Page 1
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE
DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Abdul Rosyid
NIM. 1110082000002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
Page 6
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Abdul Rosyid
2. Tempat/tanggal lahir : Tangerang, 29 September 1992
3. Alamat : Jl. Mushola Rt05/02, No. 32 Pondok Pucung-Pondok Aren,
Tangerang Selatan.
4. Telepon : 087888151560
5. Email : ocitrosyid29@gmail.com
II. Pendidikan Formal
1. MI Unwannunajah Tahun 1998 – 2004
2. SMPN 03 Ciputat Tahun 2004 – 2007
3. MA Pembangunan UIN Tahun 2007 – 2010
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 – 2017
III. Pengalam Organisasi
1. Anggota Osis SMPN 03 Ciputat
2. Anggota Osis MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Anggota HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Anggota BEM Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
5. Karang Taruna RW02 Pondok Pucung
IV. Latar Belakang Keluarga
Ayah : H. Ahmad Djusi
Ibu : Hj. Romeni
Kakak : Nur A'ini, Abdur Rohman, Rosyidah
Anak ke-dari : 4 dari 4 bersaudara
Page 7
vii
ABSTRACT
This research aim to analyze the influence of dividend policy, debt policy, firm size and return on
equity toward the value of company of company manufactur in 2010 - 2014. The analysis method
used in the research is the analysis multiple regression perfomed with SPSS 20. The empirical
result showed that the simultaneous indicated that dividend policy, debt policy, firm size and
return on equity had significant influence toward value of company. in the partial indicated that
dividend policy did not have significant influence toward value of company. Meanwhile, the debt
policy, firm size and return on equity had significant influence toward value of company.
Keyword : dividend policy, debt policy, firm size, return on equity, value of company.
Page 8
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size
dan return on equity terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan mengunakan
SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan deviden, kebijakan
hutang, firm size berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kebijakan hutang, firm size dan return
on equity berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size, return on equity, nilai perusahaan
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang, Firm Size Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan” dengan
lancar. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberikan ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya dan terus terbukti
kebenarannya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi.
Berkat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, doa kedua orang tua, dukungan, bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan
lancar.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta, terutama buat Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan
semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Yang selalu memberikan rasa
Page 10
x
cinta, perhatian, kasih sayang, motivasi dan membantu secara moral dan materil serta selalu
mengiringi penulis melalui doa restu.
3. Saudara tersayang, Hj Nur 'Aini, AbdurRohman dan Rosyidah yang selalu memeriahkan
suasana rumah.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini,LC.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,AK.,CA selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima
kasih banyak saya ucapkan kepada bapak yang telah meluangkan waktu, memberikan
pengarahan, bimbingan serta masukan yang sangat membantu dan bermanfaat sekali, semoga
Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Pelaksana tugas Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Hepi Prayudiawan.SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.
9. Seluruh Staf dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
10. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan yang berasal dari kelas Akuntansi A, B, C
dan D. Terutama untuk saudara - saudaraku di kelas A yang tidak bisa disebut satu-satu
terima kasih banyak atas perjalanan fisik, hati dan jiwa kita selama ini. Buat sahabat tercinta
Joy Laura, Kartika, Dian, Kokoh Redho, Akbar, Legra, Genta dan Rizky terima kasih banget
buat kalian.
11. Terima kasih kepada anak-anak Karang Taruna RW02 Pondok Pucung
12. Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi
Perpajakan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Satukan tekad untuk angkatan 2010.
Page 11
xi
13. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
masukan, support dan kenangan lainnya.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk
menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang menaruh perhatian bagi perkembangan
dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan harapan agar bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Jakarta, Juni 2017
Abdul Rosyid 1110082000002
Page 12
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................... i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... vi
Abstact ............................................................................................................... vii
Abstrak .............................................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................................ ix
Daftar Isi ........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ................................................................................................. xv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10
A. Landasan Teori ............................................................................. 10
1. Rasio Keuangan ....................................................................... 14
a. Pengertian Rasio Keuangan ................................................ 10
b. Bentuk - Bentuk Rasio Keuangan ....................................... 12
2. Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan .............................. 14
3. Nilai Perusahaan ...................................................................... 17
4. Kebijakan Deviden ................................................................... 19
5. Kebijakan utang ....................................................................... 23
6. Firm Size .................................................................................. 28
7. Profitabilitas (Return on Equity) .............................................. 31
8. Pengaruh Antar Variabel .......................................................... 37
Page 13
xiii
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 42
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 48
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 52
D. Metode Analisis Data .................................................................... 53
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 53
2. Uji Hipotesis ............................................................................ 58
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................ 59
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 64
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 64
B. Hasil Uji Analisis Penelitian ......................................................... 65
1. Hasil Statistik Deskriptif .......................................................... 65
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 67
C. Pembahasan .................................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83
LAMPIRAN ...................................................................................................... 88
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 42
4.1 Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia ...................................... 77
4.2 Hasil Uji Deskriptif Data ................................................................ 66
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Secara Statistik ..................................... 69
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................. 69
4.5 Hasil Uji Autokolerasi .................................................................... 70
4.6 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ............................................. 72
4.7 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) .................................................. 73
4.8 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ..................... 76
4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 77
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 49
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ......................................... 68
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 71
Page 16
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Objek Penelitian ........................................................ 88
2 Data Mentah Hasil Perhitungan ...................................................... 89
3 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 20.0 ..................................... 93
Page 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendirian sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada
beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.
Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal
atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan
perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang
tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya
secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin
dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya (Martono dan Harjito, 2005:2).
Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan. Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai
perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi
kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration)
dan (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (management ownership).
Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil
kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis
perusahaan sehari-hari (Rejeki dan Hartono, 2007:23).
Page 18
2
Menurut teori keagenan, penyebab konflik antara manajemen dan
pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan bagaimana dana diperoleh lalu diinvesasikan. Konflik antara manajer
dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait
tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan
menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (Agency Cost). Biaya
keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan nilai hutang (Struktur Modal)
dan meningkatkan rasio pembayaran deviden. Semakin banyak saham yang
dimilki oleh manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan, sehingga
membuat deviden tidak perlu dibayarkan pada resiko yang tinggi (Robinson
dan Pearce, 2008:47).
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar
dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila
dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai
perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila jika dividen yang dibayarkan kecil
maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar
dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba.
Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar
dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan
meningkatkan nilai perusahaan (Matono dan Harjito, 2005:3).
Page 19
3
Hasnawati (2005) membuktikan bahwa kebijakan dividen secara
langsung mempengaruhi nilai perusahaan dan secara tidak langsung keputusan
investasi mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen dan
keputusan pendanaan. Dan pada penelitian Wahyudi, dkk (2004) membuktikan
bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi
keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
kebijakan hutang, perusahaan yang memiliki hutang tinggi menunjukkan
struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga apabila
perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk melunasi hutang
dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil
yang berakibat investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga
berakibat nilai perusahaan tersebut akan turun (Sudana, 2011:45). Penelitian
mengenai financial leverage terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh
Anggraini (2013) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa pengujian secara
individual (uji t) menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap variabel nilai perusahaan (PBV).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah firm
size, perusahaan yang berukuran besar pada umumnya lebih teridentifikasi,
lebih mudah dalam mengakses pasar modal. Sehingga resiko kebangkrutan
relatif kecil. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Ukuran perusahaan secara umum
Page 20
4
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasi dan investasi
yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga semakin besar sebuah
perusahaan maka akan semakin besar pula penjualannya dan berdampak pada
laba perusahaan. Peningkatan ini akan berdampak positif pada price earning
ratio pada masa yang akan datang karena akan dinilai positif oleh para investor
(Aji dan Pangestuti, 2012:3).
Menurut Brigham dan Houston (2010:117) ukuran perusahaan adalah
rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel
dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap
studi dan untuk sejumlah alasan yang berbeda. Pertama ukuran perusahaan
dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar
modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang
terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Kedua ukuran perusahaan
menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai
bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan
dibandingkan yang ditawarkan oleh peusahaan kecil. Semakin besar
kemungkinan jumlah uang yang terlibat, semakin besar kemungkinan
pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferen kedua pihak sebagai
ganti dari penggunaan kontrak standar utang. Ketiga ada kemungkinan
pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar
dapat memperoleh lebih banyak dana. Ukuran Perusahaan dapat ditentukan
Page 21
5
berdasarkan laba, aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya
berkorelasi tinggi (Sawir, 2004:101).
Penelitian mengenai firm size terhadap nilai perusahaan telah dilakukan
oleh beberapa peneliti, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Pramana dan Mustanda (2016), hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa
profitabilitas, ukuran perusahaan, dan CSR secara parsial berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, dimana profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh
positif sedangkan CSR berpengaruh negatif. Selain itu diperoleh hasil bahwa
profitabilitas secara signifikan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan,
Ukuran Perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan, dan Corporate Social Responsibility (CSR) secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan serta CSR mampu memoderasi
pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, namun tidak mampu
memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
profitabilitas yang diproksikan dengan rasio return on equity, return on equity
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang
dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan (Sudana, 2011:23).
Semakin besar nilai return on equity maka tingkat pengembalian yang
di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai return on equity maka
perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang
Page 22
6
memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan
reward berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001:42). Return on equity
menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola modal sendiri secara
efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan
pemilik modal sendiri atau memegang saham perusahaan. Return on equity
memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat
pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan
menghasilkan laba (Aji dan Pangestuti, 2012:2).
ROE merupakan variabel yang mempengaruhi harga saham secara
langsung. Return on equity (ROE) merupakan perbandingan laba setelah pajak
dengan modal sendiri. ROE mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Perusahaan dengan
ROE tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan mereka terima besar
sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan (Riadi, 2011:3).
Penelitian mengenai return on equity terhadap nilai perusahaan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Su’aidah (2010), hasil penelitianya menyatakan bahwa hasil
pengujian hipotesis pertama didapatkan kesimpulan bahwa semua variabel
independen, yaitu ROA dan ROE memberikan pengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan deviden,
kerbijakan hutang, firm size dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Page 23
7
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh variabel kebijakan deviden, kerbijakan hutang, firm size dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Maka penelitian tersebut akan
diterjemahkan ke dalam karya tulis yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Firm Size dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan. (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Periode
2010 - 2014)”.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah data
yang digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji dampak
yang ditimbulkan dan adanya pengaruh variabel investment opportunity set,
kebijakan dividen, firm size, inflasi, return on equity dan price earning ratio
terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini penulis mengambil sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014, sehingga diharapkan
penelitian ini dapat memperbaharui penelitian sebelumnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan deviden
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014?
Page 24
8
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel firm size terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode 2010 -
2014?
4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara variabel profitabilitas
(return on equity) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang pada periode 2010 - 2014?
5. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel kebijakan
deviden, kebijakan hutang, firm size dan profitabilitas (return on equity)
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan
deviden terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada
periode 2010 - 2014
2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel firm size terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode 2010 -
2014
Page 25
9
4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel profitabilitas
(return on equity) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang pada periode 2010 - 2014
5. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel kebijakan
deviden, kebijakan hutang, firm size dan profitabilitas (return on equity)
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada periode
2010 - 2014
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian diharapkan
dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, adapun manfaat penelitian sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menggali ilmu
tentang apa yang telah dikemukakan di atas dan dapat dipraktekan di
kehidupan yang sesungguhnya.
2. Bagi Investor
Sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi manajer dan investor
dalam menentukan alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang
mempengaruhinya, serta sebagai salah satu masukan mengaenai kinerja
perusahaan sehingga mempertimbangkan kebijakan calon investor dalam
menanamkan modalnya.
3. Bagi Civitas Akademik
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar
pada program studi sehingga dapat diterapkan di lapangan dan untuk
menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang akan
dilaksanakan di waktu yang akan datang.
Page 27
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainya yang
mempunyai hubungan yang relavan dan signifikan. Teknik ini sangat
lazim digunakan para analisis keuangan. Rasio keungan adalah dasar
untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping
itu, analisa rasio keuangan juga dibuat berdasarkan tujuan dari pihak si
penganalisis dalam mengevaluasi kinerja perusahaan berdasarkan laporan
keuanganya (Sugiono, 2009:64).
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan
dituangkan dalam angka-angka baik dalam bentuk mata uang rupiah
maupun mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja.
Artinya jika hanya dengan melihat adanya. Angka-angka ini akan
menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen satu
dengan komponen lainya. Caranya adalah dengan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan laporan keuangan
Page 28
12
lainya. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi
keuangn dalam periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja
manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan
dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita
untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan
perusahaan (Keown, 2011:74).
Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke
dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan (Keown, 2011:74).
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangandan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan
terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan (Kasmir dan
Jakfar, 2008:104). Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
cara membagi satu angka dengan angka lainya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangn lainya. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa
angka-angka dalam satu oeriode maupun beberapa periode. Hasil rasio
ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam satu peride apakah
mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian dapat dinilai
kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif (Kasmir dan Jakfar, 2008:104).
Page 29
13
Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-
hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat
ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau
kebijakan yang harus diambil oleh pemilik prusahaan untuk melakukan
perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen kedepan
(Kasmir dan Jakfar, 2008:105).
b. Bentuk - Bentuk Rasio Keuangan
Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga
saham, bukan memaksimalkan laba per saham seperti ukuran akuntansi.
Data akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami
bagaimana kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus
mengevaluasi akuntansi yang di laporkan dalam laporan keuangan
berguna untuk mengevaluasi kemungkinan di bayarnya pinjaman dan
bagi pemegang saham berguna untuk meramaklan laba, deviden, dan
harga saham (Moeljadi, 2006:67).
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa
rasio keuangan. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk rasio keuangan
menurut Weston dalam (Kasmir dan Jakfar, 2008:106):
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
(fred weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukan
atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiabnya
Page 30
14
yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan
(likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas
perusahaan) (Kasmir dan Jakfar, 2008:110).
2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang. Artinya seberapa besar beban utang yang di tanggung
perusahaan yang di bandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur suatu
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibanya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi) (Kasmir dan Jakfar, 2008:151).
3) Rasio Aktivity (Activity Ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan
(penjualan, persediaan, penagihan piutang dan lainya) atau rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktifitas sehari-
hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah
perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset yang
dimilikinya (Kasmir dan Jakfar, 2008:114).
4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin
mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu
Page 31
15
(Riyadi, 2006:155) dalam (Indriani, 2008:5). Rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir
dan Jakfar, 2008:114). Rasio pfrofitabilitas sekelompok rasio yang
menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditasi, manajemen asset,
dan hutang pada hasil operasi (Bringham dan Houston, 2010:146).
5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya
ditengah pertumbuhan perekonomian dan sector usahanya (Kasmir
dan Jakfar, 2008:115).
6) Rasio Penilaian (Valution Ratio)
Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi seperti:
a) Rasio harga saham terdapat pendapatan
b) Rasio nilai pasar saham terdapat nilai buku
2. Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan
Dalam sebuah perusahaan kinerja adalah hal yang teramat sangat
penting dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Kinerja perusahaan
merupakan indikator yang penting tidak hanya bagi pihak perusahaan
namun juga untuk para pemangku kepentingan, misalnya investor. Kinerja
perusahaan menunjukkan kemampuan manajemen dalam perusahaan untuk
Page 32
16
mengelola semua sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.
Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak,
misalnya pemilik perusahaan atau kreditor (Suwiknyo, 2010:42).
Dua laporan keuangan yang umumnya memakai dasar akrual adalah
laporan keuangan laba rugi (profit and loss statement) dan neraca (balance
sheet). Sementara itu, laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan
keuangan yang juga didasarkan atas dasar akrual, tetapi telah disesuaikan
sedemikian rupa sehingga mencerminkan arus kas yang sebenarnya
(Mardiyanto, 2008:27).
Brigham dan Houston (2010:87) menjelaskan bahwa “neraca
(balance sheet) adalah suatu laporan mengenai posisi keuangan perusahaan
pada suatu titik tertentu)”. Sedangkan menurut Revee, dkk (2009:22)
“neraca merupakan daftar asset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada waktu
tertentu, biasanya pada tanggal terakhir dari bulan atau tahun tertentu”.
Neraca terdiri dari dua sisi dimana sisi sebelah kanan menyajikan data
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan sisi sebelah kiri
menyajikan kewajiban dan ekuitas perusahaan yang mencerminkan klaim
terhadap aktiva. Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
kondisi finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu.
Page 33
17
Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan
yang bersifat snapshot atau gambaran sesaat seperti layaknya sebuah foto,
karena neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan perusahaan
pada saat tertentu saja (Tandelilin, 2010:365-366).
Neraca merupakan laporan yang mengungkapkan posisi keuangan
(kekayaan) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu mencakup aktiva
(asset), utang (liability) dan ekuitas (equity). Hubungan ketiganya disebut
sebagai persamaan akuntansi, yakni aktiva sama dengan utang ditambah
ekuitas (Mardiyanto, 2008:27).
Mengenai laporan laba rugi (income statement), Brigham dan
Houston (2010:93) menjelaskan bahwa “laporan laba rugi (income
statement) adalah laporan yang merangkum pendapatan dan beban
perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu
tahun.” Lebih lanjut Revee, dkk (2009:22) menjelaskan bahwa “laporan laba
rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan beban untuk suatu periode
waktu tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun”. Pada laporan laba rugi,
penjualan bersih disajikan pada bagian atas laporan, sedangkan biaya-biaya
operasional, bunga, dan pajak dijadikan sebagai pengurang untuk
menentukan besarnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham.
Komponen dalam laporan laba/rugi terdiri dari, laba bersih atau rugi bersih,
pendapatan, beban, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan (Fuad,
dkk, 2006:167).
Page 34
18
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dianggap sebagai “kue bola”. Tujuan dari
manajer adalah untuk memperbesar “kue bola” tersebut keputusan struktur
permodalan (capital structure decision) dapat dilihat sebagai bagaimana
baiknya memotong “kue bola” tersebut. Jika bagaimana anda memotong
mempengaruhi ukuran “kue bola” tersebut maka keputusan struktur
permodalan ada pengaruhnya. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar
hutang ditambah dengan nilai pasar equity (Rodoni dan Ali, 2010:3 - 4).
Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif
investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja
saat ini maupun prospek masa depannya. Oleh sebab itu, peningkatan harga
saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer. Dan inilah
keunggulan penting perusahaan go public. Perusahaan tertutup tidak bisa
mengunakan harga saham sebagai ukuran kinerja (Brealy, Myers & Marcus,
2007:56).
Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan
adalah nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsic, nilai buku dan nilai
likuidasi. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam
anggaran dasar perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan,
dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering juga
disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar dipasar
saham. Nilai intrinsik, merupakan konsep yang paling abstrak, karena
mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam
konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset,
Page 35
19
melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki
kemampuan menghasilkan keuntungan dikemudian hari. Sedangkan nilai
buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.
Secara sederhana dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva
dan total hutang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah
nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang
harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham.
Nilai likuidasi bisa di hitung dengan cara yang sama dengan menghitung
nilai buku, yaitu berdasarkan neraca proforma yang disiapkan ketika suatu
perusahaan akan dilikuidasi (Keown, 2008:849).
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan
perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan
pendanaan (Brigham dan Houston, 2009:19). Rasio yang dipakai untuk
mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut (Mardiyanto, 2008:64):
a. Price Book Value (PBV)
Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan
prospek perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah:
Page 36
20
b. Tobin’s Q
Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Tobin’s Q,
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Q = Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas
EMV = Harga saham x jumlah saham beredar)
D = Nilai buku dari total hutang
EBV = Nilai buku dari total aktiva
Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pada saat saham
penutupan atau harga terakhir dan merupakan harga yang tidak mungkin
berubah sampai bursa diaktifkan kembali dan harga terakhir ini mewakili
nilai bagi investor. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar
berarti perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan
sangat baik.
4. Kebijakan Deviden
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai dividend
payout ratio (DPR). Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat
memperkirakan jumlah pembayaran deviden yang akan dilakukan setiap
periode. Jumlah pembayaran deviden dengan persentase tetap dari EPS akan
mempengaruhi posisi harga saham dio pasar. Pada saat laba menurun maka
pembayaran deviden juga menurun dan hal ini akan menyebabkan harga
saham menurun juga (Astuti, 2004:146). Sepintas, para pemegang saham
Page 37
21
akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai
dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar,
berarti laba ditahan semakin menciut. Dengan demikian, keputusan dividen
akan mengacu pada suatu kebijakan dividen (dividend policy) yang optimal
terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan.
Rodoni dan Ali (2010:125) mengatakan bahwa kebijakan dividen
yang optimal (optimal dividend policy) perusahan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang yang memaksimalkan nilai
perusahaan.
Menurut agency theory (Jansen and Mackling, 1976) dalam Farah
Margaretha (2009:5) salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency
problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Menurut Rozeff
(1982) dan Moh’d et.al,. (1998) dalam Haruman (2008:151) masalah
keagenan dapat diturunkan dengan mekanisme pembayaran dividen, karena
dengan pembayaran dividen pemegang saham melihat bahwa pengelola
perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka,
sehingga akan mengurangi konflik keagenan.
Selain agency theory, terdapat beberapa teori yang menjelaskan
mengenai kebijakan dividen, antara lain (Sjahrial, 2008:311)
a. Teori Dividen Tidak Relevan (Dividend Irrelevant Theory)
Modigliani dan Miller (M&M) berpendapat, nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividen payout ratio,
tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko
Page 38
22
perusahaan. Jadi menurut MM, dividen tidak relevan untuk
diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan.
b. Teori “The Bird in The Hand”
Gordon dan Litner menyatakan bahwa biaya modal sendiri
perusahaan akan naik jika dividend payout rendah karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka,
investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains.
Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari
laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disayratkan investor
pada saham. Ks adalah keuntungan dari capital gains (capital gains
yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield).
Menurut MM pendapat ini merupakan suatu kesalahan karena pada
akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima
pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang
hampir sama (Halim, 2005:124).
c. Teori Perbedaan Pajak.
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswarmy,
menyatakan bahwa karena ada pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat
menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan
dividen yield rendah, capital gains yield tinggi.
Page 39
23
d. Teori “Signaling Hypothesis”.
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering
diikutu dengan kenaikan harga saham. Sebaliknaya penurunan dividen
pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari
pada capital gains. Seperti teori dividen yang lain, teori signaling
hypothesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa
perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan
apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan
penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau
disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
e. Teori “Clientele Effect”
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang
saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap
kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend
payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang
tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan
menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Kelompok pemegang
saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini akan lebih
menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Sebaliknya,
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat
ini akan lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersih
perusahaan.
Page 40
24
Adapun rasio yang digunakan sebagai indikator dari kebijakan
dividen adalah dividend payout ratio (DPR). Dividen payout ratio (DPR)
merupakan rasio yang memperlihatkan bagian earning (pendapatan) yang
dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio ini diukur dengan
membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham.
Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan
yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi
(Hanafi, 2008:86).
Rodoni dan Ali (2010:125) menyatakan setiap perubahan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan
yaitu apabila dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan
terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan
pemegang saham akan uang kas akan terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang
optimal. Kebijakan dividen yang optimal merupakan kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
yang akan datang, sehingga dapat dimaksimumkan laba dan mempengaruhi
nilai perusahaan.
5. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang diproksikan dengan rasio hutang yaitu debt to
equity ratio, Rasio ini mengukur berapa besar penggunaan utang dalam
pembelanjaan perusahaan. Sudana (2011:158) menjelaskan bahwa
Page 41
25
“penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi perusahaan dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modal
yang digunakan (return on equity)”.
Sampai sejauh apa perusahaan menggunakan pendanaan melalui
utang akan memberikan tiga dampak penting, yaitu:
a. Menghimpun dana melalui utang, pemegang saham dapat mengendalikan
perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas.
b. Kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai
batas pengaman. Jadi, makin tinggi proporsi total modal yang diberikan
oleh pemegang saham, makin kecil risiko yang dihadapi oleh kreditor.
c. Jika hasil yang diperoleh dari asset perusahaan lebih tinggi dari pada
tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan
“mengungkit” (leverage) atau memperbesar pengembalian atas ekuitas
atau ROE. (Brigham dan Houston, 2010:140)
Menurut Sudana (2011:20-21) Besar kecilnya rasio ini dapat dikukur
dengan Debt Ratio, Times interest earned ratio, dan Long Term Debt to
Equity Ratio.
a. Debt Ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
tingkat leverage perusahaan. Debt Ratio digunakan untuk mengukur
proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva
perusahaan. Rasio yang semakin besar menunjukkan porsi utang yang
semakin besar dalam investasi pada aktiva perusahaan. Porsi utang yang
semakin besar akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan rendahnya
Page 42
26
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
=𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
=𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
=𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
porsi utang dalam pembiayaan perusahaan yang mengakibatkan semakin
rendah pula risiko keuangan perusahaan. Debt ratio dapat diukur dengan
formula sebagai berikut:
b. Time Interest Earned Ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap
perusahaan berupa bunga dengan menggunakan laba sebelum bunga dan
pajak. Rasio yang semakin besar menunjukkan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga. Keadaan ini akan memberikan
peluang yang semakin besar bagi perusahaan untuk mendapatkan
tambahan pinjaman dari pihak luar. Rasio ini dapat diukur dengan
formula sebagai berikut:
c. Long term debt to equity ratio merupakan rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka
panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan.Rasio yang
semakin besar mencerminkan risiko perusahaan yang semakin tinggi,
demikian pula sebaliknya, rasio yang semakin rendah menunjukkan
risiko keuangan perusahaan yang semakin rendah. Long Term Debt to
Equity Ratio dapat diukur dengan formula sebagai berikut:
Page 43
27
Sugiono dan Untung (2008:130) menambahkan bahwa rasio leverage
dapat juga diukur dengan total debt to equity ratio. “Total debt to equity
ratio adalah rasio yang menggambarkan komposisi asset perusahaan yang
dibiayai oleh hutang” (Sugiono dan Untung, 2008:130). Sedangkan menurut
Harahap (2007:306) “Total Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
maupun asset”. Total Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
menunjukkan perbandingan penggunaan utang terhadap modal sendiri yang
dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa
risiko keuangan perusahaan semakin tinggi, dan sebaliknya, semakin rendah
rasio ini menunjukkan tingkat risiko yang semakin rendah bagi perusahaan.
Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah
satunya dapat dilihat melalui total debt to equity ratio. Rasio Total Debt to
Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiono dan Untung,
2008:130):
Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan
merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan
(leveraged) profitabilitas perusahaan. Rasio leverage membawa implikasi
penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan. Terdapat pengaruh
negatif pada leverage keuangan yakni bahwa profitabilitas perusahaan
berkurang sebagai akibat dari penggunaan hutang perusahaan yang besar,
sehingga dapat menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung lebih besar
Page 44
28
dari operating income yang dihasilkan hutang tersebut, (Martono,
2002:128).
Bagi perusahaan sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal
sendiri agar beban hutang tetapnya tidak terlalu tinggi. Dimana DER yang
tinggi menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang terhadap ekuitas. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai
kesempatan yang profitable dalam mendanai investasinya secara internal
sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha
mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan
hutangnya, selain itu dengan profitabilitas yang meningkat akan
meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan
untuk melakukan pinjaman dan rasio DER menurun. Karena hutang
mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat
hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang
artinya mengurangi keuntungan. Semakin tinggi DER menunjukkan
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat
memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan.
Laba yang diberikan kepada para pemegang saham disebut leverage
keuangan. Secara bahasa leverage berarti pengungkit (alat ungkit). Jadi, jika
diterapkan dalam istilah keuangan, dapat dikatakan bahwa dengan usaha
sedikit akan diperoleh hasil yang besar. Leverage keuangan tercipta pada
waktu laba perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman yang harus
dibayarnya (Kuswadi, 2005:90).
Page 45
29
Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih
rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar
perlindungan bagi kreditor, jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian
besar (Horne dan Wachowicz, 2009:209). Formulasi dari debt to equity ratio
adalah sebagai berikut:
6. Firm Size
Menurut Prabandi dan Rustiana (2007:29), ukuran perusahaan dapat
diartikan sebagai suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva,
nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua BAPEPAM No. Kep.
11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan
aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak
lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum
yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori,
yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size),
dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan
pada total asset perusahaan, kategori ukuran perusahaan yaitu (Fajri,
2008:7):
a. Perusahaan Besar
Debt to Total Ratio = Total Hutang
Modal Sendiri
Page 46
30
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp 50 milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan
lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan
memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan
keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan
melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena
perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem
pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan
auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
waktu penyelesaian audit (Rachmawati, 2008:3).
Menurut Brigham dan Houston (2010:117) ukuran perusahaan
adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun, dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya
variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.
Page 47
31
Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur
keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan yang
berbeda. Pertama ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya
kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi
maupun saham. Kedua ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-
menawar (bargaining power) dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar
biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk utang, termasuk
penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang
ditawarkan oleh peusahaan kecil. Semakin besar kemungkinan jumlah uang
yang terlibat, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang
dirancang sesuai dengan preferen kedua pihak sebagai ganti dari
penggunaan kontrak standar utang. Ketiga ada kemungkinan pengaruh skala
dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat
memperoleh lebih banyak dana. Ukuran perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan laba, aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya
berkorelasi tinggi (Sawir, 2004:101).
Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang banyak
digunakan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena banyaknya keputusan
investasi dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya
diproksikan dengan total asset, karena nilai asset yang cukup besar maka
ukuran perusahaan akan diperhalus dengan melakukan Log (Asset) atau Ln
(Asset). Ukuran perusahaan (Size) adalah ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber
permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan (Size)
Size = Ln (total aktiva)
Page 48
32
merupakan kebalikan keuntungan terjadinya kebangkrutan. Pengukuran
ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan rumus (Asnawi dan
Wijaya, 2005:274):
7. Profitabilitas (Return on Equity)
Menurut Munawir (2004:8) profitabilitas adalah suatu kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Profitabilitas
juga dapat menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan
keputusan-keputusan manajemen.
Menurut Sudana (2011:22-23) rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber
yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.
Rasio ini dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu return on assets,
return on equity, net profit margin, operating profit margin, gross profit
margin dan basic earning power.
a. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba
setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA berarti
semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan dan demikian pula
sebaliknya. Return on assets (ROA) dapat diukur dengan formula sebagai
berikut:
Page 49
33
b. Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh
pihak manajemen perusahaan. Return on Equity (ROE) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
=
c. Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai
perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa perusahaan
semakin efisien dalam menjalankan operasinya demikian pula
sebaliknya. Profit margin ratio dibedakan menjadi:
1) Net profit margin, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu
produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam
perusahaan. Net profit margin dapat diukur dengan formula sebagai
berikut:
Page 50
34
2) Operating profit margin merupakan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini
menunjukkan efisiensibagian produksi, personalia, serta pemasaran
dalam menghasilkan laba. Operating profit margin dapat diukur
dengan formula sebagai berikut:
3) Gross profit margin merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor
dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini
menggambarkan efisiensi yang dicapai oleh bagian produksi. Rasio ini
dapat diukur dengan formula sebagai berikut:
=
d. =
Basic earning
power merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan
pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi
yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak. Basic
earning power dapat diukur dengan formula sebagai berikut.
Page 51
35
Pakar keuangan lainnya berpendapat mengenai net profit margin,
diantaranya Darsono dan Ashari (2005:60) yang menyatakan bahwa “net
profit margin adalah laba bersih dibagi penjualan bersih. Diantara pakar
keuangan juga ada yang menambahkan bahwa diantara rasio profitabilitas
terdapat juga Return on Total Asset (ROTA). Return on Total Asset (ROTA)
adalah rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva” (Harahap, 2007:305). Sedangkan
menurut Walsh (2012:358) “return on total asset adalah laba sebelum bunga
dan pajak yang dinyatakan dalam persentase dari total aktiva”. Lebih lanjut
Walsh menjelaskan bahwa “ ROTA adalah penggerak peningkatan ROE
yang terpenting” (Walsh, 2012:74). Walsh (2012:64) juga menjelaskan
bahwa ROTA dapat diukur dengan indikator sebagai berikut.
Diantara sekian banyak rasio profitabilitas sebagaimana dijelaskan
diatas, rasio yang terpenting dan perlu mendapat perhatian adalah return on
equity. Ada beberapa pendapat yang menjelaskan akan pentingnya rasio ini,
diantaranya Sudana (2011:22) yang menyatakan bahwa “rasio ini penting
bagi pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan.” Dengan demikian berarti rasio ini berbanding lurus dengan
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
=𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Page 52
36
tingkat efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan.
Pendapat ini juga diperkuat oleh Brigham dan Houston (2010:133)
yang menyatakan bahwa “rasio yang paling penting adalah pengembalian
atas ekuitas (ROE), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham
dibagi dengan total ekuitas pemegang saham”. Tinggi rendahnya ROE akan
menunjukkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh pemegang
saham. Dan juga salah seorang spesialis keuangan senior di irish, Ciaran
Walsh, juga menyatakan lebih tegas bahwa “ROE adalah penggerak nilai
perusahaan yang terpenting” (Walsh, 2012:74).
Demikian pentingnya return on equity, maka perlu diperhatikan juga
beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya rasio ini. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi return on equity yang dikemukakan
para ahli antara lain sebagai berikut.
a. Penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi. Sebagaimana
dijelaskan oleh Sudana (2011:158) bahwa “penggunaan utang dalam
pembelanjaan investasi perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atas modal yang digunakan (return
on equity).”
b. Return on total assets. Sebagaimana dijelaskan oleh Walsh (2012:74)
bahwa “return on total assets adalah penggerak peningkatan return on
equity yang terpenting.”
Page 53
37
Profitabilitas diproksikan dengan return on equity, Return on equity
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan terhadap modal
yang dimiliki (Harahap, 2007:305). Return on Equity (ROE) merupakan
rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang
dimiliki perusahaan (Sudana, 2011:23).
Return on equity merupakan rasio yang menunjukan kesuksesan
manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang
saham. Semakin tinggi return on equity maka akan semakin baik, karena
memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar bagi para pemegang
saham (Darsono dan Ashari, 2005:57). Semakin besar nilai ROE maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar
nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga
perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar
akan memberikan reward berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001:52).
Return on equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan
modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur
tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Jika rasio ini meningkat manajemen cenderung dipandang lebih
efisien dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan
antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity (Riadi,
2011:2).
Page 54
38
Menurut Harahap (2007:304) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti, kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya, terdapat beberapa rasio
profitabilitas, yaitu profit margin, return on asset, return on equity, return
on total asset, basic earning power dan earning per share. Namun dalam
penelitian hanya menjelaskan mengenai return on equity.
Yang dimaksud dengan return on equity (ROE) dalam penelitian ini
adalah laba bersih dibagi total ekuitas (Sugiono dan Untung, 2008:132).
Menurut Sudana (2011:22) semakin tinggi Return on Equity (ROE)
menunjukkan bahwa semakin efisien penggunaan modal sendiri (ekuitas)
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun rumus perhitungan
return on equity adalah sebagai berikut:
8. Pengaruh Antar Variabel Penelitian
a. Pengaruh antara Variabel Kebijakan Deviden terhadap Nilai
Perusahaan
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai
dividend payout ratio (DPR). Dengan kebijakan ini perusahaan kurang
dapat memperkirakan jumlah pembayaran deviden yang akan dilakukan
setiap periode. Jumlah pembayaran deviden dengan persentase tetap dari
EPS akan mempengaruhi posisi harga saham dio pasar. Pada saat laba
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Page 55
39
menurun maka pembayaran deviden juga menurun dan hal ini akan
menyebabkan harga saham menurun juga (Astuti, 2004:146). Sepintas,
para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba
bersih yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi,
apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut.
Dengan demikian, keputusan dividen akan mengacu pada suatu kebijakan
dividen (dividend policy) yang optimal terutama disesuaikan dengan
konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Rodoni dan Ali
(2010:125) menyatakan setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran
dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila
dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan
dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan pemegang
saham akan uang kas akan terabaikan.
Rodoni dan Ali (2010:125) mengatakan bahwa kebijakan dividen
yang optimal (optimal dividend policy) perusahan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang yang memaksimalkan nilai
perusahaan.
Menurut Hatta (2002) dalam Wijaya dan Wibawa (2010), terdapat
sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan deviden
mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut
dengan teori irrelevansi dividen. Pendapat kedua menyatakan bahwa
Page 56
40
dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, yang disebut
dengan Bird in The Hand Theory. Pendapat ketiga menyatakan bahwa
semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai
perusahaan tersebut akan semakin rendah.
b. Pengaruh antara Variabel Kebijakan Hutang terhadap Nilai
Perusahaan
Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan
cara menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham.
Struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka
panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal pada intinya
terdiri dari dua bagian penting yaitu debt dan equity (Rodoni dan Ali,
2010:137).
Menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali
(2010:137) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan
permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan
modal pemegang saham. Struktur modal dapat mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Sebuah perusahaan dikatakan tidak memiliki keseimbangan
finansial apabila total hutang perusahaan lebih besar daripada total yang
dimiliki perusahaan. Dengan semakintingginya rasio leverage
menunjukkan semakin besarnya dana yang disediakan oleh kreditur. Hal
tersebut akan membuat investor berhati-hati untuk berinvestasi di
Page 57
41
perusahaan yang rasio leverage nya tinggi karena semakin tinggi rasio
leverage nya semakin tinggi pula resiko investasinya (Halim, 2008:56).
Perusahaan yang memiliki hutang tinggi menunjukkan struktur
permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh pinjaman sehingga
ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga
apabila perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk
melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang
saham akan semakin kecil yang berakibat investor enggan membeli
saham perusahaan tersebut, sehingga berakibat nilai perusahaan tersebut
akan turun (Sudana, 2011:45).
Menurut Mardiyati et al., (2012) kebijakan hutang berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Soliha dan
Taswan (2002) menyimpulkan kebijakan hutang berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Setiyati (2011: 64)
Kebijakan hutang terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
menggunakan hutang yang tinggi lebih memberikan nilai perusahaan
yang tinggi dibanding perusahaan dengan menggunakan hutang lebih
rendah. Rustendi dan Jimmi (2008: 420) menyimpulkan secara parsial
hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika
hutang naik atau bertambah maka nilai perusahaan akan mengalami
kenaikan, demikian pula sebaliknya jika hutang menurun maka nilai
perusahaan akan mengalami penurunan.
Page 58
42
c. Pengaruh antara Variabel Firm Size terhadap Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses
yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan
yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses
ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti
untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang
lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran
deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
Size merupakan simbol ukuran suatu perusahaan. Suatu
perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju
pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah,
sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami
banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Size adalah salah
satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat ukuran perusahaan
adalah net sales yang dimiliki. Sebuah perusahaan besar akan lebih
mudah mengakses ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil lebih
sulit untuk mengaksesnya. Kemudahan akses ke pasar modal dapat
diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau menarik investor untuk menanamkan
modalnya. Dengan adanya dana baru perusahaan dapat membayarkan
kewajibanya termasuk juga membayar deviden kepada pemegang saham
(Marietta dan Sampurno, 2013:3).
Perusahaan yang besar akan membagikan deviden yang tinggi
demi menjaga reputasi di kalangan investor, sedangkan ukuran
perusahaan yang kecil akan mengalokasikan laba ke laba ditahan demi
menambah asset perusahaan sehingga perusahaan cenderung
Page 59
43
membagikan deviden yang kecil. Hasil dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap
dividend payout ratio (Mahaputra dan Wirawati, 2014:7).
Prasetyorini (2013) menemukan dalam penelitiannya bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusaha-an.
Sejalan dengan Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Soliha
dan Taswan, 2002 dalam Kasnawati, 2015). Penelitian Rachmawati dan
Triatmoko (2007) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan dinyatakan
berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan argumen ter-sebut, dapat dirumuskan hipotesis yakni ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
d. Pengaruh antara Variabel Profitabilitas (Return On Equity) terhadap
Nilai Perusahaan
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2010:115). Jika memiliki profitabilitas
yang tinggi, tetapi mempunyai likuiditas yang rendah, perusahaan
menghadapi masalah, yaitu dapat dipailitkan karena tidak mampu
membayar hutangnya. Maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan,
Page 60
44
maka semakin besar pula tersedianya dana internal untuk investasi,
sehingga penggunaan hutang akan lebih kecil. Pada tingkat profitabilitas
rendah, perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai
operasionalnya (Sugiono, 2009:66). Ukuran kinerja finansial
memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan
laba perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000:23).
Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di
harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan
dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki
profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward
berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001:52).
Profitabilitas dapat dihitung dengan ROE (return on equity). ROE
mencerminkan tingkat hasil penembalian investasi bagi pemegang
saham. Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
Dengan rasio profitabilitas yang tinggi yang dimilki sebuah perusahaan
akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan.
Tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
dengan ROE yang tinggi akan meningkatkan harga saham (Kim et
all,1993;dan Kusumawati:2012). Maka, akan terjadi hubungan positif
antara profitabilitas dengan harga saham dimana tingginya harga saham
akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan
meningkatkan laba per lembar saham (EPS atau earning per share)
perusahaan. Adanya peningkatan EPS akan membuat investor tertarik
Page 61
45
untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham perusahaan.
Kinerja perusahaan dalam mengelola manajemen dapat digambarkan
dengan profitabilitas. Angg (1997) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Profitabilitas merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Dengan banyaknya investor yang membeli saham
perusahaan maka akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut
sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari
jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan
dengan penelitian selanjutnya. Adapun ringkasan penelitian terdahulu akan
dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul
Penelitian Peneliti Dan
Tahun Metode
Penelitian Hasil
Penelitian 1. Analisa
Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Return On Asset, dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Yang Tercatat di Indeks Lq 45
Pantow, dkk (2015)
Regresi Linier Berganda
Hasil analisis data disimpulkan bahwa Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan berpengaruh Negatif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan ROA dan Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 62
46
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Penelitian
Peneliti Dan Tahun
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
2. Pengaruh Faktor Debt To Equity Ratio, Return On Equity Dan Total Assets Terhadap Price Earning Ratio (PER)Pada Perusahaan Otomotif
Riadi (2011) Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,040), return on equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,000), total assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,002).
3. The Examination of the Effect of Ownership Structure on Firm Performance in Listed Firms of Tehran Stock Exchange Based on the Type of the Industry
Fazlzadeh, dkk (2011)
Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian menyatakan bahwa Ownership concentration (tidak signifikan), Institutional Ownership (signifikan dan positif), Institutional Ownership Concentration (signifikan dan negatif), Size (signifikan dan positif), Leverage (Signifikan positif), Liquidity (signifikan dan positif), risk (signifikan dan positif), business cycle (signifikan dan negatif).
4. Pengaruh IOS, Leverage dan Dividend Yield terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI
Pratiska (2012) Regresi Linier Berganda
Hasil menyatakan bahwa hanya variabel IOS dan profitabilitas yang secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan, sedangkan variabel leverage dan dividend yield tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 63
47
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Peneliti Dan
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
5. Analisis Pengaruh
Profitabilitas dan
Kebijakan
Dividen Terhadap
nilai Perusahaan
Perdagangan,
Jasa, dan Investasi
yang terdaftar di
Bursa Efek
Jakarta
Nurainun dan
Sintawati
(2007)
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
profitabilitas dan
kebijakan deviden
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap nilai
perusahaan
Profitabilitas dan
kebijkan deviden
secara simultan
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap nilai
perusahaan
6. The Effect Of
Financial Ratios
On The Firm
Value: Evidence
From Turkey
Karaca (2011) Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
Acid-Test Ratio (ATR)
signifikan dan positif,
Inventory Turnover
(IT) signifikan dan
negatif Return on
Equity (ROE)
signifikan dan negatif
7.
Pengaruh Struktur
Modal, Kebijakan
Dividen dan
Keputusan
Investasi terhadap
Nilai Perusahaan
Gayatri dan
Mustanda
(2013)
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian yaitu
struktur modal dan
keputusan investasi
berpengaruh positif
signifkan terhadap nilai
perusahaan, sedangkan
kebijakan dividen tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 64
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Penelitian
Peneliti Dan Tahun
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
8. Pengaruh Profitabilitas dan Size terhadap Nilai Perusahaan Dengan CSR Sebagai Variabel Pemoderasi
Pramana dan Mustanda (2016)
Regresi Linier Berganda
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, dan CSR secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif sedangkan CSR berpengaruh negatif. Selain itu diperoleh hasil bahwa Profitabilitas secara signifikan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, dan Corporate Social Responsibility (CSR) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan serta CSR mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, namun tidak mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
9. Pengaruh Struktur Modal dan Return on Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia (Perusahaan yang Terdaftar Di BEI)
Yuliana, dkk (2012)
Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menunjukan secara parsial, struktur modal tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dan return on equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 65
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Peneliti Dan
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
10. Pengaruh ukuran
perusahaan,
leverage, Price
earning ratio dan
profitabilitas
terhadap Nilai
perusahaan
Prasetyorini
(2013)
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel ukuran
perusahaan, price
earning ratio, dan
profitabilitas
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Variabel leverage tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
11. Analisis Pengaruh
Price Earning
Ratio (PER), Debt
To Equity Ratio
(DER), Return On
Asset (ROA),
Current Ratio
(CR) DAN
Firmsize terhadap
Nilai Perusahaan
(PBV) PADA
Perusahaan Sektor
Property, Real
Estate & Building
Construction
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Tahun 2008-2012
Anggraini
(2013)
Regresi
Linier
Berganda
Dari hasil pengujian
secara individual (uji t)
menunjukkan bahwa
variabel Price Earning
Ratio (PER), Debt to
Equity Ratio (DER),
Return on Asset (ROA)
dan Firm Size
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
variabel nilai
perusahaan (PBV).
Sedangkan variabel
Current Ratio (CR)
tidak memiliki
pengaruh terhadap
variabel nilai
perusahaan (PBV).
12. The Effect Of
Financial Ratios
On The Firm
Value: Evidence
From Turkey
Karaca (2011) Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
Acid-Test Ratio (ATR)
signifikan dan positif,
Inventory Turnover
(IT) signifikan dan
negatif Return on
Equity (ROE)
signifikan dan negatif
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 66
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul Penelitian
Peneliti Dan Tahun
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
13. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010)
Muid (2012) Regresi Linier Berganda
Hasil menyatakan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan yang diukur dengan DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan deviden yang diukur dengan DPR berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
14. The Influence of Profitability on Firm Value With Capital Structure As The Mediator and Firm Size and Industry as Moderators
Chen dan Chen (2011)
Regresi Linier Berganda
The results confirmed that profitability has a positive effect on firm value, and a negative effect on the leverage, while the leverage has a negative effect on the value, and profitability has a significant mediating effect. When investors consider the influence of profitability on firm value, they cannot ignore the leverage’s negative effect on the firm value, because a high level of debt may cancel the positive effect of profitability on firm value
Berlanjut Ke halaman Berikutnya
Page 67
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Judul
Penelitian
Peneliti Dan
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
15. The Influence of
Company Size
And Capital
Structure Towards
Liquidity,
Corporate
Performance And
Firm Value, For
Large And Small
Group Companies
Siahaan, et. al
(2014)
Regresi
data Panel
The Company Size
variable has a
significant yet negative
influence towards the
Financial
Performance, The
Capital Structure
variable has a
significant negative
influence towards the
Company Liquidity
Condition, The Capital
Structure variable has
a significant positive
influence towards the
Company Financial
Performance
Condition, The
Company Financial
Performance variable
has a significant
negative influence
towards the Firm Value
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau
tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan
keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai
berikut:
Page 68
52
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan dari seperangkat variabel bebas
(independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). Adapan
hipotesis yang diuji yakni sebagai berikut:
Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014
Variabel Independen
1. Kebijakan Deviden 2. Kebijakan Hutang 3. Firm Size 4. Profitabilitas
Variabel Dependen
Nilai Perusahaan (Y)
Uji Hipotesis
1. Uji F (Secara Simultan) 2. Uji t (Secara Parsial) 3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R
2)
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis / Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinieritas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Heteroskedastisitas
Page 69
53
1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan
deviden (X1) terhadap nilai perusahaan (Y).
Ha : β1 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan deviden
(X1) terhadap nilai perusahaan (Y).
2. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan
hutang (X2) terhadap nilai perusahaan (Y).
Ha : β2 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel kebijakan hutang
(X2) terhadap nilai perusahaan (Y).
3. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel firm size
(X3) terhadap nilai perusahaan (Y).
Ha : β3 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel firm size (X3)
terhadap nilai perusahaan.
4. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel return on
equity (X4) terhadap nilai perusahaan (Y).
Ha : β4 ≠ 0; ada pengaruh secara parsial antara variabel return on equity
(X4) terhadap nilai perusahaan (Y).
5. Ho : β1, β2, β3, β4 = 0; tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel
kebijakan deviden (X1), kebijakan hutang (X2),
firm size (X3) dan return on equity (X4) terhadap
nilai perusahaan (Y).
Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0; pengaruh secara simultan antara variabel kebijakan
deviden (X1), kebijakan hutang (X2), firm size (X3)
dan return on equity (X4) terhadap nilai perusahaan
(Y).
Page 70
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI),
ditetapkannya BEI sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan tempat
yang tepat untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan.
Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh
kebijakan deviden (X1), kebijakan hutang (X2), firm size (X3) dan return on
equity (X4) terhadap nilai perusahaan (Y) pada perusahaan manufaktur pada
Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014.
Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan
deviden (X1), kebijakan hutang (X2), firm size (X3) dan return on equity (X4).
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive
sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manfaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010 sampai tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut:
Page 71
55
1. Perusahaan manfaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
kurung waktu 2010 sampai 2014.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan manufaktur yang listing date dan membagikan dividend pada
tahun 2010 sampai dengan 2014.
C. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan
untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data
sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan
menurut Kuncoro (2011:31), data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain).
Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit di Bursa Efek Indonesia (BEI)
per 31 desember 2011 - 2014.
Pada penelitian ini data sekunder tersebut didapat dengan cara sebagai
berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung
data dari pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia yang
dapat dilihat dengan menggunakan capital electronic document service,
Page 72
56
Indonesian capital market directory, prospectus serta Fact book actually
dari seluruh perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian selama
periode tahun penelitian.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan,
membaca dan memahami bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang yang
menjadi topik pembahasan penulis, penelitian ini dimaksudkan agar penulis
memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah
yang akan penulis bahas.
D. Metode Analisis Data
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel
bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu
variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini
(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, return on
equity dan ukuran perusahaan) menggunakan model regresi berganda atau
Multiple Regression (Ghozali, 2013:5).
Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, return on equity dan
ukuran perusahaan terhadap price earning ratio adalah sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji
asumsi dasar yang dilakukan adalah:
Page 73
57
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2013:27).
1) Analisis Grafik
Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut
mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan. (Santoso, 2002:214) adalah:
(a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi
normalitas.
(b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Page 74
58
2) Analisis Statistik
Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam
penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas
dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali,
2013:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
(a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel :
(1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak.
(2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima.
(b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
(1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak.
(2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model
regresi (Ghazali, 2013:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana
satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier
dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas
digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information
Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila
nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10
maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
Page 75
59
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data
cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang
dan besar).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2013:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Page 76
60
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data rentet waktu (time series) karena “gangguan” pada
seorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data
crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu
kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Ghozali 2013:110).
Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan
dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya
dilakukan uji statistik Durbin – Watson. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan
Page 77
61
= 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada
autokorelasi (Santoso. 2002:219).
2. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2013:88).
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05), maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2013:88). Uji t digunakan untuk mengetahui
apakah pengaruh variabel independen berpengaruh secara parsial
Page 78
62
terhadap variabel dependen bersifat menentukan (significant) atau tidak
(Santoso, 2007:168). Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan
dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah
penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam
pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada
hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif.
Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian
dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto S.K., 2009:88-89).
Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat sebagai berikut:
Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel
1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Apabila thitung ≤ ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi
1) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima,
2) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak,
3. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2013:87) menyatakan Uji Koefisien
Determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel
bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R².
Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini
Page 79
63
lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang
diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal
dalam melakukan suatu estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
b. Uji Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan model regresi linier berganda dimana
variabel independen yaitu kebijakan deviden, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, return on equity dan debt to equity ratio
terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan (price earning ratio).
Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε
Keterangan:
Y = Variabel Nilai Perusahaan (PER)
a = Konstanta
b1…b4 = Koefisien regresi terhadap dugaan
X1 = Variabel Kebijakan Deviden
X2 = Variabel Kebijakan Hutang
X3 = Variabel Firm Size
Page 80
64
X4 = Variabel Return on Equity
ε = Standar Error
E. Operasional Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel
independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X
dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dengan simbol Y.
1. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan
perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan
pendanaan (Brigham dan Houston, 2009:19). Salah satu pengukuran dalam
menganalisa nilai perusahaan adalah dengan menggunakan price book
value.
Price book value Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya
akan prospek perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah (Mardiyanto,
2008:64):
2. Kebijakan Deviden
Page 81
65
Menurut Faridah (2012:4) Rasio pembayaran deviden adalah
persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam
bentuk kas. Rumus dari rasio pembayaran deviden yaitu:
3. Kebijakan Hutang
Horne (2005:232), Struktur modal adalah bauran atau proporsi
pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang,
saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Variabel ini diukur dengan Debt
Equity Ratio; Simamora (2000:533), Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan
perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas
pemilik. Rumus DER:
4. Firm Size
Ukuran perusahaan (Size) adalah ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber
permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan (Size)
merupakan kebalikan keuntungan terjadinya kebangkrutan. Pengukuran
ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan rumus (Asnawi dan
Wijaya, 2005:274):
Size = Ln (total aktiva)
Page 82
66
5. Return on Equity
Yang dimaksud dengan return on equity (ROE) dalam penelitian ini
adalah laba bersih dibagi total ekuitas (Sugiono dan Untung, 2008:132).
Menurut Sudana (2011:22) semakin tinggi Return on Equity (ROE)
menunjukkan bahwa semakin efisien penggunaan modal sendiri (ekuitas)
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun rumus perhitungan
return on equity adalah sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Page 83
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Perusahaan
manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit 31 Desember tahun
2010 - 2014. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh kebijakan
deviden, kebijakan hutang, firm size dan return on equity terhadap nilai
perusahaan.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
untuk perusahaan manfaktur tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam kurung waktu 2010 sampai 2014
144
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
Page 84
68
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No Kriteria Jumlah
2.
Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan
yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember.
(53)
3.
Perusahaan manufaktur yang listing date, namun tidak
membagikan dividend pada tahun 2010 sampai dengan
2014
(55)
Total Sampel Perusahaan 36
Tahun Penelitian 5
Total Sampel 180
Sumber: data diolah, 2015
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jumlah perusahaan yang
menjadi objek penelitian berjumlah 36 perusahaan, jumlah perusahaan
didapat dari hasil seleksi perusahaan manufaktur yang berturut-turut masuk
ke dalam perusahaan manufaktur selama periode penelitian (2010 - 2014).
B. Hasil Uji Analisis Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas
elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 20.0 untuk
memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel
yang diteliti. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak
180 data observasi untuk perusahaan manufaktur yang berasal dari perkalian
antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014 dengan
jumlah perusahaan sampel 36 perusahaan. Berikut tabel hasil olahan data
mengenai statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Page 85
69
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Data
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 180 .07 632.19 41.0234 51.97001 DER 180 .10 4.01 .8541 .71290 FZ 180 11.27 19.32 14.9721 1.76168 ROE 180 -7.87 143.53 25.6353 26.01647 PBV 180 .20 48.67 5.0450 8.63059
Valid N (listwise) 180
Sumber: data diolah, 2017
Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap diviend payout ratio menunjukkan nilai
minimum sebesar 0,07, nilai maksimum sebesar 632,19 dengan rata-rata
sebesar 41,0234 dan standar deviasi 51,97001. Hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap debt to equity ratio menunjukkan
nilai minimum sebesar 0,10, nilai maksimum sebesar 4,01 dengan rata-rata
sebesar 0,8541 dan standar deviasi 0,71290. Hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap firm size menunjukkan nilai
minimum sebesar 11,27 nilai maksimum sebesar 19,32 dengan rata-rata
14,9721 dan standar deviasi 1,76168. Hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap return on equity menunjukkan nilai minimum
sebesar -7,87 nilai maksimum sebesar 143,53 dengan rata-rata 25,6353 dan
standar deviasi 26,01647. Hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap nilai perusahaan (PBV) menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,20 nilai maksimum sebesar 48,67 dengan rata-rata 5,0450 dan
standar deviasi 8,63059.
Page 86
70
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
statistik, adapun hasil uji normalitas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik
Salah satu menentukan uji normalitas yaitu dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis
lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal (Ghozali, 2013:160). Adapun hasil perhitungan uji
normalitas dengan melihat dari segi grafik yang ditunjukan pada
gambar grafik p-p plot berikut ini:
Page 87
71
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data diolah, 2017
Hasil pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena asumsi normalitas (Ghozali, 2013:160).
2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik (Ghozali, 2013:163). Adapun hasil perhitungan uji
normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorof-
smirnov adalah sebagai berikut:
Page 88
72
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 180
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation .70748794
Most Extreme Differences Absolute .099 Positive .081 Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z 1.325 Asymp. Sig. (2-tailed) .060
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data diolah, 2017
Terlihat uji kolmogorov-smirnov menyatakan bahwa nilai
unstandarized residual memiliki nilai Asymp. sig. > 0,05, ini
mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) DPR .856 1.169
DER .853 1.172
FZ .877 1.140
ROE .906 1.104
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah, 2017
Page 89
73
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai
10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu
membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Hasil Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .779a .606 .597 .71553 2.139
a. Predictors: (Constant), ROE, FZ, DPR, DER b. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah, 2017
Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,139
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 180 dan jumlah variabel independen
(k) adalah 4. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,801 dan 4 – du = 4 –
1,801 = 2,199. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,801 < 2,139 <
2,199 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif
maupun negatif.
Page 90
74
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah, 2017
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Ghozali 2013:139).
Page 91
75
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:177). Hasil uji
statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka hasil uji penelitian berpengaruh secara
simultan atau bersama-sama.
Tabel 4.6
Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 138.072 4 34.518 67.421 .000b
Residual 89.597 175 .512
Total 227.669 179 a. Dependent Variable: PBV b. Predictors: (Constant), ROE, FZ, DPR, DER
Sumber: data diolah, 2017
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh
sebesar 67,421 > Ftabel sebesar 2,42 dengan tingkat signifikansi 0,000 <
0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat
dikatakan bahwa kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size dan
return on equity terhadap nilai perusahaan berpengaruh secara simultan
(bersama-sama).
b. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
Page 92
76
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2013:178).
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2.384 .462 -5.164 .000
DPR .001 .001 .033 .645 .520
DER -.358 .081 -.226 -4.406 .000
FZ .181 .032 .283 5.587 .000
ROE .032 .002 .738 14.819 .000
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh kebijakan
deviden terhadap nilai perusahaan (PBV) menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel kebijakan hutang, firm size
dan profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV). Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar
variabel independen terhadap nilai perusahaan (PBV):
1) Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan
Variabel kebijakan deviden dengan nilai thitung sebesar 0,645 <
1,973 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,520 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan
secara parsial dan positif terhadap nilai perusahaan, hal ini
membuktikan bahwa semakin tingginya kebijkan deviden maka akan
semakin tinggi nilai perusahaan. Hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gayatri dan Mustanda (2013) Hasil penelitian yaitu
Page 93
77
struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh positif signifkan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hasil tidak
sesuai dengan Nurainun dan Sintawati (2007) yang menyatakan hasil
penelitian menunjukan bahwa profitabilitas dan kebijakan deviden
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
Profitabilitas dan kebijkan deviden secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Variabel kebijkan hutang dengan nilai thitung sebesar -4,406 < -
1,973 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang berarti kebijakan hutang
berpengaruh signifikan dan negatif secara parsial terhadap nilai
perusahaan, hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kebijakan
hutang maka akan semakin rendah nilai perusahaan. Hasil sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Riadi (2011) Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,040), return on equity
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig.
0,000), total assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap price
earning ratio (sig. 0,002).
Page 94
78
3) Pengaruh Firm Size terhadap Nilai Perusahaan
Variabel firm size dengan nilai thitung sebesar 5,587 < 1,973
atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,478 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang berarti firm size
berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap nilai
perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya firm size
maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Hasil sesuai dengan
Anggraini (2013) hasil pengujian secara individual (uji t)
menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER), Debt to
Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA) dan Firm Size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan
(PBV). Sedangkan variabel Current Ratio (CR) tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel nilai perusahaan (PBV).
4) Pengaruh Return on Equity terhadap Nilai Perusahaan
Variabel return on equity dengan nilai thitung sebesar 14,819 >
1,973 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa return on equity berpengaruh signifikan secara
parsial dan positif terhadap nilai perusahaan, hal ini membuktikan
bahwa semakin tingginya return on equity maka akan semakin tinggi
nilai perusahaan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliana, dkk (2012) Hasil penelitian ini menunjukan secara parsial,
struktur modal tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan,
dan return on equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Page 95
79
2. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun
hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2.384 .462 -5.164 .000
DPR .001 .001 .033 .645 .520
DER -.358 .081 -.226 -4.406 .000
FZ .181 .032 .283 5.587 .000
ROE .032 .002 .738 14.819 .000
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah, 2015
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas,
maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y= -2,384 + 0,001 X1 - 0,358 X2 + 0,181 X3 - 0,032 X4
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar
-2,384. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel kebijakan deviden,
kebijakan hutang, firm size dan profitabilitas dianggap konstan atau bernilai
0 (nol), maka nilai perusahaan akan menurun sebesar 2,384 satuan.
Koefisien regresi pada variabel kebijakan deviden sebesar 0,001, hal
ini berarti jika variabel kebijakan deviden bertambah satu satuan maka
variabel nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,001 satuan, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel kebjakan hutang sebesar -0,358, hal
ini berarti jika variabel kebijakan hutang bertambah satu satuan maka
Page 96
80
variabel nilai perusahaan akan menurun sebesar 0,358 satuan, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel firm size sebesar 0,181, hal ini
berarti jika variabel firm size bertambah satu satuan maka variabel nilai
perusahaan akan meningkat sebesar 0,181 satuan, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel return on equity sebesar 0,032, hal
ini berarti jika variabel return on equity bertambah satu satuan maka
variabel nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,032 satuan, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
3. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2013:177) untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu
diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil uji
determinasi Adjusted R2.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .779a .606 .597 .71553 2.139
a. Predictors: (Constant), ROE, FZ, DPR, DER b. Dependent Variable: PBV
Sumber: data diolah, 2017
Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda
(R), koefisien determinasi (Adj R Square) dan koefisien determinasi yang
disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summaryb di atas
Page 97
81
diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,779. Ini
menunjukkan bahwa variabel kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size
dan return on equity terhadap nilai perusahaan mempunyai hubungan yang
kuat. Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,606 dan nilai koefisien determinasi yang
sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0,597. Hal ini berarti 59,7%
variasi dari nilai perusahaan bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen
(kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size dan return on equity).
Sedangkan sisanya (100% - 59,7% = 40,3%) dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak ada dalam penelitian ini, seperti return on asset, debt to asset
ratio dan net profit margin.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kebijakan
hutang, firm size dan return on equity berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sedangkan kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
berikut ini interpretasi hasil penelitian
1. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif
secara parsial antara kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan dilihat
berdasarkan nilai signifikan lebih dari 0,05. karena hal ini membuktikan
bahwa semakin tingginya kebijakan deviden maka akan semakin tinggi nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan karena rasio pembayaran dividen hanyalah
rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham.
Page 98
82
Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai
perusahaan. Karena nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan
investasinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Gayatri dan Mustanda (2013)
Hasil penelitian yaitu struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh
positif signifkan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hasil tidak
sesuai dengan Nurainun dan Sintawati (2007) yang menyatakan hasil
penelitian menunjukan bahwa profitabilitas dan kebijakan deviden
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
Profitabilitas dan kebijkan deviden secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Menurut Hatta (2002) dalam Wijaya dan Wibawa (2010), terdapat
sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan deviden
mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut
dengan teori irrelevansi dividen. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen
yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, yang disebut dengan Bird
in The Hand Theory. Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi
dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan
semakin rendah. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Wijaya dan
Wibawa (2010),
Page 99
83
2. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif secara
parsial antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan dilihat
berdasarkan nilai signifikan lebih dari 0,05. hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi kebijakan hutang maka akan semakin rendah nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Riadi (2011) Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap price earning ratio (sig. 0,040), return on equity berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,000), total assets
berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,002).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
mendukung temuan Soliha dan Taswan (2002); Santika dan Ratnawati
(2002), yang menyatakan bahwa meningkatkan hutang (DER) akan
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dilihat dari nilai koefisien regresi
variabel DER sebesar 0,149 dan menunjukkan tanda positif, yang berarti
hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan DER berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV diterima. Temuan
ini juga sekaligus mendukung teori struktur modal balancing theory yang
menyatakan bahwa sepanjang perusahaan mampu menyeimbangkan
,manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat hutang tidak menjadi masalah.
Dengan demikian DER yang tinggi tetapi diikuti dengan pengelolaan yang
baik dapat meningkat profit dan initial return. Dengan kepercayaan yang
baik dari investor akan meningkatkan harga sahamnya sehingga PBV
meningkat. Adanya kepercayaan investor dalam pengelolaan keuangan
Page 100
84
dapat meningkatkan hutang untuk pertumbuhan perusahaan dan ekspansi
dapat meningkatkan harga saham perusahaan, harga saham perusahaan yang
meningkat akan meningkatkan PBV. Profitabilitas adalah tingkat
keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada
pemegang saham adalah keuntungan yang diperoleh semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya.
Penelitian di BEJ yang dilakukan Santika dan Ratnawati (2002)
terhadap perusahaan industri menyimpulkan nilai perusahaan. Soliha (2002)
yang meneliti perusahaan manufaktur di BEJ menyimpulkan hal yang sama.
Menurut hasil penelitiannya, profit yang tinggi akan memberikan indikasi
prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan saham yang
meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa investor mempertimbangkan variabel
tingkat profitabilitas sebagai salah satu rasionalisasi mereka dalam
pengambilan keputusan investasi. Fenomena tersebut menunjukan bahwa
tingkat profitabilitas merupakan insentif bagi peningkatan nilai perusahaan.
3. Pengaruh Firm Size terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif secara
parsial antara firm size terhadap nilai perusahaan dilihat berdasarkan nilai
signifikan lebih dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya
firm size maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini.
Page 101
85
Hasil sesuai dengan Anggraini (2013) hasil pengujian secara
individual (uji t) menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER),
Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA) dan Firm Size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan
(PBV). Sedangkan variabel Current Ratio (CR) tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel nilai perusahaan (PBV).
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan.
Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih
banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini
disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki kondisi yang
lebih stabil. Kestabilan tersebut menarik investor untuk memiliki saham
perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga
saham perusahaan di pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar
terhadap perusahaan besar. Ekspektasi insvestor berupa perolehan dividen
dari perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan
dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dianggap memiliki nilai yang
lebih besar. Sesuai dengan penelitian Euis dan taswan (2002), bahwa ukuran
perusahaan (firm size) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Page 102
86
4. Pengaruh Return on Equity terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif secara
parsial antara return on equity terhadap nilai perusahaan dilihat berdasarkan
nilai signifikan lebih dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semakin
tingginya return on equity maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Hal
ini membuktikan bahwa profit yang tinggi akan memberikan indikasi
prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan saham
yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan akan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yuliana, dkk (2012) Hasil
penelitian ini menunjukan secara parsial, struktur modal tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan, dan return on equity (ROE) mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Rentabilitas modal atau return on equity, rasio ini mengukur banyak
keuntungan yang menjadi hak pemiliki modal sendiri (Husnan dan
Pudjiastuti, 2006: 73). Return On Equity merupakan hal yang dilihat oleh
investor karena disini dapat dilihat perusahaan dapat menghasilkan
keuntungannya dengan modal sendiri, semakin tinggi ROE maka semakin
tinggi pula kepercayaan investor. Investor akan lebih percaya dengan
perusahaan yang dapat mengelola modalnya dengan baik yang dapat
memberi keuntungan kepada mereka. Tingkat return yang diperoleh
menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan dimata investor
(Suprantiningrum dan Asji, 2013).
Penelitian Mardiyati dkk. (2012) serta Dewi dan Wirajaya (2013)
ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai p erusahaan. Hasil
Page 103
87
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dewi dkk. (2014), semakin
tinggi ROE maka semakin tinggi juga price book value sebagai ukuran dari
nilai perusahaan karena investor akan membeli saham-saham dan akan lebih
tertarik dengan ROE.
Page 104
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh variabel kebijakan
deviden, kebijakan hutang, firm size dan return on equity terhadap nilai
perusahaan perusahaan manufaktur periode 2010 - 2014. Berdasarkan hasil
penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kebijakan deviden
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial.
2. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kebijakan hutang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial.
3. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel firm size
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial.
4. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel return on equity
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial.
5. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa secara simultan variabel
kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size dan return on equity
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
Page 105
89
1. Saran Bagi Investor
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi
kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat hanya
mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor harus
bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam
melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara
matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang dilakukannya, sehingga menghasilkan keuntungan
yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahan-perubahan sehingga
tidak salah dalam melakukan investasi.
2. Saran Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi. Dan bagi perusahaan agar lebih
meningkatkan usahanya agar investor untuk menanamkan sahamnya.
3. Saran Bagi Akademis
Penilaian analisis pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang,
firm size dan return on equity yang mempengaruhi nilai perusahaan dapat
dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. Dan
melakukan penelitian yang lebih baik lagi serta menambah jumlah variabel
dan periode penelitian agar menghasilkan data yang lebih baik lagi, karena
masih terdapat 40,3 persen variabel yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Page 106
90
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Meygawan Nurseto dan Pangestuti, Irene Rini Demi, “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2010)”,
Diponegoro Journal Of Management Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012,
Halaman 382-391, Semarang, 2012.
Anggraini, Dina, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia(BEI) Periode 2009-2012”, Jurnal Akuntansi, Tanjung
Pinang, 2012.
Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan“, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2004.
Brealey, R.A., Myers, S.C., dan Marcus, A.J, “Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan”, Edisi Lima, Jilid Dua, Erlangga, Jakarta, 2007.
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
alih bahasa Ali Akbar Yulianto”, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba
Empat, Jakarta, 2009.
_______, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Chen, Li-Ju dan Shun-Yu Chen, “The Influence of Profitability on Firm Value
With Capital Structure as The Mediator and Firm Size and Industry as
Moderators”, Investment Management and Financial Innovations, Volume
8, Issue 3, 2011, Taiwan, 2011.
Darsono dan Ashari, “Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan”, Andi,
Yogyakarta, 2005.
Djabid, Abdullah W, “Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan terhadap
Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory”, Jurnal Keuangan
dan Perbankan”. Vol. 13 No. 2 Mei 2009, hal. 249-259, 2009.
Fazlzadeh, Alireza, “The Examination of the Effect of Ownership Structure on
Firm Performance in Listed Firms of Tehran Stock Exchange Based on the
Type of the Industry”, International Journal of Business and Management,
Vol. 6, No. 3; March 2011, Iran, 2011.
Page 107
91
Fuad, M, “Pengantar Bisnis”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
Gayatri Ni Luh Putu Rassri dan I Ketut Mustanda, “Pengaruh Struktur Modal,
Kebijakan Deviden dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal UNUD, Bali, 2013.
Halim, Abdul, “Analisis Investasi”, Jakarta, Salemba Empat, 2005. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2010. Hanafi, Mamduh M, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 2008. Harahap, Sofyan Syafri, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, Raja
Grafindo, Persada, Jakarta, 2007. Haruman Tendi, “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan
dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 2008.
Hasnawati, Sri, “Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan Dana Dividen
terhadap Nilai Perusahaan-Perusahaan Public di Bursa Efek Jakarta”, Usahawan : No.09/ Th XXXIX, September 2005.
Kaplan Robert S dan David P. Norton, “Balanced Scorecard : Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi”, Erlangga, Jakarta, 2000. Karaca, Suleyman Serdar, “The Effect Of Financial Ratios On The Firm Value:
Evidence From Turkey”, Journal of Applied Economic Sciences, Turkey,
2011.
Kasmir dan Jakfar, “Studi Kelayakan Bisnis”, Edisi-2, Kencana, Jakarta, 2008.
_______, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Raja Graffindo Pers, Jakarta,
2010.
Keown, J Arthur, dkk, “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat,
Jakarta, 2004.
_______, Manajemen Keuangan, Edisi 10, PT. Macanan Jaya Cemerlang, Jakarta,
2008.
_______, “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta,
2011.
Kuswadi, “Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam”, Gramedia,
Jakarta, 2005.
Page 108
92
Kuncoro, Mudrajad, “Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekoomi”, UPP – STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Mahaputra Gede Agus dan Wirawati Ni Gusti Putu, “Pengaruh Faktor Keuangan
dan Ukuran Perusahaan pada Dividend Payout Ratio Perusahaan
Perbankan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3(2014): 695-
708, ISSN: 2302-8556, Bali, 2014.
Mardiyanto, Handono, “Intisari Manajemen Keuangan”, Grasindo, Jakarta, 2008.
Marietta Unzu dan Sampurno Djoko, “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return on
Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout
Ratio : (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2011), Diponegoro Journal Of Management,
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1, Semarang, 2013.
Martono dan Harjito, Agus, “Manajemen Keuangan”, Ekonisia Kampus Fakultas
Ekonomi UII, Yogyakarta, 2005.
Moeljadi, ”Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”, BPFE:
Yogyakarta, 2006.
Muid, Abdul, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010)”, Diponegoro Journal of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, hal 1-12, Semarang, 2012.
Munawir. “Analisis Laporan Keuangan,” Liberty, Yogyakarta, 2004. Pramana, I Gusti Ngurah Agung Dwi dan I Ketut Mustanda, “Pengaruh
Profitabilitas dan Size terhadap Nilai Perusahaan dengan CSR Sebagai Variabel Pemoderasi”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.1, 2016: 561 - 594, Bali, 2016.
Prasetyorini, Bhekti Fitri, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price
Earning Ratio dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Imu Manajemen, Volume 1 Nomor 1 Januari 2013, Surabaya, 2013.
Pratiska, Ni Gst. A. Pt. Silka, “Pengaruh IOS, Leverage dan Dividend Yield
terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI”, Jurnal Manajemen Keuangan, Bali, 2012.
Rachmawati Andri, “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Laba
dan Nilai Perusahaan”, SNA X Makasar, 2008.
Rejeki, Sri dan Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayu Media, Malang, 2007.
Page 109
93
Reeve, James M, et.al, “Pengantar Akuntansi – Adaptasi Indonesia”, Salemba
Empat, Jakarta, 2009. Riadi Elon Davit, “Pengaruh Faktor Debt to Equity Ratio, Return on Equity dan
Total Assets terhadap Price Earning Ratio (PER)Pada Perusahaan Otomotif”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, Nomor 3, Tahun 2011, Padang, 2011.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Edisi 3. JLembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Robinson, Pearce, “Manajemen Strategis”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Rodoni Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan”, Edisi 1, Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2010. Rosy Theresia, “Analisis Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Managemen, 2013.
Samsul, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta, 2006. Sartono, Agus,“Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, BPEF, Yogyakarta,
2001. Sawir Agnes, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Shintawati, Vidya Ria, “Pengaruh Board Diversity, Investment Opportunity Set
(IOS), dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Semarang, 2011.
Siahaan, Uke Marius, Suhadak, Siti Ragil Handayani dan Solimun, “The
Influence of Company Size and Capital Structure towards Liquidity,
Corporate Performance and Firm Value, for Large and Small Group
Companies”, European Journal of Business and Management
ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol.6, No.18, 2014,
Eropa, 2014.
Sjahrial, Dermawan. “Manajemen Keuangan Edisi 2”, Mitra Wacana Media :
Jakarta, 2008.
Su’aidah, Sitta, ”Pengaruh ROA dan ROE terhadap Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Kepemilikan
Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Manajemen Perbanas,
Jakarta, 2010.
Sudana, I Made, “Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik”,
Erlangga, Jakarta, 2011.
Page 110
94
Sugiono, Arief dan Edy Untung, “Panduan Praktis Dasar Analisis Laporan
Keuangan”, Grasindo, Jakarta, 2008.
Sugiono, Arief, “Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan”. Grasindo.
Jakarta. 2009.
Suwiknyo, Dwi, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Tandelilin Eduardus, “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”, Kanisius,
Yogyakarta, 2010.
Wahyudi, Untung, Hartini Prasetyaning dan Prawestri,”Implikasi Struktur
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan keputusan Keuangan
Sebagai Variabael Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang, 2004.
Walsh, Ciaran, “Key Management Ratios”, Edisi ke Empat, Esensi, Erlangga
Group, Jakarta, 2012.
Yama, indo Nasaruddin dan Septian Adityawati. “Perbandingan Analisis
Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro Terhadap
Return dan Beta Saham (Studi Kasus IHSG dan JII Tahun 2003 -
2008”, Jurnal Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Yuliana, Dinul Alfian Akbar dan Rini Aprillia, “Pengaruh Struktur Modal dan
Return on Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia (Perusahaan yang Terdaftar
di BEI)”, Jurnal AKuntansi dan Keuangan, Jakarta, 2012.
Page 111
95
Lampiran 1: Data Nama Perusahaan Objek Penelitian
No Emiten Nama Perusahaan
1 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk.
2 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk
3 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk.
4 ASII PT. Astra International Tbk
5 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
6 BATA PT. Sepatu Bata Tbk
7 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
8 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
9 EKAD PT. Ekadharma International Tbk
10 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk
11 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
12 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk.
13 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk. HMSP
14 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk.
15 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
16 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
17 JPFA PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.
18 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
19 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.
20 LION PT. Lion Metal Works Tbk.
21 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk.
22 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk.
23 MERK PT. Merck Tbk.
24 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
25 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
26 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk.
27 SKLT PT. Sekar Laut Tbk.
28 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk.
29 SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
30 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk.
31 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
32 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk.
33 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
34 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk.
35 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk.
36 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk.
Page 112
96
Lampiran 2: Data Mentah Hasil Perhitungan
Kebijakan Deviden
Dividend Payout Ratio
No. Emiten 2010 2011 2012 2013 2014
1. ALMI 49,31 28,11 44,16 23,58 632,19
2. AMFG 10,49 10,30 10,02 10,26 7,57
3. ARNA 35,17 38,26 46,92 49,95 45,30
4. ASII 13,24 45,07 45,03 45,04 45,59
5. AUTO 37,26 36,75 29,53 50,53 53,08
6. BATA 27,72 28,27 51,56 83,64 40,00
7. CPIN 2,95 29,24 28,10 29,80 16,90
8. DVLA 30,30 28,71 39,49 30,72 16,61
9. EKAD 17,06 18,71 15,44 16,19 15,71
10. GDYR 15,40 28,65 17,47 21,63 36,07
11. GGRM 40,84 39,31 38,35 35,56 28,67
12. GJTL 5,03 5,10 8,31 28,96 12,91
13. HMSP 111,92 95,11 57,29 137,71 86,45
14. IKBI 66,52 71,86 53,36 29,34 26,90
15. INDF 39,55 49,93 49,81 49,80 49,72
16. INTP 30,02 29,99 34,80 66,13 94,29
17. JPFA 44,76 14,95 3,86 17,91 34,15
18. KAEF 20,02 19,40 15,29 25,00 0,20
19. KLBF 55,27 65,09 66,77 44,97 43,14
20. LION 26,93 29,70 24,37 32,13 42,46
21. LMSH 6,53 8,81 3,49 13,35 25,94
22. MAIN 17,52 20,64 20,15 14,05 42,25
23. MERK 151,49 0,08 0,07 0,08 80,23
24. MLBI 0,10 0,10 32,36 100,00 0,68
25. ROTI 25,00 25,00 25,00 9,99 8,37
26. SCCO 30,35 31,82 30,28 29,47 22,55
27. SKLT 28,58 23,11 26,02 23,67 20,36
28. SMCB 21,22 61,96 45,40 72,43 38,98
29. SMGR 50,00 50,00 45,00 45,00 40,00
30. SMSM 48,03 98,49 42,89 65,46 42,70
31. SQBB 85,03 0,08 0,09 86,87 89,56
32. TCID 52,01 53,10 49,47 46,45 44,99
33. TKIM 4,79 26,42 9,92 4,03 10,49
34. TOTO 17,92 45,30 41,99 41,88 28,66
35. TSPC 90,95 57,56 53,13 53,18 51,70
36. UNVR 100,02 100,06 99,96 99,93 44,67
Page 113
97
Kebijakan Hutang (Debt to Equity Ratio)
Kebijakan Hutang (DER)
No. Emiten 2010 2011 2012 2013 2014
1. ALMI 1,97 2,47 2,20 3,19 4,01
2. AMFG 0,29 0,25 0,27 0,28 0,23
3. ARNA 1,12 0,72 0,55 0,48 0,38
4. ASII 0,92 1,02 1,03 1,02 0,96
5. AUTO 0,38 0,47 0,62 0,32 0,42
6. BATA 0,46 0,46 0,48 0,72 0,81
7. CPIN 0,45 0,43 0,51 0,58 0,91
8. DVLA 0,33 0,28 0,28 0,30 0,28
9. EKAD 0,74 0,61 0,43 0,45 0,51
10. GDYR 1,76 1,77 1,35 0,98 1,17
11. GGRM 0,44 0,59 0,56 0,73 0,75
12. GJTL 1,94 1,61 1,35 1,68 1,68
13. HMSP 1,01 0,90 0,97 0,94 1,10
14. IKBI 0,22 0,22 0,34 0,23 0,23
15. INDF 0,90 0,70 0,74 1,04 1,08
16. INTP 0,17 0,15 0,17 0,16 0,17
17. JPFA 1,14 1,18 1,30 1,84 1,97
18. KAEF 0,49 0,43 0,45 0,52 0,64
19. KLBF 0,22 0,27 0,28 0,33 0,27
20. LION 0,17 0,21 0,17 0,20 0,35
21. LMSH 0,67 0,71 0,32 0,28 0,21
22. MAIN 2,75 2,15 1,64 1,57 2,28
23. MERK 0,20 0,18 0,37 0,36 0,29
24. MLBI 1,41 1,30 2,49 0,80 3,03
25. ROTI 0,25 0,39 0,81 1,32 1,23
26. SCCO 1,72 1,80 1,27 1,49 1,03
27. SKLT 0,69 0,74 0,93 1,16 1,16
28. SMCB 0,53 0,45 0,45 0,70 0,96
29. SMGR 0,28 0,35 0,46 0,41 0,37
30. SMSM 0,96 0,70 0,76 0,69 0,53
31. SQBB 0,21 0,19 0,20 0,22 0,25
32. TCID 0,10 0,11 0,15 0,24 0,44
33. TKIM 2,45 2,46 2,46 2,26 1,91
34. TOTO 0,73 0,76 0,70 0,69 0,65
35. TSPC 0,36 0,40 0,38 0,40 0,32
36. UNVR 1,15 1,85 2,02 2,14 2,11
Page 114
98
Firm Size
Firm Size
No. Emiten 2010 2011 2012 2013 2014
1. ALMI 14,22 14,40 14,83 14,80 14,98
2. AMFG 14,68 14,81 14,95 15,08 15,18
3. ARNA 13,68 13,63 13,75 13,94 14,05
4. ASII 18,54 18,85 19,02 19,18 19,32
5. AUTO 15,54 15,76 16,00 16,35 16,48
6. BATA 13,09 13,16 13,26 13,43 13,56
7. CPIN 15,69 16,00 16,33 16,57 17,02
8. DVLA 13,66 13,74 13,89 13,99 14,03
9. EKAD 12,23 12,38 12,52 11,65 12,93
10. GDYR 13,95 13,99 14,00 14,12 14,26
11. GGRM 17,24 17,48 17,54 17,74 17,97
12. GJTL 16,15 16,26 16,37 16,55 16,59
13. HMSP 16,84 16,78 17,08 17,13 17,45
14. IKBI 13,31 13,32 13,57 13,73 13,76
15. INDF 17,67 17,80 17,90 18,17 18,34
16. INTP 16,55 16,71 16,94 17,10 17,13
17. JPFA 15,76 15,93 16,21 16,52 16,66
18. KAEF 14,32 14,40 14,55 14,82 14,9
19. KLBF 15,77 15,93 16,06 16,24 16,34
20. LION 12,62 12,81 12,98 13,12 13,3
21. LMSH 11,27 11,49 11,76 11,86 11,85
22. MAIN 13,78 14,10 14,40 14,61 15,08
23. MERK 12,98 13,28 13,25 13,45 13,37
24. MLBI 13,94 14,02 13,96 14,39 14,62
25. ROTI 13,25 13,54 14,00 14,42 14,58
26. SCCO 13,96 14,19 14,21 14,38 14,32
27. SKLT 12,20 12,27 12,43 12,62 12,71
28. SMCB 16,16 16,21 16,31 16,52 16,66
29. SMGR 16,56 16,79 17,10 17,24 17,35
30. SMSM 13,88 13,94 14,18 14,35 14,37
31. SQBB 12,68 12,80 12,89 12,95 12,95
32. TCID 13,86 13,94 14,05 14,20 14,43
33. TKIM 16,86 16,96 17,07 17,28 17,33
34. TOTO 13,90 14,11 14,24 14,37 14,52
35. TSPC 15,09 15,26 15,35 15,50 15,5
36. UNVR 15,98 16,17 16,30 15,83 16,57
Page 115
99
Return on Equity
Return on Equity
No. Emiten 2010 2011 2012 2013 2014
1. ALMI 8,64 10,60 2,37 3,97 0,30
2. AMFG 17,96 15,71 14,11 12,26 14,40
3. ARNA 19,60 19,86 26,24 30,93 26,86
4. ASII 28,79 27,79 25,32 21,00 12,34
5. AUTO 31,74 23,32 20,71 11,07 9,44
6. BATA 18,39 15,97 17,90 11,18 16,49
7. CPIN 49,53 38,17 32,79 25,41 14,59
8. DVLA 17,31 16,61 17,69 13,75 8,41
9. EKAD 24,61 17,71 18,86 16,60 14,92
10. GDYR 16,04 8,70 12,66 8,24 4,74
11. GGRM 19,77 20,20 18,29 14,90 16,98
12. GJTL 23,55 15,43 20,67 2,10 4,51
13. HMSP 62,88 79,05 74,73 76,43 32,37
14. IKBI 0,93 3,56 6,69 2,80 2,98
15. INDF 15,83 15,47 14,00 8,90 8,60
16. INTP 24,61 22,89 24,53 21,81 18,25
17. JPFA 35,50 17,74 22,56 12,21 8,58
18. KAEF 12,45 13,71 14,01 13,28 13,06
19. KLBF 23,28 23,37 24,08 23,18 21,31
20. LION 14,86 17,39 22,96 15,58 11,04
21. LMSH 15,71 19,05 42,33 13,02 6,38
22. MAIN 60,72 48,59 44,35 28,02 -7,87
23. MERK 32,72 46,78 25,87 34,25 30,10
24. MLBI 94,02 95,68 137,46 118,60 143,53
25. ROTI 21,91 21,22 22,37 20,07 19,64
26. SCCO 14,40 21,15 25,95 14,83 16,90
27. SKLT 4,09 4,86 6,15 8,19 10,75
28. SMCB 12,17 14,13 16,05 10,86 7,64
29. SMGR 30,14 27,06 27,12 24,56 16,49
30. SMSM 31,74 32,70 32,74 33,59 36,75
31. SQBB 49,82 34,43 39,69 41,57 43,08
32. TCID 13,86 13,72 13,71 13,54 13,58
33. TKIM 6,90 6,85 4,50 3,38 2,20
34. TOTO 30,71 28,68 26,27 22,84 23,86
35. TSPC 19,00 19,25 18,94 16,53 -0,24
36. UNVR 83,60 113,13 121,94 125,81 121,22
Page 116
100
Lampiran 3: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 20.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 180 .07 632.19 41.0234 51.97001 DER 180 .10 4.01 .8541 .71290 FZ 180 11.27 19.32 14.9721 1.76168 ROE 180 -7.87 143.53 25.6353 26.01647 PBV 180 .20 48.67 5.0450 8.63059
Valid N (listwise) 180
Correlations
PBV DPR DER FZ ROE
Pearson Correlation
PBV 1.000 .251 -.005 .279 .702
DPR .251 1.000 -.153 .255 .151
DER -.005 -.153 1.000 .191 .234
FZ .279 .255 .191 1.000 .041
ROE .702 .151 .234 .041 1.000
Sig. (1-tailed)
PBV . .000 .475 .000 .000 DPR .000 . .020 .000 .022 DER .475 .020 . .005 .001 FZ .000 .000 .005 . .291 ROE .000 .022 .001 .291 .
N
PBV 180 180 180 180 180
DPR 180 180 180 180 180
DER 180 180 180 180 180
FZ 180 180 180 180 180
ROE 180 180 180 180 180
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .779a .606 .597 .71553 2.139
a. Predictors: (Constant), ROE, FZ, DPR, DER b. Dependent Variable: PBV
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 138.072 4 34.518 67.421 .000b
Residual 89.597 175 .512
Total 227.669 179 a. Dependent Variable: PBV b. Predictors: (Constant), ROE, FZ, DPR, DER
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -2.384 .462 -5.164 .000 DPR .001 .001 .033 .645 .520 .856 1.169
DER -.358 .081 -.226 -4.406 .000 .853 1.172
FZ .181 .032 .283 5.587 .000 .877 1.140
ROE .032 .002 .738 14.819 .000 .906 1.104
a. Dependent Variable: PBV
Page 118
102
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 180
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation .70748794
Most Extreme Differences Absolute .099 Positive .081 Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z 1.325 Asymp. Sig. (2-tailed) .060
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.