BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islam 1. Pengertian internalisasi Internalisasi merupakan suatu proses yang harus terjadi dalam pendidikan. Internalisasi bukan hanya sekedar transformasi ilmu pengetahuan oleh pihak pendidik kepada peserta didik, tetapi menekankan kepada penghayatan serta pengaktualisasian ilmu pengetahuan yang merupakan nilai sehingga nilai tersebut menjadi kepribadian dan prinsip dalam hidupnya. Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia. Karena pendidikan agama Islam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu adanya proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi ketika siswa menyadari sesuatu nilai yang terkandung dalam pengajaran agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem nilai diri sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku, dan perbuatan moralnya dalam menjalani kehidupan ini (Nurdin, 2014 : 124-125). Menurut Muhadjir (1993 : 103). Internalisasi adalah interaksi yang memberikan pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai 7 Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
29
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Internalisasi Nilai-nilai Islam
1. Pengertian internalisasi
Internalisasi merupakan suatu proses yang harus terjadi dalam
pendidikan. Internalisasi bukan hanya sekedar transformasi ilmu
pengetahuan oleh pihak pendidik kepada peserta didik, tetapi
menekankan kepada penghayatan serta pengaktualisasian ilmu
pengetahuan yang merupakan nilai sehingga nilai tersebut menjadi
kepribadian dan prinsip dalam hidupnya.
Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar
nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia. Karena pendidikan
agama Islam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu adanya
proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah
pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu
terjadi ketika siswa menyadari sesuatu nilai yang terkandung dalam
pengajaran agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem
nilai diri sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku,
dan perbuatan moralnya dalam menjalani kehidupan ini (Nurdin, 2014 :
124-125).
Menurut Muhadjir (1993 : 103). Internalisasi adalah interaksi
yang memberikan pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai
7
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
8
(values), lebih memberi pengaruh pada kepribadiannya, fungsi evaluatif
menjadi dominan. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam Nurdin
(2014 : 125) internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan
(knowing) dan ketrampilan melaksanakan (doing) ke dalam pribadi
seseorang (being).
Internalisasi diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ketiga adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai
sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin
atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Dapat disimpulkan bahwa internalisasi adalah menyatukan
keberhargaan nilai ke dalam diri seseorang melalui pembiasaan,
penanaman, pengorganisasian, penghayatan, terhadap suatu ajaran untuk
dijadikan sebagai sikap, perilaku, ucapan dan perbuatan sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Tujuan internalisasi nilai
Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan
secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuan ialah suatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan,
karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui
tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan
bertingkat (Daradjat, 2008 : 29).
Sedangkan menurut Mujib dan Mudzakkir (2006 : 75-77)
menyangkut internalisasi nilai-nilai, yang di dalamnya terdapat iman,
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
9
Islam, dan ihsan serta ilmu pengatahuan menjadi pilar-pilar utamanya.
Secara teoritis, tujuan akhir di bedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Tujuan normatif. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-
norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak di
internalisasi, misalnya :
b. Tujuan fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan pada
kemampuan peserta didik untuk mengfungsikan daya kognisi, afeksi,
dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai yang
ditetapkan. Tujuan ini meliputi :
c. Tujuan operasional. Tujuan yang mempunyai sasaran teknis
manajerial.
Dari berbagai tujuan di atas maka guru akan lebih mudah untuk
melaksanakan internalisasi nilai-nilai yang akan dicapai dalam sebuah
proses pembelajaran, aspek ini lebih menekankan pada kesadaran siswa
untuk mengamalkannya. Selain melalui proses pendidikan di sekolah
perlu adanya kerja sama dengan pihak orang tua siswa, mengingat waktu
siswa lebih banyak digunakan di luar sekolah. Dalam kajian psikologi,
kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu akan
muncul tatkala tindakan tersebut telah dihayati (terinternalisasi).
3. Tahapan dan langkah-langkah internalisasi nilai-nilai
Menurut Muhaimin (2012 : 178) tahap-tahap dalam internalisasi
nilai adalah :
a. Tahap transformasi nilai : pada tahap ini guru sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik
kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal.
b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan
guru bersifat timbal balik.
c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini jauh lebih dalam dari
pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapan
siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya
(kepribadiannya).
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
10
Jadi, dalam tahapan-tahapan ini guru tidak sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada
siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal tetapi juga
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru
yang bersifat timbal balik.
Menurut Muhaimin (2012 : 179) tahap-tahap internalisasi ini
diupayakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyimak (receiving), yakni kegiatan siswa untuk bersedia
menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang
dikembangkan dalam sikap efektifnya.
b. Menanggapi (responding), yakni kesediaan siswa untuk merespons
nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan
untuk merespons nilai tersebut.
c. Memberi nilai (valuing), yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas
merespons nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baru
terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya.
d. Mengorganisasi nilai (Organization of value), yakni aktivitas siswa
untuk mengatur berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebagai
kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki
suatu sistem nilai yang berbeda dengan orang lain.
e. Karakteristik nilai (characterization be a value complex), yakni
dengan membiasakan dengan nilai-nilai yang benar yang diyakini,
dan yang diorganisir dalam laku kepribadiannya sehingga nilai
tersebut sudah menjadi watak (kepribadiannya), yang tidak dapat
dipisahkan lagi dari kehidupannya.
Menurut Krathwohl (1964) sebagaimana di kutip Lubis (2009 :
19-21) bahwa tahapan-tahapan lain dalam menginternalisasi nilai dapat
dikelompokkan dalam 5 tahap, yakni :
a. Tahap receiving (menyimak). Pada tahap ini seseorang aktif dan
sensitif menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena,
sedia menerima secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena.
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
11
b. Tahap responding (menanggapi). Pada tahap ini, seseorang sudah
mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif stimulus
dalam bentuk respons yang nyata.
c. Tahap valuing (memberi nilai). Kalau pada tahap pertama dan kedua
lebih banyak masih bersifat aktivitas fisik biologis dalam menerima
dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu
menangkap stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.
d. Tahap mengorganisasikan nilai (organization). Yaitu satu tahap yang
lebih kompleks dari tahap ketiga di atas. Seseorang mulai mengatur
sistem nilai yang ia terima dari luar untuk diorganisasikan (ditata)
dalam dirinya sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak
terpisahankan dalam dirinya.
e. Tahap karakterisasi nilai (Characterization). Yang ditandai dengan
ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisasir sistem nilai yang
diyakininya dalam hidupnya secara mapan, ajek dan konsisten
sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dengan pribadinya.
Tahapan-tahapan proses pembentukan nilai ini lebih banyak
ditentukan dari arah mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai
dari kemudian menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya.
Dalam tahapan internalisasi nilai ini seorang guru melakukan suatu
pembiasaan pemahaman kepada siswanya agar tahapan-tahapan tersebut
terlaksana sesuai dengan yang di harapkan. Seorang guru ketika
menginternalisasi nilai membutuhkan proses yang lama untuk
menjadikan nilai itu tetap melekat dalam dirinya.
B. Nilai-nilai Islam
1. Pengertian nilai-nilai Islam
Demikian luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan
dengan konsep lainnya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement.
Konsep nilai ketika dihubungkan dengan dengan logika menjadi benar-
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
12
salah, ketika dihubungkan dengan estetika menjadi indah-jelek, dan
ketika dihubungkan dengan etika menjadi baik-buruk. Kata value, yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai,
berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis kuno valoir
(Encyclopedia of Real Estase Terms, 2002). Sebatas arti denotatifnya,
valere, valoir, value, atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. (Mulyana,
2011 : 7).
Menurut M.Z. Lawang dalam Nurdin (2014:36) yang pasti bahwa
nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas,
berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
Nilai atau value (bahasa inggris) atau valere (bahasa latin) berarti
berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai ini adalah
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna,
dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2008 : 28).
Sedangkan menurut Kupperman, 1983 sebagaimana di kutip
Mulyana (2011 : 9) nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi
manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan
alternatif.
Sidi Gazalba dalam Lubis (2009 : 17) bahwa mengartikan nilai
adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dan ideal. Nilai bukan benda
konkret, bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi.
Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
13
Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam
semesta. Letak kerahmatannya pada kesempurnaan Islam itu sendiri
Islam mempunyai nilai-nilai universal yang mengatur semua aspek
kehidupan manusia. Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW., diyakini oleh umat manusia sebagai ajaran yang
dapat menjamin bagi terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera
lahir dan batin, dunia akhirat.
Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti. Di tinjau
dari segi normatif yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan
salah, haq dan bhatil. Sedangkan ditinjau dari operatif nilai mengandung
lima pengertian kategorial yang menjadi perinsip perilaku manusia yaitu
wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Pada dasarnya struktur dalam
islam lebih banyak memberikan ruang gerak yang luas dalam
menentukan pilihan tingkah laku perbuatan seorang muslim.