Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dengan bahasa, kita khususnya orang Indonesia akan menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi atau berinteraksi dalam menyampaikan suatu gagasan, pikiran, atau perasaan yang digunakan oleh manusia. Menurut Iskandarwassid ( 2009 ) Bahasa menjadikan kita mempunyai peluang dalam berbagai keperluan. Bahasa membuat kita dapat mengenal dunia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi baik terhadap sesama warga masyarakat. Dengan bahasa kita dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat lebih tinggi dari apa yang dicapai oleh masyarakat umum. Sedangkan menurut Novi Resmini ( 2010 ) Pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis serta pembelajaran yang dimaksudkan yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Pembelajaran bahasa ini mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan 7 Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014
46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

Aug 12, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dengan bahasa, kita

khususnya orang Indonesia akan menggunakan bahasa nasional yaitu

bahasa Indonesia. Bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi atau

berinteraksi dalam menyampaikan suatu gagasan, pikiran, atau perasaan

yang digunakan oleh manusia.

Menurut Iskandarwassid ( 2009 ) Bahasa menjadikan kita

mempunyai peluang dalam berbagai keperluan. Bahasa membuat kita

dapat mengenal dunia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi baik

terhadap sesama warga masyarakat. Dengan bahasa kita dapat

mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat lebih

tinggi dari apa yang dicapai oleh masyarakat umum.

Sedangkan menurut Novi Resmini ( 2010 ) Pembelajaran bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis serta

pembelajaran yang dimaksudkan yaitu untuk meningkatkan kemampuan

siswa mengapresiasi karya sastra.

Pembelajaran bahasa ini mencakup aspek menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan

7

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

23

keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir

dan bernalar dan dapat juga untuk memperluas wawasan.

Jadi dapat disimpulkan pada hakikatnya bahasa adalah salah satu

alat komunikasi manusia. Bahasa juga terdiri atas kumpulan kata atau

kalimat yang masing-masing mempunyai makna untuk mengungkapkan

pikiran atau perasaan seseorang. Oleh karena itu kita harus memilih kata

yang tepat dan menyusun kata tersebut sesuai dengan aturan tata bahasa

yang ada agar makna yang terkandung setiap kalimat dapat tersampaikan

dengan baik dan jelas. Dan melalui bahasa manusia dapat saling

berkomunikasi, berhubungan, bernalar, berbagi pengalaman, saling belajar

dam saling meningkatkan kemampuan intelektual.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa adalah kegiatan yang dilakukan antara guru

dan siswa untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan dan fungsi pengajaran

bahasa Indonesia menurut Novi Resmini ( 2008 ) yaitu untuk sarana

pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, sarana peningkatan

pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia daam rangka

pelestarian dan pengembangan budaya, sarana peningkatan pengetahuan

dan pengembangan ilmu pengetahuan tekonologi dan seni, sarana

penyebarluasan pemakaian bahasa dan sarana pengembangan kemampuan

intelektual.

Adapun menurut Heru Kurniawan ( 2009 ) pembelajaran bahasa

Indonesia di bangku sekolah diharapkan bisa membantu para siswa

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

24

mengenal dirinya sendiri, budayanya, belajar untuk menyampaikan

gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan imajinasi dan analitif

yang terdapat pada masing-masing siswa.

Dengan pemerolehan dan pembelajaran kita akan bisa mencapai

tujuan berbahasa dengan baik. Mewujudkan serta mengindonesiakan anak-

anak Indonesia melalui berbahasa Indonesia. Untuk para siswa ditujukan

agar para siswa mampu menghayati bahasa dan juga sastra Indonesia serta

mempunyai kemampuan yang baik dan benar dalam berbahasa. Adapula

untuk guru itu sendiri yaitu untuk mengembangkan potensi para siswa

dalam berbahasa Indonesia, serta agar lebih mandiri dalam menyiapkan

dan menentukan bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi

lingkungan.

B. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

1. Hakikat Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar

Di sekolah dasar, pembelajaran sastra bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sastra.

Pembelajaran sastra mewujudkan dirinya dengan bahasa, dan bahasa

dalam perkembangannya juga ditentukan oleh sastra.

Heru Kurniawan ( 2009 ) berpendapat bahwa pembelajaran sastra

merupakan suatu cabang seni, adanya hasil cipta dan ekspresi manusia

yang indah serta mengartikan pembelajaran sastra sebagai karya

imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai nilai estetika

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

25

dominan dan bahasa menjadi ciri khas dari media penyampaiannya, yang

membuat karya sastra berbeda dengan karya-karya yang lainnya.

Menurut Depdiknas ( dalam Novi Resmini, 2008 ) Kegiatan

mengapresiasikan sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,

penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya

lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar

dilakukan dengan berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran sastra di

sekolah dasar harus memberi pengalaman pada siswa yaitu, pencarian

kesenangan pada buku, menginterpretasi bacaan sastra, mengembangkan

kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi.

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) Pembelajaran

sastra itu dapat memberikan kesenangan dan pemahaman tentang

kehidupan, apalagi adanya sastra anak. Sastra berbicara tentang hidup

dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang

kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang

semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Jadi

pengungkapan bahasa selain sastra,yaitu cara-cara pengungkapan yang

telah menjadi biasa, lazim, atau yang itu-itu aja karena bahasa sastra

lebih bernuansa keindahan daripada kepraktisan.

Dengan kesenangan dan pemahaman anak akan suka membaca

sastra. Menurut Lukens ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 ) sastra

menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

26

memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang

penuh daya suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu

dan merasa terikat karenanya.

Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut di atas, siswa di

sekolah dasar harus dituntut untuk wajib membaca buku-buku sastra

seperti puisi anak, buku cerita anak, drama anak, dan cerita rakyat. Pada

saat pembelajaran siswa diberi kesempatan memahami, menikmati, dan

mengerti apa yang telah mereka baca.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD

Sastra diperlukan untuk menunjang terwujudnya apresiasi dan

pembelajaran bahasa secara umum.

Menurut Novi Resmini ( 2008:93 ) adapaun tujuan pembelajaran bahasa

dan sastra antara lain :

a. Menumbuhkan ketenangan terhadap buku

Tujuan utama pembelajaran sastra di SD adalah memberi

kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari

bacaan, serta masuk dan terlibat di dalam suatu buku. Pembelajaran

sastra ini harus dapat membuat anak merasa senang membaca, gemar

mencari bacaan dan membolak-balik buku.

Untuk membuat siswa senang atau tertarik kepada buku

menurut Huck ( dalam Novi Resmini, 2008 ) ialah memberi siswa

lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang baik. Memberikan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

27

waktu untuk membaca secara teratur, membicarakan buku-buku,

menceritakan buku dan berbagai macam kegiatan lainnya.

Jadi langkah awal membuat anak senang terhadap buku yang

pertama adalah menemukan kesenangan pada buku. Kita harus suka

terlebih dahulu agar nantinya kita nyaman dan merasa butuh kepada

buku tersebut.

b. Menginterpretasikan Literatur

Untuk menciptakan ketertarikan kepada buku, siswa perlu

membaca banyak buku. Siswa pun perlu memiliki kesempatan

untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dengan buku-buku.

Menurut Novi Resmini ( 2008 ) membantu siswa dalam

menginterpretasikan bacaan itu dengan cara mengidentifikasi pelaku

yang ada pada cerita. Hal ini dilakukan dengan mendramatisasikan

adegan pelaku yang ada apada cerita.

Jadi selain siswa membaca, siswa dalam hal ini juga perlu

menghayati sepenuhnya agar apa yang mereka baca dapat dimengerti

tidak hanya sekedar membaca-baca saja.

c. Mengembangkan kesadaran bersastra

Di Sekolah dasar anak-anak harus diajak mulai

mengembangkan kesadaran pada sastra. Menurut Novi Resmini

( 2008 ) selama siswa berada di sekolah dasar mereka

mngembangkan pemahaman mengenal bentuk sastra yang bersala

dari berbagai aliran sedikit demi sedikit. Mereka sudah banyak tahu

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

28

tentang buku-buku, puisi, atau dongeng-dongeng yang sering mereka

baca. Hal ini menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan

pemahaman tentang bentuk-bentuk sastra. Demikian juga

pengetahuan siswa mengenai runtutnya cerita seperi alur, karakter,

tema, dan sudut pandang.

Jadi yang terpenting dalam hal ini yaitu bagaimana siswa

mampu memberikan tanggapan atau mencerna isi yang terkandung

dalam sebuah cerita.

d. Mengembangkan apresiasi

Mengembangkan kesukaan membaca menjadi sasaran

pengajaran sastra di sekolah dasar. James Britton ( dalam Novi

Resmini, 2008 ) menyatakan bahwa dalam pengajaran bahasa dan

sastra, “ siswa hendaknya membaca lebih banyak buku dengan rasa

puas dan dia hendaknya membaca buku-buku dengan kepuasan yang

samakin tinggi”. Diawali dari menyenangi karya sastra yang

dibacanya itu, siswa akan meningkat ke tahap berikutnya. Setelah

merasa senang dengan bacaan baru kemudian siswa didorong untuk

menginterpretasikan makna cerita atau puisi.

Jadi dalam hal ini siswa perlu untuk banyak membaca buku,

mungkin awalnya dari buku yang mereka sukai terlebih dahulu

kemudian membaca buku-buku yang lain dengan rasa puas yang

mereka dapat, mereka akan merasa senang, apabila mereka senang

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

29

membaca , mereka akan lebih menghayati cerita yang mereka baca

sehingga memudahkan mereka menginterpretasikan makna cerita.

C. Sastra Anak

1. Hakikat sastra anak

Sastra anak kini semakin menarik perhatian orang dan telah masuk

ke dalam kehidupan anak-anak. Sastra anak menjadi hal yang memang

diketahui oleh anak-anak dan memang pada hakikatnya semua orang

senang dan butuh cerita.

Lewat cerita anak, bahkan kita yang dewasa, dapat memperoleh,

mempelajari, dan menyikapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan,

manusia dan kemanusiaan ( Burhan Nurgiyantoro:2005 ).

Stewig ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 ) menyatakan salah

satu alasan mengapa anak diberi buku bacaan sastra adalah agar mereka

memperoleh kesenangan. Sastra mampu memberikan kesenangan dan

kenikmatan. Selain itu bacaan sastra juga mampu menstimulasi imajinasi

anak, mampu membawa pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain.

Jadi sastra anak itu perlu dan memang menjadi suatu hal yang

dapatmemotivasi anak untuk mengenal kehidupan, mereka dapat

menikmati dan menggambarkan suatu dunia dengan daya imajinasinya

yang tinggi.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

30

2. Pengertian Sastra Anak

Sastra anak menjadi suatu hal yang penting terhadap perkembangan

anak.

Menurut Heru Kurniawan ( 2009 ) Sastra anak mencakup beberapa

aspek yaitu bahasa yang digunakan itu adalah bahasa yang mudah

dipahami oleh anak, bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan

pemahaman anak, kemudian adanya pesan yang disampaikan berupa nilai-

nilai, moral dan pendidikan yang disesuaikan pada tingkat perkembangan

dan pemahaman anak. jadi sastra anak merupakan sastra yang dari segi isi

dan bahasanya sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan

emosional anak.

Heru Kurniawan ( 2009 ) menyatakan sastra anak bukan berarti satra

yang harus ditulis oleh anak dan untuk anak saja karena anak masih

mempunyai tingkat keterbatasan kreativitas sehingga sastra anak terbuka

untuk ditulis orang dewasa , tetapi karya yang dihasilkan, untuk bisa

disebut sastra anak, secara bahasa dan isi harus sesuai dengan tingkat

pemahaman anak terhadap kehidupan. Selanjutnya dalam aspek membaca

, sastra anak boleh, bahkan mengharuskan untuk dibaca orang dewasa,

karena hal ini dapat membuat mereka orang dewasa lebih memahami

dunia anak dan bisa menyampaikan isi karya itu sbagai bahan dongeng

dan pengajaran. Artinya siapa saja boleh menulis dan membaca karya

sastra anak, sehingga semakin banyak masyarakat berpartisipasi dalam

mencipta dan membaca karya sastra anak, maka pemahaman masyarakat

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

31

terhadap anak semakin baik. Jadi sastra dapat dijadikan sebagai salah satu

media untuk mendidik dan mencerdaskan anak karena anak dan cerita

seperti menjadi dunia yang tidak terpisahkan dan sastra juga selalu

menyampaikan nilai atau makna kepada pembaca.

Dalam perkembangannya anak selalu menyukai cerita ( karya

sastra )karena dengan cerita anak bisa mengembangkan kemampuan

imajinasi, intelektual, emosional, dan belajar mengidentifikasi dirinya.

Menurut Sugihastuti ( 2002 ) Cerita anak atau sastra anak, dalam hal

ini wujud sastra pertamanya dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Adanya

pemakaian bahasa pada kegiatan bersastra memperlihatkan sifat yang

spesial. Adanya karya seni yaitu karya dalam proses produksi dan

konsumsinya menuntut adanya keindahan.

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) Sastra anak

adalah buku yang disediakan untuk dibaca anak dan dapat berkisah apa

saja, tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran orang dewasa tidak

masuk akal. Misalnya tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah

laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Isi sastra anak juga tidak

harus yang baik-baik saja.

Jadi menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan sastra

anak yaitu sebuah cerita anak yang tidak hanya dibuat oleh anak-anak saja

melainkan juga orang dewasa, siapa saja boleh menulis dan membaca

karya sastra anak, bahkan cerita yang diangkat pun tidak selalu berkisah

tentang cerita yang baik-baik saja tetapi juga cerita yang jelek seperti

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

32

misalnya saja kucing pemalas, suka mencontek. Cerita anak dalam hal ini

dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan ini

sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang menarik

dan lebih baik tentang kehidupan itu sendiri. Bahkan ceita anak tidak

selalu berakhir menyenangkan, tetapi dapat juga berakhir dengan

menyedihkan atau pun yang lain.

3. Manfaat Sastra Anak

Sastra anak diyakini mempunyai manfaat atau kontribusi yang

besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke

kedewasaan. Menurut Sugihastuti ( 2002 ) sastra anak bermanfaat sebagai

alat komunikasi dalam ranah komunitasnya. Adanya pertalian antara dua

individu yaitu pengarangnya, penerima dan pembacanya.

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) menyatakan

bahwa sastra diyakini mampu dipergunakan sebagai salah satu sarana

untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan

nilai-nilai yang diyakini baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat, dan

bangsa.

Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) juga mengemukakan sejumlah

manfaat sastra anak bagi anak yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan

perkembangan yang dikelompokkan ke dalam niai personal dan nilai

pendidikan.

1. Nilai Personal

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

33

a. Perkembangan Emosional

Ketika anak diberi bacaan atau karya sastra lainnya anak tampak

menikmati dan larut dalam kegembiraan. Hal ini dapat dipahami

dapat merangsang kegembiraan anak, merangsang emosi anak

untuk bergembira, bahkan ketika anak masih berstatus bayi.

Setelah anak dapat memahami cerita, baik lewat pendengaran,

misalnya doceritai atau dibacakan, maupun lewat kegiatan

membaca sendiri, anak akn memperoleh demonstrasi kehidupan

sebagaimana diperagakan oleh para tokoh cerita ( Burhan

Nurgiyantoro, 2005:37 ).

Dengan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan membaca buku-buku cerita itu anak akan belajar bersikap

dan bertingkah laku secara benar. Lewat bacaan cerita itu anak

akan belajar bagaimana mengelola emosinya agar tidak merugikan

diri sendiri dan orang lain.

b. Perkembangan Intelektual

Burhan Nurgiyantoro ( 2005 : 38 ) menyatakan lewat cerita anak

tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan

dan memuaskan hatinya. Cerita menampilkan urutan kejadian

yang mengandung logika pengurutan dan logika pengaluran.

Untuk daat memahami cerita itu, anak harus mengikuti hubungan

tersebut. Lewat bacaan yang dihadapinya itu aspek intelektual

anak ikut aktif, ikut berperan, dalam rangka pemahaman dan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

34

pengkritisan cerita yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam

kegiatan membaca cerita itu, aspek intelektual anak juga ikut

terkembangkan.

Jadi dalam membaca cerita, baik itu secara langsung maupun tidak

langsung anak akan mempelajari setiap apa yang ada dalam cerita

baik itu tindakan tokoh, alur cerita dan lainnya.

c. Perkembangan Imajinasi

Sastra lebih berurusan dengan imajinasi, sesuatu yang abstrak

yang berada dalam jiwa. Menurut Burhan Nurgiyantoro

( 2005:39 ) dengan membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak

dibawa berpetualang ke berbagai penjuru dunia melewati batas

waktu dan tempat, tetapi tetap berada di tempat, dibawa untuk

mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian anak.

Lewat cerita anak itu anak akan memperoleh pengalaman yang

luar biasa yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara

selain membaca sastra.

Dengan demikian, Imajinasi anak akan ikut berkembang sejalan

dengan cerita yang sedang dinikmatinya, mereka akan larut

dengan cerita dan dengan kemampuan imajinasinya nantinya dapat

mengembangkan dan memancing kreativitas, tapi bukan berarti

hanya mengkhayal saja tapi lebih pada bagaimana anak diasah

pemikiran yang kreatif. Jadi menanamkan anak untuk membaca

sastra sejak dini amat penting.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

35

d. Pertumbuhan rasa sosial

Bacaan pasti menghadirkan suatu cerita atau alur dalam cerita

tersebut, bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinteraksi dengan

tokoh yang lain untuk saling bekerja sama, saling membantu,

bermain bersama, dan lain-lain yang berkisah dalam kehidupan

individu maupun masyarakat.

Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005) dalam kehidupan, anak

akan menyadari bahwa ada orang lain di luar dirinya, dan bahwa

orang akan saling membutuhkan. Kesadaran bahwa orang hidup

mesti dalam kebersamaan, rasa tertarik masuk dalam kelompok

sudah mulai terbentuk. Kesadaran inilah yang kemudian dapat

ditumbuhkembangkan dalam diri anak lewat bacaan sastra lewat

perilaku tokoh yang ada dalam cerita.

Jadi dengan anak memahami perilaku tokoh dalam cerita yang

mereka baca akan menumbuhkan sikap sosial pada mereka,

dengan begitu mereka akan meniru sikap dari tokoh yang telah

mereka baca.

e. Pertumbuhan rasa etis dan religius

Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berpendapat bahwa dalam suatu

cerita adanya maksud untuk menunjang perkembangan perasaan

dan sikap etis serta reigius. Bahkan dalam cerita anak, mengingat

masih terbatasnya jangkauan berpikir dan bernalar, penyampaian

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

36

nilai-nilai pembentukan kepribadian tersebut terlihat langsung

dalam tingkah laku tokoh.

Jadi penanaman nilai sosial, moral, etika dan religius dapat

diperoleh lewat sikap dan perilaku hidup keseharian anak, serta

lewat bacaan cerita sastra yang juga menampilkan sikap dan

perilaku tokoh. Dengan demikian anak akan mengidentifikasi diri

dengan tokoh-tokoh yang baik agar nantinya tumbuh sikap dan

tokoh dari perilaku yang baik itu.

2. Nilai Pendidikan

a. Eksplorasi dan penemuan

Lewat kekuata imajinatif anak dibawa masuk ke sebuah

pengalaman yang jug imajinatif, pengalaman batin yang tidak

harus dialami secara faktual, yang sekaligus juga berfungsi

meningkatkan daya imajinatif. Dalam hal ini anak akan dibawa

untuk mampu melakukan penemuan-penemuan yang ada dalam

cerita atau membuat anak seperti detektif menebak-nebak,

menemukan jalan keluar dari suatu cerita. Berpikir secara logis dan

kritis yang demikian dapat dibiasakan lewat eksplorasi dan

penemuan-penemuan dalam bacaan cerita sastra ( Burhan

Nurgiyantoro : 2005 ).

Jadi pada hakikatnya ketika membaca cerita anak dituntut harus

melakukan sebuah ekplorasi dengan imajinasi agar memperoleh

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

37

penemuan baru, dengan pengalaman yang menyenangkan,

menegangkan, memuaskan lewat berbagai kisah dalam cerita dan

peristiwa.

b. Perkembangan bahasa

Sastra merupakan suatu karya seni yang menggunakan bahasa,

karena itu bahasa mempunyai peran penting di dalamnya.

Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berhadapan dengan sastra

hampir selalu dapat diartikan sebagai berhadapan dengan kata-kata,

dengan bahasa. Lewat cerita yang diperolehnya kemudian ketika

kosakata anak sudah banyak, anak tidak saja belajar memahami

dunia melainkan juga kata-katanya itu sendiri. Anak akan belajar

cepat karena bahasa yang diperolehnya langsung berada dalam

konteks pemakaian yang sesungguhnya.

Jadi dalam bacaan sastra khususnya buat anak yang baik itu yang

tingkat bahasanya tidak sulit dijangkau anak, tetapi menggunakan

bahasa yang sederhana agar anak mudah dalam belajar bahasa.

c. Pengembangan nilai keindahan

Ketika anak diberikan suatu karya sastra, berupa nyanyian, puisi

ataupun cerita, mungkin belum sepenuhnya anak itu dapat

memahami makna di balik kata dan kalimat yang ada, tetapi

mereka sudah dapat merasakan keindahannya. Hal-hal seperti ini

dapat terlihat dari reaksi anak misalnya saja ketika anak membaca

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

38

sebuah cerita, terlihat wajah yang ceria dan bahkan mereka dapat

tertawa-tawa.

Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) sebagai salah satu bentuk

karya seni, sastra memiliki aspek keindahan. Keindahan dalam

genre fiksi seperti cerita pendek antara lain dapat dicapai lewat

penyajian cerita yang menarik, berbahasa yang tepat, artinya aspek

bahasa itu mampu mendukung hidupnya cerita, mendukung

ekspresi sikap dan perilaku tokoh, mendukung gagasan tentang

dunia yang disampaikan. Cerita menjadi indah karena isi kisahnya

mengharukan dan dikemas dalam bahasa yang menyenangkan.

Jadi dengan membaca sastra akan mendapat suatu rasa puas karena

terpenuhinya keindahan, adanya rasa puas ini menjadi nilai positif

sendiri bagi penikmat sastra itu yang nantinya dapat diperoleh,

diajarkan, dan dibiasakan lewat bacaan sastra. Dengan demikian

apabila anak merasa puas mereka akan senang membaca sastra

karena dengan sastra hidup semakin indah.

Selain itu menurut Heru Kurniawan ( 2009 : 21 ) konsep keindahan

yang ada pada sastra ini mengacu pada keindahan kehidupan yang

dilukiskan dan digambarkan dalam karya sastra, dan keindahan

bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kehidupan tersebut,

dengan adanya estetika ( keindahan ) maka sastra diterima oleh

segenap masyarakat. Kenyataan ini bisa dilihat, misalnya pada

zaman dulu sampai sekarang, anak masih suka mendengarkan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

39

cerita, baik sebagai pengantar tidur, atau pengantar pelajaran di

sekolah.

d. Penanaman wawasan multikultural

Adanya bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan berbagai

pengalaman, wawasan yang mendunia yang terbagi menjadi

bermacam-macam kelompok sosial maupun budayanya.

Burhan Nurgiyantoro ( 2005 ) berpendapat bahwa lewat sastra

dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang

mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berbeda dengan

masyarakat lain. Adanya cerita tradisional, modern, dan lain-lain

itu masing-masing mempunyai wawasan tersendiri. Dengan

membaca dari berbagai kelompok tidak hanya akan diperoleh

kenikmatan membaca cerita,tetapi juga pengetahuan dan

pemahaman. Adanya bacaan yang tertanam akan menimbulkan

suatu kesadaran dalam diri anak bahwa ada budaya lain selain

budaya sendiri dan menjadikan munculnya kesadaran untuk

menghargainya.

Norton dan Norton ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005 )

menyatakan bahwa dengan pembacaan buku sastra merupakan

salah satu cara dan sumber penting pembelajaran wawasan

multikultural karena akan memberanikan anak untuk

mengidentifikasi dan mengapresiasikan kemiripan dan perbedaan

lintas budaya.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

40

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hidup bermasyarakat harus

sadar ada budaya lain selain budaya sendiri, ada orang lain selain

diri sendiri. Hal ini harus ditanamkan sejak dini pada anak-anak.

Selain itu kita juga harus pintar dalam memilih buku bacaan cerita

yang di dalam cerita tersebut mengajarkan adanya perbedaan

budaya yang terlihat melalui sikap dan perilaku tokoh.

e. Penanaman kebiasaan membaca

Kemajuan iptek dan ekonomi harus diusahakan dengan penuh

kesadaran. Untuk itu haruslah ditanamkan kepada anak bangsa

adalah kemauan membaca. Budaya membaca ini harus

ditumbuhkan sejak dini dan sangat efektif dimulai dengan bacaan

sastra. Peran bacaan sastra selain ikut membentuk kepribadian

anak, juga menumbuhkan dan mengembangkan rasa ingin dan mau

membaca, yang akhirnya membaca tidak terbatas hanya pada

bacaan sastra. Sastra dapat memotiasi anak untuk mau membaca

( Burhan Nurgiyantoro, 2005 ).

Pentingnya budaya membaca juga telah ditegaskan oleh Taufik

Ismail ( dalam Burhan Nurgiyantoro 2005 ) dalam tulisannya yang

berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang

Mengarang” bahwa sastra diyakini mampu memotivasi anak untuk

suka membaca, mampu mengembalikan anak kepada buku. Tentu

saja hal itu harus diusahakan dan difasilitasi dengan baik.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

41

Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan menarik

di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan untuk mampu membuat anak senang

membaca harus adanya usaha serta fasilitas agar anak tertarik pada

buku-buku bacaan sastra. Mengusahakan untuk membuang rasa

malas membaca sedikit demi sedikit.

D. Pembelajaran Berbicara

1. Hakikat Berbicara

Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat.

Bahasa diucapkan dan didengar, bukan ditulis, dan dibaca. Menurut

Slamet ( 2007 ) seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan

lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain,

keberhasilan menggunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang

yang mendengarkan atau yang diajak bicara. Berbicara adalah tingkah

laku yang harus dipelajari dulu kemudian bisa dikuasai. Keterampilan

berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak

berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara.

Dalam belajar dan berlatih, seseorang perlu dilatih pelafalan,

pengucapan, pengontrolan suara, pengendalian diri, pengontrolan gerak-

gerik tubuh, pemilihan kata, kalimat dan intonasinya, penggunaan bahasa

yang baik dan benar dan pengorganisasian ide. Berbicara paling sedikit

dapat dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk mengkomunikasikan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

42

ide, perasaan, dan kemauan. Kedua, berbicara dapat juga dimanfaatkan

untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman. Bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut

aturan tertentu agar bermakna. Berbicara pada hakikatnya merupakan

suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan

dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi

pemindahan dari komunikator ( pembicara ) kepada komunikan

( pendengar ).

2. Pengertian Berbicara

Berbicara sebagai suatu keterampilan dan suatu kebutuhan yang

diperlukan untuk berbaga keperluan. Menurut Iskandarwassid ( 2009 )

Keterampilan Bahasa ini sebagai alat komunikasi verbal. Keterampilan

berbahasa berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari

pembicara dalam membentuk sebuah kalimat sehingga mampu

menyajikan sebuah makna. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro (

2010 ) Keterampilan berbahasa atau kemampuan berbahasa merupakan

kemampuannya untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain,

adanya pemahaman terhadap bahasa yang dituturkan oleh pihak lain

tersebut dapat melalui sarana bunyi atau sarana tulisan .

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

berbahasa itu adalah sarana komunikasi yang dilakukan seseorang untuk

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

43

menyampaikan informasi kepada orang lain dengan tutur kata baik itu

lisan atau tertulis.

Keterampilan berbahasa itu sendiri meliputi menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Setiap ketrampilan itu erat sekali berhubungan

dengan tiga ketrampilan lainnya.

3. Kemampuan Berbicara

Kegiatan berbicara pada umumnya merupakan aktivitas memberi

dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan kepada lawan

bicara dan pada waktu yang bersamaan menerima gagasan kepada awan

pembicara tersebut dan untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara

baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang

bersangkutan. Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) Berbicara adalah

aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan

bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa

secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata

yang bersangkutan. Di samping itu diperlukan juga penguasaan masalah

dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami

bahasa lawan bicara. Kemampuan berbicara seharusnya mendapat

perhatian yang cukup dalam pembelajaran bahasa dan tes kemampuan

berbahasa.

Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau

kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

44

ggasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

pendengar atau penyimak ( Slamet : 2007 ). Sedangkan menurut

Iskandarwassid ( 2009:241 ) Keterampilan berbicara merupakan

keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikuasi untuk

menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada

oranglain.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-

bunyi arti untuk mengungkapkan, menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan, sedangkan tujuan dari berbicara adalah untuk berkomunikasi .

Siswa dikatakan sudah mampu bercerita dalam menceritakan kembali isi

bacaan atau dongeng apabila pendengar paham dan mengerti apa yang

telah disampaikan dan pendengar pun dapat menangkap isi pembicaraan

yang disampaikan dengan bahasa sendiri tidak harus sama persis dengan

isi bacaan atau dongeng. Pembicara selain harus memberikan kesan

bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, juga harus

memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu juga harus jelas

dan tepat. ( Maidar, 1987:17 ).

Dari beberapa pendapat diatas bahwa kemampuan berbicara adalah

suatu kegiatan mengucapkan bunyi secara lisan yang disampaikan

dengan baik kepada pendengar, dimana pendengar itu mengerti dan

paham apa yang telah disampaikan pembicara.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

45

4. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif,

seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin

dikomunikasikan ( Slamet : 2007 ).

Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan

bahwa peserta didik dapat :

a. Melafalkan bunyi-bunyi bahasa

Mampu untuk melafalkan secara baik, tepat dan benar.

b. Menyampaikan informasi

Seorang pembicara harus bisa menyampaikan informasi yang telah

dibaca atau didengar kepada pendengar .

c. Menyatakan setuju atau tidak setuju

Pembicara harus bisa bersikap atas dasar apa yang dibicarakan.

d. Menjelaskan identitas diri

Dengan mampu berbicara kita sebagai pembicara dapat

memperkenalkan siapa diri kita, mengungkapkan identitas diri kita

dengan baik.

e. Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan

Berbicara tidak lepas dari suatu bacaan, dengan kita membaca dari hal

itu kita menemukan suatu bacaan yang bisa kita ceritakan kembali

dengan bahasanya sendiri.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

46

f. Menyatakan ungkapan rasa hormat

Berbicara menjadikan sarana berekspresi diri dan mengungkapkan

atau menyampaikan perasaan atau ungkapan kepada orang lain.

g. Bermain peran

Dengan berbicara kita dapat menggunakan bahasa dalam konteks

komunikasi maupun dalam pembelajaran, misanya saja dalam

pelajaran Bahasa Indonesia. Kita dapat menggunakannya dengan cara

bermain peran bersama teman sehingga kemampuan berbicara kita

semakin terlatih ( Iskandarwassid, 2009:286 ).

Adapun tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian

pada siswa yaitu :

b. Kemudahan berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk

berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan

keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan dan

peserta didik mengembangkan kepercayaan yang tumbuh

melalui latihan.

c. Kejelasan

Peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi

maupun diksi kalimat-kalimatnya.

d. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk

bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

47

dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik

pembicaraan, tujuan pemicaraan, siapa yang diajak berbicara,

dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.

Latihan demikian akan menghindarkan peserta didik dari

berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah

yang mengelabui kebenaran

e. Membentuk pendengaran yang kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan

keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi

tujuan. Peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi

kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.

f. Membentuk kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan

berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam

bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk

kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.

5. Jenis-jenis Berbicara

Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara

sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam

masyarakat, yang menjadi perhatiannya antara lain :

a) Berbicara di muka umum

b) Diskusi kelompok

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

48

c) Debat

Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal antara lain :

a) Mekanisme berbicara dan mendengar

b) Latihan dasar tentang ujaran dan suara

c) Bunyi-bunyi bahasa

d) Patologi ujaran.

Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, dan

lingkungan tertentu, dan lingkungan formal, pembicara dituntut

secara formal pula. Misalnya, berpidato, berdiskusi, ceramah,

wawancara, dan bercerita. Sebaliknya, dalam suasana atau situasi

informal pembicara santai atau tidak formal ( Slamet, 2007:37 ).

6. Faktor Penunjang Berbicara

a. Ketepatan Ucapan ( Lafal )

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi yang kurang

tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar ( Maidar Arsjad,

1987).

Memahami lafal merupakan sesuatu hal yang penting

mengingat bahasa Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku

yang mempunyai lafal masing-masing dalam pengucapan bunyi

bahasanya ( Erien Komaruddin, 2007 ).

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

49

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengucapan

bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau kurang lengkap akan

menimbulkan hal yang rancu, kebosanan, kurang menyenangkan dan

kurang menarik dan dapat juga membuat pendengar mengalihkan

perhatiannya serta mengganggu komunikasi.

b. Penempatan tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang sesuai (

Intonasi )

Intonasi akan mempunyai daya tarik tersendiri dalam

berbicara, bahkan menjadi faktor penentu.

Menurut Erien Komaruddin ( 2007:5 ) Intonasi adalah lagu

kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata

sehingga bagian itu lebih keras ( tinggi ) ucapannya dari bagian yang

lain, karena tidak semua kata mendapat tekanan yang sama, biasaya

hanya ata yang penting saja yang diberi tekanan.

Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) apabila penempatan tekanan,

nada, sendi dan durasi yang sesuai akan menarik perhatian dari

pendengar tapi jika kurang sesuai maka pokok pembicaraan atau

pesan yang disampaikan kurang diperhatikan.

Jadi perhatian pendengar dapat beralih kepada cara berbicara

pembicara, apabila intonasi kurang jelas dapat mengakibatkan

komunikasi terganggu.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

50

c. Pilihan Kata ( Diksi )

Dalam melakukan menulis maupun berbicara diperlukan

kosakata yang cukup banyak. Penguasaan sejumlah besar kata

memungkinkan seseorang mampu menguasai beberapa keterampilan

berbahasa.

Menurut Gorys Keraf dalam Slamet ( 2007 ) bahwa

kemampuan memilih kata adalah kemampuan membedakan secara

tepat nuansa-nuansa kata sesuai dengan gagasan yang ingin

disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai

dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh beberapa kelompok.

Pilihan kata ini ada dua hal yaitu ketepatan dan kesesuaian

menggunakan kata-kata. Selanjutnya menurt Slamet ( 2007:118 )

dalam ketepatan pilihan kata mempersoalkan tepat tidaknya kata

yang dipakai sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang

berlainan. Kemudian tentang kesesuaian pilihan kata mempersoalkan

sesuai tidaknya kata yang digunakan sehingga tidak merusak suasana

atau menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi agar dapat

dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan

lebih terangsang dan akan lebih paham apabila kata-kata yang

digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Pendengar

akan lebih suka atau lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

51

pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya

( Maidar Arsjad, 1987 ).

Jadi dapat disimpulkan dalam melakukan komunikasi

dengan bahasa penguasaan kosakata yang lebih banyak lebih

memungkinkan pembicara untuk menyampaikan pikiran atau

perasaan yang lebih luas.

d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan

Pembicara yang menggunakan kaimat efektif akan

memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang

pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang

mengena pada sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,

menginggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.Apa yang

diampaikan dan apa yang diterima itu mungkin berupa ide, gagasan,

pesan, pengertian, dan informasi ( Maidar Arsjad, 1987 ).

Jadi dalam komunikasi kalimat yang efektif mampu membuat

isi atau maksud yang disampaikan dapat tergambar lengkap oleh

pendengar seperti apa yang dimaksud pembicara.

Adapun faktor-faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan

berbicara menurur Maidar Arsjad ( 1987 ) antara lain :

a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak baku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku akan

memberikan kesa pertama yang kurang menarik. Dari sikap

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

52

yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat

menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat

banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.

Penguasaan materi yang baik, setidaknya akan menghilangkan

kegugupan. Sikap ini memerlukan latihan agar rasa gugup akan

hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar ( Maidar Arsjad,

1987 ).

Jadi dalam berbicara, agar dapat berbicara secara tenang,

harus perlu latihan, karena ini merupakan modal untuk

kesuksesan berbicara.

b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Agar terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan

pembicara sangat membantu . Maidar Arsjad ( 1987 )

menyatakan pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan

menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak

pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan

pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.

Akibatnya perhatian pendengar berkurang ( Maidar Arsjad,

1987 ).

Jadi Pembicara yang baik, haruslah dapat membuat

pendengar merasa terlibat dan diperhatikan dengan

memperhatikan pendengar.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

53

c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Ketika menyampaikan isi pembicaraan, seseorang

pembicara hendaknya memilih sikap terbuka dalam arti dapat

menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik,

bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru ( Maidar

Arsjad, 1987 ). Jadi ketika pembicara menyampaikan isi

pembicaraan, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti

pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya, tetapi

pembicar juga peru mempertahankan pendapatnya dan dapat

meyakinkan orang lain dengan dikuatkan dengan berbagai

argumen yang kuat.

d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Berbicara selain mengeluarkan bunyi-bunyi melalui mulut,

juga harus dilihat bagaimana gerak-gerik mimik saat berbicara.

Apabila gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang

keefektifan berbicara. Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) ada hal-

hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu

dengan gerak tangan atau mimik. Hal seperti ini menjadikan

suasana atau komunikasi menjadi hidup, artinya tidak kaku.

Selain itu adanya gerakan yang berlebihan juga dapat

mengganggu keefektifan berbicara.

Jadi dalam berbicara penggunaan gerak-gerik dan mimik

yang tepat dapat menunjang berbicara, namun penggunaan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

54

gerak-gerik serta mimik saat berbicara tidak boleh terlalu

berlebihan agar tidak mengganggu, karena dapat menjadikan

pesan yang disampaikan pembicara kurang dipahami.

e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan

Suara yang nyaring mempengaruhi keefektifan pula saat

berbicara namun dalam berbicara harus melihat kondisi sekitar

dan perlu diperhatikan jangan berteriak. Menurut Maidar Arsjad

( 1987 ) tingkat kenyaringan ditetukan dan disesuaikan dengan

situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik.

Jadi saat berbicara kita perlu mengatur kenyaringan suara

kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas,

karena biasanya ada gangguan dari luar yang dapat mengganggu

pendengar untuk mendengarkan pembicara.

f. Kelancaran

Dalam berbicara diperlukan kelancaran, agar pendengar

dapat mendengar jelas apa yang dimaksud oleh pembicara. Menurut

Maidar Arsjad ( 1987 : 21 ) Seorang pembicara yang lancar

berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya

dan pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan

pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

Jadi kelancaran dalam berbicara sangat penting dan

berpengaruh terhadap proses berbicara yang dilakukan seseorang,

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

55

agar berbicara itu sesuai dengan apa yang kita inginkan, kata demi

kata, kalimat demi kalimat kita ucapkan secara jelas dan lancar, serta

mengurangi kecepatan dalam berbicara, karena apabila terlalu cepat

menyulitkan pendengar menangkap pembicaraannya.

g. Relevansi/Penalaran

Suatu bacaan terdapat pokok pembicaraan atau inti yang

biasa disebut gagasan. Setiap gagasan yang terdapat dalam bacaan

haruslah logis. Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) setiap kata atau

kalimat yang disampaikan oleh pembicara harus saling berhubungan,

hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan memang

berhubungan dengan pokok pembicaraan.

Jadi apabila dalam suatu bacaan ketika pembicara itu

berbicara tetapi dalam setiap kalimat atau satu kalimat dengan

kalimat lain itu tidak saling berhubungan atau bermakna rancu dapat

menjadikannya tidak logis, sehingga apa yang dibicarakan itu tidak

sesuai dengan apa yang ada dalam pokok pembicaraan.

h. Penguasaan Topik

Diperlukan persiapan saat akan berbicara, karena berbicara tidak

hanya asal berbicara tapi juga harus mengetahui apa yang akan

dibicarakan, selain itu harus mengetahui topik yang perlu dikuasai.

Menurut Maidar Arsjad ( 1987 ) Tujuan berbicara yang memerlukan

persiapan tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.

Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

56

kelancaran. Penguasaan topik menjadi suatu hal yang penting dan

bahkan menjadi faktor utama dalam berbicara.

E. Pembelajaran Membaca

1. Hakikat Membaca

Membaca pada hakikatnya perlu dimiliki oleh setiap orang.

Tarigan ( dalam Slamet, 2007 ) menyatakan bahwa membaca merupakan

suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media

kata-kata/bahasa tulis.

Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) kegiatan membaca

merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain

melalui sarana tulisan. Pada hakikatnya huruf atau tulisan hanyalah

lambang bunyi bahasa tertentu. Oleh karena itu, dalam kegiatan

membaca kita harus mengenali bahwa lambang tulis tertentu itu mewakili

bunyi tertentu yang mengandung makna tertentu pula.

Sedangkan menurut Slamet ( 2007 ) membaca merupakan

penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiring

curahan jiwa dalam mengahayati naskah.

Dari pendapat diatas, membaca merupakan suatu proses

pengahayatan atau menmbunyikan dari lambang tulisan yang telah kita

baca yang nantinya kita dapat memahami dan mengerti apa makna yang

ada dalam cerita yang telah kita baca.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

57

2. Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu proses membunyikan huruf yang telah

dibaca. Menurut Novi Resimini ( 2008:233 ) Membaca merupakan salah

satu keterampilan berbahasa , selain menyimak, berbicara, dan menulis,

dalam membaca seseorang harus berinteraksi melalui teks ( tulisan ) .

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2010 ) membaca merupakan

aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua setelah menyimak,

adanya hubungan yang tidak langsung antara penutur dan penerima tetapi

menggunakan lambang tulisan.

Jadi membaca dapat diartikan sebagai pengucapan lambang-

lambang yang tertulis yang mendapatkan sebuah makna yang dapat

dimengerti oleh pembaca.

3. Kemampuan membaca

Berlatih membaca dapat dilakukan secara bebas, dan bersifat

individu. Membaca suatu kegiatan yang penting dan perlu dimiliki oleh

setiap orang karena itu kita perlu mengetahui apa pengertian dai

membaca. Menurut Slamet ( 2007 ) kemampuan membaca adalah

pengungkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiring

curahan jiwa dalam menghayati naskah. Membaca bukan hanya sekedar

menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah

rangkaian kata/kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak,

melainkan lebih daripada itu.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

58

Kemampuan membaca mempunyai banyak tujuan, menurut

Burhan Nurgiyantoro( 2010 ) dengan kita mampu membaca kita dapat

memperoleh dan menanggapi informasi, memerluas pengetahuan,

memeroleh hiburan dan menyenangkan hati, dan lain-lain.

Dari pendapat diatas bahwa membaca merupakan suatu aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan individu memahami tulisan dengan

seksama sehingga menghasilkan bunyi-bunyi dari huruf tersebut dengan

bahasa yang baik dan benar serta diperlukan pemahaman dalam kegiatan

membaca tersebut. Untuk memperoleh pemahaman bacaan, seorang

pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan.

Bahkan adanya keluasan latar belakang pengetahuan dan pengalaman

pembaca yang menjadikan bekal untuk mencapai keberhasilan membaca.

Keterampilan membaca itu penting. Membaca memiliki dua

aktivitas yang dilakukan oleh pembaca yakni, membaca sebagai proses

dan membaca sebagai produk. Membaca adalah berinteraksi dengan teks.

Teks merupakan area pembelajaran menulis. Artinya, peningkatan

kemampuan siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilaksanakan

apabila siswa belajar berinteraksi melalui teks ( Novi Resmini,

2008:235 ).

Untuk mampu membaca dengan sepenuh hati atau membaca

dengan baik, adanya kemauan untuk membaca itu juga sangat penting.

Apabila kita mampu tapi tidak ada kemauan membaca tidak akan

berjalan dengan baik.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

59

4. Keterampilan Membaca Dengan Maksud Menceritakan Kembali Isi

Cerita Pendek

Menurut Slamet ( 2009:66 ) Membaca bukanlah sekedar

menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah

rangkaian kata/kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak,

melainkan lebih daripada itu.

Menceritakan kembali suatu cerita merupakan salah satu membaca

pemahaman yang dilakukan oleh siswa, dilakukan untuk mengungkap,

bercerita kembali tentang isi dari apa yang telah dibaca.

Mengungkapkan kembali merupakan suatu tes untuk mengetahui

apakah pembaca atau siswa itu telah menemukan suatu yang telah dicari

dalam cerita tersebut. Pembaca atau siswa tidak dapat menceritakan

kembali isi cerita tanpa mencerna cerita dengan baik.

Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat

reseptif kedua setelah menyimak. Penyampaian informasi melalui sarana

tulis untuk berbagai keperluan. Aktivitas membaca tentang berbagai

sumber informasi tersebut akan membuka dan memperluas dunia

seseorang.

F. Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yatu sanggup. Menurut

Poerwadarminta ( 2007:742 ) kemampuan berarti mampu atau sanggup

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

60

melakukan sesuatu dengan demikian kemampuan berarti kesanggupan

melakukan sesuatu.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (

2007:707 ) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (

bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta

berlebihan).

Dengan demikian, kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam

melakukan sesuatu dan kesangguan melakukan sesuatu berdasarkan

potensi yang dimiliki. Jadi seseorang dikatakan mampu apabila seseorang

itu bisa melakukan sesuatu yang harus dia lakukan.

2. Pembelajaran Menceritakan Kembali Isi Cerita Pendek

Pemberian tugas kepada siswa untuk menceritakan kembali

bacaan ata cerita merupakan kegiatan yang harus diakrabi oleh guru.

Menceritakan kembali isi bacaan atau cerita merupakan pembelajaran

berbicara sastra. Pembelajaran tersebut sesuai dengan kompetensi

dasarnya siswa diarahkan untuk terampil berbicara sekaligus melakukan

apresiasi sastra. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam

pembacaan bacaan, yaitu pengenalan terhadap karateristik cerita dan

pengenalan terhadap pendengar atau komunikan dalam berbicara.

Pembelajaran berbicara agar siswa memiliki kemampuan untuk

menceritakan kembali suatu cerita yang dibacanya dengan bahasanya

sendiri. Hal ini akan menjadikan siswa terampil berbicara dengan nalar

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

61

yang baik, mampu menyusun kata menjadi kalimat runut dan

mengkomunikasikan menjadi sebuah cerita.

Menceritakan kembali suatu cerita merupakan aspek membaca

nyaring yang melibatkan berbagai aspek, seperti pelafalan, intonasi, jeda,

sesuai dengan isi dan situasi, kelancaran. Itu semua ditetapkan dalam

kegiatan membaca bersuara dalam hal bercerita. Dengan demikian

nantinya akan diperoleh hasil membaca secara utuh. Bercerita ini

dilakukan secara lugas, datar, wajar, realistik, dan eskak ( Slamet,

2009:80 ).

Menceritakan suatu cerita pendek ada dua hal yang dituntut untuk

dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik ( bagaimana cara bercerita ) dan

unsur “apa” yang diceritakan yaitu ketepatan, kelancaran, dan kejelasan

cerita. ( Burhan Nurgiyantoro, 2010 ).

Tugas ini terutama dimaksudkan untuk mengukur kompetensi

pemahaman isi dan informasi yang terkandung dalam wacana yang

disampaikan. Penilaian terhadap kinerja siswa selain memperhitungkan

ketepatan unsur kebahasaan, juga harus melibatkan ketepatan dan

keakuratan isi atau infomasi yang didengar atau dibaca harus

konstekstual, relevan, dan sesuai dengan perkembangan pengalaman

siswa ( Burhan Nurgiyantoro : 2010 ).

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

62

Menceritakan kembali isi cerpen

Kompetensi DasarMenceritakan kembali isi cerpen

secara lisan

Indikator

1. menentukan bagian bagian cerita

dengan tahap dalam alur cerita

2. menceritakan kembali secara

lisan isi cerpen sesuai dengan isi

dan alur

Kisi kisi dalam unjuk kerja kemampuan menceritakan kembali isi

cerpen

No

Aspek kemampuan

menceritakan kembali

isi cerpen

kegiatan

a. Kata/kalimatnya dilafalkn

secara tepat dan jelas

b. Bercerita secara lancar,

tidak tersendat-sendat

a. Isi cerita sesuai dengn isi

cerpenb. Cerita dikisahkan secara

runtut

a. Intonasi bervariasi sesuai

dengan suasana yang

diceritakan

b. Intonasi diucapkan secara

jelas

a. Menggunakan pilihan kata

yang tepat

b. Menggunakan kalimat yang

sederhana dan komunikatif

4. Diksi atau pilihan kata

Lafal1.

2. Keruntutan cerita

3. Intonasi

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

63

G. Cerita Pendek

1. Pengertian Cerita Pendek

Pada pelajaran Bahasa Indonesia pasti berkaitan dengan

pembelajaran kesastraan, adapun pelajaran sastra dalam hal ini mengenai

cerita pendek atau cerpen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (

2007 ) Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen menurut

kamus adalah suatu bentuk prosanaratiffiktif. Cerita pendek cenderung

padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang

lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.

Sedangkan menurut Allan Poe dalam Nurgiyantoro. Cerita pendek

diartikan sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca sekali duduk, dalam

waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal,

karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak

kompleks (Pengarang) cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan

tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian –

bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita

tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena

terbatasnya ruang yang ada.

Sedangkan menurut Erien Komaruddin ( 2008 ) Cerita pendek atau

cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diakui

keberadaannya di samping novel, puisi, dan drama. Cerita pendek

memang relatif tidak terlalu panjang dan dapat dibaca dalam waktu

singkat. Meskipun wujudnya relatif pendek, cerita pendek menceritakan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

64

pesoalan manusia dengan lika liku kehidupannya. Oleh sebab itu, dengan

mengakrabi cerita pendek, kita dapat memetik manfaat dari pesan-pesan

yang dikandungnya.

Jadi cerita pendek merupakan suatu bacaan yang dibaca sekali

duduk yang langsung bisa dicerna isi yang ada didalam cerita dan

didalamnya terdapat pesan yang dapat diambil.

2. Cerita Pendek Anak

Menurut Nurgiyantoro ( 2005:218 ) Sastra adalah cerita

kehidupan, gambaran kehidupan. Cerita pendek anak adalah cerita yang

menceritakan tentang gambar-gambar dan binatang-binatang maupun

manusia dengan lingkungan.

Cerita anak tergambar adanya peristiwa kehidupan karakter tokoh

dalam menjalani kehidupan yang terdapat pada alur cerita. Menurut

Burhan Nurgiyantoro ( 2005:35 ) Cerita anak adalah cerita yang di mana

anak merupakan subjek yang menjadi fokos perhatian. Tokoh cerita anak

boleh siapa saja, namun mesti ada anak-anaknya, dan tokoh anak itu

tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga pusat pengisahan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah

cerita yang berisikan tentang kehidupan anak yang diangkat dari anak-

anak itu sendiri.

3. Kemampuan Membaca Kembali Cerpen Anak

Kemampuan membaca merupakan suatu kegiatan dalam bentuk

berkomunikasi dengan diri sendiri melalui lambang tertulis. Kemampuan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

65

membaca kembali cerpen anak berarti pembaca itu melakukan kegiatan

yaitu membaca cerpen dimana cerpen yang telah dibaca itu dipahami dan

dimengerti dengan baik. Kemampuan membaca dalam hal ini berarti

kesanggupannya dalam menceritakan kembali atau membaca kembali

cerita yang telah dibaca. Makna yang diambil dalam cerita tidak hanya

terdapat pada yang tertulis saja tapi terletak juga pada pikiran pembaca

itu sendiri. Ketepatan makna yang terdapat dalam cerita hanya pembaca

itu sendiri yang dapat mengartikan tergantung dari cara pembaca itu

memahami dan mengerti, apabila pembaca itu dapat atau mampu

membaca sekaligus mengerti apa yang telah dibacanya pasti makna atau

isi cerita dapat disampaikan dengan baik.

H. Penelitian Yang Relevan

Penelitian oleh Hermawan Adi Nugroho jurusan Pendidikan Bahasa

Indonesia dan Sastra IKIP PGRI Semarang yang berjudul Hubungan

kemampuan menganalisis kasual dengan kemampuan menceritakan kembali

isi cerpen pada siswa kelas V MI Manbaul Ulum Bermi Kecamatan Gombong

Kabupaten Pati tahun 2008/2009. Dalam penelitian Hermawan

mengidentifikasi apakah ada hubungan dalam kemampuan kasual dengan

kemampuan menceritakan kembali isi cerpen. Penelitian yang dilakukan

Hermawan telah berhasil membuktiktan bahwa ada hubungan kausal dengan

menceritakan kembali isi cerpen, karena apabila siswa mampu

berkemampuan kasual maka siswa mempunyai kemampuan menceritakan

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

66

kembali isi cerpen dengan baik. Untuk selanjutnya, penelitian tentang

hubungan kemampuan kasual dengan kemampuan menceritakan kembali isi

cerpen tersebut menjadi relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan

karena penelitian yang akan dilakukan, peneliti membahas analisis

kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen.

Dari penelitian tersebut terlihat bahwa suatu pembelajaran harus

diperhatikan, baik itu proses pembelajarannya, maupun tingkat

kemampuan siswa terhadap suatu aspek pembelajaran khususnya Bahasa

Indonesia karena peneliti melihat ada kekurangan siswa dalam

kemampuan berbicara maka dari itu peneliti lebih menggali bagaimana

kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen yang nantinya

dapat memberikan motivasi bagi guru agar dapat memaksimalkan

pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pengajaran berbicara.

I. Kerangka Pikir

Kondisi saat ini guru dalam melakukan pembelajaran masih belum

dapat memaksimalkan siswa untuk lebih aktif dan terjun ke pengalaman

langsung, mereka hanya dituntut untuk mengikuti pembelajaran yang

sudah berjalan. Khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,

terdapat banyak aspek yang harus dikuasai siswa dalam kemampuan

berbahasa, yaitu ada kemampuan membaca, menyimak, menulis dan

berbicara. Semua keterampilan itu harus bisa dikuasai siswa. Khususnya

dalam aspek berbicara yaitu komunikasi lisan, kebanyakan guru belum

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di …repository.ump.ac.id/6723/3/BAB II.pdf · keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar

67

dapat memaksimalkan keterampilan berbicaranya, guru masih

mengedepankan aspek menulis, evaluasi pun menggunakan tes tertulis,

siswa belum dilihat kemampuannya dalam berbicara, sehingga kita tidak

tahu apakah siswa sudah mampu melakukan keterampilan berbicara secara

baik atau belum, dan apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak dalam

melakukan keterampilan berbicara khususnya dalam menceritakan kembali

isi bacaan atau cerita pendek.

Peneliti tertarik untuk melihat seberapa jauh kemampuan siswa

dalam menceritakan kembali isi bacaan atau cerita, apakah siswa

mengalami kesulitan atau tidak. Peneliti berharap dengan adanya

penelitian ini bisa bermanfaat untuk ke depannya dan membuka jendela

kita sebagai calon guru dan bagi para guru untuk lebih menggali potensi

siswa, kemampuan siswa agar tidak jalan di tempat saja tapi terus berjalan

agar nantinya pun siswa lebih pandai dalam menguasai keterampilan

berbahasa secara keseluruhan.

Analisis Kemampuan Dan..., Agustina Kurniawati, FKIP, UMP, 2014