Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kunjungan Antenatal Care (ANC) 2.1.1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC) Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatalcare (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006). Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku ada 3 yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Yang termasuk faktor predisposisi Universitas Sumatera Utara
31

antenatal

Oct 31, 2014

Download

Documents

Rahadi Fati

laporan pendahuluan antenatal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: antenatal

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kunjungan Antenatal Care (ANC)

2.1.1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatalcare (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada

tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Kunjungan ibu hamil atau ANC

adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan

informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum

dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah,

2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi

perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta

kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan

petugas kesehatan (Henderson, 2006).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku.

Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku ada 3 yaitu :

faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan

faktor pendorong (reinforcing factor). Yang termasuk faktor predisposisi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: antenatal

(predisposing factor) diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

keyakinan , nilai dan motivasi. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung (enabling

factor) adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan dan yang

terakhir yang termasuk faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap dan

perilaku petugas kesehatan, informasi kesehatan baik literature, media, atau kader

(Natoatmodjo, 2003). Dimana motivasi merupakan gejala kejiwaan yang

direfleksikan dalam bentuk prilaku karena motivasi merupakan dorongan untuk

bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, dalam keadaan ini tujuan ibu hamil adalah

agar kehamilannya berjalan normal dan sehat.

Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor

risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk

mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat

menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap

wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi

kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat

diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap

kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro,

2006). Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan

diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko

tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan

janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin,

2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: antenatal

2.1.2. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi :

Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan

Obstetri Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan neonatal kepada setiap ibu

hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang

mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan

antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan

sebagai berikut : (Depkes, 2009).

a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14 minggu

Tujuannya :

1) Penapisan dan pengobatan anemia

2) Perencanaan persalinan

3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

Universitas Sumatera Utara

Page 4: antenatal

b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu

Tujuannya :

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan

3) Mengulang perencanaan persalinan

c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan

setelah 36 minggu sampai lahir.

Tujuannya :

1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapkan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat

haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.

2.1.3 Tujuan Antenatal Care

Menurut Prawirohardjo (2005), tujuan dari ANC meliputi :

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan

bayi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: antenatal

c) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

Menurut Depkes RI (1994), tujuan Antenatal care adalah untuk menjaga agar

ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan pemeriksaan dan

pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar bila timbul

kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui sehingga

dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat. (Depkes, 1997)

Mengacu pada penjelasan di atas, bagi ibu hamil dan suami/keluarga dapat

mengubah pola berpikir yang hanya datang ke dokter jika ada permasalahan dengan

kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur, diharapkan

proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat. Dan yang tak kalah

penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula dengan ibunya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: antenatal

2.1.4. Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal

dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut

(Depkes RI, 2009) :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Pemeriksaan tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan

2.1.5. Lokasi Pelayanan Antenatal Care

Menurut Dep Kes RI (1997), tempat pemberian pelayanan antenatal care

dapat bersifat statis dan aktif meliputi :

1. Puskesmas/ puskesmas pembantu

2. Pondok bersalin desa

Universitas Sumatera Utara

Page 7: antenatal

3. Posyandu

4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah

5. Rumah sakit pemerintah/ swasta

6. Rumah sakit bersalin

7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)

2.1.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

a. Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk

hidup dalam akitvitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha.Pada

dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi

kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, selama hidup

manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan,

pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh

kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama.

Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi/banyak

pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.

Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan dilakukan oleh ibu hamil, bila

tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor

kebutuhan ini merupakan dasar dan stimulus paling langsung untuk

menggunakan sarana kesehatan dalam menjaga kesehatannya selama

kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: antenatal

b. Harapan

Seseorang termotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan

keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri

meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan, misalnya

ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan dengan harapan

agar kesehatannya selama kehamilan terjamin, dan apabila ada gejala/tanda

komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin serta apabila ada

komplikasi yang terjadi dapat segera diatasi/ditangani.

c. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada

yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa ada pengaruh

dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin bertemu dengan tenaga

kesehatan (dokter, bidan, perawat) dengan tujuan untuk mengetahui

keadaan/status kesehatan kehamilannya.

d. Dukungan Suami dan Keluarga

Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan keluarga dan budaya

yang kompleks atau bermacam-macam.Pada kenyataanya peranan suami dan

keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung perilaku atau tindakan

ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa perilaku

kesehatan seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan

masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal dilingkungan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: antenatal

menjunjung tinggi aspek kesehatan akan lebih antusias dalam menjaga

kesehatannya. Sebaliknya mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola hidup

tidak sehat/tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak perduli

dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan kesehatan secara teratur. Hasil

penelitian Simanjuntak (2002) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara dukungan suami/keluarga dengan kunjungan K4, dimana

diperoleh OR = 2, 89 yang berarti bahwa responden yang memperoleh

dukungan baik mempunyai kecenderungan untuk melakukan kunjungan K4

sesuai standar 3 kali lebih besar dibandingkan responden yang kurang mendapat

dukungan suami/keluarga.

e. Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang

tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu melakukan pemeriksaan

kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu akan mendapatkan imbalan

seperti makanan tambahan, susu, atau vitamin secara gratis. Imbalan yang

positif ini akan semakin memotivasi ibu untuk datang ketenaga kesehatan untuk

memeriksakan kehamilannya.

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu keadaan/kejadian yang dialami ibu pada kehamilan,

persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki pengalaman buruk dalam

kehamilan yang lalu akan cenderung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

(Tangkin, Y, 2000). Menurut Akin dalam Adhaniyah mengatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 10: antenatal

pengalaman masa lalu dalam kehamilan, persalinan dan pelayanan kesehatan

mempunyai efek sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan penggunaan

pelayanan kesehatan ibu.

Serta pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan

sebelumnya akan berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan pengalaman

yang kurang menyenangkan pada saat melakukan pemeriksaan pada kehamilan

sebelumnya akan cenderung kurang antusias dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan, karena takut pengalaman yang lalu akan terulang kembali.

g. Sikap

Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude) yaitu suatu

tingkat efek (perasaan) baik yang positif (menguntungkan) maupun negatif

(merugikan). Sikap belum tentu merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi

merupakan “priedisposisi” tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Sarwono (2005) sikap merupakan potensi tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu

hamil yang bersikap positif terhadap perawatan kehamilan (ANC) cenderung

akan mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan ANC. Hal ini dikarenakan

informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang baik mengenai

pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC) selama kehamilan dapat mencegah

bahaya dan risiko yang mungkin terjadi selama hamil. Sikap ibu terhadap

pelayanan antenatal care berperan dalam pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: antenatal

Hasil penelitian Simanjuntak menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara sikap responden dengan antenatal K4 sesuai standar, diperoleh

OR = 2,83 yang berarti bahwa responden yang memiliki sikap positif akan

memiliki kecenderungan 2,83 kali untuk melakukan kunjungan antenatal K4

sesuai standar dibandingkan yang memiliki sikap negatif.

h. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

mempunyai 6 (enam) tingkatan : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pengetahuan

tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik atau

mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya, bilamana ada kelainan

fisik atau psikologis bisa ditemukan secara dini dan diobati, serta melahirkan

tanpa kesulitan dengan bayi yang sehat.

Hasil Penelitian Zainal menunjukkan adanya hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan p value 0,005 dengan OR

Universitas Sumatera Utara

Page 12: antenatal

sebesar 0,119 artinya ibu dengan pengetahuan baik berpeluang 0,119 kali

memeriksakan kehamilan lengkap jika dibandingkan dengan ibu dengan

pengetahuan kurang. Sementara hasil penelitian Metrys, diperoleh nilai OR

sebesar 3,853, artinya ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 3,8

kali memeriksakan kehamilannya dibandingkan ibu yang pengetahuannya

kurang.

i. Ekonomi/Penghasilan

Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan.Penghasilan keluarga juga menentukan

stasus sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi merupakan gambaran

tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel

pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek

kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan

berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena

ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut

(Effendy, N, 1998).

Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap

seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi

keluarga juga berperan bagi seseorang dalam bertindak termasuk tindakan yang

berhubungan dengan kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya. Hasil penelitian

Simanjuntak (2002) menujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

Universitas Sumatera Utara

Page 13: antenatal

penghasilan dengan kunjungan antenatal K4, dimana OR sebesar 2,42 yang

berarti ibu yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan kunjungan

antenatal sesuai standar 2,42 kali dibandingkan dengan ibu yang berpenghasilan

rendah.

2.1.7. Faktor Risiko dalam Kehamilan

Yang dimaksud faktor risiko tinggi adalah keadaan pada ibu, baik berupa

faktor biologis maupun non-biologis, yang biasanya sudah dimiliki ibu sejak

sebelum hamil dan dalam kehamilan yang akan/mungkin memudahkan timbulnya

gangguan lain. Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis

dan faktor non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas, graviditas, jarak

kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor non medis adalah

pengawasan antenatal (Manuaba, 1998)

Menurut Muhtar, (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang dapat

mempengaruhi kehamilan adalah :

a. Faktor non medis antara lain :

Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan,

adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk

memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang

serba kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama

dinegara-negara berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata sangat

mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: antenatal

b. Faktor medis antara lain :

Penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,

gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.

2.1.8. Cara Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi

Cara menentukan pengelompokan kehamilan risiko tinggi, yaitu dengan

menggunakan cara kriteria. Kriteria ini diperoleh dari anamnesa tentang umur,

paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, dan pemeriksaan lengkap

kehamilan sekarang serta pemeriksaan laboratorium penunjang bila diperlukan.

Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu hamil ada

3 kelompok yaitu :

a. Kelompok Faktor risiko I (ada potensi gawat obstetri), seperti primipara muda

terlalu muda umur kurang dari 16 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil pertama

umur 35 tahun atau lebih, primi tua sekunder, terlalu lama punya anak lagi,

terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun, grande multi, hamil umur 35

tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat persalinan yang

buruk, pernah keguguran, pernah persalinaan premature, riwayat persalinan

dengan tindakan ( ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, operasi (seksio sesarea) ).

Deteksi ibu hamil berisiko kelompok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh

petugas kesehatan melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa

pandang pada kehamilan muda atau pada saat kontak.

b. Kelompok Faktor Risiko II ( ada gawat obstetri), ibu hamil dengan penyakit,

pre-eklamsia/eklamsia, hamil kembar atau gamelli, kembar air atau hidramnion,

Universitas Sumatera Utara

Page 15: antenatal

bayi mati dalam kandungan, kehamilan dengan kelainan letak, serta hamil lewat

bulan. Pada kelompok faktor resiko II ada kemungkinan masih membutuhkan

pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih (USG) oleh dokter Spesialis di

Rumah Sakit.

c. Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat obstetri), perdarahan sebelum bayi lahir,

pre eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelompok faktor risiko III, ini harus

segera di rujuk ke rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah

buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan tindakan pada waktu itu juga

dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang terancam.

Adapun faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan kehamilan :

1) Usia

a) Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia<

20 tahun. Pada usia< 20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul

belum berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan risiko

kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat menyebabkan

pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat.

b) Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi)

Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun

waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun, dimana organ reproduksi sudah

sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: antenatal

c) Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun,

kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh

diantaranya otot, syaraf, endokrin dan reproduksi mulai menurun. Pada

usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan

kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit

lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi

darah ke janin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada

kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia dan perdarahan.

2) Paritas

Sulaiman, S (1983) mengklasifikasikan paritas adalah sebagai berikut :

a) Primipara : Seorang yang telah melahirkan seorang anak matur atau

prematur

b) Multipara : Seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu anak

c) Grandemulti adalah Seorang wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih.

Paritas merupakan salah satu faktor resiko pada kehamilan.Kehamilan

risiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara, dimana

pada multipara dan grandemultipara keadaan endometrium pada daerah korpus

uteri sudah mengalami kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi.Hal ini

terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta

pada kehamilan sebelumnya didinding endometrium.Adanya kemunduran

Universitas Sumatera Utara

Page 17: antenatal

fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium menyebabkan

daerah tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima hasil konsepsi,

sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang

maksimal dan mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini akan berisiko pada

kehamilan dan persalinan.

3) Jarak Kehamilan

Menurut Ramli (1997), jarak adalah selang waktu antara dua peristiwa, ruang

antara dua objek bagian. Jarak adalah masa antara dua kejadian yang berkaitan.

a) Kehamilan dengan jarak < 3 tahun

Pada kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium mengalami

perubahan.Perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu

timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi

plasenta (Mansjoer, 1999).

Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah

endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut

kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat

menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan

plasenta.

b) Kehamilan dengan jarak > 3 tahun

Pada kehamilan dengan jarak > 3 tahun keadaan endometrium yang semula

mengalami thrombosis dan nekrosis karena pelepasan plasenta dari dinding

endometrium (korpus uteri) telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: antenatal

endometrium.Dinding-dinding endometrium mulai regenerasi dan sel epitel

kelenjar-kelenjar endometrium mulai berkembang.Bila pada saat ini terjadi

kehamilan endometrium telah siap menerima sel-sel dan memberikan

nutrisi bagi pertumbuhan sel telur.

c) Kehamilan dengan jarak > 4 tahun

Pada kehamilan dengan jarak > 4 tahun sel telur yang dihasilkan sudah

tidak baik, sehingga bisa menimbulkan kelainan-kelainan bawaan seperti

sindrom down dan pada saat persalinan pun berisiko terjadi perdarahan post

partum.Hal ini disebabkan otot-otot rahim tidak selentur dulu, hingga saat

harus mengkerut kembali bisa terjadi gangguan yang berisiko seperti

haemoragic post partum (HPP), dan risiko terjadi pre eklamsia dan

eklamsia juga sangat besar karena terjadi kerusakan sel-sel endotel.

2.1.9. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan

kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi atau komplikasi kebidanan yang

lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu.Pemeriksaan

antenatal perlu dilakukan secara dini, sehingga dapat ditemukan sedini mungkin

apabila ada tanda bahaya/komplikasi serta dapat diperhitungkan dan dipersiapkan

langkah-langkah dalam persiapan persalinan. Diketahui bahwa janin dalam rahim

dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling memengaruhi. Oleh sebab itu ibu

hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur dan sesuai

standar minimal 4 kali selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: antenatal

2.2. Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan

memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya

orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada yang tidak

melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan sebagai

dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan

tertentu (Rivai, 2004). Sementara Gibson et.al (1996), menyatakan bahwa motivasi

sebagai suatu dorongan yang timbul pada atau didalam diri seorang individu yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku.Oleh karena itu, motivasi dapat berarti

suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu

perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara wajar.

Berdasarkan pada beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam

diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah

lakunya.Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan,

baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

2.2.2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2002) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: antenatal

1. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran,

misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu tersebut

sadar bahwa dengan memeriksakan kehamilannya, dapat mendeteksi apabila ada

komplikasi pada kehamilannya. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang

memengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

a. Kebutuhan (Need)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor

kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu untuk

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan untuk mendeteksi adanya

tanda/gejala resiko tinggi pada kehamilannya.

b. Harapan (Expectancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan

keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat

dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan, misalnya ibu memeriksakan

kehamilannya ke tenaga kesehatan dengan harapan agar apabila ada komplikasi/risiko

dalam kehamilannya dapat segera diketahui dan diatasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: antenatal

c. Minat

Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

perbuatan.Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa

ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa adanya

pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin bertemu dengan tenaga

kesehatan (dokter, bidan, perawat) dan minat atau keinginan untuk mengetahui

keadaan kesehatan janin dan kehamilannya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau

pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu. (Djamarah, 2002).

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang memengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :

a. Dukungan Suami dan Keluarga

Ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan bukan kehendak sendiri

tetapi karena dorongan dari keluarga seperti : suami, orang tua, teman ataupun

anggota keluarga yang lain. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin

menguatkan motivasi ibu untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatan

kehamilannya. Dorongan positif yang diperoleh ibu, akan menimbulkan kebiasaan

yang baik pula, sehingga akan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

b. Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang

tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke

Universitas Sumatera Utara

Page 22: antenatal

tenaga kesehatan karena ibu akan mendapatkan imbalan seperti mendapatkan

makanan tambahan (susu), suntik TT atau vitamin tambah darah. Imbalan yang

positif ini akan semakin memotivasi ibu hamil untuk datang ketenaga kesehatan

untuk memeriksakan kehamilannya, dengan harapan kehamilannya akan menjadi

sehat.

2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi

a. Faktor Fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik, misal

status kesehatan dan status gizi ibu hamil (http://situs.kespro.info/kia/htm). Bila ibu

hamil merasa dalam status kesehatan yang baik, tidak ada keluhan maka mereka

menganggap bahwa tidak perlu melakukan pemeriksaaan kehamilan, jadi ibu hanya

memeriksakan kehamilannya hanya bila ada keluhan saja.

b. Faktor Proses Mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tapi ada

kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Ibu hamil yang mengalami

gangguan pada proses mental tentu sulit untuk membuat suatu keputusan bahwa

pemeriksaan kehamilan adalah suatu kebutuhan karena adanya gangguan pada proses

berfikir.

c. Faktor Hereditas

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian yang

secara herediter dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah

termotivasi atau sebaliknya (Notoatmodjo, 2003)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: antenatal

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar individu baik fisik, biologis,

maupun sosial (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap

motivasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Termasuk dalam

lingkungan salah adalah dukungan suami, keluarga dan teman.

e. Faktor Kematangan Usia

Kematangan usia akan berpengaruh pada proses berfikir dan pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

f. Faktor Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Ketersediaan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang

memadai, mudah terjangkau menjadi motivasi bagi ibu untuk memeriksakan

kehamilannya. Termasuk dalam fasilitas adalah adanya sumber biaya yang

mencukupi bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

g. Faktor Media

Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi

kesehatan (Sugiyono, 1999). Dengan adanya media ibu hamil menjadi lebih tahu

tentang pemeriksaan kehamilan dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan.

2.2.4. Teori Motivasi Menurut Abrahan Maslow (1943-1970)

Abraham Maslow (1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua

manusia memiliki kebutuhan pokok. Manusia termotivasi untuk memenuhi

kebutuhan yang ada didalam hidupnya. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 24: antenatal

berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat

kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari yang

paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit

untuk dicapai atau didapat.Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus

terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu

tindakan yang penting. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan

mendasar yang perlu dipenuhi.

Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan Maslow

a. Kebutuhan fisiologis

Contohnya adalah : sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan

kebutuhan biologis seperti bernafas, buang air besar, buang air kecil dan lain

sebagainya.

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan

Misalnya : bebas dari diskriminasi, bebas dari ancaman, bebas dari rasa

sakit/penyakit, bebas dari teror dan sebagainya.

Aktualisasi diri Penghargaan

Sosial

Keamanan

Faali

Universitas Sumatera Utara

Page 25: antenatal

c. Kebutuhan sosial

Misalnya : kasih sayang, rasa memiliki, memiliki teman, memiliki keluarga,

diterima dengan baik dan lain sebagainya

d. Kebutuhan akan penghargaan

Contohnya : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, berprestasi, berkompetensi, dan

mendapatkan dukungan serta pengakuan dan lain sebagainya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Misalnya : kebutuhan kognitif : mengetahui, memahami, dan menjelajahi ;

kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan dan keindahan ; kebutuhan

aktualisasi diri : mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya.

Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun,

tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat

kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala

kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan

oleh pemenuhan kebutuhannya (Mangkunegara, 2002).

2.2.5. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: antenatal

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan

demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang

sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi

karena sudah melakukan proses penyeleksian

2.3. Persepsi

2.3.1. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception :

pengumpulan, penerimaan, pandangan dan pengertian. Jadi persepsi adalah

kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan

langsung terhadap sesuatu (Komaruddin, 2002). Persepsi diartikan sebagi proses

diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga

individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati,

baik yang ada di luar maupun di dalam individu (Sunaryo, 2004). Menurut Wiliam

James dalam Widayatun (1999), persepsi merupakan suatu pengalaman yang

terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indera hasil pengolahan otak atau

ingatan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun obyeknya sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: antenatal

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2005) adalah proses

pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut

adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, perabaan dan sebagainya).

Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003) persepsi dalam arti sempit adalah

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas

persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu. Walgito (1991) yang menyatakan bahwa persepsi itu

merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diindranya

sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated

dalam diri individu. Sesuai dengan teori persepsi yang dikemukakan oleh para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembentukan persepsi tersebut sangat dipengaruhi

oleh pengamatan, pengindraan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan

suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati.

Dengan demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu

obyek, situasi, peristiwa orang lain berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap,

harapan dan nilai yang ada pada diri individu.

2.3.2. Faktor Pembentukan Persepsi

Beberapa faktor yang memengaruhi persepsi antara lain : sikap, pendidikan

(pengetahuan), lingkungan, budaya (Rahmat, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: antenatal

1. Fungsional

Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi begitu saja, tapi ada

beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor fungsional yang berasal

dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor

personal. Jadi persepsi tidak hanya ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli,

tetapi juga karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut

dan bermula dari kondisi biologisnya (Rahmat,2001).

2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam

menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai (Rahmat, 2001).

3. Pendidikan (Pengetahuan)

Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rahmat,2001). Pengetahuan

berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang.

4. Ekonomi/Penghasilan

Masalah ekonomi keluarga bisa mempengaruhi dalam mempersepsi segala

sesuatu termasuk dalam melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

2.3.3. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi

Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif

yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu.

Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang

ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti

terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: antenatal

berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku

individu terhadap objek yang ada. Walgito (1991) menyatakan bahwa terjadinya

persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman

atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat

indera manusia.

b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensoris.

c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,

merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima

reseptor.

d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu

berupa tanggapan dan perilaku.

2.4 Landasan Teori

Stenburg (2008), mengemukakan motivasi sebagai konsep yang

menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan

respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Sementara Gibson et.al

(1996), menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu dorongan yang timbul pada atau di

dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Oleh karena

Universitas Sumatera Utara

Page 30: antenatal

itu, motivasi dapat berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara wajar.

Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada teori

motivasi menurut Djamarah (2002) dimana motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Yang termasuk dalam motivasi

intrinsik adalah kebutuhan (need), harapan (Expectancy) dan minat. Sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah dorongan keluarga, lingkungan, imbalan.

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003) persepsi dalam arti sempit adalah

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas

persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu. Walgito (1991) yang menyatakan bahwa persepsi itu

merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diindranya

sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated

dalam diri individu. Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : fungsional,

sikap, pendidikan (pengetahuan) dan ekonomi.

Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi

perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta

kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan

petugas kesehatan (Henderson, 2006). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: antenatal

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan landasan teoritis, dapat digambarkan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Motivasi : Intrinsik :

- Kebutuhan - Harapan - Minat

Ekstrinsik :

- Dukungan Suami/Keluarga

- Imbalan

Persepsi :

- Pengalaman masa lalu - Sikap - Pengetahuan - Penghasilan (UMK)

Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

K4 Lengkap/K4 Tidak Lengkap

Universitas Sumatera Utara