Top Banner
46 | Page Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja Galed Kelapa Lima Terhadap Pembangunan Industri Pariwisata 4.1 Bentuk Perubahan Identitas 4.1.1 Persembahan Jemaat Sebagai jemaat pesisir yang hidup dan bekerja di kawasan pantai, dulunya jemaat mengenal persembahan natura yang sering terjadi dalam ibadah-ibadah khusus. Di mana ada jemaat yang membawa hasil pertanian dan hasil laut dari hasil melaut sebagai nelayan. Sehingga hal ini menjadi salah satu identitas dari jemaat Galed Kelapa Lima karena kehadirannya yang ada di kawasan pesisir pantai. Identitas yang dulunya tertanam dalam diri mereka sebagai masyarakat pesisir kini telah mengalami perubahan. Seperti yang dikatakan oleh Jenkins individual dan kolektif berkembang secara sistematis. 1 Identitas sebagai kunci dari kenyataan subjektif yang berhubungan dengan dialektif dengan masyarakat. Masyarakat mempunyai sejarah dan di dalam perjalanan sejarah itu muncul identitas-identitas khusus; tetapi, sejarah-sejarah itu dibuat oleh manusia dengan identitas- identitas tertentu. 2 Seperti halnya Jemaat Galed Kelapa Lima memiliki identitas yang berbeda dengan jemaat gereja lain. Interaksi sosial jemaat Galed kini dibentuk kembali dengan lingkungan yang sedang terjadi 1 Jenkins, Sosial Identity,.....45. 2 https://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/03/29/identitas-budaya/
15

Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

Mar 18, 2019

Download

Documents

dangdan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

46 | P a g e

Bab IV

Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja Galed Kelapa Lima

Terhadap Pembangunan Industri Pariwisata

4.1 Bentuk Perubahan Identitas

4.1.1 Persembahan Jemaat

Sebagai jemaat pesisir yang hidup dan bekerja di kawasan pantai,

dulunya jemaat mengenal persembahan natura yang sering terjadi dalam

ibadah-ibadah khusus. Di mana ada jemaat yang membawa hasil pertanian

dan hasil laut dari hasil melaut sebagai nelayan. Sehingga hal ini menjadi

salah satu identitas dari jemaat Galed Kelapa Lima karena kehadirannya

yang ada di kawasan pesisir pantai.

Identitas yang dulunya tertanam dalam diri mereka sebagai

masyarakat pesisir kini telah mengalami perubahan. Seperti yang

dikatakan oleh Jenkins individual dan kolektif berkembang secara

sistematis.1 Identitas sebagai kunci dari kenyataan subjektif yang

berhubungan dengan dialektif dengan masyarakat. Masyarakat mempunyai

sejarah dan di dalam perjalanan sejarah itu muncul identitas-identitas

khusus; tetapi, sejarah-sejarah itu dibuat oleh manusia dengan identitas-

identitas tertentu.2 Seperti halnya Jemaat Galed Kelapa Lima memiliki

identitas yang berbeda dengan jemaat gereja lain. Interaksi sosial jemaat

Galed kini dibentuk kembali dengan lingkungan yang sedang terjadi

1 Jenkins, Sosial Identity,.....45.

2 https://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/03/29/identitas-budaya/

Page 2: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

47 | P a g e

berhubungan dengan kehadiran industri pariwisata yang ada di kawasan

pasisir pantai. Sama halnya yang dikatakan oleh Berger manusia dengan

masyarakat merupakan proses di mana masyarakat merupakan proses

dialektis yaitu objektivasi di mana status realitas objektivasi disandangnya

status realitas objektif oleh hasil-hasil kegiatan manusia. Sehingga hasil

ekspresi oleh manusia menjadi kenyataan sendiri yang terpisah dari

manusia.3 Nilai saing ekonomi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat

Kelapa Lima kini telah tertanam dalam masyarakat Kelapa Lima.

Perubahan profesi masyarakat yang ada seperti halnya yang berprofesi

sebagai nelayanpun terjadi. Jemaat yang paling nyata merasakan

perubahan sosial tersebut adalah jemaat yang berprofesi sebagai nelayan,

di mana identitas sebagai nelayan menjadi terancam karena pantai yang

dulunya menjadi rumah kedua bagi mereka kini telah hilang. Di satu sisi

identitas jemaat Galed harus dipertahankan namun di sisi lain harus bisa

menerima tantangan global dari proses globalisasi itu sendiri. Jika tidak

mempertahankan apa yang sudah ada secara turun temurun sehingga tanpa

filter yang selektif, identitas jemaat Galed akan luntur bahkan terlupakan.

Identitas jemaat Galed sebagai jemaat yang ada di kawasan pantai akan

berubah menjadi identitas jemaat yang berada di industri pariwisata

dengan gedung-gedung yang tinggi dan kokoh, tidak ada lagi nelayan yang

memberikan naturanya berupa hasil tangkapan, dan ini hanya akan

menjadi cerita yang akan dikenang oleh jemaat Galed atau bahkan akan

terlupakan. Seperti yang dikatakan oleh Jenkins bahwa Identitas individual

3 Berger, Langit Suci.....54

Page 3: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

48 | P a g e

dan kolektif berkembang secara sistematis, dan berkembang atas

keterlibatan satu sama lain4

Berdasarkan pemahaman di atas perubahan jemaat Kelapa Lima

dapat dipahami mulai dari tradisi yaitu konsepsi yang dipandang bernilai

dalam komunitas jemaat Galed Kelapa Lima yang dipakai sebagai

pedoman berprilaku. Ini berarti bahwa kebiasaan, selain berupa nilai yang

dibagi bersama, juga konsepsi itu berwujud suatu cara, pola tindakan dan

struktur sosial. Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial yang terlibat

dalam membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur

sosial. Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan) setempat

harus disadari bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal

terdeferensiasi, aktif dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang

kiranya lebih realistis adalah dengan mengganggap bahwa pariwisata

adalah ‘pengaruh luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat”,5 di

mana jemaat mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari

kebudayaan, atau apa yang disebut sebagai proses “turistifikasi”

(touristification). Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih

penting karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk6

hubungan di dalam masyarakat dan jemaat.

Industri Pariwisata yang oleh pemerintah dilaksanakan dalam

seperangkat perencanaan dan pengawasan dapat menjadi salah satu bentuk

4 Nufnini, Tabua Ma Tnek Mese...............

5http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48613/Chapter%20I.pdf;jsess

ionid=060F516A18C74FB713C323661B0B3A5B?sequence=4,1 6 https://www.academia.edu/20341006/DAMPAK_SOSIAL_BUDAYA_PARIWISATA

Page 4: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

49 | P a g e

aspek yang memunculkan suatu polarisasi tertentu.7 Kenyataan

menunjukkan bahwa semaraknya perkembangan jemaat Kelapa Lima

didorong oleh pariwisata dan sebaliknya, industri pariwisara senantiasa

memikat karena karena daya tarik kebudayaan,8 memberikan peluang

untuk meraih manfaat ekonomi. Mengingat budaya dan kinerja ekonomi

berkaitan erat sehingga perubahan pada yang satu akan berpengaruh pada

yang lain. Pergeseran nilai ini yakni dari budaya ekspresif ke budaya

progresif yang lebih mengutamakan nilai ekonomi, juga ditegaskan Darma

Putera9 bahwa pemerintah dan masyarakat melihat adanya kepentingan

pariwisata. Dan melihat konsep “pembangunan” yang mengacuh pada

pengertian ekonomi, yang berarti suatu proses di mana real per capita

income dari suatu negara meningkat dalam suatu masa panjang, dan dalam

masa yang bersamaan jumlah penduduk yang “di bawah garis

kemiskinan” tidak bertambah dan distribusi pendapatan tidak makin

senjang.10

Masalah pembangunan yang berwujud permasalahan nyata yang

mendesak seperti kehilangan lahan kerja, kebutuhan akan pekerjaan,

perumahan, lahan terbuka hijau dan merasakan kehilangan nilai-nilai yang

biasanya memberi makna pada kehidupan.11

Hal inilah yang sedang

7 Nyomanyudarmita, Young, Culture,Toursm,

https://student.unud.ac.id/nyomanjudarmita/news/14968 8Darma Putra, Solusi-Solusi Pembangunan:Bali Kebudayaan di antara Pariwisata,

Demokratisasi dan Terorisme (Denpasar:Kerjasama Departemen Kebudayaan dan pariwisata Republik Indonesia dan Universitas Udaya, 2006), 7.

9Nyomanyudarmita, Young, Culture,Toursm,.....

10 Amri Marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 59-

60. 11

Peter L.Berger, Piramida Kurban Manusia, Pembangunan-Kebijaksanaan Politik, Teori, terjemahan A. R Toleng, (Jakarta: LP3ES, 2004),11.

Page 5: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

50 | P a g e

dirasakan oleh sebagian besar jemaat Galed bahwa nilai ekonomi dari

kehadiran industri pariwisata tidak sangat membantu mereka keluar dari

kehidupan yang lebih baik. Manfaat nilai ekonomi hanya membuat mereka

berlomba-lomba bahwakan dapat menyingkirkan yang lain, karena

tentulah modal usaha yang banyak yang dapat bertahan sehingga nilai

persaudaraan, kebersamaan itupun perlahan menjadi luntur diganti dengan

nilai saing yang tinggi.

Kehadiran pariwisata terhadap kebudayaan pada masyarakat tuan

rumah dapat dibedakan menjadi perkara: 1) pengaruh dalam kehidupan

ekonomi, apabila kegiatan pariwisata itu dapat meningkatkan kesempatan

kerja dan tingkat kemakmuran. 2) pengaruh kehadiran wisatawan

mancanegara dengan kebiasaan busananya yang sebenarnya asing bagi

bagi masyarakat tuan rumah. Kemakmuran, apabila tidak dipandu baik

dengan suatu sikap budaya yang benar akan dapat mengembangkan nilai-

nilai budaya yang berubah misalnya dari adat kekeluargaan dan gotong

royong kearah sikap “semua bisa dengan uang”12

.

Kehadiran wisatawan dengan segala adat kebiasaan tidak jarang

juga menimbulkan efek “meniru” pada penduduk setempat (meniru hal

baik dan buruk). Dan dalam jangka waktu tertentu dapat menggeser nilai-

nilai budaya setempat. Hal ini tentulah bertolakbelakang dengan

pembangunan perspektif kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial

merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi

masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat

12

http://e-journal.uajy.ac.id/2260/3/2SOS03146.pdf

Page 6: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

51 | P a g e

melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial.

Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan

hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri

dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat dilakukan

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan

sosial.13

Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif,

sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki

pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan nilai

yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat

kesejahteraan.14

4.1.2 Ibadah Kategorial

Ibadah kategorial seperti ibadah pemuda dan ibadah Persekutuan

Anak dan Remaja (PAR) sering dilakukan di kawasan pantai. Kini wisata

rohani sudah tidak dilakukan bisa dilakukan lagi di kawasan pantai Kelapa

Lima. Dengan adanya pariwisata yang masuk di kawasan Kelapa Lima,

masyarakat memiliki suatu kesadaran global yang mendorong mereka

untuk melakukan suatu perubahan, yang berdampak pada identitas kultur

mereka. Identitas kultur merupakan suatu proses yang berjalan dan

mengalami perubahan sesuai dengan situasi yang terjadi. Dengan kata lain,

13

James, Pembangunan Sosial........23 14

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11468/BAB+III+Kerangka+Pemikiran_+I09cha.pdf;jsessionid=DA3AD48D14CF38D724D47373AB2D72BE?sequence=7

Page 7: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

52 | P a g e

global consciousness (kesadaran global) yang merupakan motor dari

globalisasi.15

Dengan kehadiran pariwisata di tengah masyarakat Kelapa Lima ini

memberi peluang sekaligus tantangan bagi jemaat Galed Kelapa Lima.

Nilai merupakan suatu prinsip etis dan ideal, yang berhubungan dengan

hal universal, secara spesifik merupakan persepsi moral yang ada sesuai

dengan konteks masing-masing.16

Jemaat Galed menerima kehadiran

pariwisata yang masuk dalam kehidupan mereka, meskipun pada awalnya

mereka tidak begitu menerima kehadiran pariwisata ini, namun dengan

pemahaman baru yang diberikan kepada mereka bahwa pariwisata

berfungsi untuk menguatkan identitas lokal, sehingga jemaat menerima

dan memberdayakan pariwisata yang ada. Contohnya saja dengan bentuk

persembahan jemaat berupa natura (hasil melaut) yang dipersembahkan di

gereja seperti waktu lampau.

4.1.3 Jemaat yang individualis

Sosial ekonomi salah satunya akan terjadi kesenjangan status sosial

ekonomi dimana ini merupakan keadaan yang tidak seimbang di bidang

sosial dan ekonomi dalam kehidupan di masyarakat, artinya ada jurang

pemisah yang lebar antara si kaya dan si miskin di mana akibatnya akan

timbul ketidakmerataan pembangunan. Jika hal ini tidak segera di

tanggulangin maka akan menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat

15

Chris Rumford, Cosmpolitan Spaces: Europe, Globalization, Theory (New York: Routledge, 2008), 135.

16Steve Bruce and Steven Yearley, "Values," in The Sage Dictionary of Sociology

(California: SAGE Publications Inc, 2006), 314.

Page 8: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

53 | P a g e

menyebabkan keresahan dalam jemaat. Dari kesenjangan itu maka akan

muncul hal-hal seperti berikut: yang pertama dari segi sosial yang dapat

terjadi adalah lahirnya kelompok-kelompok sosial tertentu seperti

kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima. Dampak positif

perubahan sikap dan cara berfikir masyarakat yang sebelumnya irasional

menjadi rasional. Karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan

mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian

berkembang dan maju di waktu sekarang ini.17

Pada akhirnya, taraf

ekonomi jemaat pesisir dipastikan akan semakin merosot.

4.1.4 Kehadiran Jemaat dan Pola berbusana

Pariwisata merupakan suatu hal yang menarik dalam kajian

sosiologis, alasannya bahwa dampak dari pariwisata yang menghubungkan

antara orang asing (turis) dan orang lokal. Di dalam pariwisata ini terdapat

suatu hal yang saling bertentangan, yakni akibat dari pembangunan

pariwisata menyebabkan hancurnya hal-hal yang bersifat otentik dan

lingkungan yang murni. Hal tersebut berpengaruh kepada budaya lokal dan

pembangunan ekonomi dan sosial yang terjadi di sekitar masyarakat.18

Pariwisata melakukan transformasi dalam bentuk yang berbeda melalui

17

http://mr-kazikame.blogspot.co.id/2013/05/dampak-positif-dan-negatif-era.html 18

Steve Bruce and Steven Yearley, "Tourism," in The Sage Dictionary of Sociology (California: SAGE Publications Inc, 2006), 304.

Page 9: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

54 | P a g e

diskursus global dari konsumerisme, yang merupakan sebuah proses

melalui 'orang lain' menjadi sebuah komoditi untuk dikonsumsi.19

Kehadiran wisatawan mancanegara dengan kebiasaan dan pola

busana yang sebenarnya asing bagi masyarakat tuan rumah tak dapat

dipungkiri juga pola berbusana yang semakin modern yang dibawa oleh

para wisatawan membuat jemaatpun mengikuti pola busana dari luar.

4.2 Peran Gereja Galed Kelapa Lima

4.2.1 Gereja berdiam dalam zona zamannya

Berbicara mengenai agama (gereja) berarti berbicara juga

mengenai budaya dalam hal ini termasuk pariwisata. Geertz mengatakan

bahwa agama menjadi salah satu sitem budaya dan juga menjadi sumber

makna yang menjadi dasar orang bertindak.20

Itu berarti identitas, model

dan perkembangan agama yang di miliki merupakan produk dari proses

sosialisasi. Di pihak lain, masih banyak anggota gereja Galed yang tidak

peduli dan menanggap masalah pariwisata bukan masalah pelayanan

gereja.

Sebagai gereja Kristen yang peduli membuat komitmen ke arah

rekonsiliasi nilai-nilai kemanusiaan dan perbaikan martabat yang hilang

karena fenomena pariwisata modern. Sehingga seharusnya gereja Galed

tidak perlu menunggu sampai nampak dampak yang besar terjadi dan

mengambil langkah yang terlambat. Gereja bukan hanya menjadi pengajar

tetapi juga sebagai orang yang belajar dari konteks yang ada.

19

Stroma Cole, Tourism, Culture and Development: Hopes, Dreams and Realities in East Indonesia (Great Britain: Cromwell Press, 2008), 21.

20 Cllifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 45.

Page 10: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

55 | P a g e

Dalam usaha mengembangkan industri kepariwisataan, pemerintah

sejak awal sudah menyadari bahwa agama merupakan penangkal yang

paling ampuh bagi munculnya dampak negatif dari pariwisata.21

Oleh

sebab itu gereja dapat mendukung kepariwisataan. Namun di sisi lain,

industri pariwisata itu sendiri masih tetap merupakan persoalan dilematis

jika berhadapan dengan realitas masyarakat yang ada. Tujuan leluhur

kepariwisataan yang diproklamasikan itu bisa saja berbeda dengan realitas

yang ada. Gereja jangan terus berdiam dalam zona nyamannya saja,

sehingga gereja ditantang bersikap kritis dan antisipatif.22

Hal yang harus dilakukan oleh gereja Galed yang sedang

dihadapkan dengan perubahan sosial khususnya dengan industri pariwisata

maka yang bisa dilakukan sebagai langkah awal adalah memilih dan

memilah tentang perubahan yang terjadi apakah berdampak pada hal yang

positif ataukah negatif khususnya menyangkut identitas sosial jemaat

Galed Kelapa Lima. Seharusnya gereja Galed berperan menjaga nilai-nilai,

norma-norma didalam lingkungan tersebut, sehingga dapat mencegah agar

tidak terjadi perubahan yang akan merusak nilai sosial budaya yang sudah

dipegang sejak dahulu/perubahan ke arah negatif.

Beberapa pendekatan dalam implementasi kebijakan publik adalah

pendekatan secara top-down. Dalam proses implementasi peranan

pemerintah sangat besar pada pendekatan ini asumsi yang terjadi adalah

para pembuat keputusan merupakan aktor kunci dalam keberhasilan

implementasi, sedangkan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses

21

Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 22

https://meimanmorandusgulodotcom.wordpress.com/2013/06/04/tentang-gereja/

Page 11: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

56 | P a g e

implementasi dianggap menghambat, sehingga para pembuat keputusan

meremehkan inisiatif stretegi yang berasal dari level birokrasi rendah

maupun subsistem-subsistem kebijaksanaan yang lain.23

Jika demikian dapat dikatakan bahwa strategi pembangunan

tersebut menghasilkan apa yang disebut “dilema pembangunan”.24

Dengan

kehadiran pembangunan industri pariwisata, banyak penduduk baru baik

dalam kota maupun luar kota membeli tanah dan kemudian membanggung

bangunan karena melihat perspektif dengan adanya pasar global, tanpa

melihat bahwa identitas jemaat Galed terabaikan, pesisir sebagai tempat

tinggal mereka kini telah dihuni oleh orang-orang asing. Sehingga jemaat

dan masyarakat tentu akan merasa kecewa dengan adanya pembangunan

yang ada karena suara mereka tidak didengar karena hanya sebagai objek

dari pembangunan yang pasif, dan pembangunan tidak sesuai dengan

harapan yang ada.25

Dalam pendekatan top down, semua keputusan berada di tangan

pemerintah sehingga masyarakat hanya sebagai objek dari suatu

perencana, hal ini juga yang terlihat dalam pembangunan yang terjadi di

kawasan Kelapa Lima, masyarakat belum menyadari bahwa mereka hanya

sebagai subjek dari pembangunan sehingga mengikuti arus yang terjadi.

23

Nugroho, Riant. Public Policy (Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan). Edisi Ketiga, Revisi 2011. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta, https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/17/pendekatan-pendekatan-dalam-implementasi-kebijakan/ .

24 Amri Marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009) 71,

25 Riant Nugroho, Public Policy (Dinamika Kebijakan, Manajemen Kebijakkan), Ed.ke-3,

(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011), 78.

Page 12: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

57 | P a g e

4.2.2 Dualisme Gereja

Bagaimanakah hubungan antara individu dan masyarakat, masalah

tersebut sebaiknya dipandang sebagai suatu kenyataan yang dibangun

secara dialektik. Artinya bahwa eksistensi manusia yang utuh hanya

mungkin ada di dalam masyarakat, dan demikian juga sebaliknya,

eksistensi masyarakat hanya mungkin ada karena aktifitas manusia sebagai

penciptanya. 26

Menurut Berger, kenyataan atau dunia kehidupan

menyatakan eksistensinya sebagai sesuatu yang sangat mempengaruhi

kesadaran manusia dengan cara yang paling masif, mendesak, dan

mendalam, sehingga sangat sukar bagi manusia untuk mengabaikannya.27

Tidak lain karena kenyataan itu sudah diobjektifikasi sedemikian rupa

sebagai sesuatu yang telah ditata sebelum keberadaan seorang individu.

Proses perubahan tidak bisa jauh dari peran gereja yang kadang

terjebak antara dualisme pekabaran injil dan aksi sosial. Peran sebagai

pekerja injil kemudian digeser ke dalam masalah bagaimana menambah

dan mempertahankan jumlah anggota serta menambah dana yang banyak.

Kedua peran ini seharusnya ditempatkan dan dipahami sebagai satu

kesatuan yang utuh, terbuka terhadap kritik, apalagi paham terhadap

usaha-usaha perubahan. Sehingga tak jarang gereja lebih mengutamakan

arah persaingan berubah dari mengejar kualitas ke mengejar kuantitas.28

Kembali pada tugas gereja agar dekat dengan realitas sehari-hari,

26

R.Haroold, ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/download/500/334 27

Peter L. Berger, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan (Jakarta: LP3ES,1990), 31-32.

28 http://doro2020.blogspot.co.id/2006/01/review-tulisan-budaya-lainnya.html

Page 13: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

58 | P a g e

menyediakan ruang untuk pembaharuan dan menyesuaikan diri dengan

kondisi sosial agar pelayanan gereja semakin mengena.

Hal positif yang diambil gereja dalam menyikapi perubahan sosial

yang terjadi adalah sikap keterbukaan yang ditampilkan dalam beberapa

aspek kehidupan. Sikap keterbukaan yang dimainkan gereja banyak

memudahkan gereja dalam usaha mempertahankan eksistensinya sebagai

institusi keagamaan di tengah-tengah badai perubahan yang melanda

dunia, dalam hal ini gereja Galed bersikap positif terhadap perubahan.

Berger menjelaskan bahwa, “semua dunia yang dibangun secara sosial,

secara inheren adalah rawan. Karena didukung oleh aktivitas manusia,

maka dunia-dunia tersebut terancam oleh fakta kepentingan diri dan

kebodohan manusiawi. Program-program kelembagaan disabot oleh

individu-individu yang memiliki kepentingan yang bertentangan.”29

Peter

L. Berger menjawab bahwa manusia mengeksternalisasikan agama karena

manusia diperhadapkan pada ancaman-ancaman anomik dalam dunia yang

merupakan hasil dari aktifitas manusia itu sendiri melalui proses

eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Dalam menanggulangi

kecemasan manusia terhadap situasi anomik, masyarakat telah

menciptakan instrumen-instrumen semacam sosialisasi dan kontrol sosial,

namun tampaknya instrumen itu tidak cukuplah memadai untuk

29 Rudy Harold, Agama Dan Pembantukan Realitas Dalam Pandangan Peter L Berger,

ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/download/500/334

.

Page 14: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

59 | P a g e

menegasikan ancaman-ancaman terciptanya kondisi anomik, baik secara

individu maupun kolektif.30

Setiap manusia di dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami

yang namanya perubahan sosial, adanya perubahan-perubahan tersebut akan

jelas diketahui bila kita melakukan perbandingan dengan cara menelaah

antara keadaan sosial jemaat pada suatu masa tertentu dengan keadaan

jemaat pada waktu lampau. Perubahan tersebut tentulah tidak dapat

dihindari, karena perubahan merupakan suatu hal yang abadi, hal ini berarti

bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami yang

namanya perubahan sosial.

Apa peran gereja dalam proses perubahan sosial? Salah satu peran

utama yang bisa diambil oleh gereja dalam proses perubahan sosial adalah

gereja harus mampu membaca tanda ketidakadilan, dan bersikap sebagai

hakim yang adil. Kemampuan gereja hadir sebagai kekuatan transformasi

merupakan harapan orang banyak, namun tidak selalu mudah diwujudkan.31

Bagaimana agar gereja mampu menempatkan diri sebagai hakim

yang adil? Bukankah gereja juga merupakan bagian dari masyarakat yang

tidak terlepas dari ‘konflik’ kepentingan di dalamnya? seringkali gereja

tidak mampu keluar dengan ‘suara kenabiannya’ untuk berbicara tentang

hal-hal yang menjadi tantangan zaman.

Tugas gereja adalah memberi nama dan menyuarakan suara-suara

orang yang menderita dan dilupakan. Untuk ini otoritas gereja perlu

30

ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/download/500/334 31

Gereja, Perubahan Sosial di NTT dan 500 Tahun Reformasi, http://sinodegmit.or.id/gereja-perubahan-sosial-di-ntt-dan-500-tahun-reformasi-oleh-dominggus-elcid-li/

Page 15: Bab IV Bentuk Perubahan Identitas Sosial dan Peran Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13332/5/T2_752015007_BAB IV... · kelompok pengangguran, dan pedagang kaki lima.

60 | P a g e

mengambil posisi sebagai gembala yang melindungi. Termasuk dengan

konteks perubahan sosial yang terjadi di jemaat Galed Kelapa Lima.

Geertz mengatakan bahwa agama menjadi salah satu sistem budaya

dan juga menjadi “sumber makna” yang menjadi dasar orang bertindak.32

Itu berarti identitas, model dan perkembangan agama yang dimiliki

merupakan produk dari proses sosial. Dari sudut pandang kristiani, industri

kepariwisatawan pada awalnya benar, baik dan bermanfaat bagi dan yang

patut disyukuri, karena pada dasarnya sebagai ungkapan kerinduan yang

terdapat di hati manusia untuk memulihkan kembali situasi ke arah yang

lebih baik.

Namun dipihak lain, pembangunan industri pariwisata juga

mempunyai dampak negatif yang dapat mengubah pola hidup, nilai-nilai,

tatanan masyarakat, bahkan merusak harkat dan martabat manusia. Di

sinilah gereja ditantang untuk bersikap kritis dan antisipatif. Untuk gereja

itu hidup: Gereja mau belajar, gereja yang mengasihi (melayani, diakonia),

gereja yang mengabarkan injil (bersaksi, marturia)

32

Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: 1998), 34.