Top Banner

of 24

ASKPEP DHF

May 30, 2018

Download

Documents

Muhammad Ikhsan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah fragmen sel yang

    tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam mekanisme hemostatis tingkat sel yang

    menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit

    dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko

    trombosis. trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran

    lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. jumlah

    trombosit adalah 200000-300000 keping/mm darah.

    Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

    sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

    nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

    Virus yang masuk kedalam tubuh akan menurunkan fungsi trombosit dan menurunnya

    faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan

    hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

    1

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    2/24

    BAB II

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

    sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

    nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

    Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang

    dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanparuam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita

    melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

    DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yangmenyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.

    (Sir,Patrick manson,2001).

    Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus

    yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).

    Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

    arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yangterdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

    yang disertai ruam atau tanpa ruam.

    2. Etiologi

    a. Virus dengue sejenis arbovirus.

    b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4

    ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang,

    bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabilpada suhu 70 oC.

    Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan

    serotif yang paling banyak.

    2

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    3/24

    3. Patofisiologi

    Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akanbereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan

    mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,duapeptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai

    factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasmamelalui endotel dinding itu.

    Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

    (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

    Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh

    darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis

    hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut.

    Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dindingpembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak

    diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

    4. Tanda dan gejala

    a. Demam tinggi selama 5 7 hari

    b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

    c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

    d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

    e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

    f. Sakit kepala.

    g. Pembengkakan sekitar mata.

    h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

    i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,

    capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

    3

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    4/24

    5. Komplikasi

    Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

    a. Perdarahan luas.

    b. Shock atau renjatan.

    c. Effuse pleura

    d. Penurunan kesadaran.

    6. Klasifikasi

    a. Derajat I :

    Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni

    dan hemokonsentrasi.

    b. Derajat II :

    Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit

    seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

    c. Derajat III :

    Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan systemsirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan

    penderita gelisah.

    d. Derajat IV :

    Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan

    yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

    7. Pemeriksaan penunjang

    a. Darah

    1) Trombosit menurun.

    2) HB meningkat lebih 20 %

    4

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    5/24

    3) HT meningkat lebih 20 %

    4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

    5) Protein darah rendah

    6) Ureum PH bisa meningkat

    7) NA dan CL rendah

    b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

    1) Rontgen thorax : Efusi pleura.

    2) Uji test tourniket (+)

    8. Penatalaksanaan

    a. Tirah baring

    b. Pemberian makanan lunak .

    c. Pemberian cairan melalui infus.

    Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan

    intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter,korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

    d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

    e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

    f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

    g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

    h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

    i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

    5

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    6/24

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    7/24

    3. Intervensi

    Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa

    keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menuruttindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip

    rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :

    a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

    Tujuan :

    Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

    Kriteria hasil :

    Volume cairan tubuh kembali normal

    Intervensi :

    1) Kaji KU dan kondisi pasien

    2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

    3) Observasi tanda-tanda dehidrasi

    4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus

    5) Balance cairan (input dan out put cairan)

    6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak

    7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.

    b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

    Tujuan

    Hipertermi dapat teratasi

    Kriteria hasil

    Suhu tubuh kembali normal

    7

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    8/24

    Intervensi

    1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh

    2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak

    3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat

    4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat sepertiterbuat dari katun.

    5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 2000 cc per

    hari

    6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

    c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidakada nafsu makan.

    Tujuan

    Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

    Kriteria hasil

    Intake nutrisi klien meningkat

    Intervensi

    1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

    2) Timbang berat badan klien tiap hari

    3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering

    4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

    5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).

    6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

    7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

    8

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    9/24

    d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya

    informasi.

    Tujuan

    Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat

    Kriteria hasil

    Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

    1) Kaji tingkat pendidikan klien.

    2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF

    3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.

    4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.

    5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

    e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.

    Tujuan

    Perdarahan tidak terjadi

    Kriteria hasil

    Trombosit dalam batas normal

    Intervensi

    1) Kaji adanya perdarahan

    2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)

    3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.

    4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien

    5) Monitor hasil darah, Trombosit

    6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.

    9

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    10/24

    f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

    Tujuan

    Shock hipovolemik dapat teratasi

    Kriteria hasil

    Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

    Intervensi

    1) Observasi tingkat kesadaran klien

    2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).

    3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)

    4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

    5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

    4. Evaluasi.

    Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan

    keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi

    proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap harisedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu

    pada kriteria hasil yang diharapkan.

    Evaluasi :

    a. Suhu tubuh dalam batas normal.

    b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.

    c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.

    d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

    e. Pengetahuan keluarga bertambah.

    f. Shock hopovolemik teratasi APBI : 2004

    10

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    11/24

    BAB III

    PURPURA

    A. KONSEP DASAR PENYAKIT

    1. DEFINISI

    o PURPURA adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit /

    selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab

    yang tidak diketahui. (PURPURA pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun),

    lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2).

    o PURPURA adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.

    (Perawatan Pediatri Edisi 3)

    o PURPURA adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit

    yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.

    2. ETIOLOGI

    a. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik).

    b. Tetapi kemungkinan akibat dari:

    o Hipersplenisme.

    o Infeksi virus.

    o Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,

    diamokkina, sedormid).

    o Bahan kimia.

    11

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    12/24

    o Pengaruh fisi (radiasi, panas).

    o Kekurangan factor pematangan (malnutrisi).

    o Koagulasi intra vascular diseminata CKID.

    o Autoimnue.

    3. JENIS PURPURA

    a. Akut.

    o Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.

    o Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).

    o Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

    b. Kronik

    o Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.

    o Awitan tersembunyi dan berbahaya.

    o Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.

    o Bentuk ini terutama pada orang dewasa.

    c. Kambuhan

    o Mula-mula terjadi trombositopenia.

    o Relaps berulang.

    o Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

    12

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    13/24

    4. MANIFESTASI KLINIS

    Awitan biasanya akut dengan gambaran sebagai berikut:

    a. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.

    b. Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.

    c. Epistaksis.

    d. Perdarahan mukosa mulut.

    e. Menoragia.

    f. Memar.

    g. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.

    h. Hematuria.

    i. Melana.

    5. PATOFISIOLOGI

    PURPURA adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum

    terjadi. PURPURA adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah

    trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak

    diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada

    umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 6 minggu

    sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut,

    kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam,

    perdarahan, petekie, Purpura dengan trombositopenia dan anemia.

    13

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    14/24

    6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,

    hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).

    b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.

    c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.

    Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.

    d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan

    maturation arrest pada stadium megakariosit.

    e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,

    prothrombin consumption memendek, test RL (+).

    7. PENATALAKSANAAN

    a. PURPURA Akut

    o Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan.

    o Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka

    berikan kortikosteroid.

    o Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.

    o Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.

    b. PURPURA Menahun

    o Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.

    14

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    15/24

    Missal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap

    kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).

    o Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.

    - Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral.

    - Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

    o Splenektomi.

    - Indikasi:

    o Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3

    bulan.

    o Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid

    saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.

    o Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu

    dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.

    - Kontra indikasi:

    o Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat

    diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan

    thymus)

    B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    1. PENGKAJIAN

    a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.

    b. Tanda-tanda perdarahan.

    15

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    16/24

    o Petekie terjadi spontan.

    o Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.

    o Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.

    o Menoragie.

    o Hematuria.

    o Perdarahan gastrointestinal.

    c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

    d. Aktivitas / istirahat.

    Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.

    - toleransi terhadap latihan rendah.

    Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.

    - kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

    e. Sirkulasi.

    Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,

    menstruasi berat.

    - palpitasi (takikardia kompensasi).

    Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

    f. Integritas ego.

    Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan

    transfuse darah.

    16

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    17/24

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    18/24

    Tanda : takipnea, dispnea.

    l. Keamanan

    Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.

    Tanda : petekie, ekimosis.

    2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan anoreksia.

    b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

    diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.

    c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas

    pembawa oksigen darah.

    d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

    e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatanberhubungan dengan salah interpretasi informasi.

    3. INTERVENSI KEPERAWATAN

    a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan anoreksia.

    Tujuan:

    o Menghilangkan mual dan muntah

    Criteria standart:

    o Menunjukkan berat badan stabil

    18

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    19/24

    Intervensi keperawatan:

    o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.

    Rasional: mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.

    o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

    Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan

    kalori.

    o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.

    Rasional: anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan

    dan malnutrisi yang serius.

    o Lakukan konsultasi dengan ahli diet.

    Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk

    memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

    o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.

    Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada

    keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

    b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

    diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.

    Tujuan:

    o Tekanan darah normal.

    o Pangisian kapiler baik.

    Kriteria standart:

    19

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    20/24

    o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.

    Intervensi keperawatan:

    o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.

    Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan

    dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

    o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

    Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

    kebutuhan seluler.

    o Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.

    Rasional: dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.

    o Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.

    Rasional: dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah

    jantung.

    c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas

    pembawa oksigen darah.

    Tujuan:

    o Mengurangi distress pernafasan.

    Criteria standart:

    o Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif

    Intervensi keperawatan:

    o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.

    20

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    21/24

    Rasional: perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat

    menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang

    membutuhkan upaya intervensi.

    o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.

    Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan

    menurunkan resiko aspirasi.

    o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.

    Rasional: meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.

    o Bantu dengan teknik nafas dalam.

    Rasional: membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.

    d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

    Tujuan:

    o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.

    Criteria standart:

    o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.

    Intervensi keperawatan:

    o Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan

    kelemahan, keletihan.

    Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi.

    o Awasi TD, nadi, pernafasan.

    21

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    22/24

    Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

    emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.

    o Berikan lingkungan tenang.

    Rasional: meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.

    o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

    Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut

    dan peningkatan resiko cedera.

    e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

    Tujuan:

    o Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.

    Criteria standart:

    o Menyatakan pemahaman proses penyakit.

    o Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.

    Intervensi keperawatan:

    o Berikan informasi tntang PURPURA. Diskusikan kenyataan bahwa terapi

    tergantung pada tipe dan beratnya PURPURA.

    Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat

    membuat pilihan yang tepat.

    o Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.

    Rasional: ketidak tahuan meningkatkan stress.

    22

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    23/24

    o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan

    memperburuk PURPURA.

    Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat

    memperkuat ansietas pasien / keluarga.

    4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

    Pelaksanaan sesuai dengan PURPURA dengan intervensi yang sudah ditetapkan

    (sesuai dengan literature).

    5. EVALUASI

    Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan

    perencanaan.

    C. LITERATUR PURPURA

    Betz L. Cecily, dkk. 2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

    Nettina M. Sandra. 1996.Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

    23

  • 8/14/2019 ASKPEP DHF

    24/24

    BAB IV

    P E N U T U P

    A. KESIMPULAN

    a. DHF

    DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbavirus (arthropodborn Virus) dan

    ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus dan aedes aegypti).

    Manifestasi dari DHF:

    1. Demam yang tinggi mendadak yang berlangsung slama 2-7 hari2. Pendarahan trauma pada kulit

    3. Hepatomegali

    4. Anoreksia/ muntah-muntah

    5. Nyeri perut, nyeri pada otot dan tulang6. Sakit kepala

    7. Nadi cepat dan lemah (< 20 mmHg)

    8. Kulit dingin9. Anak gelisah

    10. Lidah kotor dan susah BAB

    Diagnosa

    1. Kekurangan volume cairan berbanding kehilangan volume cairan aktif (mual, muntah)2. Hyperthermia berbanding penyakit

    3. Nyeri akut berbanding Agen Indera Biologi

    b. Purpura

    adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir

    dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui.

    B. SARAN

    Dengan Makalah ini semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari pengetahuan tentangpenyakit DHF dan Purpura. Kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu dan memahami konsep

    dan segala sesuatu dan1 bagaimana kita merawat dan mengobati pasien dengan penderita DHF

    dan Purpura.

    Selain itu kita harus mencegah agar penyakit Tersebut agar tidak menyebar atau menjangkit kita

    dan masyarakat sekitar dengan cara menjaga kebersihan lingkungan