Autism Syndrome DisorderDEFINISIIstilah autisme dikemukakan
pertama kali oleh Dr. Leo Kanner pada 1943. Secara harfiah, autisme
berasal dari kata autos yang berarti diri dan isme yang berarti
paham atau aliran. Secara etimologi, autisme adalah anak yang
memiliki gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri.Menurut
American Psychiatic Association, Autisme adalah ganguan
perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup
dirI, dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan
dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Autisme
merupakan kombinasi dari beberapa kegagalan perkembangan, yang
biasanya mengalami gangguan pada : KomunikasiPada anak dengan
autism, perkembangan bahasanya akan sangat lambat atau bahkan tidak
ada sama sekali. Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan
makna yang dimaksud dan lebih sering berkomunikasi menggunakan
gerak tubuh (gesture) daripada kata-kata serta gangguan dalam
pemusatan perhatian (atensi). Interaksi SosialPada anak dengan
autism, kondisi menyendiri lebih menyenangkan daripada bersama
orang lain, sehingga sulit untuk membangun hubungan sosial dan
pertemanan dengan lingkungannya. Gangguan sensorikAnak dengan
autism memiliki sensitifitas indra (penglihatan, pendengaran,
peraba, penciuman, dan perasa) yang sangat tinggi atau bisa juga
sebaliknya. Gangguan BermainAnak dengan autism pada umumnya kurang
memiliki spontanitas dalam permainan yang bersifat imajinatif dan
tidak dapat meniru orang lain, dan tidak mempunyai inisiatif.
PrilakuAnak dengan autism bisa saja berprilaku hiper-aktif atau isa
juga sebaliknya hipo-aktif; gangguan prilaku seperti marah tanpa
sebab yang jelas, perhatian yang sangat besar pada suatu benda,
menampakkan agresi pada diri sendiri dan orang lain dan mengalami
kesulitan dalam perubahan rutinitas.Berdasarkan DSM (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder), Anak dengan ganguan
perkembangan Autisme dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
Segi pendidikanAnak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anakini memerlukan penanganan atau layanan
pendidikan secara khusus sejakdini. Segi medis Anak autis adalah
anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yangmenyebabkan gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan atau terapi secara
klinis. Segi psikologiAnak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembanganyang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun,
aspek komunikasi sosial, perilaku,bahasa sehingga anak perlu adanya
penanganan secara psikologis. Segi sosial Anak autis adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek
komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan
bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya.EPIDEMIOLOGISaat ini autisme dianggap sebagai salah
satu gangguan perkembangan paling umum di dunia. Dalam studi yang
dilakukan oleh Amerika Serikat Centers for Disease Control pada
tahun 2002 pada beberapa masyarakat yang dipilih menunjukkan bahwa
prevalensi autisme saat ini adalah sekitar 1 dari 150 orang anak.
Berdasarkan prevalensi terekhir dari National Institute of Mental
Health memperkirakan bahwa autisme terjadi 0.003-0.006 % dari
populasi, yang berarti 3-6 orang dari 1000 orang akan mengalami
gangguan ini.Sejumlah penelitian epidemiologi telah memberikan
bukti yang kuat mengenai komponen dasar genetik pada penyakit
autisme. Studi yang dilakukan oleh Folstein dan Rutter pada tahun
1977 mengidentifikasi bahwa autisme lebih tinggi terjadi pada
monozygotic kembar daripada dizygotic kembar. Dan sejak saat itu
dilaporkan bahwa temuan paling sering dikaitkan dengan kromosom 7q,
15q, 22q, dan 2q. Autisme terjadi empat kali lebih sering pada pria
daripada wanita, dengan rasio yang tinggi dan dalam bentuk gangguan
yang lebih ringan tanpa memandang status sosial-ekonomi, ras,
agama, etnis, warna kulit,dll. Suatu keluarga yang memiliki seorang
anak dengan kondisi autistik akan memiliki resiko 4-6% gangguan
perkembangan pada anggota keluarganya yang sedarah
lainnya.ETIOLOGIPenyebab terjadinya gangguan perkembangan (autisme)
ini belum diketahui dengan jelas, tetapi ada beberapa kondisi yang
dicurigai sebagai penyebabnya, antara lain yaitu gangguan pada
otak, genetik, lingkungan, polusi udara, air, dan makanan, sistem
imun, dan proses kehamilan.Dari penelitian yang dilakukan oleh para
pakar dari banyak negara ditemukan beberapa fakta yaitu 43%
penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya
sehingga menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan
juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke
VIdan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris, daya
ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).
Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat
sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan
dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau kekacauan impuls di
otak.Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang
disebut hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control
terhadap agresi dan emosi yang disebabkan oleh keracunan logam
berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan
logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh
anak-anak penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam
kadaryang relatif tinggi.Anak kurang dapat mengendalikan emosinya,
seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Hippocampus
bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.Terjadilah
kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang
yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan
hippocampus.Faktor genetika dapat menyebabkan
abnormalitaspertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak dan diperkirakan
sebagai penyebab utama terjadinya kondisi autisme walaupun
bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan. Diperkirakan masih
banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya gejala autisme.
Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya
austisme. Bahkan sesudah lahir (postpartum) juga dapat terjadi
pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya infeksi ringan sampai berat
pada bayi.ANATOMI DAN FISIOLOGI
Gambar : Bagian-bagian OtakKetika lahir seorang bayi telah
mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar sel otak
pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hingg 10.000 cabang
dendrit yang dapat membangun sejumlah satu kuadrilion koneksi.
komunikasi.perkembangan otak pada minggu-minggu pertama lahir
diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang Belum matang),
kecerdasan mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel
otak, tempat sel saraf bertemu disebut synapse, makin banyak
percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan anak
tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi, tanpa
stimulasi yang baik, potensi ini akan tersia-siakan.Otak manusia,
adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses
berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis
besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu kortex serebri,
system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila
korteks serebri berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori,
bahasa, maka sistek limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori
emosional, sedangkan batang otak mengatur fungsi vegetasi atau
pertahanan tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah,
kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling
mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja
secara terpisah.Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan,
perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak
jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal,
mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak
terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi
untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa
informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai
potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan
keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang
disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada
celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling
mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara
lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin,
norepinefrin.Sistem norepinefrin dan sistem serotonin normalnya
menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan
seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa
puas, nafsu makan yang baik, dorongan seksual yang sesuai, dan
keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan
serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa
pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan
daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari
sistem norepinefrin dan serotonin. (Guyton 1997:954)Pada pasien
dengan gangguan neuropsikis terdapat berbagai keadaan yang diyakini
disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan
berikut: 1. Terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di
berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada
pengolahan sinyal-sinyal;2. Perangsangan yang berlebihan terhadap
sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku
otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau;3. Abnormalitas fungsi
dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah
laku limbik di sekeliling hipokampus otak. (Guyton,1997:954)Sistem
limbik merupakan bagian basal dari otak yang mengatur emosi dan
tingkah laku, dan motivasi manusia. Sistem limbik terdiri dari
jaringan kortikal disekitar hilus dari hemisfer serebri dan terdiri
dari struktur seperti amigdala, hipokampus, dan nukleus septal.
Salah satu karakteristik dari sistem limbik adalah kurangnya
hubungan dengan neokorteks (korteks serebri), namun neokorteks
tetap dapat memodifikasi tingkah laku emosional dan sebaliknya.
Karakteristik lain dari sistem limbik adalah aktifitasnya yang
menetap setelah suatu stimulasi sehingga memberikan respons
emosional yang dapat bertahan lama setelah di stimulasi.Struktur
utama dari sistem limbik adalah hipotalamus beserta struktur di
sekitarnya yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku, mengatur
fungsi endokrin dan mengatur fungsi vegetatif dari otak seperti
pengaturan suhu tubuh, nafsu makan, osmolalitas cairan tubuh, dll.
Perangsangan atau kerusakan pada hipotalamus dapat menyebabkan
gangguan emosi dan tingkah laku. Perangsangan pada bagian lateral
hipothalamus dapat mneyebabkan rasa marah dan tingkah laku agresif;
perangsangan pada daerah nukleus ventromedial dan daerah sekitarnya
akan menyebabkan rasa kenyang dan tenang; perangsangan pada daerah
nukleus paraventrilularis akan menyebabkan rasa marah dan rasa
bersalah. Pada seorang anak yang mengalami Autism didapatkan adanya
gangguan pada sistem limbik terutama bagian hipothalamusnya yang
menyebabkan dirinya tidak dapat mengontrol emosi dan prilaku yang
agresif.
KLASIFIKASI PENYAKITAutism Syndrome Disorder memiliki tingkatan
dari autism spektrum ringan hingga autism spektrum berat. Anak
dengan autism spektrum parah mungkin tidak dapat berbicara dan juga
mengalami keterbelakangan mental. Sedangkan anak dengan autism
spektrum ringan mungkin masih dapat melakukan fungsi seperti biasa
didalam kelas dan mungkin tidak lagi menunjukkan criteria autism.
Dua orang anak dengan gangguan ASDs tidak pernah sama walaupun
mereka didiagnosa dengan tanda dan gejala yang sama. Seorang anak
dengan ASDs mungkin tidak dapat berbicara dan memiliki IQ yang
rendah, tapi anak lain yang didiagnosa sama mungkin saja memiliki
IQ di atas rata-rata. Term high-functioning dan low-functioning
biasa digunakan untuk mendeskripsikan kondisi autisme yang dialami
oleh seorang anak apakah itu autism spektrum ringan atau autism
spektrum parah.Autism Syndrome Disorder dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa jenis, yaitu :1. Childhood AutismDikenal juga dengan
Autisme masa kanak yaitu jenis gangguan perkembangan (komunikasi,
interaksi sosial, dan prilaku) yang gejalanya sudah tampak sebelum
anak mencapai umur 3 tahun. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 :
1.2. Sindroma RettSindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang
hanya dialami oleh anak perempuan. Kehamilannya normal, kelahiran
normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran
kepala normal pada saat lahir dan sekitar umur 6 bulan mereka mulai
mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai
berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan
menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai
dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial.
Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi. Hal ni
terjadi antara umur 6-30 bulan. Terjadi gangguan berbahasa,
perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang
hebat. Timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti
orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur
mebjadi ciri khas dari Sindrom Rett ini.Gejala-gejala lain yang
sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang makin
kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan
terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG
biasanya menunjukkan kelainan.3. Desintegrasi Masa KanakPada
Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa
anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa
tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya
timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah bisa
bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut menjadi
sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi
juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur.
Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku
berulang-ulang dan stereotipik. Bila melihat anak tersebut begitu
saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan autisme.4.
Sindrom AspergerSeperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger
(SA)juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita.
Anak dengan Sindrom Asperger juga mempunyai gangguan dalam bidang
komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah
seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak-anak ini
perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan
cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat.
Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi
secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana
anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya,
tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau
tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa
yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh.
Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain
seumurnya.5. Gangguan Perkembangan Perpasiv (PDD-NOS)PDD-NOS juga
mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi,
interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti
pada Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih
ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap
mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak
bergurau.PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiriatas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima
impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak
yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus oleh selaput
mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain melalui sinaps. Sel saraf terbentuk saat
usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan
otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan
sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat
kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar
anak. Semakin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada
stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar
menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan
bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetik,
keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitaspertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan
darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal
pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak(brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide,calcitonin-related
gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan selsaraf. Brain growth
factors inipenting bagi pertumbuhan otak. Peningkatan neurokimia
otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah
tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth without
guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara
takberaturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan
pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluarnya hasil
pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme.
Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga
terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang
jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factordan
neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel
Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa
kehamilan karena ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam
berat. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah
berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan
sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum
alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide. Penelitian dengan
MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama
melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses
mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses
persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan
mengeksplorasilingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga
terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus
frontalis. Menurut kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran
sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan
dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping
depan otak besar yang berperan dalam proses memori). Faktor
lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan
oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi,
seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara
lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri,
infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.PROGNOSISAutism tidak
dapat disembuhkan. Anak-anak kadang menjadi pulih, kadang setelah
intensive treatment dan kadang tidak; tidak diketahui seberapa
sering hal ini terjadi. Sebagian besar anak autism kurang
mendapatkan dukungan sosial, hubungan yang berarti, kesempatan
kerja di masa depan atau self-determination. Meskipun masalah inti
tetap ada, gejala-gejalanya sering berkurang dalam masa
perkembangan selanjutnya. Beberapa studi berkualitas tinggi
menunjukkan long-term prognosis autism. Beberapa orang dewasa
menunjukkan peningkatan dalam ketrampilan berkomunikasi, tetapi
beberapa mengalami kemunduran; tidak ada studi yang difokuskan pada
autism setelah menginjak masa dewasa. Mempelajari bahasa setelah
usia enam, memiliki IQ di atas 50, dan memiliki ketrampilan yang
marketable semuanya memprediksi hasil yang lebih baik; hidup
mandiri tidak dapat dilakukan oleh penderita autism berat. British
study tahun 2004 pada 68 orang dewasa yang didiagnosa sebelum tahun
1980 sebagai anak-anak autistic dengan IQ di atas 50 menemukan
bahwa 12% sudah mencapai level kemandirian yang tinggi sebagai
orang dewasa, 10% memiliki teman dan secara umum bekerja tetapi
membutuhkan beberapa bantuan, 19% memiliki beberapa kemandirian
tetapi umumnya tinggal di rumah dan membutuhkan bantuan dan
pengawasan dalam kehidupan sehari-hari, 46% membutuhkan pembekalan
dari spesialis dari fasilitas-fasilitas khusus di bidang ASD dengan
bantuan tingkat tinggi dan kebebasan yang sangat terbatas, dan 12%
membutuhkan perawatan rumah sakit tingkat tinggi. Penelitian di
Swedia tahun 2005 pada 78 orang dewasa yang tidak memasukkan IQ
yang rendah menemukan prognosis yang lebih buruk; contohnya, hanya
4% yang mencapai kemandirian. Penelitian di Kanada tahun 2008 pada
48 orang dewasa muda yang didiagnosa ASD ketika masih usia pra
sekolah menemukan hasil mulai dari kurang (46%), cukup (32%), baik
(17%), dan sangat baik (4%); hanya 56% yang pernah dipekerjakan,
sebagian besar menjadi volunteer, kerja full atau paruh waktu.
Perubahan dalam diagnostic practice dan meningkatnya ketersediaan
early intervention yang efektif membuat tidak jelas apakah
penemuan-penemuana ini dapat digeneralisasi untuk anak-anak yang
didiagnosa baru-baru ini. Beberapa anak terutama mereka yang
mengalami gangguan bicara dapat tumbuh pada kehidupan marginal,
dapat berdiri sendiri sekalipun terisolasi hidup dalam masyarakat
namun untuk beberapa anak, penempatan lama pada institusi merupakan
hasil akhir. Hubungan antara autisme dan skizofrenia tidak jelas.
Kasus dimana anak autistik kemudian berkembang menjadi skizofrenia
telah dilaporkan namun jarang. Prognosis yang lebih baik adalah
terkait dengan intelegensi yang lebih tinggi, kemampuan berbicara
fungsional, dan kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh.
Gejala-gejaLa sering berubah karena anak-anak tumbuh semakin tua.
Kejang-kejang dan mencelakakan diri sendiri semakin lazim dengan
perkembangan usia. GAMBARAN KLINISAnak dengan autisme dapat tampak
normal pada tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya.
Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan
berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat
menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap
rangsangan-rangasangan darikelima panca inderanya(pendengaran,
sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku
repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan
badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku
dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain)
atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku
terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala
tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas
dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu
melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang
tidak wajar terhadapinformasisensoris yang mereka terima, misalnya;
suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan
tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi
kesukaan mereka.Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang
disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme
beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga
terberat sekalipun.1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara
dan memahami bahasa.2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi.3. Bermain dengan mainan atau
benda-benda lain secara tidak wajar.4. Sulit menerima perubahan
pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.5. Gerakkan tubuh yang
berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentuTerlepas
dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman
bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan
peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat.The National Institute
of Child Health and Human Development(NICHD) diAmerika
Serikatmenyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan
perlunya evaluasi lebih lanjut:1. Anak tidak bergumam hingga usia
12 bulan2. Anak tidak memperlihatkan kemampuangestural(menunjuk,
melambai, menggenggam) hingga usia 12 bulan3. Anak tidak
mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan4. Anak tidak
mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan5.
Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia
tertentuAdanya kelima karakteristik di atas tidak berarti bahwa
anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik
gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus
mendapatkan evaluasi secaramulti-disipliner yang dapat meliputi
Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, dan Profesi lain yang
memahami persoalan autisme.Berdasarkan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM-IV), kategori diagnostik autisme
terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan
kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis autisme dibuat jika
ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV:a.
Interaksi Sosial(minimal 2):1. Tidak mampu menjalin interaksi
sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh,
gerak-gerik kurang tertuju.2. Kesulitan bermain dengan teman
sebaya3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat4.
Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arahb.
Komunikasi Sosial(minimal 1):1. Tidak/terlambat bicara, tidak
berusaha berkomunikasi non verbal2. Bisa bicara tapi tidak untuk
komunikasi/inisiasi, egosentris3. Bahasa aneh &
diulang-ulang/stereotip4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif,
kurang imitasi socialc. Imaginasi, berpikir fleksibeldanbermain
imaginatif(minimal 1):1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan
cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan
fokusnya2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang
tidak berguna3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan
berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian
tertentu dari suatu bendaAutisme ditunjukkan bila ditemukan 6 atau
lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan,
yaitu: Interaksi Sosial Komunikasi Perilaku.Pemeriksaan penunjang
Autisme :1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)2. Checklis for
Autism in Toddlers (CHAT)3. The Autism Screening Questionare4. The
Screening Test for Autism in Two-Years OldDIAGNOSA BANDINGGangguan
lain yang mempengaruhi fungsi otak penyandang autisme adalah
Epilepsi, Retardasi Mental, Down Syndrome atau gangguan genetis
lain. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya menyertai gejala
autisme seperti yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak orang
beranggapan bahwa penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk
sembuh dan hidup normal.PROBLEM FT (GAMBARAN KLINIS VS ASSESMENT)a.
Pemeriksaan motorik kasar dan halus Hasil , tidak terjadi gangguan
motorik.b. Pemeriksaan Kognitif Hasil, Mengalami gangguan
kognitif.c. Pemeriksaan Psikis Hasil, Penderita mengalami gangguan
psikis d. Tes Vokal Hasil, adanya gangguan bicara khususnya saat
menyebutkan huruf konsonan.e. Pemeriksaan Laboratorium dan
RadiologiINTERVENSIPrimer : Hyperaktif anggota gerak Sekunder :a.
konsentrasi b. Gangguan bicara Kompleks : Gangguan ADL
koordinasi
Berbagai pendekatan terapeutik telah dianjurkan untuk menangani
dan menatalaksana anak-anak autistik, namun keberhasilannya
terbatas. Terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang sedang
berlaku dilaporkan meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresi sering dapat diubah dengan manajemen
perilaku. Neuroleptik telah menunjukkan harapan dalam mengurangi
perilaku mencelakakan diri sendiri yang kelihatannya mengarah pada
perilaku agresi, stereotipik, dan penarikan diri dari pergaulan
sosial. Antagonis opiat yang kuat baru-baru ini terbukti mengubah
masalah-masalah perilaku, penarikan diri dan stereotipik. Model
penanganan harian dengan menggunakan permainan, terapi kemampuan
berbicara dan latihan antarperorangan terstruktur juga menampakkan
harapan. Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala,
edukasi dan penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku
dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi
outcome. Peran tenaga medis dalam menangani autisme yaitu
meggunakan analisis perilaku antara lain: Pelatihan percobaan
Intervensi perilaku secara dini Pengajaran langsung Pelatihan
respon-respon penting Intervensi perilaku verbal Perkembangan,
perbedaan individu dan dasar-dasar pendekatan relasi Intervensi
dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain Treatmen dan
pendidikan untuk anak autisme dan cara berkomunikasi.
Glosarium Monozygotic :Dizygotic :Atensi :Sel Purkinye :Agresi
:Partus :Neuroblast :Neurotransmitter :ASDs :Scoliosis :Stereotipik
:Skizofrenia :Inisiasi :Egosentris :Epilepsi :Retardasi mental
:Down syndrome :
REFERENSI Marilynn E. 1999. Rencana AsuhanKeperawatan.Edisitiga.
Jakarta:EGChttp://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/sindrom-gangguan-autismehttp://www.psych.org/http://www.ninds.nih.gov/disorders/autism/autism.htmNelson.2000.
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGCBehrman, Kliegman,
Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, AlihBahasa Prof.
DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, JakartaVeague, Heather
Barnett. 2010. Psychological Disorder : Autism. New York: Infobase
PublishingExkorn, Karen Siff. The Autism Source Book : Everything
You Need To Know About Diagnosis, Treatment, Coping, And Healing.
New York : Perfect BoundMonti Jennifer, 2012. Autism Overview.
Healthline Editorial TeamSiregar, Harris. 1994. Neuro-Fisiologi.
Ujung Pandang : Publishing Division of Physiology