Top Banner

of 39

Askep Teori Keluarga Dhf Dan Kasus

Oct 31, 2015

Download

Documents

Yana Taryana

askep keluarga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Sdr.E DI KELUARGA Tn.W DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN TASIKMALAYADiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IKelompok 2 :Aap PalahwiErvan PardiansyahMaya NurlelaRatih Nuriza GusmanRiska Dwi Nur ArifinYana Taryana STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYAJl. Tamansari Gobras PO BOX 114 Tlp. (026523 50982)2013KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA YANG MENGALAMI PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)DefinisiBeberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli :DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 : 20) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tandatanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002 : 45)Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) diatas penulis dapat menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.EtiologiVirus dengueVirus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun selsel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)VektorVirus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420)Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37)HostJika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2001 : 38)PatofisiologiVirus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bias terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bias menyebabkan anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bias terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)Manifestasi KlinikMasa Inkubasi Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 5 hari diikuti oleh demam , sakit kepala dan malaise.DemamDemam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri tulang dan persendian , nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.PerdarahanPerdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.Renjatan ( syok )Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tandatanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.Gejala klinik lainNyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )PenatalaksanaanPemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56)Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57)Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSSMemutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan 3M yaitu :Menguras tempattempat penampungan air secara teratur sekurang kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.Menutup rapat rapat tempat penampung air.Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344) Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571)Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejangkejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 2004 : 203 206 adalah.Belum atau tanpa renjatan:Grade I dan IIHiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehariUmur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehariUmur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehariUmur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehariTERAPI CAIRAN infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama-sama di berikan minuman oralit, air susu secukupnyaUntuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kgObat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.Dengan Renjatan ;Grade IIIBerikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jamApabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.KomplikasiAdapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalahPerdarahanPerdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendesi perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.Kegagalan SirkulasiDSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari 2-7 disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai dengan kegagalan homeostatis mengakibatkan aktifitas dan integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.HepatomegaliHati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi.Efusi PleuraEfusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.Pengkajian FokusAsuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF (Dengue Haemorragic Fever)Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman.Identitas Dataa. Nama Kepala Keluarga :b. Usia :c. Pendidikan :d. Pekerjaan :e. Alamat :f. Komposisi keluargaJumlah keluarga yang banyak (extended family), status social ekonomi menurun dan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan 5 fungsi keluarga di bidang kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF di keluarga.g. Tipe keluargaBiasanya tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih berpengaruh terhadap status kesehatan terutama DHF.h. Suku bangsaAsal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan.i. AgamaAgama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada persepsi keluarga dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF.j. Status sosial ekonomi keluargaPendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan berpengaruh pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam pengambilan keputusan, dan keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi pada penderita DHF serta biaya pengobatannya.k. Latar Belakang BudayaKebiasaan fasilitas KesehatanKeluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit, sumber pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat merupakan tempat pertama yang dituju dalam rangka pengobatan. Contohnya Puskesmas.Pengobatan TradisionalKeluarga biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional, misalnya untuk mengurangi demam, keluarga menganjurkan penderita untuk istirahat dan jika masih demam hanya dibelikan obat di warung.l. Aktivitas di waktu senggangKebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita DHF yaitu aktivitas yang banyak apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF harus mengurangi aktivitas, istirahat dan harus bayak minum air putih secara teratur.Riwayat dan Tahap Perkembangan KeluargaTahap perkembangan keluarga saat iniAnggota keluarga yang tertua akan berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah.Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhiDalam tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya dalam masalah kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggota keluarga.Riwayat keluarga intiJika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga ada yang menderita DHF maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau keturunan berikutnya untuk menderita DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.Data LingkunganKarakteristik RumahKarakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank, sumber air yang digunakan, status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan rumah yang kecil, sempit, kotor, ventilasi yang kurang, perabotan rumah berserakan, penataan ruangan atau kamar yang banyak baju bergantungan. Hal tersebut merupakan factor predisposisi timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat di luar rumah penderita DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau keadaan kotor, pembuangan sampah terbuka, pembuangan air limbah tidak lancar. (Nelson, 2001)Karakteristik tetangga dan komunitasKarakteristik fisik tetangga dan masyarakat yang berpengaruh pada penyakit DHF, misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah, pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik sosial budaya masyarakat, serta sulitnya masyarakat menggunakan transportasi.Mobilitas geografis keluargaPenderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang kumuh, kotor sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakatKeluarga menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan menggunakan fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan kesehatan.Sistem pendukung keluargaBiasanya yang membantu keluarga saat membutuhkan bantuan adalah tetangga dekat atau sanak keluarga dan petugas kesehatan dalam membantu kesehatan keluarga.Struktur KeluargaPola komunikasi keluargaKurang komunikasi diantara keluarga yang menderita DHF akan mempengaruhi pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu masalah.Struktur kekuatan keluargaDalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah biasanya dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil keputusan tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat penyakit DHF.Struktur PeranPeran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing dalam menaggulangi, mencegah serta merawat anggota keluarga yang sakit.Nilai dan norma keluargaKeluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa pengobatan.Fungsi KeluargaFungsi AfektifPerhatian yang kurang sehingga penderita DHF tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.Fungsi SosialisasiTingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya.Fungsi KesehatanKeluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala, akibat serta penatalaksanaan).Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit.Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjauhkan factor-faktor pencetus terjadinya DHF (Dengue Haemorragic Fever) dan pemenuhan nutrisi yang cukup.Memodifikasi lingkungan misal menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit.Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan misalnya : membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas.Fungsi ReproduksiBerapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode yang digunakan.Fungsi EkonomiKeluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan termasuk pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.Stress dan Koping KeluargaStressor jangka pendekApabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tersebut.Stressor jangka panjangKeluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam perawatan DHF dan pengobatannya.Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressorKeluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF (Dengue Haemorragic Fever).Strategi koping yang digunakanKeluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga.Keluhan utamaPenderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.Riwayat penyakit sekarangDidapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.Riwayat penyakit yang pernah dideritaPenyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.Riwayat imunisasiApabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.Riwayat giziStatus gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.Kondisi lingkunganSering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).Pola kebiasaanNutrisi dan metabolismNutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.Eliminasi BABEliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.Eliminasi BAKEliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.Tidur dan istirahatTidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.KebersihanKebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.Pemeriksaan fisikMeliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :Kesadaran : ApatisVital sign : TD : 110/70 mmHgKepala : Bentuk mesochepalMata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaranHidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telanDadaInspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasanAuskultasi : tidak ada bunyi tambahanPerkusi : SonorPalpasi : taktil fremitus normalAbdomenInspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)Auskultasi : bising usus 8x/menitPerkusi : tympaniPalpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian ataEkstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulangGenetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter Sistem integumentAdanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab.Kuku sianosis atau tidak.Kepala dan leherKepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV ).DadaBentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.AbdomenMengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.Diagnosa Keperawatan KeluargaPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).Fokus IntervensiDiagnosa Keperawatan 1Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Rencana tindakanPencegahan primerMemberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah kontipasi.Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.Menurunkan kebutuhan metabolisme untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energy dengan melakukan tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit.Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan Vitamin C.Pencegahan sekunderAnjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan karena lingkungan yang menyenangkan akan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.Pencegahan tersierMonitor mual dan muntah.Monitor adanya penurunan BB.Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.Diagnosa Keperawatan IITujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.Rencana tindakanPencegahan primerPantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).Monitor masukan makanan/cairan.Pencegahan sekunderAnjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.Batasi aktivitas yang menguras tenaga.Pencegahan tersierKolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan suhu ruangan.Memberikan deuritik sesuai intruksi.Diagnosa Keperawatan IIITujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengetahui sumber-sumber informasi.Rencana tindakanPencegahan primerMenentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya.Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain.Pencegahan sekunderDiskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan komplikasi.Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan.Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.Pencegahan tersierKaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SDR.E DI KELUARGA TN.W DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KAMPUNG PANGADEGAN KEC. CIBEUREUMDATA UMUMNama Kepala Keluarga: Tn. WAlamat Kepala Keluarga : Kp. Pangadegan Rt/Rw 06/01 kel. Kota Baru, Kec. CibeuremPendidikan Kepala Keluarga : SMAKomposisi Keluarga No Nama Hubungan Dengan KKUmur Jenis KelaminStatus PerkawinanPendidikan PekerjaanKeterangan Imunisasi1Ny.LIstri 52 thPkawinSD Penjahit lengkap2Tn.HAnk.kandung30 th LkawinSMKBuruh lengkap3Sdr.EAnk. kandung20 thLbelumSMAPelajar lengkap4Ny.Rmenantu29 thPkawinSMAIRTlengkap5Ank.MCucu 2 thPbelum_______lengkapGenogram : Keterangan : : Laki-laki: Perempuan: Sudah Meninggal: Klien: Menikah: Garis Keturunan: Tinggal SerumahTipe KeluargaKeluarga Tn W termasuk keluarga besar (estended family) yang terdiri dari Kepala Keluarga, istri, 2 anak, 1 orang menantu, 1 orang cucu.Suku BangsaSeluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, IndonesiaAgamaSemua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan menjalankan perintah Tuhan YME.Status Social Ekonomi KeluargaPekerjaan Anggota KeluargaTn.W bekerja sebagai buruh jasa di sebuah perusahaan. Sedangkan Ny. L bekerja sebagai penjahit rumahan. Anak pertama yang sudah menikah bekerja sebagai supir di perusahaan.Sebagian besar anggota keluarga mempunyai penghasil perbulannya, yaitu :Kepala Keluarga: 1.500.000/bulanistri (Ibu l): 500.000/bulanAnak 1: 900.000/bulanPemenuhan Kebutuhan Sehari-HariDilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja, keluarga mempunyai status social ekonomi menengah. Dengan pengeluaran perbulan mencapai untuk Tn.W dengan Ny.L sebesar Rp. 1.500.000. sedangkan penghasilan anak pertama di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya sebesar Rp. 700.000.Kebutuhan RekreasiRekreasi Yang Digunakan Dalam RumahKeluarga Tn. W tidak pernah pergi bersama untuk berekrasi, hanya saja bila ada kemauan dan waktu luangnya digunakan menonton TV dan membersihkan rumah bersama-sama anggota keluarga di saat hari libur.Rekreasi Yang Dilakukan Di Luar RumahKeluarga Tn. W jarang berekreasi di luar di tempat rekreasi, hanya saja berkunjung ke rumah saudara terdekat.TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA Tahap Perkembangan Keluarga Saat IniKeluarga Tn. W mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 30 tahun dan sudah menikah mempunyai 1 orang isteri dan 1 orang anak, dan anak ke-2 laki-laki 20 tahun. Maka keluarga Tn. W berada pada tahap perkembanngan keluarga dengan anak dewasa.Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum TerpenuhiTn. W sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu :Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar Mempertahankan keintiman pasangan Penataan kembali peran ortu dan kegiatan rumah Namun, hanya sebagian tugas kepala keluarga untuk membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat. Sebab anak pertama yang telah menikah belum tinggal sendiri atau terlepas dari KK yang dilatar belakangi materil.Riwayat Keluarga IntiDalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :Kepala Keluarga, Tn. W pernah mengalami riwayat penyakit Vertigo, sehingga harus dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan belum sembuh total sehingga menyebabkan mobilisasinya terganggu.Isteri, Ny. L tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.Anak Pertama, Tn. H tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.Anak Kedua, Sdr. E pernah mengalami riwayat penyakit DHF, sehingga harus dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan sudah sembuh .Menantu, Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.Cucu , An. M tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.Riwayat Keluarga SebelumnyaDari keluarga Tn.W, Tn.W pernah mengidap penyakit vertigo. Akibat dari vertigo sendiri keseimbangan berjalan Tn.W tidak normal seperti semula. Sedangkan anggota keluarga yang lain hanya mengalami penyakit pusing biasa dan sembuh dengan membeli obat dari warung.PENGKAJIAN LINGKUNGANKarakteristik RumahStatus Luas tanah 12 m x 8 mluas rumah 6 m x 7 m.Tipe rumah : permanen dengan jumlah 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang kerja. Jendela 16 buah, pintu 5 buah, setiap ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. perlengkapan rumah tangga tertata dengan rapi, cahaya matahari dapat tersalurkan kesetiap ruangan, sumber air dari PDAM.Perincian Denah6512334 3utamaKeterangan :DapurKamar mandiKamar tidurRuang tamuRuang kerjaParkirhalaman8 7Keadaan rumahLantai menggunakan keramik, tidak licin, ruang tamu tampak tidak tertata rapi. Ruang tamu memiliki 1 jendela selalu terbuka. Tiap kamar tidak terdapat genting kaca sehingga rumah terlihat kurang terang. Kamar tidur utama mempunyai jendela, kamar tidur ketiga tidak ada jendela namun memiliki ventilasinya. An. L lebih sering tidur di kamar ketiga. Dapur terletak seruangan dengan ruang makan terdapat ventilasi. Lingkungan sekitar rumah jalan sudah dikeraskan atau di semen, posisi rumah dekat dengan rel kereta api dan tidak ada pembuangan sampah (bak sampah).Kebiasaan Keluarga dalam Perawatan RumahKebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga, dimana semua anggota keluarga mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kebersihan rumah. Namun keluarga Tn. W dan Tn. H jarang untuk membersihkan atau merawat rumah karena kesibukan pekerjaan sehingga pekerjaan membersihkan rumah dilakukan oleh Ny.L dan Ny.R.Sistem Pembuangan SampahDalam keluarga Tn. W sampah keluarga di buang di belakang rumah di tampung dan di bakar. Karena tidak terjangkau mobil angkutan sampah sehingga sampah rumah di musnahkan dengan cara di bakar di belakang rumah sekitar 2 m dari rumah.System drainase airSumber air yang digunakan Tn.W menggunakan air PDAM, disediakan tempat penampungan air dan memisahkan antara air buat memasak dan buat mencuci. Di samping rumah ada selokan dan dijadikan pembuangan air bekas.Kondisi airKondisi air tidak berwarna, jernih dan tidak berasa. Air PDAM di gunakan untuk memasak dan keperluan sehari-hari. Untuk minum menggunakan air isi ulang.Pengetahuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan LingkunganKeluarga menganggap kesehatan sangat penting harus tetap jaga kebersihan.Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RwKeluarga merasa nyaman hidup ditengah-tengah warga sekitar rumah karena keluarga merasa warga sekitar saling bantu-membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal.Mobilitas Geografis KeluargaSejak Tn. W Menikah Dengan Ny. L keluarga Tn. W tinggal di kp pangadean dan tidak perrnah pindah. Alat transportasi yang ada di daerah keluarga Tn. W adalah angkutan umum dan angkutan motor (ojek). Alat Transportasi yang Biasa Digunakan Keluarga Alat transportasi yang digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan angkutan umum.Perkunpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakatPeran Serta Keluarga dalam Perkumpulan di MasyarakatHubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Walaupun Ny. L tidak bisa mengikuti kegiatan ibu-ibu setempat karena sibuk kerja dari pagi sampai malam namun tetap menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Tn.W mengkuti kegiatan perkumpulan tiap bulan sekali, sedangkan Tn.H suka pulang kerja tidak menentu tetapi bila ada kgiatan dalam masyarakat selalu mengikutiPersepsi Keluarga Mengenai Perkumpulan di MasyarakatKeluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna memecahkan masalah-masalah yang ada lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga (silaturahim).Adat dan Kebiasaan Komunitas SekitarSelama ini tetangga-tetangganya mempunyai kebiasaan apabila ada salah satu tetangganya yang sakit mereka saling bantu-membantu. Bergotong royong membersihkan kampung tiap dua minggu sekali.System pendukung keluargaKeluarga memiliki fasilitas kesehatan yang memadai misalnya: tersedia MCK, kotak obat pribadi, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti penyuluhan kesehatan misalnya : penyuluhan DBD, diadakannya imunisasi seperti tetanus, campak, polio, dan lain-lain. Sedangkan dukungan psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.STRUKTUR KELUARGAPola komunikasi keluargaKeluarga menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada sesuatu hal. Komunikasi yang diterapkan dalam keluarga adalah dua arah.Struktur Kekuatan KeluargaDalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika ada masalah yang dirasakan. Pengambil keputusan adalah Tn. W tetapi bila dalam keadaan tertentu Tn. W tidak ada di tempat, maka keputusan diambil oleh istrinya.Struktur peran (formal dan informal)Tn.W:Peran formal : Tn.W tidak pernah menjadi pengurus dalam masyarakat, sekarang hanya menjadi anggota masyarakatPeran informal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah kakek, mertua, dan menantu.Ny.L:Peran formal : aktif sebagai anggota masyarakat, perkumpulan ibu-ibu pengajian, dan perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, sitri, nenek, dan mertua.Tn. H :Peran formal : sebagai anggota masyarakat, anggota ketua karang taruna.Peran informal : aktif sebagai anggota keluarga, suami, anak, ayah.Ny.R :Peran formal : sebagai anggota perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalPeran informal : sebagai ibu rumah tangga, ibu, istri, menantu di keluarga.Sdr.E :Peran formal : sebagai anggota ikatan mahasiswaPeran informal : anak, adik. sepupuAn.M :Peran formal : --------Peran informal : anak, cucu, keponakan.Nilai dan norma keluargaKeluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami bertindak sebagai pencari nafkah dan istri di rumah mengurus anak, menurut pendapat keluarga bisa saja istri bertindak sebagai pencari nafkah tambahan asalkan tugas sebagai istri dan ibu tidak begitu terabaikan. Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga dan menyayangi serta memberi kebebasan pada An. E tetapi bertanggung jawab. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai dari agama yang dianut, tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh masyarakat dan tidak bertentangan dengan masyrakat sekitar.FUNGSI KELUARGAFungsi AfektifPerhatian yang kurang sehingga penderita DHF (Dengue Haemorragic Fever) tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.Fungsi SosialTingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya.Fungsi perawatan keluargaMengenal MasalahSaat pengkajian semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, akan tetapi An. E yang sudah 10 hari di rawat di Rumah Sakit sudah sembuh dari penyakit DHF, namun masih mengalami mual tiap kali makan, BB menurun, keengganan untuk makan, membran mukosa bibir kering, tampak masih lemah dan merasakan selalu haus. Keluarga tidak tahu tentang pengertian DHF, penyebab DHF, tanda dan gejala serta faktor penyebab yang mempengaruhi DHF.Mengambil KeputusanKeluarga Tn. W mengatakan saat Sdr. E demam tinggi dulu diberi obat dari warung. Namun selama 2 hari demam tinggi Sdr.E tidak mengalami penurunan suhu tubuh. Diduga Sdr. E mengalami penyakit tipes sehingga keluarga memberikan obat tradisional. Akan tetapi tidak sembuh-sembuh Sehingga keluarga Tn. W mendapat saran dari tetangga terdekat untuk mengambil keputusan membawa Sdr.E ke pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas).Fungsi ReproduksiTn. W mempunyai 2 anak (Tn.H dan sdr. E), keluarga Tn. W merencanakan jumlah anak dengan melakukan KB terutama Ny. L sejak dulu. Tn. W dan Ny. L tidak mengalami gangguan dalam reproduksi.Fungsi ekonomiKeluarga mampu memenuhi kebutuhan sandnag, pangan, dan papan dari pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan pendapatannya untuk keperluan yang tidak terduga.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas, posyandu balita, dan rumah sakit.STRESS DAN KOPING KELUARGAStressor Jangka PendekApabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang menderita tersebut.Stressor jangka panjangKekambuhan penyakit vertigo pada Tn.W.Kemampuan Keluarga Berespon terhadap StressorKeluarga Tn. A begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF.Stressor Koping yang DigunakanKeluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga.Strategi adaftasi disfungsionalKeluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak, mengkambing hitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan masalah.Harapan Keluarga pada PerawatKeluarga Tn.W dan Ny.L menyambut baik mahasiswa kesehatan yang dating kerumahnya, sehingga semakin tahu bagaimana bahaya dan pelajaran cara mencegah penularan nyamuk yang menyebabkan DHF/DBD. Keluarga juga mengharapkan mahasiswa aktif dalam bersosialisasi kepada masyarakat sehingga ilmu yang didapat dapat diaplikasikan kepada masyarakat.PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisikNama anggota keluargaTn.WNy.LTn.HNy.RSdr.EAn.MTB169 cm160 cm170 cm165 cm167 cm75 cmBB65 kg70 kg65 kg60 kg55 kg15 kgTD130/80 mmHg130/80 mmHg120/80 mmHg110/80 mmHg110/70 mmHg-------RR25 x/menit23 x/menit25 x/menit22 x/menit25 x/menit20 x/menitN80 x/menit84 x/menit70 x/menit75 x/menit80 x/menitRambut Bersih, beruban, lurusBersih, hitam, agak ikalBersih, hitam, lurusBersih, hitam, lurusBersih, hitam, lurusBersih, hitam, luruskonjungtivaTidak anemisTidak anemisTidak anemisTidak anemisMasih pucatTidak anemisSclera Tidak ikhterikTidak ikhterikTidak ikhterikTidak ikhterikTidak ikhterikTidak ikhterikHidung Simetris, tidak ada sekret,tidak ada polipSimetris, tidak ada sekret,tidak ada polipSimetris, tidak ada sekret,tidak ada polipSimetris, tidak ada sekret,tidak ada polipSimetris, tidak ada sekret,tidak ada polipSimetris, tidak ada sekret,tidak ada polipMulut Bersih, tidak ada stomatitisBersih, tidak ada stomatitisBersih, tidak ada stomatitisBersih, tidak ada stomatitisSedikit kotor, mukosabibir keringBersih, tidak ada stomatitisTelinga Bersih, simetrisBersih, simetrisBersih, simetrisBersih, simetrisBersih, simetrisBersih, simetrisLeher Tidak ada pembesaran kelenjartiroidTidak ada pembesaran kelenjartiroidTidak ada pembesaran kelenjartiroidTidak ada pembesaran kelenjartiroidTidak ada pembesaran kelenjartiroidTidak ada pembesaran kelenjartiroidDada Simetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingSimetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingSimetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingSimetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingSimetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingSimetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada wheezingAbdomen Tidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaTidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaTidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaTidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaTidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaTidak ada nyeri tekan,tympani, tidak teraba massaEkstremitas Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : tidak baik, keseimbangan jalan tidak baik. tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : baik, tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : baik, tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : baik, tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : baik, tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Atas : baik, tidak ada nyeri tekan, rentang gerak tanganbaik.Bawah : baik, tidak ada nyeritekan, rentang gerak kaki baik.Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota KeluargaNutrisiKomposisi makanan pada keluarga Tn. W terdiri dari makanan pokok yaitu nasi, sayur mayur selalu ada, lauk pauk nabati selalu ada dan lauk pauk hewani kadang-kadang serta buah. Keluarga Tn. W makan bersama-sama anggota keluarga pada malam hari sekitar jam 19.00 WIB, tetapi Ny. L sering memasak lauk pauk atau sayur mayur untuk keluarga. Namun An. M tidak suka makan terutama sayur, makan dalam porsi kecil dan tidak teratur. Tn. W : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan makanan.Ny. L : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan makanan. Tn. H : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan.Ny.R : makan sehari 3 kali, tidak ada pantanganSdr.E : makan sehari 2 kali, tidak ada pantangan.An. M : makan tidak teratur, tidak mau makan sayur, dalam porsi kecil terkadang tidak habis.Intake cairanTn. W minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih dan pagi hari the manis, Ny. L minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih, pagi hari teh manis. Tn.H minum 2-3 botol minum dan sering minum air suplemen dalam tiap mau kerja,Ny.R minum 6-7 gelas per hari air putih. Sdr.E suka minum 3-4 gelas per hari dan 1 botol minum air putih. An. M minum kurang lebih 4-5 gelas per hari air putih,dan suka jajan minuman es.Eliminasi Tn.W : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning jernih.Ny.L : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih.Tn.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning jernih.Ny.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih.Sdr.E : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-7 kali sehari warna kuning jernih.Mobilisasi Tn. W beraktifitas dengan pekerjaannya sebagai buruh jasa di perusahaan, berangkat bila masuk pagi pukul 07.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor dan pulang sore hari sekitar pukul 17.30 WIB tergantung selesainya pekerjaan. Tn.H berangkat kerja menjadi supir angkut tidak menentu kadang dalam 1 bulan 3 minggu kerja dan pulang tergantung pergantian kerja. Sdr.E suka berangkat sekolah memakai motor dari pagi jam 07.00 dan pulang jam 03.00. untuk Ny.L dan Ny.R bekerja di rumah , apabila ada keperluan ke pasar, suka naik angkutan umum.Personal HygieneTn. W : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 3 kali sehari dengan shampo.Ny. L : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.Ny. R : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.Tn. H : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.Sdr.E : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.An.M : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.ANALISA DATANOSimptomEtiologiProblem1DS : Sdr E mengeluh badannya panas sampai merasa sakit.DO : Bila suhu badan Sdr. E naik, keluarga hanya mengompres Sdr. E.Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal tanda-tanda penyakit DHF.Meningkatnya suhu (hipertermi)2DS :- Keluarga Tn. W mengatakanSdr. E masih seringmual tiap kali makan.- Keluarga mengatakan Sdr. E nafsu makan berkurang, porsi makan tidak pernah habis.DO :- BB Sdr. E (57 kg)- TB 165 cm- Usia 20 tahun- Mual tiap kali makan- Porsi makan tidakpernah habis- Membran mukosakering.Perubahan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuhpada An. L dikeluargaTn. AKetidakmampuankeluarga dalammerawat anggotakeluarga yangmengalami DHF(DengueHaemorragicFever).3DS : Jika gejala timbul Sdr. E hanya diam, tidak ada kesomunikasi dengan keluarga.DO : Sdr. E mengatakan tidak tahu mengenai tanda dan gejala DHFKetidakefektifan keluarga dalam berkomunikasi dengan Sdr. EKoping keluarga yang tidakefektifDIAGNOSA MASALAHResiko terjadinya hipertermi pada Sdr.E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenali tanda-tanda DHFPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumahSKORINGResiko terjadinya Hipertermi pada Sdr. E pada keluarga Tn. W berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mnda-tanda mengatasi tanda-tanda DHF.NOKriteriaSkorBobotPenghitunganJustifikasi1Sifat MasalahAktualAncaman KesehatanKeadaan Sejahtera 32112/3 x 1 = 2/3Sdr. E merasa sakit karena panas2Kemungkinan masalah dapat diubahMudahSebagianTidak dapat2102 x 2 = 1Keluarga hanya mampu menuntaskan sebagian3Potensi masalah untuk dicegahTinggiSedangRendah32111/3 x 1 = 1/3Masih belum bias mencegah4Menonjolnya masalahMasalah berat, harus segera ditanganiAda masalah, tetapi tidak perlu segera ditanganiMasalah tidak dirasakan21042/2 x 1 = 1Ketidakmampuan dalam menanganiPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).NOKriteriaSkorBobotPenghitunganJustifikasi1Sifat MasalahAktualAncaman KesehatanKeadaan Sejahtera 32112/3 x 1 = 2/3Sdr. E terasa mual muntah2Kemungkinan masalah dapat diubahMudahSebagianTidak dapat2102 x 2 = 1Keluarga menyatakan pemenuhan nutrisi Sdr. E masih kurang3Potensi masalah untuk dicegahTinggiSedangRendah32111/3 x 1 = 1/3Masalah belum bias dicegah4Menonjolnya masalahMasalah berat, harus segera ditanganiAda masalah, tetapi tidak perlu segera ditanganiMasalah tidak dirasakan21012/2 x 1 = 1Masalah akan berat jika dibiarkanKoping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumahNOKriteriaSkorBobotPenghitunganJustifikasi1Sifat MasalahAktualAncaman KesehatanKeadaan Sejahtera 32113/3 x 1 = 1Sdr. E diam ketika gejala timbul2Kemungkinan masalah dapat diubahMudahSebagianTidak dapat21022/2 x 1 = 1Keluarga kurang komunikasi3Potensi masalah untuk dicegahTinggiSedangRendah32112/3 x 1 = 2/3Keluarga belum bias mencegah itu4Menonjolnya masalahMasalah berat, harus segera ditanganiAda masalah, tetapi tidak perlu segera ditanganiMasalah tidak dirasakan21010/2 x 1 = 0Keluarga merasa kurang komunikasi bukan masalahNoPERENCANAANDiagnosa masalahTujuanKriteria evaluasiRencana intervensiUmumKhususKriteriaStandar1Resiko terjadinya Hipertermi pada Sdr. E pada keluarga Tn. W berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mnda-tanda mengatasi tanda-tanda DHF.Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu mengenali tanda-tanda DHF.Keluarga mampu mengenal tanda-tanda DHFMengetahui tanda dan gejala.Lemah, panas atau demam (hipertermi), sakit kepala, anoreksia, nyeri hulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh dankosntipasi (sembelit).Mengkaji saat timbulnya demam dan mengobservasi TTV atau lebih seringMemberikan penkes pada keluarga tanda dan gejala DHFMemberikan penjelasan pada Sdr.E atau keluarga tentang hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan Sdr.E atau keluarga untuk koorperatifMenganjurkan Sdr.E untuk banyak minum dan jelaskan manfaatnya.Menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.Mencatat asupan dan keluaranKeluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi hipertermiMengompres sesuai suhu tubuh Sdr.EKeluarga mampu melakukan tindakan keperawatan untuk DHF2Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 1 hari diharapkan keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi Sdr.EKeluarga mampu mengenal akan kebutuhan nutrisiKeluarga mampu melakukan tindakan pemunuhan nutrisi yang tepatKeluarga mampu mempertahankan kecukupan nutrisi keluargaKeluarga harus biasa memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh yang cukup Kebutuhan nutrisi Sdr.E terpenuhiMemberikan asupan vitamin yang cukup.Memberikan makanan yang mudah di telan dan dihidangkan masih hangat dan memberikan makanan dalan porsi kecil dan frekuensiMenjelaskan manfaat makanan atau nutrisi pada Sdr.E saat sakitMemberikan umpan balik positif saat Sdr.E mau berusaha menghabiskan makanan nya Mencatat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan oleh Sdr.E setiap hari.3Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumahSetelah dilakukan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu membentuk mekanisme koping yang adekuat.Keluarga mampu mengenal masalah dalam keluargaKeluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat.Keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan mencegah DHFKeluarga mampu memelihara lingkungan fisik, spikis, dan social untuk mempertahankan drajat kesehatan.Keluarga harus mengungkapkan maslahnya (perasaan sakit)Keluarga mampu mengidentifikasi kekuatan dirinya.Keluarga mampu mengidentifikasi koping yang baikKeluarga mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber eksternal.Terjalinya komunikasi yang baikMembina hubungan saling percaya antar anggota keluarga berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh Sdr.E.Beri kesempatan dan dorongan pada Sdr.E untuk mengungkapkan perasaan dan persefsinya.Membantu Sdr.E mengkaji dan mengidentifikasi situasi dan masalah yang timbul saat iniMembatu Sdr.E mengidentifikasi koping sebelumnya baik yang efektif maupun yang tidak efektif.Bantu Sdr.E menilai kekuatan dirinya dan kemungkinan pemecahan masalahMendiskusikan koping yang efektif yang akan digunakan.Melibatkan Sdr.E dalam perawatan dirinya.