Top Banner
BAB II EFEKTIVITAS OLAHRAGA AKUATIK SEBAGAI TERAPI OKUPASI PADA PASIEN PARKINSON DITINJAU DARI KEDOKTERAN 2.1. PARKINSONISME 2.1.1 Definisi Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang gejala utamanya yang dikenal juga dengan TRAP, yaitu tremor waktu istirahat, kekakuan (rigidity), melambatnya gerakan (akinesia) dan instabilitas postural (postural inability) akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai penyebab (Husni et al, 2013). Parkinsonisme perlu dibedakan dengan penyakit parkinson. Penyakit parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang secara patologi ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars
27

Bab II Shelly

Jan 26, 2016

Download

Documents

PrissilmaTania

oii
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab II Shelly

BAB II

EFEKTIVITAS OLAHRAGA AKUATIK SEBAGAI TERAPI

OKUPASI PADA PASIEN PARKINSON DITINJAU DARI

KEDOKTERAN

2.1. PARKINSONISME

2.1.1Definisi

Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang gejala utamanya

yang dikenal juga dengan TRAP, yaitu tremor waktu istirahat,

kekakuan (rigidity), melambatnya gerakan (akinesia) dan

instabilitas postural (postural inability) akibat penurunan kadar

dopamin dengan berbagai penyebab (Husni et al, 2013).

Parkinsonisme perlu dibedakan dengan penyakit parkinson.

Penyakit parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang secara

patologi ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di

substansia nigra pars compacta (SNC) yang disertai adanya

inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy Bodies) (Husni et al, 2013).

2.1.2Etiologi

Page 2: Bab II Shelly

Etiologi penyakit parkinson belum diketahui (idiopatik),

akan tetapi ada beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah

diidentifikasi, yaitu (Joesoef, 2001):

a. Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada

usia dibawah 30 tahun

b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia

dan Afrika

c. Genetik

d. Lingkungan : Toksin (MPTP, dll), penggunaan herbisida dan

pestisida, infeksi

e. Cedera kranio serebral

f. Stres emosional

2.1.3Epidemiologi

Penyakit perkinson merupakan penyakit neurodegeneratif

yang banyak dialami pada umur lanjut dan jarang di bawah umur

30 tahun. Biasanya mulai timbul pada usia 40-70 tahun dan

mencapai puncak pada umur 60-an. Penyakit parkinson lebih

banyak pada pria denganr asio pria dibandingkan wanita 3:2.

Penyakit parkinson meliputi lebih dari 80% parkinsonism

(Joesoefet al, 2001).

2.1.4 Jenis-jenis Parkinsonisme

Page 3: Bab II Shelly

Menurut PERDOSSI (2013) ada empat jenis parkinsonism

berdasarkan penyebabnya, yaitu:

a. Primary/Idiopathic parkinsonism

Meliputi penyakit parkinson, genetic Parkinson’s disease

b. Secondary/acquired parkinsonism

Akibat dari: infeksi, obat, toksin, vaskular, trauma, lain-lain

(hipotiroidea, tumor, normal pressure hydrocephalus,

obstructive hydrocephalus)

c. Parkinson plus syndrome/ Multiple system degenerations

Parkinson plus syndrome adalah primary parkinsonism

dengan gejala-gejala tambahan. Termasuk Lewy Body

dementia (LBD), progressive supranuclear palsy (PSP),

multiple system atrophy (MSA), dan lain-lainnya.

d. Hereditary parkinsonism

Hereditary juvenile dystonia parkinsonism, Lewy Body

disease, Huntington’s disease, Wilson’sdisease.

2.1.5Patofisiologi

Substansia nigra pars kompakta (SNC) dihubungkan

dengan striatum oleh dopamin sebagai neurotransmitter. Di

dalam striatum terdapat dua kelompok transmitter, yaitu D1

(aktivasi jalur langsung) dan D2 (aktivasi jalur tidak langsung).

Jalur langsung dibentuk oleh neuron di striatum yang

memproyeksikan langsung ke substansia nigra pars retikulata

Page 4: Bab II Shelly

(SNR) dan globus palidus interna (GPi). Lalu dilanjutkan ke

ventroanterior dan ventrolateral thalamus sehingga memberikan

input rangsangan positif terhadap korteks. Neurotransmitter

yang digunakan pada jalur langsung adalah GABA yang bersifat

eksitatori sehingga menyebabkan peningkatan arus rangsangan

dari thalamus ke korteks (Husni et al, 2013).

Sedangkan jalur tidak langsung terdiri dari neuron striatal

yang memproyeksikan keglobus palidus eksterna (GPe). Struktur

ini lalu menginervasi nukleus subthalamikus (STN) yang akan

dilanjutkan ke SNR dan GPi. Proyeksi dari striatum ke GPe dan

dari GPe ke nukleus subthalamikus menggunakan

neurotransmitter GABA yang bersifat eksitatori, tetapi jalur akhir

proyeksi dari SNT ke SNR dan GPi merupakan jalur rangsang

negatif glutamatergik. Dengandemikian efek akhir dari jalur tidak

langsung adalah berkurangnya arus rangsangan dari thalamus

ke korteks (Husni et al, 2013).

Page 5: Bab II Shelly

Gambar 1. Neuronal Pathway

Pada parkinsonisme, proyeksi nigrostriatal dopaminergik

berdegenerasi. Akibatnya, aktivitas GABAergik neuron striatal

diperkuat, sehingga terdapat kelebihan aktivitas di lengkung

ganglia basalia tidak langsung. Pada saat bersamaan, STN juga

menunjukkan peningkatan aktivitas sehingga menghambat

neuron glutamatergik talamus secara berlebihan. Efek

keseluruhan adalah inhibisi bersih pada keluaran lengkung

ganglia basalia dan dengan demikian terjadi penurunan aktivasi

area motorik kortikal ( Baehr and Frotscher, 2012; Guyton and

Hall, 2006).

Page 6: Bab II Shelly

Gambar 2. Patofisiologi Parkinsonisme

2.1.6Manifestasi Klinis

Menurut PERDOSSI (2013) terdapat beberapa manifestasi

klinis parkinsonisme, yaitu:

a. Tremor

Biasanya merupakan gejalan pertama dan bermula

pada satu tangan kemudian meluaas pada tungkai sisi

yang sama. Kepala, bibir dan lidah sering tidak terlihat,

kecuali pada stadium lanjut.. Frekuensi tremor berkisar

antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul pada

saat istirahat dan berkurang bila ekstremitas digerakkan.

Tremor akan bertambah parah pada keadaan emosi dan

hilang pada waktu tidur.

b. Rigiditas

Page 7: Bab II Shelly

Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu

ekstremitas atas dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif.

Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan

berat dan memberikan tahanan jika persendian

digerakkan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai reaksi

terhadap regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah

satu gejala dini akibat rigiditas adalah hilangnya gerak

asosiatif lengan bila berjalan.

c. Bradikinesia

Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu

gerakan menjadi sulit. Ekspresi muka atau gerakan mimik

wajah bekrurang (muak topeng). Bicara menjadi lambat

dan monoton dan volume suara erkurang (hipofonia).

d. Hilangnya refleks postural

Pada saat ini terdapat enam tanda kardinal gambaran

motorik parkinsonisme, yaitu:

Tanda awal:

a. Resting tremor

b. Bradikinesia/hipokinesia/akinesia

c. Rigiditas

Tanda lanjut:

d. Postur fleksi dari leher, badan dan ekstremitas

e. Hilangnya refleks postural; terjatuh

Page 8: Bab II Shelly

f. Freezing phenomenon

Menurut Baehr dan Frotscher (2012), ada penyakit

parkinson memiliki tiga tipe subklinis yang ditentukan oleh

manifestasi motorik yang predominan pada masing-masing tipe,

yaitu:

a. Rigiditas-akinetik

Dapat dikenali pada fase awal sebagai penurunan

gerakan yang semakin memberat, termasuk hilangnya

gerakan tambahan pada lengan, perlambatan gaya

berjalan, berkurangnya ekspresi wajah dan stooped

posture yang khas. Beberapa pasien pada awalnya

mengeluh kaku pada bahu (frozen shoulder)

b. Dominan tremor

Terutama mengalami tremor istirahat yang

berfrekuensi rendah, yang umumnya unilateral pada onset

penyakit.

c. Tipe gabungan

Menunjukkan menifestasi yang kurang lebih sama

antara akiensia, rigiditas dan tremor.

2.1.7Diagnosis

2.1.7.1 Kriteris Diagnostik (Kriteria Hughes)

a. Possible

Page 9: Bab II Shelly

Terdapat salah satu dari gejala utama, yaitu: tremor

isitrahat, rigiditas, bradikinesia dan kegagalan refleks

postural.

b. Probable

Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk

kegagalan refleks postural) ataus atu dari tiga gejala

pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda

motorik).

c. Definite

Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau

dua gejala dengan satu gejala lain yang tidak

simetris (tiga tanda kardinal).

Bila tanda-tanda tidak jelas, dilakukan pemeriksaan ulang

beberapa bulan kemudian (Joesoef, 2001).

2.1.7.2 Tanda Khusus

Mayerson’ssign:

a. Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah

glabella diketuk berulang

b. Ketukan berulang (2x/detik) pada glabella

membangkitkan reaksi berkediip-kedip (Joesoef, 2001).

2.1.7.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Neuroimaging

Page 10: Bab II Shelly

CT-scan

MRI

PET

b. Laboratorium (Untuk parkinsonisme sekunder)

Patologi anatomi

Pemeriksaan kadar bahan Cu (Wilson’s disease,

prion (Bovine Spongiform encephalopathy))

(Joesoef, 2001)

2.1.8Diagnosis Banding

a. Tremor esensial

b. Penyakit Bingswanger

c. Hidrosefalus bertekanan normal

d. Progresif supranuklear palsi

e. Degenerasi striatonigra

f. Depresi hipokinetik (anergik)

g. Parkinsonism akibat obat-obatan.

2.1.9Tata Laksana

Page 11: Bab II Shelly

2.1.9.1 Terapi Suportif

a. Pendidikan (education)

b. Penunjang (support)

Penilaian kebutuhan emosionil

Rekreasi dengan kegiatan kelompok

Konsultasi profesional

Konseling hukum/finansial

Konseling pekerjaan

c. Latihan Fisik

d. Nutrisi

2.1.9.2 Terapi Medikamentosa

Gangguan Fungsional

Ya Tidak

Terapi Simtomatik Tremor Dominan Terapi

neuroprotektif

Ya Tidak

Anti Kolinergik Usia <60 tahun Usia >60 tahun

PramipexoleAgonis dopamin/ pramipexole

Agonis dopamin + Levodopa dosis rendah

Optional levodopa dose

Anti-oksidan

Agonis dopamin/ pramipexole

Page 12: Bab II Shelly

Levodopa

Respon Terhadap Pengobatan

Baik Tidak Respon wearing off Diskinesia

Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Penyakit Parkinson

Pada pasien usia muda (≤ 60 tahun), obat yang digunakan

yaitu antikolinergik, agonis dopamin, amantadine, atau MAOB-I.

Kelebihannya adalah pengendalian simptomatik ringan selama 6-

8 bulan, dan komplikasi motorik kurang dari L-dopa. Akan tetapi,

komplikasi non motorik akan lebih besar dari L-dopa.

Pada pasien usia lanjut, obat yang digunakan adalah L-

dopa dan agonis dopamin/ dopaminergik. Untuk pemilihan obat,

keduanya dapat diberikan. L-dopa paling efektif pada pasien

dengan komplikasi motorik dan non motorik setelah beberapa

tahun (setelah ditambahkan agonis dopamin).

Rekomendasi terapi yang digunakan pada penyakit

parkinson stadium awal berdasarkan usia (Husni et al, 2013),

yaitu:

a. <40 tahun menggunakan agonis dopamin/ dopaminergk

lainnya

Pertahankan dosis rendah

Tingkatkan dosis

Diagnosa lain

COM T-I

DA + LD kombinasi + LD

Anti-kolinergik

Kurangi dosis LD

Tingkatkan dosis DA

Ganti dengan DA

Tindakan pembedahan

Page 13: Bab II Shelly

b. 40-60 tahun:

Gray zone, L-dopa atau DA

Kelebihan L-dopa: lebih efektif, murah, pengaturan

dosis lebih mudah, respon lebih cepat saat titrasi

c. >60 tahun:

L-dopa, ditambahkan dengan DA/ dopaminergik

lainnya

DA/ dopaminergik lainnya, kemudian ditambah L-

dopa

2.1.9.3 Pembedahan

a. Talamotomi ventrolateral (bila tremor menonjol)

b. Palidotomi (bila akinesia dan tremor)

c. Transplantasi substansia nigra

d. Stimulasi otak dalam

2.1.9.4 Rehabilitasi Medik

Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita dan menghambat bertambah

Page 14: Bab II Shelly

beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-

masalah seperti berikut (Joesoef, 2001):

a. Abnormalitas gerakan

b. Kecendrungan postur tubuh yang salah

c. Gejala otonom

d. Gangguan perawatan diri (activity daily living)

e. Perubahan psikologik

Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan

tindakan berikut ini (Joesoef, 2001):

a. Terapi fisik: ROM (range of motion)

Peregangan

Koreksi postur tubuh

Latihan koordinasi

Latihan jalan (gait training)

Latihan buli-buli dan rektum

Latihan kebugaran kardiopulmonar

Edukasi dan program latihan di rumah

b. Terapi okupasi

c. Terapi wicara

d. Psikoterapi

e. Terapi sosial medik

2.1.10 Komplikasi

Page 15: Bab II Shelly

a. Komplikasi Motorik

Fluktuasi Motorik

Terdiri dari wearing off yang merupaan efek L-dopa

yang singkat, dimana gejala parkinson muncul

kembali. Fenomena on-off, on terjadi gejala

diskinesia dan off terjadi gejala akinesia (Husni et al,

2013; Syarif et al, 2007).

Diskinesia

Tipe gerakan yang dapat muncul antara lain khorea,

balismus, distonia, mioklonus dan tics. Sedangkan

pola gerakan yang dapat muncul yaitu peak dose

dyskinesia(Husni et al, 2013; Syarif et al, 2007).

b. Komplikasi non motorik

Pada penggunaan jangka lama dapat muncul

komplikasi nonmotorik yang dapat berupa gangguan

psikiatrik, disfungsi otonom dan gangguan sensorik

(Husniet al, 2013).

Pada 25-30% pasien dengan L-dopa akan menunjukkan

komplikasi motorik ataupun non motorik, 50% akan timbul

setelah 5 tahun dan 80% akan timbul setelah 10 tahun. Pada

penggunaan jangka panjang L-dopa, dapat terjadi komplikasi

motorik maupun non motorik (Husni et al, 2013).

Page 16: Bab II Shelly

2.1.11 Prognosis

Sangat tergantung dari etiologi dan adanya parkinson

sekunder, gejala akan berkurang apabila penyakit primer dapat

diatasi. Sedangkan pada parkinson primer/ idiopatik keadaan

bersifat progresif, sesuai dengan tingkat hilangnya sel-sel

pembentuk dopamin (Husni et al, 2013).

2. 2 Olahraga Akuatik

Olahraga Akuatik adalah sebuah aktivitas dengan menggunakan media air.

Secara umum media tersebut dapat berupa kolam renang ataupun tempat sejenis

yang mempunyai karakteristik sama yaitu dapat digunakan sebagai tempat untuk

melakukan berbagai bentuk aktivitas fisik, seperti pantai, sungai, danau atau

simulator lainnya. Bentuk kegiatan dalam aktivitas air atau olahraga akuatik dapat

berupa renang, renang indah, polo air, menyelam, dan beragam bentuk

lainnya.Renang merupakan olahraga dengan aktivitas di air yang sangat

menyehatkan sebab hampir semua otot tubuh bergerak dan berkembang dengan

mengkoordinasikan kekuatan setiap perenang. Dalam renang, perenang dapat

menggunakan gaya dada, gaya bebas, gaya punggung, ataupun gaya kupu–kupu.

Renang indah atau renang sinkronisasi adalah olahraga yang memadukan unsur-

unsur renang, senam, dan tari. Polo air adalah olahraga air beregu, yang dapat

dianggap sebagai kombinasi renang, gulat, sepak bola, dan bola basket. Menyelam

adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air dengan atau tanpa

menggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Olahraga akuatik

yang banyak dilakukan adalah renang. (Peter, 2010).

Page 17: Bab II Shelly

Terapi akuatik dilakukan dengan pada kolam renang hangat dengan suhu

berkisar antara 32 0- 34 0 C, selama 30 menit sebanyak 4 sampai 5 kali dalam

seminggu. Pasien penderita Parkinson akan dilatih oleh terapis yang

berpengalaman dalam 4 minggu pertama terapi akuatik dengan melakukan

berbagai gerakan-gerakan dasar, yang akan dibagi menjadi 3 Tahap yang terdiri

dari (Gianello,2013).

- Tahap 1

Merupakan tahap adaptasi mental pasien terhadap kolam renang hangat

sebagai media terapi akuatik. Pasien diminta untuk mengatur postur tubuh

yang seimbang sehingga dapat mengurangi gangguan pada postur tubuh.

- Tahap 2

Merupakan tahap dimana pasien akan dilatih untuk mengontrol tubuh

terhadap keseimbangan. Pada tahap ini, pasien akan dilatih oleh terapis

untuk melakukan rotasi sagital, transversal, longitudinal terhadap axis

tubuh di dalam kolam renang sebagai media terapi akuatik.

- Tahap 3

Ini merupakan tahap dimana pasien penderita Parkinson dilatih untuk

melakukan kontrol terhadap pergerakan sendi-sendi tubuh terutama sendi-

sendi besar seperti sendi lutut, sendi lengan dan sendi panggul. Hal ini

diharapkan dapat mengatasi kekakuan atau kesulitan pasien dalam

menggerakkan sendi-sendi tubuh. (Gianello,2013).

Terapi ini dilakukan selama 20 minggu. Pada 4 minggu pertama, gerakan

dasar pasien di dalam air akan dibantu oleh tenaga terapis akuatik yang

berpelangaman. Setelah 4 minggu pertama, pasien diminta untuk melakukan

Page 18: Bab II Shelly

gerakan-gerakan dasar di dalam air secara individual dengan pengawasan dari

terapis akuatik yang berpengalaman. Evaluasi keadaan klinis pasien Parkinson

yang melakukan terapi akuatik dilakukan setiap 5 minggu sekali selama 20

minggu terapi akuatik . (Gianello,2013).

2.3 Manfaat Terapi Akuatik Pada Parkinson

Olahraga pada pasien Parkinson memiliki fungsi untuk menguatkan otot,

dan daya tahan tubuh seseorang sehingga kelenturan badan pada pasien parkinson

berfungsi sebagaimana seharusnya meski tidak kembali seperti semula saat

sebelum terkena Parkinson (Julie, 2008).

Pada pasien Parkinson disarankan agar melakukan terapi akuatik yang

memiliki tujuan yaitu menurunkan angka kecacatan, membantu seseorang untuk

meningkatkan fungsi tubuhnya dalam aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan

angka kualitas hidupnya (Julie, 2008).

Terapi ini memiliki titik fokus yaitu meningkatkan keseimbangan badan,

cara berjalan dan kelenturan tubuh seseorang terutama pada bagian kekuatan otot

dari tubuh seorang Parkinson agar daya tahan tubuhnya baik serta fungsi dari

sistem pernafasan dan jantung yang kuat (Julie, 2008).

Selain manfaat terapi akuatik pada bagian motorik pasien penderita

parkinson, terapi ini juga memberikan manfaat non-motorik pada pasien. Pasien

Parkinson sebagian besar memiliki disabilitas fisik, yang menyebabkan pasien

memiliki kepercayaan diri yang rendah, mudah cemas, dan depresi. Hal ini

diakibatkan oleh, peningkatan hormon stress yaitu kortisol. Peningkatan hormon

stress kortisol menyebabkan endorfin, sebuah neurotransmiter yang dihasilkan

Page 19: Bab II Shelly

oleh kelenjar pituitari dan berfungsi seperti morfin, untuk mengurangi rasa nyeri

menjadi terhambat. (Amelia Elena, 2010).

Latihan fisik terutama terapi akuatik pada penderita Parkinson dengan

disabilitas fisik akan memicu pelepasan endorfin, yang dapat memberikan

perasaan senang pada pasien, sehingga menurunkan tingkat depresi akibat

disabilitas fisik yang dialaminya. Hal ini tentu akan meningkatkan kualitas hidup

pasien penderita Parkinson. (Amelia Elena, 2010).

2.4. Mekanisme olahraga akuatik sebagai terapi okupasi pada pasien

parkinson

Air merupakan media ideal untuk meningkatkan pergerakan pada sendi

dan otot serta melindungi trauma dari pergerakan. Air memicu sensor

proprioreseptif tubuh (vestibular/keseimbangan dan kinetic/pergerakan) dengan

mengaktifkan kordinasi otot agonis dan antagonis pada tubuh. Pada pasien

Parkinson, terdapat gangguan pada kordinasi antara otot agonis dan antagonis

tubuh terutama bagian ekstremitas dan tungkai. Berenang yaitu suatu aktifitas

menggerakkan anggota badan dalam air, yang memiliki lingkungan lebih densitas

dan homogenik dari di darat/udara. Ketika pasien memasuki air, berat badan

pasien akan memicu timbulnya gaya tarik gravitasi ke bawah oleh turbulensi air.

Untuk mencegah tenggelam ke bawah, tubuh akan memberi gaya menarik ke

permukaan air dengan memicu otot untuk bekerja. Pada tahap ini, dibutuhkan

koordinasi otot agonis dan antagonis. Ketika otot agonis berkontraksi maka otot

antogonis akan berelaksasi sehingga terjadilah pergerakan tungkai. Latihan

akuatik ini akan membantu gangguan ketidakseimbangan pada pasien sehingga

membantu mengurangi gangguan postural pada pasien. (Amelia Elena, 2010).

Page 20: Bab II Shelly

Berenang sebagai salah satu terapi akuatik akan mengaktifkan sensor

proprioreseptif. Menjaga keseimbangan dalam air dibutuhkan sensor informasi

dari sistem saraf pusat ke otot yang dipengaruhi saraf vestibular, saraf optic serta

keseimbangan. Keseimbangan dalam hal ini dibentuk oleh posisi kepala, tungkai

dan badan. Terdapat 4 prinsip dalam terapi akuatik yang dapat membantu

kekuatan otot dan gerak sendi pada pasien Parkinson . (Amelia Elena, 2010).

- Terapung

Pada saat terapung, kekuatan tubuh akan meningkat terhadap gaya gravitasi,

sehingga akan melatih otot dan sendi tulang dan tungkai.

- Ketahanan tubuh

Air akan memicu pergerakan tubuh ke segala arah akibat turbulensi karena air

merupakan media yang tidak stabil. Keseimbangan otot dan koordinasi otot

agonis dan antagonis sangat dibutuhkan. Terapi akuatik dapat meningkatkan

ketahanan tubuh dan kekuatan otot 4 sampai 42 kali lebih baik dibandingkan

terapi okupasi pada darat/udara.

- Tekanan hidrostatik

Penekanan gaya gravitasi air pada permukaan tubuh akan membantu aliran

balik darah kotor dari ekstremitas ke jantung sehingga membantu kontraksi

otot jantung. Olahraga akuatik yang dilakukan pada air juga akan

meningkatkan resistensi kapasitas rongga dada sehinga akan melatih otot

pernapasan.

- Temperatur hangat

Temperatur yang hangat akan merelaksasikan otot dan meningkatkan sirkulasi

darah sehingga kekakuan otot dan sendi akan berkurang. (Amelia Elena, 2010)

Page 21: Bab II Shelly

2.5. Efektivitas olahraga akuatik sebagai terapi okupasi pada pasien

parkinson

Olahraga akuatik pada pasien Parkinson yang dilakukan secara teratur

sebanyak 4 sampai 5 kali dalam seminggu selama 30 menit tiap sesi. Dalam kurun

waktu 20 minggu, akan meningkatkan keseimbangan postur tubuh pasien,

meningkatkan kekuatan otot, melenturkan otot dan sendi yang kaku serta

mengurangi resiko jatuh pada pasien Parkinson usia tua. Terapung akan

membantu otot untuk bekerja dengan air sebagai bantalan. Gerakan rotasi pada

berbagai arah sagital, transversal akan mengurangi resiko bungkuk dan kekakuan

sendi pada pasien Parkinson. Dengan melatih pergerakan pada otot punggung,

dada, dan bagian tubuh atas akan didapatkan perbaikan pada postur tubuh pasien

penderita Parkinson. Olahraga akuatik juga mengurangi Freezing Phenomenon

yaitu kekakuan otot pada pasien akibat stress dan kelelahan. Perbaikan klinis

mulai akan terlihat pada sesi ke 12 latihan. Evaluasi kondisi klinis pasien

dilakukan setiap 5 minggu terapi akuatik. (Amelia Elena, 2010)

Gambar 4. Skor perbaikan klinis pasien Parkinson dengan terapi

akuatik

Page 22: Bab II Shelly