Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islam 1. Pengertian internalisasi Internalisasi merupakan suatu proses yang harus terjadi dalam pendidikan. Internalisasi bukan hanya sekedar transformasi ilmu pengetahuan oleh pihak pendidik kepada peserta didik, tetapi menekankan kepada penghayatan serta pengaktualisasian ilmu pengetahuan yang merupakan nilai sehingga nilai tersebut menjadi kepribadian dan prinsip dalam hidupnya. Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia. Karena pendidikan agama Islam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu adanya proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi ketika siswa menyadari sesuatu nilai yang terkandung dalam pengajaran agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem nilai diri sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku, dan perbuatan moralnya dalam menjalani kehidupan ini (Nurdin, 2014 : 124-125). Menurut Muhadjir (1993 : 103). Internalisasi adalah interaksi yang memberikan pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai 7 Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

Mar 11, 2019

Download

Documents

votruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Internalisasi Nilai-nilai Islam

1. Pengertian internalisasi

Internalisasi merupakan suatu proses yang harus terjadi dalam

pendidikan. Internalisasi bukan hanya sekedar transformasi ilmu

pengetahuan oleh pihak pendidik kepada peserta didik, tetapi

menekankan kepada penghayatan serta pengaktualisasian ilmu

pengetahuan yang merupakan nilai sehingga nilai tersebut menjadi

kepribadian dan prinsip dalam hidupnya.

Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar

nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia. Karena pendidikan

agama Islam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu adanya

proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah

pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu

terjadi ketika siswa menyadari sesuatu nilai yang terkandung dalam

pengajaran agama dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem

nilai diri sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku,

dan perbuatan moralnya dalam menjalani kehidupan ini (Nurdin, 2014 :

124-125).

Menurut Muhadjir (1993 : 103). Internalisasi adalah interaksi

yang memberikan pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai

7

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

8

(values), lebih memberi pengaruh pada kepribadiannya, fungsi evaluatif

menjadi dominan. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam Nurdin

(2014 : 125) internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan

(knowing) dan ketrampilan melaksanakan (doing) ke dalam pribadi

seseorang (being).

Internalisasi diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi

ketiga adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai

sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin

atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Dapat disimpulkan bahwa internalisasi adalah menyatukan

keberhargaan nilai ke dalam diri seseorang melalui pembiasaan,

penanaman, pengorganisasian, penghayatan, terhadap suatu ajaran untuk

dijadikan sebagai sikap, perilaku, ucapan dan perbuatan sesuai dengan

ajaran Islam.

2. Tujuan internalisasi nilai

Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan

secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuan ialah suatu yang diharapkan

tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan,

karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui

tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan

bertingkat (Daradjat, 2008 : 29).

Sedangkan menurut Mujib dan Mudzakkir (2006 : 75-77)

menyangkut internalisasi nilai-nilai, yang di dalamnya terdapat iman,

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

9

Islam, dan ihsan serta ilmu pengatahuan menjadi pilar-pilar utamanya.

Secara teoritis, tujuan akhir di bedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Tujuan normatif. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-

norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak di

internalisasi, misalnya :

b. Tujuan fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan pada

kemampuan peserta didik untuk mengfungsikan daya kognisi, afeksi,

dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai yang

ditetapkan. Tujuan ini meliputi :

c. Tujuan operasional. Tujuan yang mempunyai sasaran teknis

manajerial.

Dari berbagai tujuan di atas maka guru akan lebih mudah untuk

melaksanakan internalisasi nilai-nilai yang akan dicapai dalam sebuah

proses pembelajaran, aspek ini lebih menekankan pada kesadaran siswa

untuk mengamalkannya. Selain melalui proses pendidikan di sekolah

perlu adanya kerja sama dengan pihak orang tua siswa, mengingat waktu

siswa lebih banyak digunakan di luar sekolah. Dalam kajian psikologi,

kesadaran seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu akan

muncul tatkala tindakan tersebut telah dihayati (terinternalisasi).

3. Tahapan dan langkah-langkah internalisasi nilai-nilai

Menurut Muhaimin (2012 : 178) tahap-tahap dalam internalisasi

nilai adalah :

a. Tahap transformasi nilai : pada tahap ini guru sekedar

menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik

kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal.

b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan

guru bersifat timbal balik.

c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini jauh lebih dalam dari

pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapan

siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya

(kepribadiannya).

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

10

Jadi, dalam tahapan-tahapan ini guru tidak sekedar

menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada

siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal tetapi juga

melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru

yang bersifat timbal balik.

Menurut Muhaimin (2012 : 179) tahap-tahap internalisasi ini

diupayakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyimak (receiving), yakni kegiatan siswa untuk bersedia

menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang

dikembangkan dalam sikap efektifnya.

b. Menanggapi (responding), yakni kesediaan siswa untuk merespons

nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan

untuk merespons nilai tersebut.

c. Memberi nilai (valuing), yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas

merespons nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baru

terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya.

d. Mengorganisasi nilai (Organization of value), yakni aktivitas siswa

untuk mengatur berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebagai

kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki

suatu sistem nilai yang berbeda dengan orang lain.

e. Karakteristik nilai (characterization be a value complex), yakni

dengan membiasakan dengan nilai-nilai yang benar yang diyakini,

dan yang diorganisir dalam laku kepribadiannya sehingga nilai

tersebut sudah menjadi watak (kepribadiannya), yang tidak dapat

dipisahkan lagi dari kehidupannya.

Menurut Krathwohl (1964) sebagaimana di kutip Lubis (2009 :

19-21) bahwa tahapan-tahapan lain dalam menginternalisasi nilai dapat

dikelompokkan dalam 5 tahap, yakni :

a. Tahap receiving (menyimak). Pada tahap ini seseorang aktif dan

sensitif menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena,

sedia menerima secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

11

b. Tahap responding (menanggapi). Pada tahap ini, seseorang sudah

mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif stimulus

dalam bentuk respons yang nyata.

c. Tahap valuing (memberi nilai). Kalau pada tahap pertama dan kedua

lebih banyak masih bersifat aktivitas fisik biologis dalam menerima

dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah mampu

menangkap stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.

d. Tahap mengorganisasikan nilai (organization). Yaitu satu tahap yang

lebih kompleks dari tahap ketiga di atas. Seseorang mulai mengatur

sistem nilai yang ia terima dari luar untuk diorganisasikan (ditata)

dalam dirinya sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak

terpisahankan dalam dirinya.

e. Tahap karakterisasi nilai (Characterization). Yang ditandai dengan

ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisasir sistem nilai yang

diyakininya dalam hidupnya secara mapan, ajek dan konsisten

sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dengan pribadinya.

Tahapan-tahapan proses pembentukan nilai ini lebih banyak

ditentukan dari arah mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai

dari kemudian menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya.

Dalam tahapan internalisasi nilai ini seorang guru melakukan suatu

pembiasaan pemahaman kepada siswanya agar tahapan-tahapan tersebut

terlaksana sesuai dengan yang di harapkan. Seorang guru ketika

menginternalisasi nilai membutuhkan proses yang lama untuk

menjadikan nilai itu tetap melekat dalam dirinya.

B. Nilai-nilai Islam

1. Pengertian nilai-nilai Islam

Demikian luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan

dengan konsep lainnya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement.

Konsep nilai ketika dihubungkan dengan dengan logika menjadi benar-

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

12

salah, ketika dihubungkan dengan estetika menjadi indah-jelek, dan

ketika dihubungkan dengan etika menjadi baik-buruk. Kata value, yang

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi nilai,

berasal dari bahasa Latin valere atau bahasa Prancis kuno valoir

(Encyclopedia of Real Estase Terms, 2002). Sebatas arti denotatifnya,

valere, valoir, value, atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. (Mulyana,

2011 : 7).

Menurut M.Z. Lawang dalam Nurdin (2014:36) yang pasti bahwa

nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas,

berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang

bernilai tersebut.

Nilai atau value (bahasa inggris) atau valere (bahasa latin) berarti

berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai ini adalah

kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna,

dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2008 : 28).

Sedangkan menurut Kupperman, 1983 sebagaimana di kutip

Mulyana (2011 : 9) nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi

manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan

alternatif.

Sidi Gazalba dalam Lubis (2009 : 17) bahwa mengartikan nilai

adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dan ideal. Nilai bukan benda

konkret, bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

13

Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam

semesta. Letak kerahmatannya pada kesempurnaan Islam itu sendiri

Islam mempunyai nilai-nilai universal yang mengatur semua aspek

kehidupan manusia. Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW., diyakini oleh umat manusia sebagai ajaran yang

dapat menjamin bagi terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera

lahir dan batin, dunia akhirat.

Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti. Di tinjau

dari segi normatif yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan

salah, haq dan bhatil. Sedangkan ditinjau dari operatif nilai mengandung

lima pengertian kategorial yang menjadi perinsip perilaku manusia yaitu

wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Pada dasarnya struktur dalam

islam lebih banyak memberikan ruang gerak yang luas dalam

menentukan pilihan tingkah laku perbuatan seorang muslim.

http://newjoesafirablog.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-konsep-

nilai-dalam-islam.html. (diakses tanggal 01 Desember 2015 pukul 0 : 02

WIB).

Nilai-nilai keagamaan merupakan salah satu nilai yang ada

sebagaimana dijelaskan pada uraian terdahulu. Nilai-nilai keagamaan di

sini dimaksudkan sebagai nilai-nilai Islam. Studi tentang nilai-nilai Islam

secara kaffah merupakan pekerjaan yang amat besar, karena nilai-nilai

Islam tersebut menyangkut berbagai aspek dan memerlukan kajian dan

telaah yang luas. Oleh karena itu, kajian nilai-nilai Islami di sini tidak

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

14

mengupas aspek-aspek tersebut secara terperinci, namun dibatasi pada

nilai-nilai pokok ajaran Islam yang sewajarnya ada dan dimiliki oleh

seorang muslim.

Nilai-nilai pokok ajaran Islam tersebut meliputi iman, Islam dan

ihsan, sebagai satu kesatuan integral yang tidak dapat di pisahkan atara

satu dengan yang lain. Keterkaitan ketiga komponen di atas digambarkan

oleh Allah SWT dalam sebuah perumpamaan dalam Al-Qur‟an,

“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membawa

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh

dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya

pada tiap musim dengan seizin Tuhan. Allah membawa perumpamaan-

perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Q.S.

Ibrahim : 24-25). Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang

diriwayatkan muslim dari Umar bin Khathab ra bahwa nilai-nilai pokok

ajaran agamaIslam secara keseluruhan mencakup tiga hal :

a. Iman, meliputi enam rukun :

1) Imam kepada Allah

2) Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

3) Iman kepada Kitab-kitab Allah

4) Iman kepada Rasul-rasul Allah

5) Iman kepada Hari akhir

6) Iman kepada Qadar baik dan Qadar buruk

b. Islam, meliputi rukun Islam

1) Mengucapkan dua kalimat syahadat

2) Mendirikan shalat

3) Membayar zakat

4) Mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan

5) Mengerjakan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu

melaksanakannya.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

15

c. Ihsan yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah

dan jika kita tidak dapat melihatnya, kita meyakini, bahwa Allah

melihat kita. (Lubis, 2009 : 20).

Islam berasal dari kata aslama, yaslimu yang berarti

mengarah, tunduk dan patuh. Islam mengandung makna yang

umum bukan hanya nama dari suatu agama. Ketundukan, ketaatan

dan kepatuhan merupakan makna Islam. Dengan demikian Islam

segala sesuatu yang tunduk dan patuh terhadap kehendak Al-

Qur‟an mempunyai beberapa arti : Tunduk dan Patuh ( Q.S. Al-

Baqarah : 131, berserah diri) (Q.S. Yunus : 72) (Q.S. Yunus : 84)

(Q.S. Ali-Imran) dan Islam (Q.S. Yusuf : 101) (Q.S. Al-Maidah : 3)

(Q.S. Al-Maidah : 19) dan (Q.S. Al-Baqarah : 208)

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya berasal dari

Allah SWT diwahyukan kepada utusannya (Rasul) dan lanjutannya

disampaikan kepada manusia. Islam adalah agama Allah yang

dibawa oleh para Nabi pada setiap zamannya yang berakhir dengan

kenabiian Muhammad SAW. Peranan agama Islam bagi para Nabi

didasarkan kepada firman Allah. Rangkaian ayat-ayat yang ada

dalam firman Allah SWT menggambarkan bahwa agama Islam

adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui para

Rasul dan pada saat terakhir agama ini diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Jadi Islam dalam pengertian lain ajaran yang

diwahyukan Allah SWT Kepada Nabi Muhammad SAW.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

16

Agama Islam adalah risalah atau pesan-pesan yang

diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul sebagai

petunjuk dan pedoman ysang mengandung hukum-hukum. Risalah-

risalah tersebut sempurna untuk dipergunakan dalam

menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yang mengatur

hubungan manusia dengan khaliq, manusia dengan makhluq

(manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya).

Sebagai sumber nilai, agama Islam merupakan petunjuk,

pedoman dan pendorong bagi manusia dalam menciptakan dan

mengembangkan budaya, serta memberikan pemecahan terhadap

segala persoalan hidup dan kehidupan. Agama Islam mengandung

ketentuan-ketentuan keimanan, muamalah dan pola tingkah laku

dalam berhubungan dengan sesama makhluk dan menentukan

proses berpikir, dan lain-lainnya (Lubis, 2009 : 21).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

nilai-nilai Islam adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan yang

dapat mempengaruhi perilaku sosial meliputi iman, Islam dan ihsan,

sebagai satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan atara satu

dengan yang lain.

2. Sumber nilai-nilai Islam

Menurut Daradjat (2008 : 19) setiap usaha, kegiatan dan tindakan

yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan

untuk tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu nilai-nilai

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

17

Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai

landasan kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan nilai-nilai

Islam itu dihubungkan, landasan itu terdiri dari Al-Qur‟an dan sunnah

Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al

maslahah, al mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an ialah firman Allah SWT berupa wahyu yang

disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di

dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk

keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang

terkandung itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan

dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang

berhubungan dengan amalan itu disebut Syari‟ah.

Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak

dibicarakan dalam Al-Qur‟an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan

dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang

paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia

dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan

manusia sesamanya (masyarakat), dengan alam dan lingkungannya,

dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal saleh

(syari‟ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan

ilmu tentang syari‟ah ini ialah ; ibadah untuk perbuatan yang

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

18

langsung berhubungan selain dengan Allah, dan akhlak untuk

tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.

b. As-Sunnah

As-Sunah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasul Allah SWT. Yang dimaksud pengakuan itu ialah kejadian atas

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau

membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah

merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur‟an, sunnah juga

berisi aqidah dan Syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk

keselamatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina

umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk

itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri

mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi

Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk

mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-

daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam

rangka pembentukan muslim dan masyarakat Islam.

Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara

pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka

kemugkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa

ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah

yang berkaitan dengan pendidikan.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

19

Dari kedua sumber nilai-nilai Islam di atas setiap aktivitas

yang disengaja harus mempunyai sumber dan landasan tempat

berpijak yang kukuh dan kuat, karena manusia selalu berpedoman

kepada pandangan hukum-hukum dasar yang dianutnya dan kedua

sumber di atas itulah yang akan menjadi pegangan dasar di dalam

kehidupan manusia.

3. Ruang lingkup nilai-nilai Islam

Dasar-dasar agama Islam pada hakikatnya adalah membicarakan

kerangka umum dari ajaran Islam seluruh dasar-dasar atau pokok-pokok

ajaran Islam adalah penting dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan

yang lainnya. Apabila diklasifikasikan ada bagian yang penting. Dalam

tulisan ini akan dibahas secara berurutan secara mulai dari bagian yang

paling mendasar dan sekaligus merupakan bagian yang paling penting.

Menurut Alim (2011 : 124) yaitu :

a. Nilai akidah/ keimanan

Akidah secara etimologi berarti yang terkait. Setelah

terbentuk menjadi kata, akidah berarti perjanjian yang teguh dan

kuat, dan tertanam dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara

terminologis berarti credo, creed, keyakinan hidup iman dalam arti

khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati, menentramkan jiwa,

dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

20

Akidah atau iman adalah pondasi dalam kehidupan umat

Islam, sedangkan ibadah adalah menifestasi dari iman. Kuat atu

lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas imannya.

Dengan demikian, iman harus mencakup empat komponen yaitu ;

ucapan, perbuatan, niat (keyakinan) dan sesuai dengan Sunnah

Rasul. Sebab iman apabila hanya berbentuk ucapan tanpa amal,

berarti kafir; ucapan dan amal tapi tanpa niat adalah munafik;

sementara ucapan, amal dan niat tapi tidak sesuai dengan Sunnah

Rasul adalah bid‟ah.

b. Nilai ibadah

Secara harfiyah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah

SWT, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid.

Sedangkan menurut majelis Tarjih Muhammadiyah yang dikutip

oleh Muhammad Alim di dalam bukunya definisi ibadah sebagai

upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala

perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan

segala yang diizinkan-Nya.

Ketentuan ibadah termasuk salah satu bidang ajaran Islam di

mana akal manusia tidak berhak campur tangan, melainkan hak dan

otoritas milik Allah sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini

mematuhi, mentaati, melaksanakan dan menjalankannya dengan

penuh ketundukan sebagai bukti pengabdian dan rasa terimakasih

kepada-Nya. Ini selaras dengan makna Islam, yaitu berserah diri,

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

21

patuh dan tunduk guna mendapatkan kedamaian dan keselamatan.

Ketenangan jiwa, rendah hati, menyandarkan diri kepada amal saleh

dan ibadah bukan kepada nasab tertentu, semuanya adalah hasil dari

pengamalan ibadah.

Dengan demikian visi Islam tentang ibadah adalah

merupakan sifat, jiwa dan misi ajaran Islam itu sendiri yang sejalan

dengan tugas sang pencipta manusia, sebagai makhluk yang hanya

diperintahkan agar beribadah kepada-Nya. Peraturan ibadah dalam

Islam terdiri dari :

1) Rukun Islam : mengucapkan syahadatain, shalat, zakat, puasa

dan haji.

2) Ibadah lainnya dan ibadah yang berhubungan dengan rukun

Islam. Hal ini terbagi menjadi dua, pertama ibadah badaniyah

atau bersifat fisik (bersuci meliputi wudhu, mandi, tayamum,

pengaturan penghilangan najis, peraturan air, adzan, iqamah,

doa, pengurusan mayat dan lain-lain). Kedua ibadah maliyah

(bersifat kebendaan/materi) seperti kurban, akikah, sedekah,

wakaf, fidyah, hibah dan lain-lain.

Ibadah secara umum berarti mencakup seluruh aspek

kehidupan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam

pengertian inilah yang merupakan tugas hidup manusia. Dalam

pengertian khusus ibadah adalah perilaku manuasia yang dilakukan

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

22

atau perintah Allah dan dicontohkan oleh Rasululllah, atau disebut

ritual (ibadah vertikal, habluminallah).

c. Nilai akhlak

Salah satu tujuan risalah Islam ialah menyempurnakan

kemulian-kemuliaan akhlak. Akhlak mulia dalam ajaran Islam

pengertiannya adalah perangai atau tingkah laku manusia yang

sesuai dengan tuntutan kehendak Allah. Akhlak dalam Islam mulai

dari akhlak yang berkaitan dengan diri pribadi, keluarga, sanak

famili, tetangga, masyarakat, lalu akhlak yang berkaitan dengan flora

dan fauna hingga akhlak yang berkaitan dengan alam yang luas ini.

Dan di atas itu semua akhlak yang berkaitan dengan hubungan

manusia dengan Allah SWT.

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab

yang berarti : (a) perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar

khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar

khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para ulama

telah banyak mendefinisikan, di antaranya Ibn Maskawaih dalam

bukunya Tahdzib al-akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah

keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan

(Alim, 2011 : 151).

Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual

muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, akhlak

adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

23

Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tingkah laku dalam

jiwa manusia yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tanpa didahului pertimbangan dan pemikiran manusia itu

sendiri, dimana perbuatan-perbuatan itu sudah tertanam di dalam

jiwanya.

Dari beberapa pendapat diatas maka penulis menarik kesimpulan

bahwa tujuan internalisasi nilai-nilai Islam adalah menanamkan atau

menyatukan nilai-nilai Islam seperti; aqidah (keimanan), nilai ibadah,

nilai akhlak (moral), nilai sosial untuk diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari agar menjadi manusia yang selalu dekat dengan Allah SWT.

Komponen dalam ruang lingkup nilai-nilai Islam seperti akidah, ibadah

dan akhlak ketiganya merupakan suatu kesatuan integral yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

C. Anak Autis

1. Pengertian autis

Monks dkk.,dalam Novan (2014 : 187) mengungkapkan bahwa

autisme berasal dari kata autos yang berarti aku. Pada pengertian non

ilmiah kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa semua anak yang mengarah

pada dirinya sendiri disebut dengan autisme. Sementara itu, Berk

mengartikan autisme dengan istilah absorbed in the self atau keasyikan

dalam dirinya sendiri. Sementara Wall mengartikan autisme sebagai

aloof atau withdrawn, yang mana anak-anak dengan gangguan autisme

ini tidak tertarik dengan dunia sekelilingnya. Kemudian Tilton

mengungkapkan bahwa pemberian nama autisme karena hal ini diyakini

dari “keasyikan yang berlebihan” dalam dirinya sendiri.

Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang

mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

24

(berhubungan) dengan orang lain. Sutadi, 2011 bagaimana di kutip

Sujarwanto (2005 : 167). Penyandang autisme tidak dapat berhubungan

dengan orang lain secara berarti serta kemampuannya untuk membangun

hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidakmampuannya

untuk berkomunikasi dan untuk mengerti perasaan orang lain. Lebih

lanjut bahwa sutadi mengemukakan bahwa autisme merupakan gangguan

proses perkembangan yang terjadi dalam tiga tahun pertama, yang

menyebabkan gangguan pada bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif,

sehingga anak-anak tersebut semakin lama tertinggal perkembangannya

dibandingkan teman-teman seusia mereka.

Menurut Yatim (2002) dalam Sujarwanto (2005 : 168)

mengemukakan bahwa autisme merupakan kumpulan gejala kelainan

perilaku dan perkembangan dimana terjadi penyimpangan perkembangan

sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga

anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri serta terjadi kelainan

emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).

Sedangkan menurut Yuniar (2002) dalam Sujarwanto (2005 :

169) mengemukakan autisme adalah ganguan perkembangan yang

kompleks, mempengaruhi perilaku dengan akibat kekurangmampuan,

komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga

sulit untuk mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan

sebagai anggota masyarakat.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

25

Dapat disimpulkan bahwa Autis adalah gangguan perkembangan

yang muncul di awal kehidupan seorang anak, yang ditandai oleh

ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain, masalah dalam

hal komunikasi, dan adanya pola tingkah laku tertentu yang diulang-

ulang. Anak dengan gangguan autis secara sepintas tampak tidak

bermasalah. Namun bila dicermati lebih mendalam akan terlihat bahwa

mereka mengalami keterlambatan perkembangan (khusunya dalam hal

bahasa) serta mereka menunjukkan perilaku aneh (misalnya sering

mengkibas-kibaskan tangan, bergerak berputar-putar, atau sering

memandang dengan sudut mata).

2. Sejarah autis

Dalam memahami autis, sejarah munculnya autis menjadi penting

sekali untuk kita ketahui jalan ceriteranya. Sejarah munculnya

terminology autistik pertama kali dicetuskan oleh Eugen Bleuler seorang

Psikitiatik Swiss pada tahun 1991, dimana terminology ini digunakan

pada penderita schizopherenia anak remaja. Pada tahun 1943, Dr. Leo

Kanner dari Johns Hopkins University mendeskripsikan tentang autistik

pada masa anak-anak awal (Infantile Autism). Penemuannya didasarkan

pada hasil observasi dari 11 anak-anak dari tahu 1938-1943. Selanjutnya,

Kanner meredusir poin-poin di atas menjadi dua ciri-ciri utama, yakni

maintenance of sameness in children’s repetitive routine dan extreme

aloneness, with onset within the first two years.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

26

Dalam waktu yang sama, seorang psychiatrist dari Jerman Hans

Asperger mengenalkan pola perilaku abnormal dalam kelompok remaja

diman aia menyebutnya dengan “Autistic Psychopathy” (kepribadian

yang tidak normal). Tulisan yang dipublikasikannya terkenal adalah

“Autism and Asperger Syndrome” yang di edit oleh Uta Frith tahun

1991. kedua tulisan Hans Asperger dan Kanner mendiskripsikan aspek

kondisi yang sama. Digby Tantam dalam publikasinya National Autistic

Socienty yang memberi kesan bahwa bagaimana dari keberadaan orang-

orang dengan autis itu dapat bersosialisasi, perilaku yang janggal,

ketrampilan secara verbal dan mengembangkan ketertarikan khusus. Dia

menggunakan terminologi “Asperger Syndrome” untuk menentukan

individu dalam kelompok “difficulties”. (Yuwono, 2009 : 8-11).

Sejak sekitar tahun 1977 masalah autis mulai dikenal oleh

sebagian masyarakat Indonesia. Ini terlihat dengan banyak beredarnya

informasi mengenai autisme, dibukanya pusat-pusat terapi, terbentuknya

yayasan-yayasan yang peduli dan menangani individu autis, sampai

seminar-seminar nasional yang membicarakan masalah ini dengan pakar-

pakar dari dalam dan luar negeri. Penanganan terhadap permaslahan anak

autis semakin dapat diberikan secara terpadu dan terarah. Intervensi yang

dulu dianggap „mustahil‟ kini sudah dapat dilakukan sendiri oleh orang

tua sejak usia sangat dini. Perubahan ini memberikan dampak sangat

positif bagi perkembangan anak, sehingga mereka dapat dipadukan untuk

meraih masa depan yang lebih baik.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

27

Menurut Hidayat, dkk (2006 : 71) istilah autisme ini baru

diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Pada saat itu

jumlahnya masih sedikit dan mereka mempunyai karakteristik yang khas.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini masalah autis meningkat sangat

pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Juga pada tahun 90-an

jumlah anak penyandang autis adalah 15-20 per 10.000 anak, maka tahun

2000 akan diperkirakan ada 1 per 150 anak penyandang autis (Amerika

Serikat). Berdasarkan penelitian psikiater di Jakarta selama tahun 2000

tercatat jumlah pasien baru autis sebanyak 103 kasus di RSCM

dibandingkan dengan 6 bulan terakhir tahun 1998 yang hanya ditemukan

1 kasus baru.

Masalah Pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah anak

terutama penyandang autisme. Mengingat di Negara kita belum ada

upaya yang sistimatis untuk menanggulangi kesulitan belajar anak

autisme, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan

pendidikan secara umum. Peningkatan pelayanan pendidikan itu

diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta

meminimalkan problem belajar terutama pada anak-anak autisme

(learning problem). Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan dan pendidikan anak autisme diperlukan pendidikan

integrasi dan implementasinya dalam bentuk group/kelas (sekolah),

individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui modifikasi

perilaku.

3. Penyebab utama autis

Kalat, 1992 ; Rutter & Schopler, 1987 dalam Siti (2002 : 58)

mengenai penyebab autisme yang sebenarnya kurang diketahui dengan

jelas. Yang dapat dipastikan adalah bahwa gangguan yang ada pada

autisme tidak disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya pendidikan,

tetapi lebih disebabkan oleh faktor organis. Meskipun prognosanya

kurang baik, tidaklah baik keadaanya tidak mungkin dapat berubah.

Telah diadakan percobaan untuk pengobatan dengan fenfluramine yang

dilakukan oleh Dukler, et al. (1991) tidak terdapat kemajuan apapun dari

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

28

fenfluramine terhadap orang-orang autistic hyperserotonergis yang

termasuk lemah ingatan tingkat madya dan tinggi.

Autisme adalah suatu penyakit yang dalam satu abad yang lalu

hampir tidak terdengar sama sekali, namun kini sudah hampir menjadi

suatu yang normal. Perkembangan penyebab autis pada manusia makin

melejit di beberapa dekade terakhir. Secara umum, anak yang mengalami

gangguan autis ini akan mengalami efek pada sistem pencernaan, syaraf,

dan kekebalan tubuh.

4. Ciri-ciri anak autis

Ketiga gangguan utama autisme, yaitu gangguan interaksi sosial,

gangguan komunikasi dang gangguan perilaku memiliki keterkaitan. Jika

perilaku bermasalah, dalam perkembangan aspek interaksi sosial dan

komunikasi akan mengalami masalah. Sebaliknya jika kemampuan

komunikasi anak tidak berkembang, anak akan mengalami kesulitan

dalam mengembangkan perilaku dan interaksi sosial yang bermakna.

Demikian juga jika anak memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial.

Menurut Novan (2014 : 187) berikut ini merupakan ciri-ciri anak-anak

dengan gangguan autis :

a. Interaksi sosial

1) Cuek terhadap lingkungan.

2) Kontak mata sangat kurang, bahkan tidak mau menatap mata

lawan bicara.

3) Ekspresi muka kurang hidup.

4) Tidak mau bermain dengan teman sebayanya.

5) Suka bermain dengan dirinya sendiri.

6) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa

meniru.

7) Tidak memiliki empati atau tidak dapat merasakan apa yang

dirasakan orang lain.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

29

b. Komunikasi

1) Terlambat bicara.

2) Tidak memiliki usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan

cara lain selain bicara.

3) Jika bicara, bicaranya tidak untuk berkomunikasi.

4) Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

5) Tidak dapat memahami pembicaraan orang lain.

c. Perilaku

1) Cuek terhadap lingkungan.

2) Perilaku tak terarah, seperti suka mondar-mandir, lari-lari,

manjat-manjat, berputar-putar, melompat-lompat, dan lainnya.

3) Seringkali sngat terpukau pada benda-benda yang berputar atau

benda-benda yang bergerak.

4) Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.

5) Terpaku pada satu kegiatan rutin yang tidak ada gunanya.

6) Mempertahankan satu permintaan atau lebih dengan cara yang

khas dan berlebihan.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autistik yang

menyertainya seperti gangguan emosional seperti tertawa dan menangis

tanpa sebab yang jelas, tidak dapat berempati, rasa takut yang berlebihan

dan sebagainya. Hal lainnya adalah koordinasi motorik dan persepsi

sensoris misalnya kesulitan dalam menangkap dan melempar bola,

melompat, menutup telinga bila mendengar suara tertentu ; car call,

klakson mobil, suara tangisan bayi dan sirine, menjilat-jilat benda,

mencium benda, tidak dapat merasakan sakit, tidak memahami bahaya

dan sebagainya serta gangguan perkembangan kognitif anak (Yuwono,

2009 : 30).

5. Pelaksanaan pendidikan anak autis

Pendidikan bagi anak penyandang autis tidak sama dengan anak

biasa. Kurikulum pendidikan yang disiapkan umumnya sangat individual

artinya dibuat berbeda-beda untuk setiap individu. Mengingat setiap anak

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

30

autis memiliki kebutuhan berbeda. Ira Christiana Kepala sekolah khusus

autis, “AGCA Centre” Bekasi, mengatakkan, sekolahnya memiliki

berbagai macam bentuk terapi bagi penyandang autis. Diantaranya, terapi

terpadu, wicara, integritas, dan fisioterapi. Terapi apa yang diberikan

tergantung dari kondisi anaknya.

Terapi penyandang autis di atas umur lima tahun lebih kepada

pengembangan bina diri agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan

sekitar. Jika penyandang autis di atas lima tahun belum bisa bersosialisasi

sama sekali, maka akan diberikan pelatihan tambahan yang mengarah

kepada peningkatan syaraf motorik kasar dan halus. Bagi penyandang

yang sudah bersosialisasi, maka akan langsung ditempatkan di sekolah

reguler, dengan catatan mereka harus tetap mengikuti pelajaran tambahan

di sekolah khusus penyandang autis.

Penyandang autis di bawah lima tahun diberikan terapi terpadu

seperti terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk

meningkatkan kepatuhan, meniru, dan okupasi. Terapi wicara dimulai

dengan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti meniup lilin, tisu,

melafalkan huruf A, dan melafalkan konsonan (Santoso, 2012 : 56).

Dengan berkembangnya pandangan masyarakat terhadap

anak/orang berkelainan/ luar biasa, maka sistem layanan pendidikan yang

diberikan pun berubah. Masyarakat percaya bahwa penyandang kelainan/

cacat dapat dilatih dan dididik sehingga mereka mulai memberikan

layanan secara khusus dan dilakukan di tempat atau institut (lembaga)

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

31

yang khusus. Pada masa ini penanganan secara khusus di tempat yang

khusus dianggapnya sebagai cara yang paling tepat dan efektif.

Pendidikan luar biasa merupakan canbang dari pendidikan umum,

sebagaimana disiplin ilmu pendidikan lainnya, ilmu pendidikan luar biasa

telah berkembang secara pesat. Perkembangan yang secara pesat tersebut

disebabkan adanya kecenderungan dari para ahli pendidikan melakukan

kajian untuk menjadi ilmu pendidikan luar biasa sebagai disiplin ilmu

yang mandiri.

Dalam Undang-Undang RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan Luar Biasa ialah ; Pendidikan

“.......yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang

kelainan fisik dan/atau mental”. Pendidikan tersebut menurut PP. No.27

tahun 1991 bertujuan “........membantu peserta didik agar mampu

mengembangkan sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya, dan dalam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti

pendidikan lanjutan”. Pendidikan luar biasa yang dimaksud di atas

diwujudkan dalam bentuk-bentuk sekolah khusus bagi anak tuna netra,

tunarungu-tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda,

bahkan pada saat ini telah bertambah dengan pendidikan untuk anak

autis. (Hidayat, dkk. 2006 : 11).

Pada prinsipnya, sekolah yang tepat ditentukan oleh kemampuan

dan kebutuhan anak. Menentukan sekolah tidak bisa dilakukan hanya

dengan berdasarkan cerita orang lain, tetapi harus datang ke sekolah,

bicara dari hati ke hati dengan orang tua anak lain yang sudah masuk di

sekolah tersebut, serta bertemu dan berdiskusi dengan kepala sekolah dan

guru kelas. Dari situ anda akan memiliki gambaran yang lebih baik

tentang sekolah tersebut.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

32

D. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Khairatun Nisa yang berjudul Internalisasi Nilai-nilai Islam

Terhadap Anak Autis (Studi di Tempat Pelatihan Autisme dan Anak

dengan Kebutuhan Khusus Rumah Sakit UNISMA).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui strategi

yang diterapkan di tempat pelatihan autisme dan anak dengan

berkebutuhan khusus dalam internalisasi nilai-nilai Islam terhadap anak

didik, faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat

internalisasi nilai-nilai Islam pada anak didik, dan usaha-usaha yang

dilakukan oleh tempat pelatihan autisme dan anak dengan kebutuhan

khusus dalam mengatasi kendala-kendala internalisasi nilai-nilai Islam

terhadap anak didik.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif, sumber data adalah ketua, wakil ketua, enam terapis tempat

pelatihan autisme dan anak dengan kebutuhan khusus, dan orang tua anak

didik, serta situasi sosial lingkungan tempat pelatihan autisme dan anak

dengan kebutuhan khusus. Untuk tekhnik pengumpulan data,

menggunakan observasi langsung, interview dan dokumentasi. Analisa

data dengan reduksi data, display data kesimpulan dan verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang diterapkan oleh tempat

pelatihan autisme dan anak dengan kebutuhan khusus internalisasi nilai-

nilai Islam terhadap anak didik adalah : memberikan meteri-materi yang

berkaitan keseharian dibentuk suasana pembiasaan kehidupan Islami

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

33

seperti ; doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijayyah,

pengenalan rukun Iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya,

serta memberikan contoh yang baik pada anak didik.

Yang menjadi faktor pendorong dalam internalisasi nilai-nilai

Islam terhadap anak autis adalah telah tersedianya kurikulum dengan

materi-materi ajaran Islam dari tempat pelatihan autisme dan anak

dengan kebutuhan khusus (intern) itu sendiri, orang tua, dan lingkungan

masyarakat. Sedangkan penghambat adalah berasal dari anak didik,

orang tua, dan lingkungan sekitar. Adapun usaha-usaha yang dilakukan

dalam mengatasi kendala atau penghambat internalisasi nilai-nilai Islam

terhadap anak didik adalah terapis berusaha keras membimbing anak

didik dengan bekerja sama dengan orang tua dan linkungan masyarakat,

serta selalu mengadakan evaluasi bersama-sama setiap habis meberi

materi terhadap anak didik, baik satu kali atau dua kali dalam seminggu.

Perbedaan pada penelitian terdahulu diatas dengan penelitian

penulis yang berjudul pelaksanaan internalisasi nilai-nilai Islam kepada

siswa autis di SLB C-C1 Yakut Purwokerto adalah peneliti terdahulu

megambil penelitian di rumah sakit sedangkan penulis mengambil

penelitian di lembaga pendidikan untuk mengetahui internalisasi nilai-

nilai Islam terhadap siswa autis yang dilakukan oleh SLB C-C1 Yakut

Purwokerto dalam mengatasi internalisasi nilai-nilai Islam terhadap

siswa autis.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

34

2. Skripsi Wildan Nabet yang berjudul Internalisasi Nilai-nilai Islam pada

Lembaga Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Ranting

Sampang Kabupaten Cilacap.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai Islam apa

saja yang ada dan bagaimana proses internalisasi nilai-nilai Islam pada

PSHT terhadap siswanya?.

Penelitian ini menunjukkan bahwa PSHT Ranting Sampang

dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada siswanya dilakukan

melalui dasar atau azaz PSHT, yaitu persaudaraan, olahraga, kesenian,

beladiri, dan kerohanian. Dalam prakteknya proses internalisasi nilai-

nilai pendidikan Islam pada PSHT Ranting Sampang dilaksanakan

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : pralatihan seperti ; berwudhu,

penghormatan, dan doa sebelum latihan. Kegiatan inti meliputi ;

pemanasan latihan tekhnik dan kerohanian. Terakhir adalah penutup

meliputi ; meditasi, shalat asar berjamaah, penghormatan, doa

penutupdan berjabat tangan. Adapun kegiatan lainnya seperti ; doa

bersama, tasyakuran (doa), zakat fitrah, halal bihalal, latihan. Dari

tahapan dan berbagai kegiatan tersebut nilai-nilai yang tertanam meliputi

; nilai ibadah, nilai akhlak kepada Allah, nilai akhlak kepada sesama,

nilai sosial.

Perbedaan pada penelitian terdahulu diatas dengan penelitian

penulis yang berjudul internalisasi nilai-nilai Islam terhadap siswa autis

di SLB C-C1 Yakut Purwokerto adalah peneliti terdahulu mengarahkan

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Nilai-nilai Islamrepository.ump.ac.id/5539/3/CATMI NUGRAHENI BAB II.pdf · BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . A. Internalisasi Nilai-nilai. Islam.

35

pada Lembaga Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate sedangkan

penulis pada siswa autis untuk mengetahui pelaksanaan internalisasi

nilai-nilai islam kepada siswa autis yang dilakukan oleh SLB C-C1

Yakut Purwokerto dalam mengatasi internalisasi nilai-nilai Islam

terhadap siswa autis.

Pelaksanaan Internalisasi Nilai..., Catmi Nugraheni, Fakultas Agama Islam UMP, 2016