BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUSKESMAS A. Aspek Umum 1.Aspek Legal Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah kerjanya (4) . Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau RW. Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupatan atau Kota (5) . Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat, dengan menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama di wilayah kerjanya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PUSKESMAS
A. Aspek Umum
1. Aspek Legal Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (4). Secara nasional standar
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan
atau RW. Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupatan atau Kota (5).
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat, dengan menyelenggarakan fungsi sebagai
penyelenggara upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama di wilayah kerjanya (4). Menurut PMK nomor 75 tahun 2014 Puskesmas
berfungsi sebagai:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yaitu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, dan aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat, yaitu berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas
meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan, berupa pelayanan yang bersifat pribadi dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah
dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat, berupa pelayanan yang bersifat publik dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan
4. Melaporkan ke Pusat MonitoringEfek Samping Obat Nasional.
Selain pemantauan efek samping obat dilakukan juga Pemantauan Terapi Obat
(PTO). Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya adalah : mendeteksi masalah
yang terkait dengan Obat, memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang
terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
Selain melakukan monitoring juga dilakukan evaluasi penggunaan obat. Evaluasi
penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuannya adalah: mendapatkan
gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu, melakukan evaluasi secara
berkala untuk penggunaan Obat tertentu(1).
D. Program Promosi Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk dapat
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Promosi kesehatan merupakan
proses komprehensif sosial dan politik, bukan hanya mencakup upaya peningkatan
kemampuan dan ketrampilan individual, tetapi juga upaya yang bertujuan mengubah
masyarakat, lingkungan, dan kondisi ekonomi, agar dampak negatif terhadap
kesehatan individu dan masyarakat dapat dikurangi(12).
Promosi kesehatan didasarkan pada manusia menawarkan konsep yang positif
dan inklusif terhadap kesehatan sebagai penentu kualitas hidup yang meliputi aspek
mental dan spiritual. Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan individu
untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan faktor-faktor penentunya,
dengan demikian tercapai peningkatan kesehatan yang lebih baik. Promosi kesehatan
adalah fungsi inti kesehatan masyarakat dan berkontribusi terhadap penanggulangan
penyakit menular dan tidak menular dan ancaman lain terhadap kesehatan(13).
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SKNII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan
adalah (1) Pemberdayaan, (2) Bina Suasana, dan (3) Advokasi, serta dijiwai semangat
(4) Kemitraan. Berdasarkan strategi dasar tersebut diatas, maka strategi Promosi
kesehatan puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar tersebut dan dapat
dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari promosi tersebut(14).
DAFTAR PUSTAKA
1) Departemen Kesehatan, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republika Indonesia No.30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pemerintah Republik Indonesia Jakarta
2) Departemen Kesehatan, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta
3) Anonim, 2011, Surat Keputusan Oengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.058/SK/PP.IAI/IV/2011 tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta
4) Departemen Kesehatan, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
5) Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
6) APTFI, 2010, Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia Nomor :13/APTFI/MA/2010 tentang Standar Praktik Keja Profesi Apoteker.
7) Departemen Kesehatan, 2005, Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
8) Departemen Kesehatan, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
9) Departemen Kesehatan, 2010, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/068/1/2010, tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Jakarta
10) Swandari, S., 2009, Penggunaan Obat Rasional (POR) melalui Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Balai Besar PelatihanKesehatan (BBPK) Makassar..
11) Departemen Kesehatan, 2002, Pedoman Kerja Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
12) Anonim, 2000, Health Promotion, available at : http://www.who.int/health-promotion.org , diakses tanggal 17 Juli 2013.
13) WHO, 2009, Milestones in Health Promotion Statements form global Conference: The Bangkok Charter for Health Promotion a Globalized World 7-11 August 2005, World Health Organization Press, Switzerland
14) Anonim, 2011, Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan Bagi Petugas Kesehatan Di Puskesmas, Bakti Husada.
15) Anonim, 2012, Profil Puskesmas Srandakan Bantul, available at : http://puskesmas.bantulkab.go.id/srandakan/, diakses tanggal 9 Januari 2014.
16) Wilianti, N., 2009, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam Di Rsup Dr.Kariadi Semarang Tahun 2008, Tesis, Semarang
17) Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, R., Barbara G.W., 2008, Urinary Tract Infections and Prostatitis, Pharmacotherapy, A Pathophysiological Approach, McGraw-Hill.
18) Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, N.P., Lance, L.L., 2011-2012, Drug Information Handbook 20th edition, American Pharmacist Assosiation.
19) Johnson, W.M, Roger D., Philip, B., Evidence-based treatment of frequent heartburn:the benefits and limitation of over the counter medications,J Am Assoc Nurse Pract, 2014, Vol.26 (6)
20) Ismoedijanto, Demam pada Anak, Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000: 103 - 108
21) Rezeki, S., Pengobatan Cefixime pada Demam Tifoid Anak, Sari Pediatri, 2001, 182-187
22) Choudhury, J., 2012, Antimicrobial Use in Office Practice, Pediatric Oncall Child Health Care, Vol. 9 (6)
23) Jhon P., C., 2015, Suprax Side Effect Center, Available at: www.rxlist.com/script/main/mobileart-rx.asp?drug=suprax&monotype=rx-desc&monopage=0