Banner

of 49

bioethanol from sugar cane

Jul 06, 2018

Download

Documents

fi_del
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    1/49

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    2/49

     

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    3/49

    KATA PENGANTAR

     Assalamu’alaikum wr.wb 

    Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat, karunia serta

    hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Proyek Mini dengan judul

    “Analisa Pengaruh Massa Saccharomyces Cerevisiae  Dan Waktu Fermentasi Terhadap

    Kadar Etanol Dari Tetes Tebu” sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Shalawat dan salam

    semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad S.A.W.

    Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah

    Kerja Praktek di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

     Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

    Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

     besarnya kepada:

    1.  Teristimewa Kedua Orang tua penulis, yang telah mendo’akan dan memberikan

    dukungan, serta motivasi agar penulis dapat sukses dalam menyelesaikan laporan ini

    dengan baik dan benar.

    2. 

    Bapak Dr. Hartono, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

    Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan izin kepada penulis

    untuk melaksanakan proyek mini.

    3.  Bapak Dr. Alex Wenda, ST, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

    Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan izin

    kepada penulis untuk melakukan proyek mini.

    4. 

    Ibu Ewi Ismaredah, S.Kom,. M.Kom, selaku Sekretaris Ketua Jurusan Teknik

    Elektro Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

    5.  Bapak Aulia Ullah, ST, M.Eng, selaku Koordinator Kerja Praktek/ Proyek Mini

    Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

    6.  Ibu Nanda Putri Miefthawati, B.sc, M.sc., selaku dosen pembimbing proyek mini

    yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan

    memberikan petunjuk yang sangat berguna saat penulis menyelesaikan laporan

     proyek mini ini.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    4/49

    7.  Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Elektro UIN SUSKA RIAU, yang telah banyak

    memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk berkonsultasi guna

    menyelesaikan laporan proyek mini ini.

    8. 

    Rekan-rekan Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

    yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang juga turut memberikan dorongan

    semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan proyek mini ini.

    9.  Serta kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, penulis

    hanya dapat mengucapkan terima kasih, semoga bantuan bimbingan dan dukungan

    yang diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

    Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan

    serta kesalahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala saran

    serta kritik yang bersifat membangun, agar lebih baik dimasa yang akan datang.

    Harapan penulis, semoga laporan proyek mini ini dapat berguna bagi penulis sendiri

    khususnya, serta memberikan hikmah dan ide bagi pembaca pada umumnya. Amin.

    Wassalamu’alaikum wr.wb 

    Pekanbaru, 25 Januari 2016

    Penulis

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    5/49

    ANALISA PENGARUH MASSA SACCHAROMYCES CEREVISIAE DAN

    WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DARI

    TETES TEBU

    FIDEL CASTRONIM: 11255102185

    Tanggal Seminar : 28 Januari 2016

    Jurusan Teknik Elektro

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

    Jl. Soebrantas No.155 Pekanbaru

    ABSTRAK

     Energi memiliki peranan yang sangat penting didalam kehidupan manusia, terutama pada

     sektor energi fosil sebagai penunjang kebutuhan. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar fosil

    akan meningkat setiap tahunnya, beriringan dengan bertambahnya populasi manusia. Salah

     satu solusinya beralih ke energi alternatif yaitu bioetanol. Dalam Proyek mini ini, dilakukan

     percobaan mengenai analisa pengaruh massa Saccharomyces Cerevisiae dan waktu

     fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan dari bahan baku tetes tebu. Volume dari

    bahan baku tetes tebu yang digunakan adalah 2 liter. Sedangkan untuk variasi massa

    Saccharommyces Cerevisiae 2.07 gram, 4.14 gram dan 6.21 gram serta lama waktu

     fermentasi dengan variasi waktu 3 dan 4 hari. Pada proses destilasi menggunakan alat

     Reaktor Bioetanol dengan sistem kontrol untuk menjaga suhu konstan tetap di 78oC. Pada

     setiap percobaan menghasilkan etanol dengan volume 100 mL dengan kadar etanol

    optimum yaitu dihasilkan pada massa Saccharmyces Cerevisiae 6.21 gram dan waktu

     fermentasi selama 4 hari. Total kadar etanol yang dihasilkan pada variasi variabel tersebut

     sebesar 55%.

     Kata kunci: tetes tebu , Saccharomyces Cerevisiae, waktu fermentasi, destilasi, bioetanol.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    6/49

    ANALISYS INFLUNCE MASS OF SACCHAROMYCES CEREVISIAE AND

    FERMENTATION TIME FOR LEVEL OF ETHANOL FROM

    MOLASSES

    FIDEL CASTRONumber Student : 11255102185

    Date of Seminar : Januari 28, 2016

    Electrical Engineering Department

    Faculty of Science and Technology

    State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

    Soebrantas Street No.155 Pekanbaru 

    ABSTRACT

     Energy has a very important role in human life, especially in the fossil energy sector as a

     support needs. Estimated that fossil fuel needs will increase every year, in tandem with the

    increase in human population. One of solution is change to alternative energy, that is

    bioethanol. In this Mini Project is conducted experiments about Analisys the influence mass

    of Saccharomyces Cerevisiae and fermentation time to level of ethanol that produced from

    molasses. The volume is used 2 liters of molasses as raw material. While for variation mass

    of Saccharommyces Cerevisiae is 2.07 gram, 4.14 gram dan 6.21 gram and also variation

    of fermentation time is 3 days and 4 days. In the destilation proccess is using reactor

     fermentor with control system to keep the temperature constant at 78oC. In each experiment

    is produced ethanol with volume 100 ml with optimum level of ethanol on variation mass of

    Saccharomyces Cerevisiae is 6.21 gram and fermentation time at 4 days. Total of level

    ethanol that produced on that variation is 55% ethanol content.

     Keywords: molasses, Saccharomyces Cerevisiae, fermentation time, destilation, bioethanol. 

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    7/49

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTAR

    ABSTRAK

    ABSTRACT

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. i

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv

    DAFTAR GRAFIK........................................................................................................ v

    BAB I PENDAHULUAN 

    1.1  Latar Belakang ............................................................................................ I-1

    1.2 

    Rumusan Masalah....................................................................................... I-2

    1.3  Tujuan Masalah .......................................................................................... I-2

    1.4  Batasan Masalah ......................................................................................... I-3

    1.5 

    Sistematika Penulisan ................................................................................. I-3

    BAB II SASARAN DAN MANFAAT

    2.1.  Sasaran ........................................................................................................ II-1

    2.2. 

    Manfaat ....................................................................................................... II-1

    BAB III TEORI

    3.1.  Penelitian Terkait ........................................................................................ III-1

    3.2.  Tanaman Tebu ............................................................................................ III-2

    3.3.  Bioetanol ..................................................................................................... III-4

    3.4.  Saccharomycess cereviceae ........................................................................ III-5

    3.5. 

    Fermentasi .................................................................................................. III-6

    3.6.  Destilasi ...................................................................................................... III-8

    3.6.1.  Evaporasi ........................................................................................... III-11

    3.6.2.  Kondensasi......................................................................................... III-12

    3.7.  Keamanan dan Keselamatan Kerja ............................................................. III-13

    BAB IV LANGKAH KERJA

    4.1.  Diagram Pelaksanaan ................................................................................. IV-1

    4.2. 

    Tahapaan Penelitian .................................................................................... IV-2

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    8/49

    4.2.1. Tahapan Penelitian Alat dan Bahan.................................................. IV-2

    4.2.2. Tahapan Fermentasi .......................................................................... IV-2

    4.2.3. Tahapan Destilasi ............................................................................. IV-3

    4.2.4. Pengujian Hasil Destilasi .................................................................. IV-3

    4.3.  Pengumpulan Data ...................................................................................... IV-3

    4.4.  Pengolahan Data ......................................................................................... IV-3

    4.5.  Analisa Hasil............................................................................................... IV-3

    4.6.  Kesimpulan dan Saran ................................................................................ IV-5

    BAB V BAHAN DAN PERALATAN

    5.1.  Bahan .................................................................................................... V-1

    5.2.  Peralatan ............................................................................................... V-1

    5.3.  Reaktor Bioetanol ................................................................................. V-2

    5.3.1.  Fermentor............................................................................ V-3

    5.3.2.  Evaporator .......................................................................... V-4

    5.3.3.  Kondensor ........................................................................... V-5

    BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

    6.1. Fermentasi ............................................................................................ VI-1

    6.2. Destilasi ................................................................................................ VI-2

    6.3. Analisa Pengaruh Massa Saccharomyces Sereviseae dan Waktu

    Waktu Fermentasi ................................................................................. VI-3

    BAB VII PENUTUP

    7.1.  Kesimpulan ........................................................................................... VII-1

    7.2.  Saran ..................................................................................................... VII-1

    TANDA TANGAN

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    9/49

    DAFTAR GAMBAR

    GambarHalaman

    3.1.  Tanaman Tebu ................................................................................................. III-2

    3.2.  Bentul sel Saccharomycess cereviseae ................................................................ III-6

    3.3.  Alat Destilasi ....................................................................................................... III-9

    4.1.  Flow Chart Metodologi Proyek Mini .................................................................. IV-1

    5.1. Rancangan Alat Tampak Depan .......................................................................... V-1

    5.2. Tabung Fermentasi .............................................................................................. V-45.3. Tabung Evaporasi ................................................................................................ V-4

    5.4. Tabung Kondensasi ............................................................................................. V-5

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    10/49

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman3.1. Komposisi Kandungan pada Tebu .................................................................... III-3

    3.2. Potensi Kandungan Energi Bahan Bakar Nabati di Indonesia ......................... III-4

    5.1.  Bahan yang Digunakan Untuk Fermentasi ....................................................... V-1

    5.2.  Alat yang Digunakan Untuk Fermentasi .......................................................... V-1

    5.3.  Spesifikasi Tabung Fermentasi ......................................................................... V-3

    5.4.  Spesifikasi Tabung Evaporasi .......................................................................... V-4

    5.5.  Spesifikasi Tabung Kondensasi ........................................................................ V-5

    6.1. Komposisi Variabel Tetap Pada Nutrisi Fermentasi ........................................ VI-1

    6.2. Komposisi Variasi Saccharomyces cereviseae dan Tetes Tebu ....................... VI-1

    6.3. Hasil Proses Destilasi ....................................................................................... VI-2

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    11/49

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik Halaman6.1. Pengaruh Kadar Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Etanol ............ III-3

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    12/49

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang

    Energi memiliki peranan yang sangat penting didalam kehidupan manusia. Tidak

    terkecuali pada peranannya sebagai penunjang kebutuhan, baik konsumsi, transportasi atau

     peranan dalam pemenuhan kebutuhan primer lainnya. Dengan pemanfaatan sumber energi

    secara terus menerus, tentunya akan memberikan dampak dengan semakin berkurangnya

    kandungan energi yang berasal dari dalam bumi. Dunia energi saat ini sedang gencar-

    gencarnya mengatasi permasalahan krisis energi berbahan bakar fosil akibat dari konsumsi

    energi berlebih. Sumber energi dari fosil tersebut semakin habis dan telah menyebabkan

    akumulasi karbon dioksida di atmosfer dan efek rumah kaca yang memicu terjadinya

     perubahan iklim. Hal ini mendorong pengembangan sumber energi yang ramah lingkungan

    dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari alam. dan kemudian dikonversikan

    sebagai pengganti bahan bakar fosil yang sering kita kenal dengan istilah energi terbarukan.

    Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Energi terbarukan

    adalah sumber energi yang dihasilkan dan sumber daya energi yang secara alamiah tidak

    akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel ), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut,

    dan suhu kedalaman. Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari nabati, bisa berupa

     biodiesel ataupun bioetanol.

    Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung gula

    dan karbohidrat. Pada umumnya menggunakan proses fermentasi, kemudian dimurnikan

    dengan proses destilasi. Etanol merupakan bahan bakar yang telah dimanfaatkan sebagai

     bahan campuran bensin di negara-negara maju. Teknologi pembuatan etanol sudah sejak

    lama dikenal. Negara-negara penghasil bioetanol seperti Brazil dan Amerika Serikat

    mengembangkan industri pengolahan etanol mulai dari industri pengolahan skala kecil

    sampai dengan industri skala besar. Di Indonesia sendiri banyak sekali terdapat tumbuhan

    yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, salah satunya yaitu tetes

    tebu.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    13/49

    Tetes tebu adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum

    officinarum). Ketersediaan tetes tebu sebagai bahan baku bioetanol di Indonesia cukup 

     banyak. Ketersediaannya berhubungan dengan luas areal perkebunan tebu yang  semakin

    meningkat. Diperkirakan untuk setiap ton tebu akan menghasilkan sekitar 2,7 %  tetes tebu.

    Perkebunan tebu di Indonesia banyak ditemukan di pulau jawa baik Jawa   Barat, Jawa

    Tengah maupun Jawa Timur, Aceh dan Sulawesi Selatan. Tetapi masih ada   perkebunan

    rakyat yang belum terdeteksi karena luas areal kebun yang sempit (Yumaihana, 2010).

    Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Tetes

    tebu yang telah menjadi molase tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih

    mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Tingginya

    kandungan gula dalam tetes tebu sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku

     bioetanol. Dari 1000 kg tetes tebu terkandung 450  –  520 kg gula yang bisa menghasilkan

    250 L etanol. Perbandingan hasil biomassa dengan bioetanol adalah 4 : 1 (Yumaihana,

    2010).

    Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi bioetanol yang dihasilkan dari

     proses fermentasi oleh mikroorganisme, dalam hal ini menggunakan ragi roti

    (Saccharomyces cerevisiae) adalah kadar dari ragi itu sendiri. Selain itu pengaturan waktu

    fermentasi juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi produksi bioetanol. Hal ini sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Irvan (2015) yang menyatakan bahwa, semakin lama

    fermentasi berlangsung maka jumlah mikroba yang dibutuhkan dalam proses tersebut juga

    akan semakin bertambah, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka

    semakin banyak pula karbohidrat yang terurai menjadi alkohol, sehingga alkohol yang

    dihasilkan juga semakin banyak.

    1.2  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah yait1.  Bagaimana menghasilkan energi alternatif bioetanol dari bahan baku tetes tebu?

    2. 

    Bagaimana pengaruh massa Saccharomyces cerevisiae  pada proses fermentasi

    terhadap kadar etanol dari tetes tebu?

    3.  Bagaimana pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol dari tetes tebu?

    4.  Berapakah kadar etanol optimum dari variasi massa Saccharomyces cerevisiae

    dan waktu fermentasi pada tetes tebu?

    1.3  Tujuan Masalah

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    14/49

    1.  Mengetahui pengaruh massa Saccharomyces cerevisiae pada proses fermentasi

    terhadap kadar etanol dari tetes tebu.

    2. 

    Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol dari tetes tebu.

    3. 

    Mengetahui kadar etanol optimum dari variasi massa Saccharomyces cerevisiae

    dan waktu fermentasi pada tetes tebu.

    1.4  Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang:

    1.  Bahan baku bioetanol berasal dari tetes tebu.

    2. 

    Proses untuk menghasilkan etanol terdiri fermentasi, evaporasi dan kondensasi.

    3.  Waktu yang digunakan pada proses fermentasi yaitu 3 hari dan 4 hari.

    4. 

    Fermentasi dari tetes tebu menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan

    variasi massa 2.07 gram, 4.14 gram, dan 6.21 gram.

    5.  Pengukuran kadar etanol dihitung dengan menggunakan alkoholmeter.

    6. 

    Volume etanol yang diambil pada setiap sample sebanyak 100 mL.

    1.5  Sistematika Penulisan

    Secara keseluruhan, penulisan laporan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika

     penulisan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan

    masalah dan sistematika penulisan laporan proyek mini.

    BAB II SASARAN DAN MANFAAT

    Pada bab ini penulis mencoba memaparkan sasaran pembuatan proyek mini dan

    manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian proyek mini.

    BAB III TEORI

    Pada bab ini penulis mencoba memaparkan konsep-konsep serta teori dasar yang

    mendukung penelitian pada proyek mini, keamanan dan keselamatan kerja.

    BAB IV LANGKAH KERJA

    Pada bab ini penulis mempersiapkan alat dan bahan baku, percobaan, dan

     pengambilan data dari percobaan tersebut..

    BAB V BIAYA DAN PERALATAN

    Pada bab ini penulis memaparkan tentang biaya pembuatan dan bahan apa saja yang

    dibutuhkan beserta alat untuk membuat proyek mini. 

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    15/49

    BAB II

    SASARAN DAN MANFAAT

    2.1. 

    Sasaran

    Sasaran dari proyek mini ini adalah menghasilkan bioetanol dari fermentasi tetes

    tebu yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil dan mengetahui komposisi yang

    sesuai untuk menghasilkan kadar etanol yang optimal.

    2.2.  Manfaat

    1. 

    Menambah pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bagi penulis dan mahasiswa

    lainnya tentang prinsip kerja, percobaan dan pengambilan data yang dapat menjadidasar ilmu dalam memproduksi bioetanol.

    2.  Membantu pemerintah dalam kebijakan penghematan penggunaan bahan bakar fosil

    dengan cara beralih ke bioetanol.

    3.  Mendukung program go green, dan menghemat biaya pengeluaran dari masyarakat

    dalam memperoleh bahan bakar, sehingga akan meningkatkan taraf ekonomi

    masyarakat.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    16/49

    BAB III

    TEORI3.1.  Penelitian Terkait

    Penelitian ini yaitu membandingkan pengaruh dari massa Saccharomycess 

    cereviceae dan waktu fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Artinya akan ada

    variabel tetap dan akan ada juga variabel berubah yang akan menjadi parameter setiap

     sample-nya. Berbagai peneltian terkait tentang variasi massa Saccharomycess cereviceae

    dan waktu fermentasi akan dijelaskan sebagai berikut.

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam penelitian Farida (2013) jumlah

    etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan,

    adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuanfermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi. Selain itu, hal-hal yang perlu

    diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula, keasaman, ada

    tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah. Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis

    karbohidrat yang digunakan sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula

    digunakan Saccharomyces cerevisiae.

    Dalam penelitian Agustin (2013), untuk meminimalisir biaya produksi akibat proses

    tersebut digunakan inokulum Saccharomyces cerevisiae  pembentuk flok dan tetes tebu

    sebagai sumber gula. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi penambahan

    inokulum Saccharomyces cerevisiae  pembentuk flok dan konsentrasi sumber gula dalam

    tetes tebu yang tepat dalam produksi etanol yang maksimum. Saccharomyces cerevisiae

    sebanyak 5%, 10%, dan 15% (v/v) diinokulasikan pada medium tetes tebu hasil pretreatment

    dengan kandungan gula 15%, 20%, dan 25% (b/v) pada pH 5. Fermentasi dilakukan pada

    suhu 30°C dan agitasi 100 rpm selama 72 jam. Etanol tertinggi didapat pada kondisi

    konsentrasi inokulum 10% (v/v) dan konsentrasi sumber gula 15% (b/v) yaitu sebesar 8,

    792% (b/v) dengan yield etanol sebesar 65%.

    Penelitian yang dilakukan oleh Tri (2015) menyatakan bahwa, pada awal fermentasi,

    kadar alkohol yang dihasilkan masih rendah, dengan bertambahnya waktu fermentasi, maka

    kadar alkohol yang dihasilkan semakin meningkat. Waktu fermentasi berpengaruh terhadap

    hasil bioetanol karena semakin lama waktuf ermentasi akan meningkatkan kadar bioetanol.

     Namun bila fermentasi terlalu lama maka nutrisi didalam substrat akan habis dan  yeast

    Saccharomyces cereviceae tidak bekerja secara optimal untuk mengkonversi gula karena

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    17/49

     yeast kekurangan makanan dan mengakibatkan kinerjanya menurun sehingga kadar

     bioetanol yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan.

    Pengaruh massa Saccharomyces cereviceae terhadap kadar etanol yang dihasilkan

     juga dijelaskan pada penelitian Kusmiyati (2014), dari data hasil penelitian menunjukkan

     bahwa semakin tinggi suhu fermentasi maka kadar etanol yang dihasilkan semakin rendah,

    sedangkan pengaruh berat  yeast Saccharomyces cerevisiae terhadap kadar etanol yaitu

    semakin banyak berat yeast Saccharomyces cerevisiae maka kadar etanol yang dihasilkan

     juga semakin tinggi namun setelah mencapai berat  yeast maksimal penambahan  yeast

    selanjutnya tidak menaikkan kadar etanol.

    Penelitian mengenai bioetanol telah banyak dilakukan sebelumnya dan menunjukkan

    hasil yang berbeda-beda. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2011),

    dengan menggunakan substrat kulit nanas kemudian difermentasi dengan ragi roti

    (Saccharomy cescerevisiae) selama 4 hari pada suhu 24 - 33°C menghasilkan kadar alkohol

    yang berkisar antara 4,185 % sampai 49%. Hal ini menunjukkan bahwa, lama fermentasi

    Pada penelitian ini, belum mencapai waktu yang optimal. Disisi lain Sari (2008),

    menyatakan bahwa lama fermentasi yang paling optimal untuk proses pembuatan bioetanol

    adalah 3 hari. Jika fermentasi dilakukan lebih dari 3 hari, justru kadar alkoholnya dapat

     berkurang. Berkurangnya kadar alcohol disebabkan karena alcohol tela dikonversi menjadi

    senyawa lain, misalnya ester (Azizah, 2008).

    3.2.  Tanaman Tebu

    Tebu merupakan tanaman yang tumbuh di tempat beriklim tropis. Diperkirakan

    daerah asal tebu adalah Pulau Irian, lalu tanaman ini menyebar ke seluruh daerah Tropis

    dunia. Tanaman ini sudah dibudidayakan secara besar-besaran terutama untuk diambil

    gulanya. Kandungan gula pada tebu diperkirakan sekitar 7-20%, yang terbanyak terdapat pada batang bagian bawah, yakni sampai 20%. Tebu digunakan terutama untuk diambil

    airnya, karena bermanfaat untuk mengobati sakit perut, melegakan tenggorokan, dan

    membersihkan luka (Sa’diah, 2009). 

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    18/49

     Gambar 3.1 Tanaman Tebu

    Salah satu jenis pengolahan bioetanol adalah dengan menggunakan tetes tebu. Tetes

    tebu masih mengandung gula yang cukup banyak, baik sukrosa maupun gula pereduksi.

    Cairan sukrosa dapat diekstrak dengan pengepresan batang yang kemudian difermentasi

    lebih lanjut untuk menghasilkan etanol. Total kandungan gula berkisar antara 48%-56% dan

     pHnya sekitar 5,5-5,6. Tingginya kandungan gula dalam tetes tebu  berpotensi untuk

    dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan etanol. Proses ini biasanya

    membutuhkan 5 tahap, yaitu penggilingan, pengepresan, fermentasi, destilasi, dan dehidrasi

    (Eny, 2009). Tabel 3.1 menjelaskan tentang komposisi dari tebu sebagai berikut.

    Tabel 3.1 Komposisi Kandungan pada Tebu

    (Sumber: Anggraini, 2011)

    No. Komposisi Persentase

    1. Brix 12 - 19

    2. Sukrosa 9 - 17

    3. Gula Reduksi 0,48 - 1,52

    4. Gula Total 10 - 18

    5. Asam Akonitat 1,50- 95

    6. Amilum 0,25

    7. Abu 0,40 - 0,70

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    19/49

    Limbah pengepresan yang biasanya disebut bagase  dimanfaatkan untuk

    memproduksi panas untuk proses distilasi cairan fermentasi melalui pembakaran. Tanah di

    Brasil cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu. Teknologi ini sudah sangat lanjut, tidak

    seperti teknologi produksi etanol dari biomassa (materi berbahan lignoselulosa). Di Negara

    Amerika Serikat, sekarang ini hampir semua etanol diproduksi melalui fermentasi glukosa

    dari jagung dan Brasil sebagai Negara terbesar didunia yang menghasilkan etanol

    menggunakan sukrosa dari tebu (Marris 2006; Sanderson 2006; Goldemberg 2007).

    Tabel 3.2 dibawah memperlihatkan data yang diambil dari Litbang Pertanian (2009),

    tentang potensi kandungan energi beberapa bahan tanaman untuk Bahan Bakar Nabati

    (BBN) di Indonesia.

    Tabel 3.2. Potensi Kandungan Energi Bahan Bakar Nabati di Indonesia

    (Sumber : Litbang Pertanian, 2009)

    Berdasarkan Tabel 3.2, terlihat bahwa Indonesia memiliki massa sebesar 1.324 ton

    kubik per tahun untuk jenis tanaman tebu. Dengan demikian Indonesia menjadi salah satu

     Negara yang dapat memanfaatkan penggunaan tetes tebu untuk menghasilkan etanol.

    3.3. 

    BioetanolBioetanol berasal dari dua kata yaitu "bio" dan "etanol" yang berarti sejenis alkohol

    yang merupakan bahan kimia yang terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati,

    gula sederhana dan selulosa. Biotanol dapat dihasilkan dari tanaman seperti ubi kayu, ubi

     jalar, jagung, tetes tebu, sagu dan lainnya. Setelah melalui proses fermentasi dihasilkan

    etanol. Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen,

    sehingga dapat dilihat sebagai turunan senyawa hidrokarbon yang mempunyai gugus

    hidroksil dengan rumus C2H5OH.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    20/49

    Pada dasarnya etanol memiliki berat jenis sebesar 0.7937 g/mL dan titik didih sebesar

    78.32º C pada tekanan 760 mmHg. Selain itu, etanol juga dapat dilarutkan dalam air dapat

     juga larutkan dalam eter dan etanol mempunyai panas pembakaran 328 Kkal (Hariyanto,

    2012).

    Karakteristik dari etanol yaitu berupa zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik,

    mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan.

    Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun

    anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan sebagai

     bahan baku pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011).

    Menurut Hambali et al . (2007), bioetanol memiliki karakteristik yang lebih baik

    dibandingkan dengan bensin berbasis petrokimia karena beberapa hal:

    1. Bioetanol mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan efisiensi

     pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca;

    2. Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat menggentikan

    fungsi bahan aditif seperti metal tetra butyl eter dan tetra etil timbale;

    3. Bioetanol memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan bensin hanya

    85-96;

    4. Bioetanol bersifat ramah lingkungan, karena gas buangannya rendah terhadap

    senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai karbon monoksida, nitrogen oksida,

    dan gas-gas rumah kaca;

    5. Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari air;

    6. Bioetanol dapat diperbaharui (renewable energy) dan proses produksinya relatif

    lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi bensin;

    Umumnya, penggunaan bioetanol masih dalam bentuk campuran dengan bensin pada

    konsentrasi 10% (E-10) yaitu 10% bioetanol dan 90% bensin. Campuran bioetanol dalam bensin disamping dapat menambah volume BBM, juga dapat meningkatkan nilai oktan

    sehingga mencapai poin ON 92-95. Selain itu, penambahan etanol dalam bensin juga dapat

     berfungsi sebagai pengganti MTBE (metal tetra butyl eter) yang sekarang ini banyak

    digunakan sebagai bahan aditif alam bensin.

    3.4.  Saccharomyces cerevisiae  

    Saccharomyces cereviseae  merupakan mikroorganisme ber sel tunggal dengan

    ukuran antara 5 sampai 20 mikron dan berbentuk bola atau telur. Yeast  dapat tumbuh dalam

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    21/49

    media sederhana yang mengandung karbohidrat yang dapat terfermentasi sebagai penyedia

    energi dan sumber karbon. Karbohidrat sebagai sumber karbon dapat berupa monosakarida

    seperti glukosa dan fruktosa, Selain monosakarida, disakarida (seperti sukrosa dan maltosa)

     juga dapat difermentasi. Substrat yang mengandung glukosa, fruktosa, dan sukrosa secara

    cepat akan digunakan oleh yeast pada tahap awal fermentasi. Sukrosa dihidrolisa oleh enzim

    invertase yang berada di luar membran sel dan dibatasi dinding sel. Sedangkan glukosa dan

    fruktosa yang ada akan masuk ke dalam sel (Umaiyah, 2013). Adapun bentuk dari sel

    Saccharomycess cereviseae ada pada gambar berikut.

    Gambar 3.2 Bentul sel Saccharomycess cereviseae 

    Temperatur pertumbuhan yang optimum untuk Saccharomycess cereviseae adalah

    25-30°C dan pH optimum untuk pertumbuhan sel khamir 4,5-5,5. Beberapa kelebihan

    Saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak,

    tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan

    adaptasi. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu

    unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA,

    amonium dan pepton, mineral dan vitamin (Umaiyah, 2013).

    3.5.  Fermentasi

    Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk

    memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan asam amino

    secara anaerob. Penguraian dari kompleks menjadi sederhana dengan bantuan

    mikroorganisme sehingga menghasilkan energi (Wiratmaja, 2011).

    Fermentasi dapat diartikan juga sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa

     bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman

    susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi senyawa

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    22/49

    nitrogen organik. Menurut Wiratmaja (2011), perubahan gula pereduksi menjadi etanol

    dilakukan oleh enzyme invertrase, yaitu enzim kompleks yang terkandung dalam ragi.

    Reaksinya adalah sebagai berikut :

    C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

    Glukosa Etanol+karbondioksida+(Energi = 118 kJ per mol)

    Ditinjau dari reaksi diatas, terlihat O2 tidak diperlukan, hanya ada pengubahan zat

    organik yang satu menjadi zat organik yang lain (glukosa menjadi etanol). Selanjutnya

    apabila etanol telah melewati rentang waktu fermentasinya maka akan terjadi proses

    fermentasi lanjutan berupa fermentasi asam asetat dimana mula-mula terjadi pemecahan

    gula sederhana menjadi etanol, selanjutnya etanol menjadi asam asetat (Wiratmaja, 2011).

    2C2H5OH + 2 O2  2 CH3COOH + 2H2O

    Bakteri yang aktif :

    1. 

     Acetobacter aceti

    2.   Acetobacter pasteurianum

    3.   Acetobacter oxydans, dan lain-lain.

    Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape, brem, tuak, anggur minuman, bir,

    roti dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi (Sukmawati, 2009):

    1.  Keasaman (pH)

    Tingkat keasaman sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi

    keasaman yang baik untuk pertumbuhan bakteri adalah dengan pH 4-5.

    2.  Mikroba

    Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan

    di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.

    Berbagai macam jasad renik dapat digunakan untuk proses fermentasi antara lain yeast . Yeast  tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media agar-agar atau dalam

     bentuk dry yeast yang diawetkan.

    3.  Suhu

    Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama

    fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan optimal, yaitu

    suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri secara tercepat.

    Pada suhu 30 °C mempunyai keuntungan terbentuk alkohol lebih banyak karena ragi

     bekerja optimal pada suhu itu.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    23/49

    4.  Oksigen

    Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk

    memperbanyak atau menghambat mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan

    oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru

    dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) akan tumbuh

    lebih baik pada keadaan aerobik, tetapi akan melakukan fermentasi terhadap gula

     jauh lebih cepat pada keadaan anaerobic.

    5.  Makanan

    Semua mikroorganisme memerlukan nutrient  yang akan menyediakan:

    a.  Energi biasanya diperoleh dari subtansi yang mengandung karbon.

     b. 

     Nitrogen untuk sintesis protein. Salah satu contoh sumber nitrogen yang dapat

    digunakan adalah urea.

    c.  Mineral yang dipergunakan mikroorganisme salah satunya adalah asam

     phospat yang dapat diambil dari pupuk NPK.

    d.  Vitamin, sebagian besar sumber karbon dan nitrogen alami sudah mengandung

    semua atau beberapa vitamin yang dibutuhkan mikroorganisme.

    3.6. 

    Destilasi

    Destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali, yang

    dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam fraksinya

     berdasarkan perbedaan titik didih. Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa atau

    dektrosa menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen-komponen tertentu

    yang mudah tercampur. Umumnya destilasi berlangsung pada tekanan atmosfer, contoh

    dalam hal ini adalah sistem alkohol air, yang pada tekanan atmosfer memiliki titik didih

    sebesar 78,6

    o

    C (Sukmawati, 2009).Istilah destilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan suatu campuran

    yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui pemanasan. Pemanasan dimaksudkan untuk

    menguapkan komponen-komponen yang lebih mudah menguap (titik didih lebih rendah) dan

    kemudian uap yang diperoleh dikondensasi kembali menjadi cair dan kemudian ditampung

    dalam suatu bejana penerima (Susilo, 2009).

    Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan

    komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada

    distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    24/49

    tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui

     penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Susilo, 2009).

    Pada proses destilasi ini menggunakan alat destilasi sederhana yang terdiri dari

     beberapa bagian, yaitu evaporasi, kondensasi dan menggunakan sistem kontrol dalam

     pengoperasiannya. Alat destilasi sederhana ini dirancang oleh Yurnalis (2015) yang berjudul

    “Rancang Bangun Teknologi Destilasi Bioetanol Hasil Fermentasi Tetes Tebu Sebagai

    Pengganti Bahan Bakar Fosil”. Hasil penelitian yang dilakukan Yurnalis (2015) juga

    menjadi rujukan dalam melakukan penelitian ini.

    Gambar 3.3 Alat Destilasi

    (Sumber: Yurnalis, 2015)

    Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi

    adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan

    larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang

    medidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan

    (Susilo, 2009).

    Destilasi dilakukan melalui tiga tahap: evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai

    uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam kolom, untuk memisahkan komponen

    dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil

    dan kondensasi dari uap, untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil (Susilo, 2009).

    Ada beberapa proses destilasi dalam menghasilkan bioetanol. Proses-proses destilasi

    diantaranya yaitu :

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    25/49

    1.  Proses destilasi normal yaitu suatu proses destilasi dengan menggunakan tekanan

    atmosfer. Pada proses ini titik didih campuran cukup besar perbedaannya, sehingga

     proses pemisahannya mudah dikerjakan. Sebagai contoh yaitu campuran benzen dan

    toluen. Benzene pada tekanan 760 mmHg, titik didihnya 176.2ºC, sedangkan toluen

     pada tekanan 760 mmHg, titik didihnya adalah 231.1ºC. Proses penyulingan juga

    temasuk dalam kelompok proses destilasi normal (Susilo, 2009).

    2.  Proses destilasi bertingkat yaitu suatu proses destilasi dengan letak pengambilan

    hasil bertingkat-tingkat atau setelah didestilasi, hasilnya didestilasi lebih lanjut untuk

    memperoleh konsentrasi yang lebih baik. Proses ini banyak dipakai dalam bidang

    minyak bumi, juga pada proses distilasi campuran azeotrop dengan menambahkan

    komponen ketiga yang dapat larut dalam salah satu komponen pada campuran

    tersebut (Susilo, 2009).

    3.  Proses destilasi vakum yaitu suatu proses destilasi dengan menggunakan tekanan

    yang sangat rendah (vakum), pada proses ini titik didih campuran yang akan

    dipisahkan mendekati sehingga pemisahannya menjadi sulit. Kemudian dengan jalan

    mengubah tekanan operasi akan memberikan perubahan tekanan uap masing-masing

    komponen, sehingga pemisahan dapat dijalankan, sebagai contoh campuran air

    dengan air berat (Susilo, 2009).

    Pada umumnya hasil fermentasi berupa bioetanol atau alkohol yang mempunyai

    kemurnian sekitar 30-40% belum dapat diketegorikan sebagai  Fuel Based Ethanol . Untuk

    memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai

     bahan baker, harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air dengan

    memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan

    kembali untuk memperoleh bioetanol dengan kemurnian hingga 99,5-99,8%. Destilasi

     bertingkat sangat efektif digunakan pada pemisahan fraksi minyak mentah menjadi berbagaikomponennya (Agustin, 2013).

    Untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat

    dipergunakan sebagai bahan bakar harus melewati proses destilasi untuk memisahkan

    alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut

    yang kemudian diembunkan kembali untuk memperoleh bioethanol dengan kemurnian

    hingga 99,5-99,8%. Oleh karena itu untuk mendapatkan FGE, dilaksanakan pemurnian lebih

    lanjut dengan azeotropic destilation dan dehidrasi (Agustin, 2013).

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    26/49

    Dilaporkan bahwa pengolahan bioetanol dengan menggunakan proses destilasi

     bertingkat (dua kali proses destilasi) menghasilkan bioetanol dengan kadar 69,2-89,1%.

    Diharapkan dengan menggunakan destilasi 3 tingkat akan diperoleh bioetanol dengan kadar

    di atas 95% (Agustin, 2013).

    3.6.1 Evaporasi

    Menurut Nurmagfirah (2013), evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua

    kondisi, yaitu:

    1. 

    Evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami

    2.  Evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan

    uap panas ( steam) dalam suatu peralatan.

    Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan

     penambahan panas atau dapat juga didefinisikan sebagai evaporasi adalah peristiwa

    menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri atas zat terlarut yang tidak mudah menguap

    dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah

    air. Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan

    larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,

    diantaranya secara alami dan penambahan steam  ( Nurmagfirah,2013).

    Titik didih dapat didefiniskan sebagai nilai suhu pada tekanan atmosfir atau ada

    tekanan tertentu lainnya, dimana cairan akan berubah menjadi uap atau suhu pada tekanan

    uap dari cairan tersebut sama dengan tekanan gas atau uap yang berada di sekitarnya. Jika

    dilakukan proses penyulingan pada tekanan atmosfir maka tekanan uap tersebut akan sama

    dengan tekanan air raksa dalam kolom setinggi 760 cmHg. Berkurangnya tekanan pada

    ruangan di atas cairan akan menurunkan titik didih. Sebaliknya peningkatan tekanan di atas

     permukaan cairan akan menaikkan titik didih cairan tersebut (Susilo, 2009).Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat dibedakan

    secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih. Pada suhu

    tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi tertentu dan bergerak bebas secara

    tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan hanya bergerak

     pada jarak pendek sebelum dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya

    diubah. Setiap molekul pada lapisan permukaan yang bergerak ke arah atas akan

    meninggalkan permukaan cairan dan akan menjadi molekul uap. Molekul-molekul uap

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    27/49

    tersebut akan tetap berada dalam gerakan yang konstan, dan kecepatan molekul-molekul

    dipengaruhi oleh suhu pada saat itu (Susilo, 2009).

    3.6.2 Kondensasi 

    Kondensasi atau proses pengembunan uap mejadi cairan, dan penguapan suatu cairan

    menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan dengan koefisien pindah panas yang besar.

    Kondensasi terjadi apabila uap jenuh seperti  steam  bersentuhan dengan padatan yang

    temperaturnya di bawah temperatur jenuh sehingga membentuk cairan seperti air (Susilo,

    2009).

    Menurut Brown (1984) dalam prakteknya ada berbagai macam proses destilasi. Hal

    ini disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu untuk pemisahan komponen dalam suatu

    campuran seperti perbedaan titik didih antar komponen yang cukup besar atau kecil dan

    tingkat kamurnian yang diinginkan terhadap produk yang dihasilkan (Susilo, 2009).

    Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara spontan

    dari satu bahan ke bahan lain yang lebih dingin. Kecepatan pindah panas tergantung pada

     perbedaan suhu antara kedua bahan, semakin besar perbedaan suhu antara kedua bahan,

    maka semakin besar kecepatan pindah panas antara kedua bahan tersebut. Perbedaan suhu

    antara sumber panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas.

    Peningkatan perbedan suhu akan meningkatkan gaya tarik sehingga meningkatkan

    kecepatan pindah panas (Susilo, 2009).

    Perpindahan panas dapat melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

    Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang memiliki energi lebih besar ke partikel

    yang berenergi lebih kecil yang merupakan interaksi antara partikel-partikel. Konduksi dapat

    terjadi pada benda padat, cair, dan gas. Contoh konduksi adalah pindah panas melalui

    dinding padat pada ruangan pendinginan (Susilo, 2009).Konveksi adalah cara pindah panas dengan pergerakan sekelompok molekul di

    dalam bahan cair (Earle, 1969). Kumpulan molekul tersebut mungkin bergerak akibat

     perubahan kerapatan atau akibat pergerakan bahan cair. Contoh pindah panas secara

    konveksi adalah proses pemanasan air didalam kuali tertutup tanpa pengadukan, perubahan

    kerapatan menyebabkan pindah panas dengan konveksi alamiah. Apabila dengan

     pengadukan, maka pindah panas terjadi secara paksa (Susilo, 2009).

    Radiasi adalah perpindahan energi panas dengan gelombang elektromagnit, yang

    memindahkan energi panas dari satu bahan ke bahan lain dengan cara yang sama dengan

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    28/49

    dengan cara memindahkan energi cahaya dengan gelombang cahaya elektromaknit (Earle,

    1969). Perpindahan panas secara radiasi merupakan gejala rambatan gelombang

    elektromagnetik. Karena hal tersebut, maka perpindahan energi panas secara radiasi tidak

    memerlukan zat perantara dan merambat secepat cahaya (Susilo, 2009).

    3.7.  Keamanan dan Keselamatan Kerja

    Dalam melakukan proyek mini ini perlu memperhatikan keamanan dan kesehatan

    kerja agar dalam melakukan pekerjaan terhindar dari berbagai macam hal yang dapat

    menimbulkan kecelakaan, antara lain:

    1.  Dalam pembuatan alat destilasi etanol sebaiknya mengetahui fungsi dan jenis

     peralatan yang digunakan.

    2.  Saat melakukan pembuatan alat destilasi etanol sebaiknya dilakukan ditempat yang

    nyaman dan aman serta jauh dari jangkauan anak-anak.

    3.  Saat pengujian sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena terjadi proses

     pemanasan pada bioetanol menggunakan kompor.

    4.  Saat pengujian sebaiknya menggunakan sarung tangan dan masker karena berkontak

    langsung dengan zat kimia.

    5. 

    Saat pengujian hindari api sekitar alat karena etanol mudah terbakar.

    6.  Saat melakukan pengujian hendaknya dilakukan berdasarkan prosedur yang telah

    ditentukan.

    7.  Saat pengujuan sterilkan tempat api dan nahan yang mudah terbakar.

    8. 

    Saat melakukan pengujian hendaknya dilakukan berdasarkan prosedur yang telah

    ditentukan.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    29/49

    BAB IV

    LANGKAH KERJA

    4.1. 

    Diagram Pelaksanaan

    Tidak

    Ya

    Gambar 4.1 Flow Chart Metodologi Proyek Mini

    Studi Literatur

    Proses Fermentasi

    Tetes Tebu

    Pengujian Kadar Etanol

    Bahan Baku Tetes Tebu Yang

    Dihasilkan

    Analisa Pengaruh Massa Ragi

    dan Waktu Fermentasi

    Berhasil

    Proses Destilasi

    Kesimpulan dan Saran

    Selesai

    Mulai

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    30/49

    4.2.  Tahapan Penelitian

    Pada proses penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan agar mendapatkan

    hasil yang sesuai. Proses ini menjadi patokan ketika apabila pada penelitian ini mengalami

    kegagalan, pengujian dimulai dari awal lagi sampai mencapai keberhasilan. Selanjutnya

    apabila berhasil, data-data yang didapat akan dianalisa kemudian digunakan pada laporan.

    Adapun tahapan-tahapan pada penelitian ini diantaranya:

    4.2.1.  Tahapan Persiapan Alat dan Bahan

    1.  Mempersiapkan bahan baku tetes tebu dengan volume 6 liter. Setiap

     percobaan membutuhkan 1 liter tetes tebu yang berarti akan ada 6 sampel

     pada penelitian ini.

    2. 

    Mempersiapkan Saccharomyces cerevisiae  yang akan divariasikan pada

     proses fermentasi. Variasi dari massa Saccharomyces cerevisiae adalah 2.07

    gram, 4.14 gram, dan 6.21 gram.

    3. 

    Mempersiapkan Urea sebanyak 0.54 gram dan NPK sebanyak 4.5 gram pada

    setiap percobaaan. Kedua bahan ini merupakan nutrisi tambahan pada proses

    fermentasi.

    4.  Komponen yang digunakan untuk pembuatan tempat fermentasi yaitu

    membentuk plat stenlis menjadi sebuah tabung, dimana kadar tetes tebu yang

    akan difermentasikan didalam tabung fermentor tidak boleh lebih dari ukuran

    1 liter.

    5.  Mempersiapkan alat destilasi, kompor, gelas ukur, alkohol meter, dan alat

     pembantu lainnya.

    4.2.2.  Tahapan Fermentasi

    1.  Pada percobaan pertama mencampurkan Saccharomyces cerevisiae sebanyak

    2.07 gram, menambahkan Urea 0.54 gram, NPK 4.5 gram dan tetes tebu kedalam tabung fermentor hingga mencapai Volume 1 liter .

    2. 

    Pada massa Saccharomyces cerevisiae sebanyak 2.07 gram disimpan dan

    dibiarkan hingga mencapai waktu 3 hari. Kemudian dilanjutkan pada massa

    4.14 gram dan 6.21 gram dalam waktu fermentasi yang sama.

    3.  Pada percobaan selanjutnya mengikuti tahapan 1, 2 dan 3 tetapi dengan waktu

    fermentasi selama 4 hari.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    31/49

    4.2.3.  Tahapan Destilasi

    1. 

    Hasil fermentasi yang telah didapat dituangkan pada tabung evaporator untuk

    dimurnikan melalui proses evaporasi.

    2. 

    Menghidupkan kompor tepat dibawah tabung evaporator sampai uap

    mengalir ke tabung kondensor dan menghasilkan etanol yang telah

    dimurnikan.

    4.2.4.  Pengujian Hasil Destilasi

    Pengujian ini dengan cara membakar alcohol tersebut. Karena alkohol sangat

    mudah terbakar apabila etanol yang dihasilkan terbakar maka proses destilasi

     berhasil. Kemudian mengukur kadar alkohol dengan alkohol meter untuk

    mendapatkan hasil yang akurat.

    4.3.  Pengumpulan Data

    Data merupakan salah satu komponen proyek mini yang sangat penting. Data yang

    akan digunakan dalam hasil proyek mini haruslah data yang akurat, karena apabila data tidak

    akurat, maka akan menghasilkan informasi yang salah. Pada proyek mini kali ini, data yang

    diambil berdasarkan hasil pengujian dari pembuatan alat destilasi bioetanol menggunakan

     bahan baku dari tetes tebu.

    4.4. 

    Pengolahan Data 

    Data-data yang didapat kemudian diolah, lalu dilakukan perhitungan guna

    mendapatkan besarnya energi yang diperoleh dari alat destilasi yang telah dibuat. Dari

     pengolahan data tersebut akan didapatkan hasil optimum kadar etanol dari beberapa

     percobaan yang telah dilakukan yang nantinya akan dimasukkan dalam laporan penelitian.

    4.5. Analisa Hasil

    Tahap ini yaitu menganalisa secara ilmu pengetahuan dan mengamati serta

    mengidentifikasi dengan apa yang terjadi lapangan. Sedangkan cara untuk menganalisa alattersebut adalah dengan cara observasi seperti mengamati dalam pengujian alat serta hasil

     pada saat pengujian.

    4.6. Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan merupakan rangkuman atau inti dari suatu penelitian yang telah dilakukan

    yang harus sesuai dengan sasaran yang akan kita capai dan saran merupakan suatu masukan

    yang bertujuan untuk memberikan nasehat-nasehat atau masukan yang bersifat membangun

    agar dapat menjadi yang lebih baik lagi pada proyek mini selanjutnya. 

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    32/49

    BAB V

    BAHAN DAN PERALATAN

    5.1.  Bahan

    Ada beberapa bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini.

    Adapun bahan yang akan digunakan diantaranya:

    Tabel 5.1 Bahan yang digunakan untuk fermentasi

    No. Nama Barang Jumlah

    1 Tetes tebu 6 Liter

    2 Saccharomyces Cerevisiae  12,42 gram

    3 Urea 27 gram

    4 NPK 3,24 gram(Sumber: Proyek Mini Tahun 2015)

    5.2.  Peralatan

    Dalam proses destilasi etanol terdapat alat-alat yang digunakan. Adapun alat-

    alatnya sebagai berikut:

    Tabel 5.2 Alat yang digunakan untuk destilasi Bioetanol

    No Nama Fungsi Jumlah Gambar

    1 Reaktor

    Bioetanol

    Alat yang digunakan untuk

    melakukan reaksi-reaksi dalam

     produksi etanol. Terdiri dari

     proses evaporasi dan kondensasi

    1

    2 Alkohol

    Meter

    Mengukur kadar etanol 1

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    33/49

    3 Gelas Ukur Mengukur Volume dari Tetes

    tebu

    1

    4 Botol

    Fermentor

    Memcampurkan tetes tebu,

    Saccharomyces cerevisiae, NPK,

    Urea untuk melakukan proses

    fermentasi.

    3

    5 Botol

    Penampung

    Menampung etanol dari uap

    yang telah dikondensasi.

    6

    6 Timbangan Menimbang kadar

    Saccharomyces cerevisiae, NPK,

    dan Urea.

    1

    (Sumber: Proyek Mini Tahun 2015)

    5.3. Reaktor Bioetanol

    Pada penelitian ini proses yang utama ialah fermentasi, evoporasi dan kondensasi.

    Kualitas kadar etanol yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kinerja setiap komponen dari

    Reaktor Bioetanol. Alat Reaktor Bioetanol dengan sistem kontrol dalam pengoperasiannya

    ini, menggunakan alat Reaktor Bioetanol hasil rancangan Yurnalis (2016). Adapun

    spesifikasi dari Reaktor Bioetanol tersebut sebagai berikut.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    34/49

     

    Gambar 5.1 Rancangan Alat Tampak Depan

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    5.3.1 Fermentor

    Spesifikasi dari tabung fermentasi dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5.3 Spesifikasi Tabung Fermentasi

    No Spesifikasi Ukuran Jumlah

    1 Tabung -  Luas Selimut Tabung = 733,25 cm2 

    -  Luas Tutup Atas = 37,68 cm2 

    -  Luas Tutup Bawah = 37,68 cm2 

    1

    2 Sensor MQ-3 - 1

    3 Socket Drat

    Dalam

    ½ inchi 1

    4 Selonoid Valve 

    12 VDC

    ½ inchi 1

    5 L-Bow ½ Inchi 1

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    Tabung Fermentasi terbuat dari stainless yang tidak mudah berkarat, pada tabung ini

    terdapat sensor MQ-3 terletak di bagian atas tabung atau pada tutup tabung, dan selenoid

    valve terpasang di bagian bawah tabung (Yurnalis, 2016).

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    35/49

     

    Gambar 5.2 Tabung Fermentasi

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    5.3.2. Evaporator

    Spesifikasi dari tabung evaporasi dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5.4 Spesifikasi Tabung Evaporasi

    No Spesifikasi Ukuran Jumlah

    1 Tabung -  Luas Selimut Tabung = 872,72 cm2 

    Luas Tutup Atas = 34,54 cm2 

    -  Luas Tutup Bawah = 34,54 cm2 

    1

    2 Sensor

    DS18B20

    - 1

    3 Kran ¼ inchi 1

    5 Kompor - 1

    6 Pipa Tembaga 5/8 inchi 2 meter

    7 Servo - 1

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    Tabung evaporator terbuat dari bahan stainless, pada tabung ini menghasilkan uap

    dari pemanasan cairan hasil fermentasi, dan tabung ini di lengkapi sensor suhu DS18B20

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    36/49

    Untuk mengatur panas dari pembakaran oleh kompor. Pemanasan bioetanol ini mencapai

    78o C, apabila melewati suhu tersebut maka api dari kompor di kecilkan menggunakan servo

    yang mengatur tuas kompor (Yurnalis, 2016).

    Gambar 5.3 Tabung Evaporasi

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    5.3.3.  Kondensor

    Spesifikasi dari tabung kondensasi dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5.5 Spesifikasi Tabung Kondensasi

    No Spesifikasi Ukuran Jumlah

    1 Tabung -  Luas Selimut Tabung = 1004,8 cm2 

    Luas Tutup Atas = 50,24 cm2 

    Luas Tutup Bawah = 50,24 cm

    2

     

    1

    2 Kran ¼ inchi 3

    3  Neppel   ½ inchi 2

    4 Pipa Tembaga ½ inchi 1 meter

    5 Gelas Ukur - 1

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

    Tabung kondensor terbuat dari bahan stainless, tabung ini di lengkapi 2 kran pada

    sisi atas dan bawah, hal itu untuk mempermudah mengganti air untuk pendinginan hasil uap

    dari tabung evaporator.

    Gambar 5.4 Tabung Kondensasi

    (Sumber: Yurnalis, 2016)

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    37/49

    BAB VI

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    6.1. 

    Fermentasi

    Dalam proses fermentasi ini ada beberapa variabel yang akan digunakan. Variabel-

    variabel ini nanti akan divariasikan berdasarkan perhitungan dan kita akan mengetahui apa

     pengaruh dari variasi variabel-variabel tersebut. Adapun variabel-variabelnya akan

    dijelaskan sebagai berikut.

    a.  Variabel Tetap

    Varibel tetap adalah variabel yang tidak akan diubah atau konstan selama

    dilakukan beberapa percobaan. Komposisi variabel tetap didapatkan berdasarkan

     penelitian Yurnalis (2016) yang merujuk pada Penelitian Umaiyah (2013).

    Komposisi setiap variabel tetap terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 6.1 Komposisi Variabel Tetap Pada Nutrisi Fermentasi

     No. Variabel Persentase (%) Massa (gram)

    1. Urea 0.5 4.5

    2. Pupuk NPK 0.06 0.54

     b.  Variabel Berubah

    Variabel berubah ialah variabel yang diubah pada setiap kali percobaan yang

    dilakukan. Variabel ini nantinya akan menjadi penentu utama dalam mendapatkan

    kadar optimum dari etanol. Adapun komposisi variasinya terlihat pada table

     berikut.

    Tabel 6.2 Komposisi Variasi Saccharomyces cereviseae dan Tetes Tebu

     No. Variabel Persentase (%) Massa (gram) Volume (mL)

    1. Saccharomyces

    Cereviseae 

    0.23

    0.46

    0.69

    2.07

    4.14

    6.21

    -

    -

    -

    2. Tetes Tebu 99.21

    98.98

    98.75

    -

    -

    -

    992.1

    989.8

    987.5

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    38/49

     

    6.2.  Destilasi

    Adapun hasil destilasi pada penelitian terlihat dari tabel berikut.

    Tabel 6.3 Hasil Proses Destilasi

     No. Waktu Fermentasi

    (Hari)

    Waktu Destilasi

    (Menit)

    Massa Ragi

    (gram)

    Kadar Etanol

    (%)

    1.

    3 65

    2.07 40

    4.14 42

    6.21 39

    2.

    4 65

    2.07 50

    4.14 52

    6.21 55

    Proses destilasi bertujuan untuk menguapkan etanol yang terkandung dalam larutan

    kemudian mengembunkan uap tersebut. Uap yang sudah diembunkan tersebut itulah yang

    menjadi hasil etanolnya. Waktu destilasi adalah selama 65 menit pada suhu 80ºC dengan

    mengambil volume setiap  sample-nya masing-masing sebanyak 100 mL. Proses destilasi

    yang dilakukan pada alat Reaktor Bioetanol milik Yurnalis (2016). Karena alat Reaktor

    Bioetanol hanya ada satu set, maka sample dilakukan proses destilasi secara bergantian. Pada

    tahap pertama yaitu melakukan destilasi pada tetes tebu yang telah difermentasi dengan

    massa Saccharomyces Cereviseae  2.07 gram, 4.14 gram dan 6.21 gram dalam waktu

    fermentasi selama 3 hari. Selanjutnya pada tahap kedua dilakukan destilasi pada tetes tebu

    yang sudah difermentasi selama 4 hari.

    Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara variasi dari kadar Saccharomyces

    Cereviseae dan waktu fermentasi terhadap kadar etanol. Ragi Saccharomyces Cereviseae

    yang digunakan belum ragi yang diaktivasi. Ragi berupa serbuk bewarna coklat yang

    terdapat dalam kemasan yang dibeli di Pasar Selasa, Panam.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    39/49

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    2.07 4.14 6.21

       K   a    d   a   r   E   t

       a   n   o    l    (   %    )

    Massa Ragi

    3 Hari 4 hari

    6.3.  Analisa Pengaruh Massa Saccharomyces Cereviseae dan Waktu Fermentasi

    Terhadap Kadar Etanol

    Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat kadar etanol yang

    dihasilkan dari variasi massa ragi Saccharomyces Cereviseae dengan waktu fermentasi.

    Adapun pengaruh dari kedua variabel tersebut dapat dilihat dari Grafik 6.1 yang ada dibawah

    sebagai berikut.

    Grafik 6.1 Pengaruh Kadar Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Etanol

    Dari hasil analisa diperoleh kadar etanol pada waktu fermentasi selama 3 hari

    dengan massa Saccharomyces Cereviseae sebanyak 2.07 gram sebesar 40 %, untuk kadar

    etanol dengan massa Saccharomyces Cereviseae sebanyak 4.14 gram sebesar 42 % dan

    massa Saccharomyces Cereviseae sebanyak 6.21 gram sebesar 39 % . Sedangkan kadar

    etanol pada waktu fermentasi selama 4 hari dengan massa Saccharomyces Cereviseae

    sebanyak 2.07 gram sebesar 50 %, untuk kadar etanol dengan massa Saccharomyces

    Cereviseae sebanyak 4.14 gram sebesar 52 % dan massa Saccharomyces Cereviseae

    sebanyak 6.21 gram sebesar 55 %.

    Terlihat ada peningkatan kadar etanol yang hampir terjadi pada setiap  sample. Hal

    ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, semakin lama fermentasi berlangsung maka

     jumlah mikroba yang dibutuhkan dalam proses tersebut juga akan semakin bertambah,

    sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba maka semakin banyak pula

    karbohidrat yang terurai menjadi alkohol, sehingga alkohol yang dihasilkan juga semakin

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    2.07 4.14 6.21

       K   a    d   a   r   E   t   a   n   o    l

        (   %    )

    Massa Ragi (gram)

    3 Hari 4 hari

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    40/49

     banyak. Proses ini akan terhenti jika kadar alkohol sudah meningkat sampai tidak dapat

    ditolerir lagi oleh mikroba (Irvan, 2015).

     Namun pada massa Saccharomyces Cereviseae sebanyak 6.21 gram dalam waktu

    fermentasi selama 3 hari, terjadi penurunan pada kadar etanol yang dihasilkan. Berdasarkan

    analisa penulis hal ini disebabkan oleh proses fermentasinya yang tidak sempurna. Proses

    fermentasi yang sempurna terjadi pada tabung fermentasi dalam keadaan anaerob. Ternyata

    setelah diteliti tutup pada tabung fermentasi sedikit terbuka, sehingga udara dari luar masuk

    ke tabung fermentasi dan mengganggu proses fermentasi tersebut. Hal ini sesuai dengan teori

    Sukmawati yang menyatakan bahwa Sukmawati (2009), bahwa suhu fermentasi dan oksigen

    adalah bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Yeast di dalam

    fermentasi. Pada suhu ruangan yaitu sekitar 25 sampai 30 °C adalah suhu yang memberikan

     pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri dari pertumbuhan mikroorganisme dalam

    fermentasi. Apabila kondisi pada tabung fermentasi tidak dalam kondisi anaerob yang tidak

    sempurna, maka udara yang membawa panas akan masuk ke dalam tabung fermentasi,

    sehingga menambah suhu pada tabung fermentasi tersebut yang menyebabkan pertumbuhan

    mikroorganisme tidak optimal.

    Sedangkan oksigen pada proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk

    memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Sehingga oksigen yang

     berlebihan pada proses fermentasi akan membuat proses fermentasi tidak sempurna. Hal

    demikian tidak terjadi pada proses fermentasi dengan waktu fermentasi selama 4 hari.

    Karena untuk percobaan selanjutnya tabung fermentasi diganti dengan yang baru sehingga

    hasil yang sama tidak terjadi kembali. Massa Saccharomyces Cereviseae yang banyak juga

     berpengaruh terhadap pertumbuhan Yeast yang juga berpengaruh pada banyaknya

    karbohidrat yang dihasilkan. 

    Sehingga dari beberapa  sample yang dilakukan terhadap massa SaccharomycesCereviseae dan waktu fermentasi, dihasilkan etanol dengan kadar optimum sebesar 55 %

     pada massa 6.21 gram dalam waktu fermentasi selama 4 hari. Sedangkan kadar minimum

    etanol dihasilkan pada massa 2.07 gram dalam waktu fermentasi selama 3 hari adalah

    sebesar 39 %.

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    41/49

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    42/49

    LAMPIRAN

     Lampiran 1

    Dokumentasi

    Komposisi Urea

    Komposisi NPK

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    43/49

     

    Komposisi Massa Saccharomyces

    cereviseae 

    Persiapan Semua Bahan Sebelum

    Fermentasi

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    44/49

     

    Pencampuran Tetes Tebu,

    Saccharomyces cereviseae, Urea

    dan NPK

    Pemanasan tabung evaporator

    dalam proses evaporasi

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    45/49

     

    Tampilan Pembacaan Sensor Suhu

    Proses Kondensasi yang

    Menghasilkan Etanol

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    46/49

     

    Pengujian Kadar Etanol

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    47/49

     Lampiran 2

    Perhitungan Persentase Volume Fermentasi

    Berdasarkan penelitian sebelumnya proses fermentasi menggunakan Ragi sebanyak

    103 gram, Urea sebanyak 225 gram, NPK sebanyak 27 gram pada skala fermentasi 5 liter.

    =  

    =  

    1.  Persentase Ragi = 

    % = . % 

    2. 

    Persentase Urea=

    % = . % 

    3. 

    Persentase NPK=

    % = . % 

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    48/49

     Lampiran 3

    1. 

    Volume Tetes Tebu 

    1. 

    =  

    =.

     

    = .  

    2.  =,

     

    = .  

    3. 

    =

    .

     

    = .  

    2.  Massa Ragi

    1.  =  

    = .

     

    = .  

    2.  =.

     

    = .  

    3.  =.

     

    = .  

  • 8/17/2019 bioethanol from sugar cane

    49/49

    3.  Massa Urea 

    =  

    =.

     

    = .  

    4.  Massa NPK  

    =  

    =.

     

    = .