Top Banner

of 12

BIK Bedah Forensik 2

Jul 08, 2018

Download

Documents

Yeyen Musaini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    1/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak 

    melawan hukum). Dalam buku-buku ilmu forensik pada umumnya ilmu

    forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan

    tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Dalam penyidikan

    suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasilanalisis (pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan

    tersebut.1

    aferstein dalam bukunya !Criminalistics an Introduction to Forensic

    Science”  berpendapat bahwa ilmu forensik ”forensic science“ se"ara umum

    adalah !the application of science to law”.

    #lmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan

    dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam sesuatu

    sesuatu dianggap ilmiah hanya dan hanya jika didasarkan pada fakta atau

     pengalaman (empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap

    orang melalui indranya (positivesme), analisis dan hasilnya mampu

    dituangkan se"ara logis, baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa

    tertentu yang mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat dapat di fahami

    oleh masyarakat luas.1

    Dalam kemajuan teknologi yang sangat pesat dunia dari segi

     pembangunan, ekonomi dan teknologi, masalah sosial juga turut meningkat di

    sebabkan tiadanya keseimbangan di antara kemajuan jasmani dan rohani.

    $erkara tersebut telah di gambarkan oleh %llah &aala di dalam %l-'uran dan

    menegaskan bahwa itu adalah perbuatan buruk dari manusia itu sendiri.

    Firman %llah s.w.t

    !&elah tampak berbagai kerusakan dan bala ben"ana di darat dan di

    lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia,kerana %llah

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    2/31

    hendak memberi pelajaran kepada mereka sebagai balasan dari perbuatan

     buruk yang mereka telah lakukan* (%r-+um1)

    ebagai agama yang mampu menjadi solusi kepada setiap masalah

    yang timbul, #slam telah menetapkan hukum dan undang-undang yang

     berkaitan dengan masalah pidana, untuk menjadi panduan para hakim dan

     pemerintah dalam menjatuhkan hukuman kepada terpidana yang melakukan

    kesalahan. ndang-undang pidana #slam itu terbahagi kepada tiga bahagian

    yaitu 'ishos, hudud dan tair yang akan di jatuhkan apabila "ukup bukti dan

    dalil untuk menyabitkan kesalahan kepada terpidana.

    ebagaimana yang sudah di ketahui oleh semua, bahwa #slam

    menghargai keahlian dan kompetensi seseorang dalam bidang masing-masing

    untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul. Firman %llah s.w.t

    !/aka bertanyalah kamu kepada %hlu %d-dikr (orang yang

    mengetahui) jika kamu tidak mengetahui* (%l-anbiya0)

    Di dalam ilmu pengetahuan, terdapat satu "abang ilmu yang di

    namakan forensik. idang ini membahas prosedur dan langkah-langkah yang

    diambil untuk men"ari bukti-bukti di dalam kasus pidana. %pabila para ahli

    yang terlibat di dalam bidang forensik ini mendapat bukti yang kuat di dalam

    kajian mereka, bukti-bukti inilah yang di bawa ke mahkamah untuk 

    menyebutkan kesalahan bagi individu tersangka.

    Di harapkan agar penjelasan ringkas ini dapat memberi gambaran

    umum tentang bidang ini kepada pemba"a sekalian, insya%llah.

    B. TUJUAN

    /engetahui manfaat dan penilaian tentang bedah forensik dari

     perspektif medis dan perspektif #slam.

    C. MANFAAT

    ntuk memperluas keilmuan tentang bedah forensik dari perspektif 

    medis dan perspektif #slam.

    BAB II

    Baitul Insan Kamil Page 2

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    3/31

    BEDAH FORENSIK DARI PERSPEKTIF MEDIS

    A. DEFINISI BEDAH

    edah atau pembedahan berasal dari bahasa yunani cheirourgia dan

    bahasa Inggris yang artinya pekerjaan tangan 2. edah atau pembedahan

    adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka

    dengan operasi manual dan instrumen. %hli bedah ( surgeon) dapat

    merupakan dokter, dokter gig, atau dokter hewan yang memiliki

    spesialisasi dalam bidang ilmu bedah 3.

    B. DEFINISI BEDAH FORENSIK / MAYAT

    edah forensik 4 mayat se"ara kebahasaan berarti pengobatan

     penyakit dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh seseorang

    yang sakit atau operasi. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Jirahah

    (  جراح )  atau amaliyah bil al jirahah (   براح عملي )  yang berarti melukai,

    mengiris, atau operasi pembedahan .

    edah mayat oleh dokter %rab dikenal dengan istilah رشتاجما5 .

    Dalam bahasa #nggris dikenal dengan istilah autopsy, yang berarti

     pemeriksaan terhadap jasad orang yang mati untuk men"ari sebab-sebab

    kematian. 6ata autopsi juga berasal dari bahasa 7atin, autopsia yang

     berarti bedah mayat 8. Dari penggertian se"ara etimologi dapat dikatakan

     bahwa autopsi adalah pembedahan mayat guna pemeriksaan dalam 0.

    Dalam terminologi ilmu kedokteran autopsi atau bedah mayat berarti

    suatu penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat atauorgan tubuh dan susunannya pada bagian dalam setelah dilakukan

     pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian

    seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab

    misteri suatu tindak kriminal.

    Dengan demikian se"ara umum dapat dipahami bahwa bedah mayat

    adalah suatu upaya tim dokter ahli untuk membedah mayat, karena

    dilandasi oleh suatu maksud atau kepentingan tertentu.

    Baitul Insan Kamil Page 3

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    4/31

    C. PROSPEKTIF MEDIS

    /enurut $eraturan $emerinta +epublik #ndonesia 9omor 1: tahun

    1;:1 tentang edah /ayat 6linis dan edah /ayat %natomis erta

    &ransplantasi %lat dan atau 2 jam (dua kali dua puluh

    empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal

    dunia datang ke rumah sakit.

    2. $asal 3 edah mayat klinis hanya dilakukan di ruangan dalam

    rumah sakit yang disediakan untuk keperluan itu.

    Baitul Insan Kamil Page

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    5/31

    $ada ab ### mengenai bedah mayat anatomis yang pada pasal 5,8,

    dan 0 mengenai bedah mayat anatomis yang berisi

    1. $asal 5 ntuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang

    diperoleh dari rumah sakit dengan memperhatikan syarat-syarat

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan ".

    2. $asal 8 edah mayat anatomis hanya dapat dilakukan dalam

     bangsal anatomi suatu fakultas kedokteran.

    3. $asal 0 edah mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa

    fakultas kedokteran dan sarjana kedokteran dibawah pimpinan

    dan tanggung jawab langsung seorang ahli

    Dari aspek tujuan bedah mayat terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

    1. %utopsi anatomis adalah pembedahan mayat dengan tujuan menerapkan

    teori yang diperoleh mahasiswa kedokteran atau peserta didik kesehatan

    yang lainnya sebagai bahan praktikum tentang teori ilmu urai tubuh

    manusia (anatomi)

    2. %utopsi klinis adalah pembedahan terhadap mayat yang meninggal dirumah sakit setelah mendapat perawatan yang "ukup dari para dokter.

    $embedahan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui se"ara mendalam

    sifat perubahan suatu penyakit setelah dilakukan pengobatan se"ara

    intensif terlebih dahulu, serta untuk mengetahui se"ara pasti jenis

     penyakit yang belum diketahui se"afra sempurna selama ia sakit.

    3. %utopsi forensik adalah pembedahan terhadap mayat yang bertujuan

    men"ari kebenaran hukum dari suatu peristiwa yang terjadi misalnya

     pembunuhan, bunuh diri atau ke"elakaan :.

    %da beberapa alasan yang melandasi dilakukannya pembedahan terhadap mayat

    antara lain

    1. Untuk Kepentin!n Pene!kk!n Huku"

    Baitul Insan Kamil Page 5

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    6/31

    $enyelesaian kejahatan terutama yang berkaitan dengan tubuh dan

    nyawa tidak selalu dapat diselesaikan oleh ilmu hukum sendiri. Dapat

    dikatakan seperti itu karena memang obyek kejahatannya adalah tubuh dan

    nyawa manusia, sedangkan tubuh dan nyawa manusia adalah kajian

     bidang ilmu kedokteran. Dengan demikian seringkali untuk kepentingan

     pembuktian dan penyelidikan sebab-sebab kematian lapangan ilmu hukum

    meminta bantuan kepada bidang kedokteran ;.

     alah satunya #lmu kedokteran dalam hukum pidana diposisikan

    sebagai ilmu pembantu hukum pidana dimana dalam hal penyelesaian

     perkara pidana disebut sebagai ilmu kedokteran forensik. #lmu kedokteran

    forensik berperan dalam pengungkapan kasus-kasus yang berakibat

    timbulnya luka dan kematian, tanpa bantuan ilmu kedokteran forensik 

    mustahil bagi ilmu hukum untuk dapat mengungkapkan misteri kejahatan

    tersebut.

    &anda kematian merupakan "ara yang digunakan untuk 

    menentukan seseorang telah benar-benar mati, banyak pendapat yang

    mendefinisikan tanda kematian (sign of death) ini tetapi yang lebih penting

    untuk diamati dari berbagai tanda kematian ada tiga ma"am yaitu lebam

    mayat (lioris mortis)! kaku mayat (rigor mortis), dan penurunan suhu

    mayat (algor mortis). 6epentingan dari observasi pada tiga hal ini adalah

    untuk menentukan sebab kematian, "ara kematian, dan waktu atau saat

    kematian. ntuk memperoleh kebenaran, maka ilmu kedokteran

    memerlukan teori dan praktek yang laim kita kenal dengan autopsi atau

     bedah mayat. $roses autopsi inilah yang akan mengantarkan kepada hal-hal yang dikenal dengan Seen “"” of #arjes! yaitu perbuatan apa yang

    telah dilakukan= di mana perbuatan itu dilakukan= bilamana perbuatan itu

    dilakukan= bagaimana perbuatan itu dilakukan= dengan apa perbuatan itu

    dilakukan= mengapa perbuatan itu dilakukan dan siapa yang melakukan.1?

    @asil pemeriksaan mayat dan bedah mayat (autopsi) disebut

    sebagai isum et repertum. @asil dari isum et repertum inilah yang dapat

    dijadikan bukti yang dapat dilihat dan ditemukan. %danya isum et 

    Baitul Insan Kamil Page 8

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    7/31

    repertum sebagai hasil dari penyelidikan dapat memberi keterangan

    kepada penegak hukum untuk mengetahui pelaku tindak pidana

    #. Untuk "en$e%!"!tk!n &!nin $!n "!'i( (i)up )!%!" *!(i" "!$!t

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    8/31

    Dalam "ontoh lain, para mahasiswa fakultas kedokteran untuk 

    mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang ilmu urai tubuh

    manusia (anatomi) biasanya melakukan praktikum dengan "ara membedah

    mayat. Dalam praktikum ini organ-organ tubuh yang penting seperti

     jantung, paru-paru, pankreas, ginjal, otak, mata dan lain-lain yang akan

    dijadikan objek penyelidikan diambil dari tubuh mayat. &ujuannya agar 

     para mahasiswa tadi dibekali dengan ke"akapan teknis untuk mendukung

     pengetahuan teoritisnya. @al ini tentu saja dimaksudkan agar mahasiswa

    kedokteran suatu ketika menjadi lebih siap untuk melaksanakan tugas-

    tugas profesionalnya..

    BAB III

    BEDAH FORENSIK DARI PERSPEKTIF ISLAM

    Baitul Insan Kamil Page :

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    9/31

    A. DEFINISI BEDAH FORENSIK DARI BAHASA ARAB

    $erkataan bedah se"ara kebahasaan berarti pengobatan penyakit

    dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh seseorang yang sakit atau

    operasi 1. Dalam bahasa %rab di kenal dengan istilah  Jirahah  (ABCE) atau

    amaliyah bil al jirahah  (ABCGHIJ AKLMN)yang berarti melukai, mengiris atau

    operasi pembedahan 11. edah mayat oleh dokter %rab dikenal dengan istilah

     OP QMHC RSE TUVWHC12 . Dalam bahasa #nggris dikenal istilah autopsy 13, yang

     berarti pemeriksaan terhadap jasad orang yang mati untuk men"ari sebab-

    sebab kematian. 6ata autopsi juga berasal dari bahasa 7atin, autopsia yang

     berarti bedah mayat.1 Dari pengertian se"ara etimologi dapat dikatakan bahwa

    autopsi adalah pembedahan mayat guna pemeriksaan dalam.

    Dalam terminologi ilmu kedokteran autopsi atau bedah mayat

     berarti suatu penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat

    atau organ tubuh dan susunannya pada bagian dalam setelah dilakukan

     pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan menentukan sebab kematian

    seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab misteri

    suatu tindak kriminal.15

    B. SEJARAH BEDAH DI DUNIA ISLAM

    ejak aman +asulullah %X, ilmu kedokteran merupakan ilmu

    yang dipelajari dengan seksama. @aris bin 6aladah adalah seorang dokter aman ahiliah yang masih hidup di aman 9abi %X. Xalaupun ia kafir,

     9abi menyuruh kaum muslimin yang sakit berobat kepadanya. $uteranya

     9adar bin bin kaladah juga menjadi dokter yang terkenal.18

    Dari riwayat ini tampak sekali bahwa 9abi sangat menghargai

     profesi dokter, meskipun ia bukan seorang muslim. emangat ini tentu

    ditangkap dengan baik oleh muslim pada generasi berikutnya untuk 

    mengembangkan ilmu kedokteran. #lmu kedokteran adalah "abang ilmu

    Baitul Insan Kamil Page ;

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    10/31

     biologi yang perkembangannya sangat ditentukan oleh intensitas penelitian.

    &anpa penelitian yang serius ilmu ini tidak akan berkembang.

    Di dunia #slam selama 5 abad pertama peradaban #slam, ada

     beberapa dokter wanita yang terkenal seperti khtu al-@ufaid bin Yuhur dan

     puterinya adalah dokter-dokter wanita yang bekerja di istana 6halifah +aja al-

    /ansur di %ndalusia. Di negeri yam pada masa ani mayyah juga dikenal

    seorang dokter wanita bernama Yainab yang ahli dalam bidang penyakit mata

    dan ilmu bedah.

     9ama-nama besar dalam bidang pengembangan ilmu kedokteran

    seperti al-6indi, al-Farabi, #bnu sina, dan #bnu @ayyan dan lain lain yang

     berjasa dalam meletakkan dasar ilmu kedokteran modern, juga melakukan

     penyelidikan dalam ilmu bedah dan anatomi tubuh meskipun belum terlalu

    detil. $raktik bedah yang mereka lakukan adalah tindakan sebatas penanganan

    yang dilakukan terhadap orang masih hidup, bedah tidak dilakukan terhadap

     jasad orang yang sudah mati.

    &okoh kedokteran muslim yang juga mengembangkan #lmu bedah

    adalah %bu al-Zasim al-Yahrawi al-Zurthubi (;38-1?13), yang dikenal di

    [rofa sebagai %bu"asis. Dia adalah ahli bedah dan dokter gigi muslim

    panyol pada masa pemerintahan %bdurraman ### (:;?-;81). 6aryanya yang

     berjudul al$%asrif li man &rja'a an al$%alif   yang terdiri dari 3? jilid di

    antaranya menerangkan dengan jelas diagram dua ratus ma"am alat bedah.

    %bu"asis menjelaskan "ara membersihkan luka dan perlunya  post mortum

     bagi beberapa jenis mayat untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya.

    %bu"asis juga menulis  *itab al$+ansur  . @ingga abad 15 terjemahan buku

    ini digunakan dalam kuliah kedokteran di niversitas &ubingen

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    11/31

    adalah : jilid kitab &l$Syamil fi al$%ibb (,nsi-lopedi *edo-teran) yang terdiri

    dari 20.??? folio se"ara keseluruhannya. #a juga menulis hasil penelitiannya

    tentang fisiologi dan anatomi tubuh.1: 

    Dari telaahan terhadap sejumlah literatur yang menjelaskan tentang

     perkembangan ilmu kedokteran terutama ilmu bedah, tidak mendapatkan

    literatur yang menunjukan bahwa para dokter muslim yang terkenal di masa

    lalu melakukan praktik bedah mayat dan menyelidiki tubuh manusia seperti

    dewasa ini. esar kemungkinan karena keahlian mereka dalam pengobatan

    telah dapat mengatasi problem kesehatan masa itu, tanpa harus melakukan

     penelitian dan pembongkaran terhadap mayat. 6emungkinan lain karena

    mereka berpegang kepada landasan etik yang dipahami dari ajaran agama agar 

    tidak melakukan pengrusakan terhadap jasad mayat.

    &erlepas dari anggapan di atas, dewasa ini problematika di bidang

    kesehatan dan ilmu kedokteran tentu lebih kompleks. #lmu kedokteran

    membutuhkan penelitian dan pengembangan yang lebih serius untuk 

    memahami kompleksitas di dunia kedokteran. alah satu "ara mengatasinya

    aah dengan melakukan penelitian lebih intensif terhadap fisiologi dan anatomi

    tubuh manusia. Dalam kondisi seperti itu, tindakan autopsi adalah salah satu

    alternatif yang ditempuh.

    C. PANDANGAN ULAMA TENTANG BEDAH FORENSIK 

    e"ara garis besar, dalam hal ini ada dua pendapat

    1. $endapat pertama menyatakan semua jenis autopsi hukumnya haram

    %lasannya hadits berikut, Dari %isyah r.a bahwa +asulullah %X

     bersabda !esungguhnya mematahkan tulang mayat itu sama

    (dosanya) dengan mematahkannya pada waktu hidupnya.* (@+ %hmad,

    %bu Daud, dan #bnu /ajah)

    2. $endapat kedua menyatakan autopsi itu hukumnya mubah (boleh)

    %lasannya, tujuan autopsi anatomis dan klinis sejalan dengan prisip-

     prinsip yang ditetapkan +asulullah %X. Dalam sebuah riwayat

    Baitul Insan Kamil Page 11

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    12/31

    di"eritakan bahwa seorang %rab adui mendatangi +asulullah %X

    seraya bertanya, !%pakah kita harus berobat\* +asulullah %X

    menjawab, !]a, hamba %llah. erobatlah kamu, sesungguhnya %llah

    tidak menurunkan penyakit melainkan juga (menentukan) obatnya,

    ke"uali untuk satu penyakit, yaitu penyakit tua.* (@+ %bu Daud,

    &irmidi, dan %hmad).

    +asulullah %X memerintahkan berobat dari segala penyakit, berarti

    se"ara implisit (tersirat) kita diperintahkan melakukan penelitian untuk 

    menentukan jenis-jenis penyakit dan "ara pengobatannya.

    %utopsi anatomis dan klinis merupakan salah satu media atau

     perangkat penelitian untuk mengembangkan keahlian dalam bidang

     pengobatan. &ujuan autopsi forensik sejalan dengan prinsip #slam untuk 

    menegakkan kebenaran dan keadilan dalam penetapan hukum.

    Dalam literatur fikih kontemporer, ada dua model pendapat.

    $ertama, pandangan mufti /esir, ]usuf %d-Dajwi, yang berkesimpulan

     bahwa praktek demikian itu boleh (jawa). 6edua, pendapat mufti /esir 

    yang lain, /uhammad ukhet al-/ithi, bahwa bedah jenaah hanya

     boleh untuk dua keperluan= mengambil harta orang, misalnya pertama,

    yang tersimpan di perut jenaah, dan menyelamatkan janin di perut ibunya

    yang meninggal. ila untuk penelitian, katanya, tidak boleh (la yajuu).

    $andangan keduanya merupakan hasil takhrij atas kajian pada

    ulama klasik. erupa bahasan tentang hukum bedah mayat pada dua kasus=

    mengambil harta dalam perut jenaah, ahli fikih mahab @anafi

     berpendapat boleh bila almarhum atau almahumah tidak meninggalkanharta yang dapat dijadikan ganti. ebab hak manusia harus didahulukan di

    atas hak %llah.

    Dalam mahab yafii, menurut pendapat yang masyhur, hal itu

    dapat dilakukan se"ara mutlak. egitu pula pendapat #mam ahnun al-

    /aliki. edangkan %hmad bin @anbal tidak membenarkan. Dalam kasus

    mengambil janin, ahli fikih mahab @anafi dan yafii berpendapat

    mubah. edangkan mahab /aliki dan @ambali melarang.

    Baitul Insan Kamil Page 12

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    13/31

    $erbedaan itu berpangkal pada perbedaan memahami hadist 9abi

    kepada penggali kubur agar tidak merusak tulang-belulang yang

    didapatkan dari kuburan. ![ngkau jangan merusak tulang itu, karena

    merusak tulang seseorang yang telah meninggal sama dengan merusak 

    tulang seseorang yang masih hidup,* sabda 9abi, diriwayatkan /alik,

    #bnu /ajah, dan %bu Daud dengan sanad yang sahih.

    $endapat yang melarang operasi perut jenaah berasal dari

     pemahaman hadits itu se"ara mutlak, dalam kondisi apapun. edangkan

    alasan pendapat yang membolehkan adalah darurat, seperti

    menyelamatkan janin dan mengambil harta.

    /enurut ekretaris /ajelis 6ehormatan [tik 6edokteran #katan

    Dokter #ndonesia dr. %gus $urwadianto, pF, @, /si, #ndonesia telah

    memiliki peraturan dan fatwa mengenai bedah mayat, antara lain Fatwa

    /ajelis $ertimbangan 6esehatan dan yara 6ementerian 6esehatan 9o

    41;55, yang menyatakan bedah mayat hukumnya mubah (tidak 

    diharamkan dan tidak dihalalkan).

    Dalam Fatwa 9o 541;50 dijelaskan tata "ara penggunaan mayat

    untuk kepentingan pendidikan. elain itu, ada $eraturan $emerintah 9o

    1:41;:1 tentang edah /ayat 6linis dan edah /ayat %natomis serta

    &ransplantasi %lat dan atau

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    14/31

     &rtinya . +emecah-an tulang orang mati itu sama dengan memecah-an

    tulangnya -eti-a masih hidup

    dalam hadits lain

    ,A{ _J C `N _J |`KN QJ} ~•€} IU{ _J C `N Ic`B .J _J `M Ic`B .M _J `M Ic`B 

    C ~‚ ~HC N KMHC N I L xKLN C OLz ~cHC _N AML } _N ,x} _N2?

     &rtinya . +emecah-an tulang orang mati itu sama dengan memecah-an

    tulangnya -eti-a masih hidup dalam hal dosanya

    7andasan normatif hukum di atas mengisyaratkan keharaman

    melakukan pembedahan terhadap mayat. Di sisi lain, ajaran normatif #slam

     juga menekankan perlunya mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ilmu

    kedokteran yang tujuannya untuk men"apai kemaslahatan hidup manusia.

    %pa yang dikemukakan di atas adalah sebuah problematika.

    $enemuan baru sebagai hasil dari perkembangan teknologi dan ilmu

     pengetahuan yang menjanjikan kemaslahatan menurut penulis tidak 

    seharusnya diabaikan begitu saja. Disiplin ilmu yang sangat penting seperti

    ilmu bedah atau forensik dalam ilmu kedokteran perlu diselaraskan dengan

     prinsip-prinsip hukum #slam, karena ia berada di antara perintah dan

    larangan. 21

    &ulisan ini selanjutnya akan membahas masalah bedah mayat

    dengan pendekatan /awaidul Fi0hiyyah. &ujuannya untuk menentukan

    status hukum bedah mayat dengan mengoperasionalkan kaidah-kaidah fi'ih

    yang telah dirintis oleh para ulama di masa lalu untuk menyikapi masalah-

    masalah fi'ih kontemporer.

    #. Tin&!u!n Huku" I'%!" Te*(!)!p Be)!( M!$!t

    Baitul Insan Kamil Page 1

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    15/31

    $ada bagian ini akan dilakukan pembahasan tentang status hukum bedah

    mayat dalam perspektif hukum #slam dengan menggunakan teori /awaid 

    al$Fi0hiyah.

    !. Untuk Kepentin!n Pene!kk!n Huku"

    %utopsi untuk pemeriksaan mayat demi kepentingan pengadilan dengan

    maksud untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya di sebut juga obductie  22

    Di #ndonesia masalah bedah mayat atau autopsi diatur di dalam $asal 13

    ndang-undang 9o : &ahun 1;:1 tentang @ukum %"ara $idana yang berbunyisebagai berikut

    1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah

    mayat tidak mungkin lagi dihindarkan, penyidik wajib memberitahukan

    terlebih dahulu kepada keluarga korban.

    2. Dalam hal keluarga keberatan penyidik wajib menerangkan dengan

     jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan

    tersebut.

    3. %pabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga

    atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan penyidik segera

    melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 3

    ndang-undang ini. 23

    $asal 133 dari ndang-undang tersebut berbunyi sebagai berikut

    1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang

    korban baik kera"unan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang

    merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan

    keterangan ahli kepada ahli kedokteran dan atau ahli lainnya.

    2. $ermintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    dilakukan se"ara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

    untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan

     bedah mayat.

    Baitul Insan Kamil Page 15

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    16/31

    3. /ayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada

    rumah sakit harus diperlakukan se"ara baik dengan penuh penghormatan

    terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat

    yang dilakukan dengan diberi "ap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari

    kaki atau bagian lain pada mayat.2

    erpijak dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa autopsi

    atau bedah mayat adalah suatu pembedahan atau pemeriksaan pada mayat yang

    dilakukan oleh para tim dokter ahli dengan dilandasi oleh maksud atau

    kepentingan tertentu untuk mengetahui sebab-sebab kematian mayat.25

    Di dalam al-Zuran maupun al-@adits tidak ditemukan anjuran yang tegas

    untuk melaksanakan autopsi untuk keperluan-keperluan tertentu. 9amun tindakan

    untuk melakukan autopsi terhadap mayat, terutama untuk kepentingan

     pembuktian di pengadilan firman %llah dalam surat an-9isa ayat 5: yang

     berbunyi

     &rtinya . #an apabila menetap-an hu-um di antara manusia supaya -amu

    menetap-an dengan adil1

    /aksudnya ayat ini dapat ditarik bahwa dalam menjatuhkan hukum harus

    mengedepankan keadilan, meskipun misalnya untuk menegakkan keadilan

    tersebut ditempuh melalui pembedahan mayat (autopsi) dan pembongkaran

    kuburan si mayat. ebab pada mayat itu terdapat bukti-bukti yang dapat

    mengantarkan penegak hukum sampai kepada sebuah kesimpulan yangmeyakinkan sehingga dapat memutuskan hukuman yang adil.

    ntuk mengetahui status hukum terhadap tindakan autopsi mayat yang

    digunakan sebagai pembuktian hukum di pengadilan dengan menggunakan teori

    /awaid al$Fi0hiyah dapat diterapkan kaidah-kaidah berikut

    21 *aidah 3ertama .

    Baitul Insan Kamil Page 18

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    17/31

    IHC ƒHC „E… †I‡HC ƒHC „MWU 26 

    erdasarkan kaidah di atas, kemudaratan yang bersifat khusus boleh

    dilaksanakan demi menolak kemudaratan yang bersifat umum. ebuah tindakan

     pembunuhan misalnya, adalah tergolong tindak pidana yang mengan"am

    kepentingan publik atau mendatangkan mudharat am. ntuk menyelamatkan

    masyarakat dari rangkaian tindak pembunuhan maka terhadap pelakunya harus

    diadili dan dihukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku. ukti-bukti atas

    tindakan pembunuhan yang dilakukannya harus diperkuat agar ia dapat dihukum

    dan jangan sampai bebas dalam proses pengadilan, oleh karena itu untuk 

     pembuktian itu harus dengan melakukan autopsi atau membedah mayat korban.

    Dari penerapan kaidah ini, dapat disimpulkan bahwa bedah mayat dalam

    hukum #slam diperbolehkan dengan tujuan untuk memelihara kemaslahatan

    masyarakat atau menolak kemudaratan yang bersifat publik, seperti tindak pidana

     pembunuhan. Dengan kata lain, autopsi yang mendatangkan kemudaratan khusus

    (karena merusak mayat), boleh dilakukan untuk melindungi masyarakat dari

    kemudaratan yang lebih besar, yakni bebasnya seorang pembunuh karena tidak 

    terbukti jika tindakan autopsi tidak dilakukan.

    Di dalam hukum #slam, suatu tindakan yang dilandasi oleh alasan untuk 

    menjamin keamanan dan keselamatan diri orang yang hidup harus lebih

    diutamakan daripada orang yang sudah mati.

    41 *aidah *edua .

    ˆCQMHC TKP ̂ CƒHC27 

    Dari kaidah kedua dapat dipahami bahwa persoalan darurat itu

    membolehkan sesuatu yang semula diharamkan.

    erangkat dari fenomena di atas, maka autopsi forensik sangat penting

    kedudukannya sebagai metode bantu pengungkapan kematian yang diduga karena

    Baitul Insan Kamil Page 10

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    18/31

    tindak pidana. Dengan melaksanakan autopsi forensik maka dapat dipe"ahkan

    misteri kematian yang berupa sebab kematian, "ara kematian, dan saat kematian

    korban. ‰isum et repertum sebagai laporan dari pelaksanaan autopsi forensik 

    mempunyai daya bukti dalam proses peradilan sebagai alat bukti surat, keterangan

    ahli, dan petunjuk. eorang @akim tidak dibenarkan mengabaikan hasil isum et 

    repertum apabila memang hanya visum tersebut adalah bukti satu-satunya dan

    atau apabila alat bukti yang lain bertentangan dengan isi visum.

    Dalam proses pembuktian, autopsi adalah tindakan memeriksa tubuh

    mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan

    tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya "edera, melakukan

    interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian

    serta men"ari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan

    dengan penyebab kematian.2:

    Di dalam sebuah negara atau bangsa tegaknya keadilan hukum adalah hal

    yang sangat diperlukan dalam mengatur masyarakat. $enegak hukumlah yang

     paling bertanggungjawab atas tegaknya keadilan hukum di tengah masyarakat.

    &egaknya hukum yang adil dalam perspektif #slam tentu diserahkan pada ahlinya

    agar di dalam penerapannya dengan "ara yang adil dan teratur sebagaimana

    firman %llah X& yang berbunyi

     Š ` ‹ Œ H ‹I J ŠCQ ‹ M   ‹ P Œ Ž}Œ  Š Ic HC _ Œ K ‹J Œ W M ‹  ŒB Œ C‘ Œ’Š Œ I“ Œ L Š‹ }Œ OH Œ’Š Š c Œ Œ…Œ C‹ ‹  ” Œ P  Ž}Œ  ‹     – ‹U Œ Œ C Ž  ’Š—

    erkaitan dengan autopsi, maka penegak hukum harus bekerja samadengan dokter ahli bedah yang dapat diper"aya kejujurannya, agar mayat tersebut

    mendapatkan isum et repertum, sehingga dari hasil penyelidikannya itu memberi

    keterangan yang sebenarnya kepada penegak hukum untuk mengetahui dengan

     baik suatu perbuatan tindak pidana.

    /enjatuhkan sanksi hukum terhadap terdakwa tidak boleh dihalang-

    halangi oleh siapapun dan alasan apapun, misalnya= pelaku kejahatan tidak 

    diketahui, tidak ada tanda-tanda yang dapat dijadikan bukti, pembuktian melalui

    Baitul Insan Kamil Page 1:

    http://aliboron.wordpress.com/Bank%20Data/Bank%20Data/DOKUMEN%20GUE/Dokumen%20Saikhu/SYAIKHU.%20PENTING/JADWAL%20DISKUSI/Kumpulan%20Makalah/SMT%20II/Bedah%20Mayat%20Oke.doc#_ftn22http://aliboron.wordpress.com/Bank%20Data/Bank%20Data/DOKUMEN%20GUE/Dokumen%20Saikhu/SYAIKHU.%20PENTING/JADWAL%20DISKUSI/Kumpulan%20Makalah/SMT%20II/Bedah%20Mayat%20Oke.doc#_ftn22

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    19/31

     penyelidikan biasa sulit dilakukan, maka dalam kondisi seperti ini autopsi atau

     bedah mayat dapat dilakukan sebagai wahana penyelidikan karena dianggap

    sangat diperlukan dalam penegakan hukum. @ajat inilah yang membolehkan hal-

    hal yang diharamkan sebagaimana maksud kaidah fi'hiyah berikut

    51 *aidah *etiga .

    AŠE Œ I Œ H ‹C ˜ Œ  Œ AŒ C Œ  Œ™Œ  Œ   Š̂ C ‹  ƒ  HC ˜ Œ  Œ   ŒC ŒB Œ ™Œ2;

    6aidah ketiga ini menyatakan bahwa tiadanya keharaman dalam kondisi

    darurat, seperti halnya tidak adanya kemakruhan dalam kondisi hajat. /aka jika

    autopsi di atas dipahami sebagai hal yang bersifat darurat, artinya satu-satunya

    "ara membuktikan, maka autopsi itu sudah menempati level darurat, dan karena

    itu status hukumnya dibolehkan.

    61 *aidah *eempat 

    AŠz 

    I€ Œ  ‹CŒ  ‹ • ŒI Œ  AŠ 

    INŒ |Š 

    Œ ‹ ƒ  HCA Œ H Œ 

    Šc ‹ Œ  cP Œ AE 

    ŒI ŒH ‹CŒ3?

    6aidah keempat di atas dapat memperkuat argumentasi kaidah

    sebelumnya. /aksudnya kaidah ini adalah hajat menempati kedudukan darurat,

     baik hajat umum maupun hajat yang bersifar perorangan.31

    Dari kaidah-kaidah di atas, dapat dipahami bahwa autopsi untuk 

    kepentingan penegakkan hukum itu karena keperluan yang berada pada level

    hajat statusnya diperbolehkan di dalam hukum #slam.

    ,. Autp'i Untuk Men$e%!"!tk!n J!nin $!n M!'i( Hi)up )i )!%!"

    R!(i" M!$!t

    Dari tujuan atau motivasi di atas tidak ada didapatkan dalil dari %l-Zuran

    dan %l-@adits yang menyatakan larangan atau suruhan untuk melakukan tindakan

    autopsi terhadap mayat dalam kondisi demikian. 9amun pada prinsipnya ajaran

    #slam memberi tuntutan kepada umatnya untuk berijtihad dalam sesuatu masalah

    Baitul Insan Kamil Page 1;

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    20/31

    yang tidak ada nash-nya, sebagaimana firman %llah dalam al-Zuran surat al-@ajj

    ayat 0: yang berbunyi

     &rtinya . dan berjihadlah -amu pada jalan &llah dengan Jihad yang sebenar$

    benarnya1 #ia telah memilih -amu dan #ia se-ali$-ali tida- menjadi-an untu- 

    -amu dalam agama suatu -esempitan1

    Dalam menentukan status hukum masalah autopsi untuk menyelamatkan

     janin yang masih hidup di dalam rahim mayat dapat diterapkan kaidah-kaidah

    fi'hiyah berikut

    21 *aidah 3ertama .

    IM Œ“ Š šŠ€ Œ CŒ › Š I Œ PŠ ‹ IJ ŠC œ C Œ Œ I“ ŒM Œ Œ N‹ CŒ ~ Œ NŠ  ‹   ŽIP Œ` Œ Œ š ‹ Œ  ž Œ  Œ I Œ P ŒC‘ ŒCŠ32

    Dengan kaidah tersebut dapat dipahami bahwa apabila dua mafsadah

     bertemu dalam suatu waktu, dan kedua mafsadah itu saling bertentangan, maka

    harus diperhatikan mana yang lebih besar mudaratnya dengan mengerjakan yang

    lebih ringan mudaratnya.

    41 *aidah *edua .

    6aidah yang sejalan dengan maksud kaidah pertama di atas adalah

    Ÿ€…C ƒHIJ CU `…C ƒHC33

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    21/31

    tubuh mayat berdasarkan kedua kaidah di atas diperbolehkan menurut hukum

    #slam.

    ahkan dalam persoalan ini %l-yiraji berpendapat bahwa wajib

    hukumnya membedahkan mayat bila mengandung janin yang masih hidup.

    6arena janin tersebut tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya, maka orang

    hiduplah yang berkewajiban untuk menolongnya meskipun dengan melalui

     pembedahan mayat. #a mengatakan

     KMHC _ ¡E ¢£PIJ ~BI¤WC x• ¥ …I“‚QE ¦ ¥ OL ¥B _ § K ‹cŠE Œ I“ Œ ‚ŠQ ‹E Œ  O Š ‚ Œ  |§}Œ Œ  ‹ CŠ  ‹ P ŒI Œ  Ž ‹ CŠ Œ

    3

    &etapi kaidah fi'ih juga membatasi tindakan yang dilakukan terhadap mayat yaitu

    tidak boleh melewati batas-batas tertentu atau melewati batas-batas yang menjadi

    hajat diadakannya pembedahan itu, seperti bunyi kaidah berikut

    51 *aidah *etiga .

     I`¤J `¤J ˆCƒLH TKJ}I 35

    ]ang dipahami dari kaidah ketiga ini, dalam melakukan autopsi dibolehkan hanya

    sebatas keperluan yang ada hubungan dengan keperluan untuk menyelamatkan

     janin.

    61 *aidah *empat .

    Dalam melakukan bedah terhadap mayat yang mengandung janin yang masih

    hidup, tidak boleh berlebihan atau tidak boleh membedah bagian yang tidak ada

    kaitannya dengan hajat tersebut. ebuah kaidah menyatakan

    qŠ` ¨Š OH ŒCŠ © Œ  Œ• ‹CŠ q ῭B Œ  _ ‹ NŒ { Œ  Œ IG Œ P ŒI Œ  „ ”  38

    Dari kaidah di atas dipahami apabila melampaui kebutuhan yang menjadi hajat

    maka hukum bedah mayat menjadi haram.

    Baitul Insan Kamil Page 21

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    22/31

    0. Autp'i Y!n Be*tu&u!n untuk Mene%u!*k!n Ben)! $!n Be*(!*!

    )!*i M!$!t

    $ada bagian terdahulu telah diuraikan "ontoh kasus ini, yakni seseorang

    menelan sesuatu yang bukan miliknya yang mengakibatkan ia meninggal dunia,

    selanjutnya pemilik menuntut agar barang yang ada diperut mayat dikembalikan

    kepadanya. Dalam hal seperti di atas tidak ada "ara lain yang bisa ditempuh

    ke"uali dengan membedah mayat itu untuk mengeluarkan barang yang ada di

     perut mayat.

    /elihat persoalan seperti kasus di atas, perlu ditentukan status hukum

     bedah mayat tersebut apakah dibolehkan atau diharamkan. erdasarkan ajaran

    #slam haram hukumnya seseorang menguasai suatu barang yang bukan haknya.

    &indakan yang demikian akan menjadi ganjalan bagi orang yang mati di alam

    sesudah kematiannya karena ia masih terkait dengan hak orang lain. Dalam

    keadaan mati, orang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. ªleh karena itu orang

    hiduplah yang berkewajiban untuk menolongnya, terutama sekali keluarganya

    yang harus memprakarsai pembedahannya untuk mengeluarkan barang milik 

    orang lain tersebut dari perutnya guna mengembalikan kepada pemiliknya.

    Dengan pendekatan menggunakan /awaid al$Fi0hiyyah  terhadap

     persoalan di atas, status hukum bedah mayat dapat ditentukan menggunakan

    kaidah yang sama seperti di atas, antara lain

    21 *aidah 3ertama .

    IM Œ“ Š šŠ€ Œ CŒ › Š I Œ PŠ ‹ IJ ŠC œ C Œ Œ I“ ŒM Œ Œ N‹ CŒ ~ Œ NŠ  ‹   ŽIP Œ` Œ Œ š ‹ Œ  ž Œ  Œ I Œ P ŒC‘ ŒCŠ30

    41 *aidah *edua .

    Ÿ€…C ƒHIJ CU `…C ƒHC3:

    6asus di atas adalah kasus _UƒHC Ÿ€} «¤P’ artinya, mengambil darurat

    yang lebih ringan di antara dua pilihan yang sama-sama darurat. Darurat pertama

    Baitul Insan Kamil Page 22

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    23/31

    adalah keharaman merusak mayat berhadapan dengan darurat kedua, yaitu

    kesengsaraan si mayat jika barang diperutnya tidak diambil dan dikembalikan

    kepada pemiliknya dengan "ara dibedah.

    Dengan masalah seperti itu pilihan untuk membedah mayat dan

    mengembalikan barang kepada pemiliknya adalah yang harus diambil, karena

    mudaratnya lebih ringan. Dengan demikian tindakan autopsi untuk tujuan di

    dimaksud berdasarkan kedua kaidah yang telah disebutkan di atas diperbolehkan

    menurut hukum #slam.

    ahkan dalam hal seperti ini persoalan ini %bu #shak %sy yirai

    mengatakan bahwa wajib hukumnya membedahkan mayat bila di dalam perutnya

    mengandung barang milik orang lain

    xKš‚ xH|QGHC •I ŽC|QGHC ˆ ¥I“‚QE ¦I“BIz «HI¬ ˆI qKH|QE KMHC ˜LJ ŽC 

    L‚ xPIKB O‚I“L“WC x• ¥ … «GU™ O•ISHC ~cE™C|QG ~“‚AQLH ˆIzI“• … ¦VU `BC ŽI“E 

     AQHC ¦BI“JQLWU 3;

    Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa boleh hukumnya

     bahkan wajib hukumnya membedah mayat apabila dalam perutnya terdapat batu

     permata orang lain dan tidak diwajibkan bila batu permata atas miliknya sendiri.

    ). Autp'i Untuk Kepe*%u!n Pene%iti!n I%"u Ke)kte*!n

    /enurut mar @ubais ? mempelajari ilmu kedokteran adalah wajib atau

     fadhu -ifayah bagi umat #slam, karena +asulullah sendiri berobat, memberi obat

    serta menganjurkan untuk berobat sebagaimana sabdanya yang berbunyi

    _J AI} _N,A®N _JIU{ _N AcKKN _J ŽIKš _`B I.IMN _J IV,AK _JC _JJQJC _`B 

    ¯CIN! “H I¤‚ °C± O‚ ²B IcKLN} L xKLN C OLz ~c ¥HC ŽQH–U ›CN…C ˆ`“ I,³U 

    ´IcE IcKLN „ ,¯C QIU QHI¤‚.²B ±H ¥C µC±‚.I¶K xK€} žN _ žWC _™’ ²HC C ˜ 

    CQHI ,“HC ™’ . ¡Iš x ˜™C ¡C ˜ƒU H,x•Ic,C Ž ¥ ·‚ ¯CIN ,CC`P I °¸C`W• ™ Ž}

    _B ¦L€I °`HC ~¹NCIK€I ¯C QIU 1

    Baitul Insan Kamil Page 23

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    24/31

    alah satu bagian ilmu kedokteran yang sangat penting adalah ilmu bedah.

    #lmu ini menghajatkan pengetahuan yang luas dan dalam tentang anatomi dan

    fisiologi tubuh manusia. ntuk mengembangkan ilmu ini maka penyelidikan

    terhadap organ tubuh manusia menjadi sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan,

     jika perlu mengadakan pembedahan dan pemeriksaan tubuh mayat, memeriksa

    susunan syaraf, rongga perut dalam rangka. @al yang demikian dimaksudkan agar 

    seorang tenaga medis (dokter) dapat menunaikan tugas profesionalnya dengan

     baik, memberikan pengobatan dan menyembuhkan penyakit yang diderita pasien.

    ntuk keperluan tersebut, para dokter dan mahasiswa kedokteran kadang-

    kadang membutuhkan mayat sebagai sarana penelitian untuk pengembangan ilmu

    kedokteran. ]ang menjadi masalah apakah tindakan bedah mayat untuk 

    kepentingan penelitian dan ilmu itu dibolehkan atau diharamkan dalam ajaran

    #slam. %jaran #slam sangat menekankan perlunya mengembangkan ilmu

     pengetahuan termasuk ilmu kedokteran. $engembangan ilmu kedokteran tentu

     bertujuan untuk mensejahterakan umat manusia dan misi #slam se"ara umum

    sejalan dengan tujuan tersebut.

    Dalam tinjauan /awaid al$Fi0hiyah, status hukum bedah mayat untuk 

    keperluan yang demikian dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah-kaidah

     berikut

    21 *aidah 3ertama .

    «EC Q“‚ xJ ™C «ECQHC WU ™I 2

    /elalui kaidah pertama ini, dapat dipahami bahwa sebuah kewajiban yang

    tidak sempurna pelaksanaannya tanpa adanya dukungan sesuatu, maka sesuatu

    tersebut hukumnya wajib pula. Dalam kasus di atas, apabila seorang dokter tidak 

    akan bisa menjalankan tugas-tugasnya dengan baik ke"uali bila ia memahami

    seluk-beluk anatomi tubuh manusia, maka untuk kepentingan yang sesuai dengan

     profesinya ia harus memahami seluk beluk anatomi tubuh manusia, meskipun

    dengan jalan melakukan pembedahan terhadap mayat.

    Baitul Insan Kamil Page 2

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    25/31

    41 *aidah *edua .

    6aidah ini memperkuat kaidah pertama, yaitu

     `zI¤MHC B „^IQLH 3

    /elalui kaidah ini dapat dijelaskan, bahwa sebuah sarana hukumnya sama

    dengan tujuan. /isalnya agama #slam mewajibkan kepada umatnya untuk 

    memelihara kesehatan, maka mempelajari ilmu tentang kesehatan hukumnya

    wajib pula. 6onsekuensi lanjutnya adalah wajib pula menyiapkan prasarana dalam

    menuntut ilmu kesehatan, termasuk sarana praktikum seperti mempelajari anatomi

    tubuh manusia.

    51 *aidah *etiga .

    6aidah ini adalah bersifat umum, namun dalam kasus ini dapat juga digunakan,

    antara lain

    IM Œ“ Š šŠ€ Œ CŒ › Š I Œ PŠ ‹ IJ ŠC œ C Œ Œ I“ ŒM Œ Œ N‹ CŒ ~ Œ NŠ  ‹   ŽIP Œ` Œ Œ š ‹ Œ  ž Œ  Œ I Œ P ŒC‘ ŒCŠ

    61 *aidah *eempat .

    Ÿ€…C ƒHIJ CU `…C ƒHC5

    Dengan menggunakan kaidah-kaidah seperti telah dijelaskan di atas dapat

    disimpulkan bahwa autopsi atau bedah mayat untuk keperluan penelitian ilmu

    kedokteran hukumnya boleh, bahkan jika dipahami sebagai kondisi yang berada

     pada level hajat  maka hukumnya menjadi wajib.

    Baitul Insan Kamil Page 25

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    26/31

    BAB I1

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    edah forensik4mayat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah

     Jirahah atau amaliyah bil al jirahah yang berarti melukai, mengiris, atau

    operasi pembedahan. edah mayat yang dilakukan tanpa tujuan yang benar,

    hukumnya haram.  edah mayat yang dilaksanakan guna menyelamatkan

    manusia, pendidikan dan penegakan hukum diperbolehkan dalam #slam,

    Baitul Insan Kamil Page 28

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    27/31

    yaitu hukumnya mubah (boleh), sepanjang hal itu tidak melewati batas dan

    guna kemaslahatan manusia sebagai makhluk hidup.

    eberapa pendapat ulama hanya disinggung dua permasalahan saja,

    diperbolehkan membedah mayat yakni hanya kepada seseorang yang sedang

    mengandung kemudian meninggal dunia, sedang janin yang ada didalam

     perutnya diperkirakan masih hidup dan juga dalam hal jika seseorang

    meninggal dunia dan didalam tubuhnya terdapat benda berharga, maka

    harus bahkan wajib membedah perutnya.

    B. SARAN

    1. Dalam pelaksanaan otopsi sebaiknya dokter memperhatikan kode etik 

    yang berlaku dan tetap menghotmati mayit selama otopsi berlangsung

    maupun setetelah otopsi.

    2. Dokter tidak ragu dalam mengotopsi guna kepentingan umum, juga

     penegak hukum dalam rangka pembuktian.

    3. @endaknya apabila mayat yang di otopsi itu perempuan, maka dokter 

    yang memeriksa juga perempuan, ke"uali apabila memang tidak 

    ditemukan dokter perempuan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Departemen $endidikan dan 6ebudayaan &im $enyusun 6amus $usat

    $embinaan dan $engembangan bahasa, *amus 7esar 7ahasa Indonesia,

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    28/31

    . %bdul %i Dahlan et.al. 1;;8.  ,nsi-lopedi 8u-um Islam Jilid 2 cet12

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    29/31

    10. Ibid1 h. 25-28. 6arya %bu al-Zasim al-Yahrawi al-Zurthubi kemudian

    menjadi rujukan penting dalam pengembangan ilmu kedokteran di arat

    terutama ilmu forensik.1:. Ibid . h. 281;. #bnu /ajah, Sunan Ibnu +ajah 

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    30/31

    20. %li %hmad %n-9adwi, /awaidul Fi0hiyah, Damaskus Darul 6alam,

    12? @, h. 3?:. Dijelaskan oleh %n-9adwi bahwa dasar kaidah itu

    disandarkan pada al-Zuran antara lain ayat Ÿ•IGW K» A¼M‡ O‚ ¹C _M‚ 

    KBHCQš» I•·‚ 2:. http44www.indonesia."om4f418:21-otopsi-sih2;. %bdul @amid @akim, +ahadiul &wwaliyah,

  • 8/19/2019 BIK Bedah Forensik 2

    31/31

    3. %. Djauli,  *aidah$-aidah fi-ih. *aidah$-aidah 8u-um Islam dalam

     +enyelesai-an +asalah$+asalah yang 3ra-tis,