Top Banner
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene, polystyrene, dan nilon di tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang. Polimer seperti kapas, wol, karet, dan semua plastik digunakan di hampir semua industri. Polimer alami dan sintetik bisa diproduksi dengan beragam kekakuan, kekuatan, ketebalan, dan ketahanan terhadap panas. 1
31

analisis pencemaran lingkungan

Jan 03, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: analisis pencemaran lingkungan

BAB I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang

menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah

berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan

permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada masa

revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi

sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai

“vulkanisasi”. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari

nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl,

neoprene, polystyrene, dan nilon di tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam

penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang.

Polimer seperti kapas, wol, karet, dan semua plastik digunakan di hampir semua

industri. Polimer alami dan sintetik bisa diproduksi dengan beragam kekakuan,

kekuatan, ketebalan, dan ketahanan terhadap panas. Elastomer (polimer bersifat

elastis) memiliki struktur yang saling bersilangan dan longgar. Struktur rantai

bertipe inilah yang menyebabkan elastomer memiliki ingatan. Rata-rata 1 dari 100

molekul saling bersilangan. Saat jumlah rata-rata ikatan saling bersilangan itu

meningkat (sekitar 1 dalam 30), material menjadi lebih kaku dan rapuh. Baik karet

alami dan sintetis adalah contoh dari elastomer. Di bawah kondisi temperatur dan

tekanan tertentu, plastik yang juga termasuk polimer dapat dibentuk atau dicetak.

Berbeda dengan elastomer, plastik lebih kaku dan tidak memiliki elastisitas yang

dapat dibalik. Selulosa mreupakan salah satu contoh material berpolimer yang

harus dimodifikasi secara bertahap sebelum diproses dengan metode yang

biasanya digunakan untuk plastik. Beberapa plastik (seperti nilon dan selulosa

asetat) dibentuk menjadi fiber.

1

Page 2: analisis pencemaran lingkungan

Tujuan

Plastik, belakangan ini merupakan jenis material yang paling sering kita temui

terutama pada kemasan. Penggunaan plastik banyak menuai kontroversi. Berbagai

masalah mulai dari keamanan produk untuk kesehatan sampai masalah limbah

plastik sering kali dilontarkan oleh aktivis gerakan anti plastik. Banyak pihak

yang mengeluhkan sifat limbah plastik yang sulit terdegradasi. Di sisi lain, justru

banyak pihak yang menganggap plastik adalah material yang mampu menyokong

kemajuan teknologi modern. Plastik dinyatakan dapat meningkatkan efesiensi

bahan baku, energi, dan waktu. Sejauh manakah efesiensi dari bahan plastik ini?

Limbah plastik juga menimbulkan masalah besar bagi manusia.Sifatnya yang sulit

hancur menjadi masalah utama. Namun kendala ini bisa diselesaikan dengan

memanfaatkan sifat plastik yang dapat di recycyle (daur ulang). Meski tidak

semua jenis plastik, namun kebanyakan plastik mampu diproses ulang untuk

menghasilkan produk “baru” yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Plastik merupakan bahan yang mudah untuk diproses dan tidak memerlukan

energi yang besar. Bahkan bisa dikatakan, pengolahan plastik hanyalah bagian

dari usaha pemanfaat minyak bumi agar tidak terbuang percuma. Plastik memiliki

umur yang panjang. Dengan begitu sekian persen energi pengolahannya dapat

dihemat sedemikian rupa. Plastik sangat fleksibel. Sifat-sifatnya sangat

memungkinkan untuk direkayasa. Dengan melakukan perlakuan proses tertentu

atau dengan penambahan zat aditif tertentu, plastik bisa dibuat sesuai dengan

aplikasi yang diinginkan.

2

Page 3: analisis pencemaran lingkungan

BAB II.

PEMBAHASAN

Definisi Polimer

Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari

pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya

merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer inorganik.

Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.

Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer

sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan

kegunaan yang beragam.

Klasifikasi Berdasarkan Sumbernya

1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut

2. Polimer sintetis

1. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen,

polistiren

2. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis

3. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan

dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara

radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya)

Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan,

mereka adalah polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene

terephthalate, polystyrene, dan polycarbonate.

Sifat fisikanya

o Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa

didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh:

polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC)

3

Page 4: analisis pencemaran lingkungan

o Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa

didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan

kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit,

resin melamin, urea-formaldehida

Berdasarkan jumlah rantai karbonnya

o 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)

o 5 ~ 11 Cair (bensin)

o 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah

o 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)

o 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)

o 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)

4

Page 5: analisis pencemaran lingkungan

BAB III.

Analisis Pencemaran Limbah oleh Polimer ( Plastik )

A. Analisis pencemaran oleh industri plastik .

Perkembangan industri plastik berdasarkan data statistik memperlihatkan

perkembangan yang sangat pesat terutama pada jenis plastik kemasan. Pada

proses produksi industri plastik, dihasilkan dua jenis limbah yaitu limbah cair dan

limbah padat.Tetapi limbah padat yang berasal dari proses produksi dapat

digunakan kembali, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses pracetak jika

dibuang langsung ke badan perairan akan menjadi masalah, sehingga diperlukan

pengolahan terlebih dahulu. Pada proses pracetak dari kemasan plstik dihasilkan

dua jenis limbah yaitu limbah cair yang mengandung khrom dengan konsentrasi

119 ppm dan limbah cair yang mengandung karbon dan minyak.

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pengolahan polimer berasal dari air

kondensat pada proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone

(claybath), dan air pencucian pabrik. Jumlah air bungan tergantung pada sistem

pengolahan, kapasitas olah pabrik, dan keadaan peralatan klarifikasi. Limbah cair

mengandung bahan organik yang relatif tinggi dan bersifat toksik karena

menggunakan bahan kimia dalam proses ekstraksinya.

Limbah cair umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan, mengandung padatan

terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan

biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila larutan tersebut langsung

dibuang ke perairan sangat berpotensi mencemari lingkungan, sehingga harus

dioleh terlebih dahulu sebelum dibuang.

Parameter yang menggambarkan karakteristik limbah terdiri dari sifat fisik, kimia,

dan biologi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi suhu, kekeruhan,

bau, dan rasa, berdasarkan sifak kimia meliputi kandungan bahan organik, protein,

5

Page 6: analisis pencemaran lingkungan

BOD, chemical oxygen demand (COD), sedangkan berdasakan sifat biologi

meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup ada 6 (enam)

parameter utama yang dijadikan acuan baku mutu limbah meliputi :

a.      Tingkat keasaman (pH), ditetapkannya parameter pH bertujuan agar

mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu,

bahkan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan pH badan

penerima.

b.      BOD, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan

organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya

dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima

akan semakin tinggi.

c.       COD, kelarutan oksigen kimiawi adalah oksigen yang diperlukan untuk

merombak bahan organik dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih

besar dari BOD.

d.      Total suspended solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam

cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota

dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik

membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi.

e.       Kandungan total nitrogen, semakin tinggi kandungan total nitrogen

dalam cairan limbah, maka akan menyebabkan keracunan pada biota.

f.        Kandungan oil and grease, dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan

merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses

oksidasi pada saat kondisi aerobik.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup secara khusus telah menerbitkan 2 (dua)

Keputusan Menteri yang menyangkut pemanfaatan air limbah yaitu Kepmen LH

Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian dan Pemanfaatan Air

Limbah Industri pada Tanah disajikan pada tabel di bawah ini.

6

Page 7: analisis pencemaran lingkungan

Parameter Limbah Baku Mutu Limbah (*)

pH 4,10 6-9

BOD (g/L) 212,80 110

COD (g/L) 347,20 250

TSS (g/L) 211,70 100

Kandungan Nitroen Total (g/L) 41 20

Oil and Grease (g/L) 31 30

(*) Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 28/Men LH/10/2003

Berdasarkan data di atas, ternyata semua parameter limbah cair berada diatas

ambang batas baku mutu limbah. Jika tida dilakukan pencegahan dan pengolahan

limbah, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran air

yang mengganggu bahkan meracuni bota perairan, menimbulkan bau, dan

menghasilkan gas methan dan CO2 yang merupakan emisi gas penyebab efek

rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.

B. Analisis pencemaran oleh konsumen..

Bahan dasar plastik atau polimer sebenarnya dari produk samping proses cracking

minyak bumi yang setelah melalui proses polimerisasi menghasilkan polimer.

Biasanya berbentuk bubuk putih. Setelah proses lebih lanjut akan dihasilkan

produk jadi plastik...

Selain tidak dapat diperbarui, proses pembuatan plastik membutuhkan biaya yang

ternyata cukup besar. Limbah plastik pun menjadi bahan pencemar tercepat bumi

yang kita cintai ini. Plastik tidak dapat terurai dalam jangka waktu seribu tahun

kemudian.

Bahan kimia yang terkandung dalam plastik itulah yang sangat membahayakan

kesehatan bagi manusia. Salah satu bahan kimia yang paling berbahaya adalah

Bisphenol A (BPA)

7

Page 8: analisis pencemaran lingkungan

Bahan dasar dari plastik adalah phthalate ester, di(ethylhexyl)phthalate (DEHP)

merupakan polutan utama dunia. Materi ini banyak digunakan oleh industri

makanan dan juga dalam bidang kedokteran seperti botol infus, syring dan lain-

lain. Lingkungan yang tercemari oleh polyclorinedated biphenyl (PCB) yang

merupakan bahan campuran pembuatan plastik, capasitor dan transformer yang

juga banyak dibuang dilaut.

8

Page 9: analisis pencemaran lingkungan

BAB IV.

Pencemaran Limbah Polimer (Plastik)

dan

Dampak Terhadap Manusia & Lingkungan.

A. Pencemaran Polimer dan Dampak Terhadap Manusia.

Polimer sintetik lain yang perkembangannya sangat pesat adalah plastik.

Kemudahan dan keistimewaan plastik sedikit banyak telah dapat menggantikan

bahan-bahan seperti logam dan kayu dalam membantu kehidupan manusia.

Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968 yang

bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi primadona bagi dunia industri.

Produksinya di seluruh negara lebih dari 100 juta ton per tahunnya.

Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat

kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk

yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai salah satu ciri

kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis

dan nyaman. Namun, beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang

diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis. Kebanyakan plastik

seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan

pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan

ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah

epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil

poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan

makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP)

yang digunakan dalam industri pengepakan film.

9

Page 10: analisis pencemaran lingkungan

Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah

kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang

sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan

kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan

penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa

pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan

dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi

dalam kandungan serta bayi lahir cacat.

Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan

bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan

bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan

bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas

maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS)

terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC.

DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan

pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan

sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan

kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti,

hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita

berhati-hati.

Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas

Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman

bila terkonsumsi, yaitu 18 ppm. Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk

dikonsumsi.

Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita

terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus

10

Page 11: analisis pencemaran lingkungan

makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang

terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita membakar

bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang

kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu

seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan

air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun

mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat

membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini

justru dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan

mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma

menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan

mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen

manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan

menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.

Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali

mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil.

Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun

2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam

kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang

suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan

adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah

penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti

gorengan dan lain-lain. Zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya

berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun

itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak

beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal

ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak

11

Page 12: analisis pencemaran lingkungan

stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel

tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah

munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengkonsumsi makanan

tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang

menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan

yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan.

Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.

Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk

kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Hasil survei di AS pada tahun

2001 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung

styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan

kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala

gangguan saraf.

Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan

75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu

menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang

sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta

pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu

akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul

gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.

Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.

Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau

menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa

kehilangan kreativitas dan pasif.

Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan

menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang

dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia

12

Page 13: analisis pencemaran lingkungan

ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa

melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.

Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh

lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan (atau mungkin

karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak

memakan suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan

terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan

tersebut dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam

kesehatan kita.

Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat

bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih

klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih

putih bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh

karena itu jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas

atau berlemak.

B. Pencemaran dan Dampak Terhadap Lingkungan.

Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus

ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat

signifikan. Kemarin saya telah mengupload postingan tentang Bahaya Kemasan

Plastik dan Kresek Post kali ini lebih menyoroti bahaya limbah plastik terhadap

lingkungan.

Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan

gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12

juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat

tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA),

sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.

13

Page 14: analisis pencemaran lingkungan

Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang

silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan

penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per

menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta

pohon ditebang.

Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik

yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat

sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu

100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.

Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.

Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.

Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat

diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat

menghabiskan sumber daya alam tersebut.

Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari

polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta

kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu

antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:

Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.

Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan

membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.

PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun

tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.

Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi

udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu

meyuburkan tanah.

Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan

akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.

14

Page 15: analisis pencemaran lingkungan

Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.

Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut

menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati

karena tidak dapat mencernanya.

Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap

tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.

Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan

mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang

menyebabkan banjir.

15

Page 16: analisis pencemaran lingkungan

BAB V.

Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Polimer (Plastik)

A. Pengolahan Limbah Industri Polimer (Plastik)

Pada proses pracetak dari kemasan plstik dihasilkan dua jenis limbah yaitu limbah

cair yang mengandung khrom dengan konsentrasi 119 ppm dan limbah cair yang

mengandung karbon dan minyak. Penanganan limbah cair yang mengandung

khrom dilakukan dengan proses reduksi khrom.

Pada penelitian ini digunakan variable (Oxidation Reduction Potential), pH, jenis

koagulan dan dosis koagulan. Untuk jenis koagulan digunakan Al2(SO4)3 dan

PAC. Untuk memperbesar flok yang dihasilkan dilakukan penambahan polimer

dengan dosis 0.01%, 0,1% dan 1%. Pada penelitian ini didapatkan kondisi terbaik

yaitu pada pH 3 dan ORP 200 mv, pada proses ini dapat menurunkan kadar khrom

sebanyak 92%. Untuk proses koagulasi penggunaan Al2 ( SO4 )3 5% dan dosis

polimer 0.1% pada pH 10 dengan waktu reaksi 3 menit, lalu dilanjutkan dengan

filtrasi sehingga didapat khrom pada effluent adalah 0,1 ppm dan COD dibawah

baku mutu. Untuk limbah yang mengandung minyak dan warna hitam, perlu

dilakukan proses pemisahan minyak terlebih dahulu, sebelum proses koagulasi

sedimentsi. Pengunaan koagulan jenis PAC dan dosis polimer 0.1% akan

dihasilkan effluent dibawah buku mutu standar.

B. Pengolahan Limbah Polimer (Plastik)

Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya,

sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah

plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-

menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun,

limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak

pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah

16

Page 17: analisis pencemaran lingkungan

plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat

plastik yang dapat mengalami biodegradasi.

1. Daur Ulang

Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan

tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui

tahap-tahap pengumpulan, pemisahan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang.

Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan

lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin ikut berpartisipasi, yaitu

ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini, plastik yang cukup banyak didaur

ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol plastik.

2. Incinerasi

Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu

tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga

dapat digunkana sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa

pembangkit listrik menggunakan batu bara yang dicampur dengan beberapa

persen ban bekas. Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah

baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas

HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang

sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat

incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas

dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin

seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang

baik untuk mengurangi polusi udara.

3. Plastik Biodegradable

Sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu,

sangat baik jika dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah

diupayakan dan telah dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan

17

Page 18: analisis pencemaran lingkungan

dasar zat tepung. Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya

masyarakat enggan untuk membayar lebih.

Metode 3R+R :

- Replace, dengan mengganti/menggunakan barang yang bisa dipakai kembali.

Misalnya, dari kantong keresek, beralih ke paperbag.

- Reduce, dengan mengurangi pemakaian barang yang dapat menjadi sampah

anorganik. Misalnya, kalo agan beli sampo, sekalian aja yang kemasan gede,

jangan yang sachet-an, itumah sama aja bikin sampah makin menggunung

- Reuse, sama nih gan kaya replace. Intinya dia lebih ke cara, make lagi sampah-

sampah yang masih layak pake.

- Recycle, yang ini pasti agan udah tau. Mendaur ulang sampah untuk dipakai

kembali. Masyarakat kita gak biasa misahin sampah basah sama sampah kering.

18

Page 19: analisis pencemaran lingkungan

BAB VI.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari

pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer.Berdasarkan

sumbernya Polimer dibagi atas Polimer alam dan Polimer sintetis. Polimer buatan

biasanya digunakan dalam banyak aplikasi: pemaketan makanan, film, fiber, tube,

pipa, dll. Industri perawatan pribadi juga menggunakan polimer untuk membantu

dalam tekstur produk, pengikatan, dan 'moisture retention' (seperti dalam gel dan

conditioner rambut). Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer

sintetik membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan

kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai

salah satu ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang

serba praktis dan nyaman.

Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik

yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat

sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu

100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.

Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.

Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari

polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta

kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu

antara 100 hingga 500 tahun.

Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah

dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang

dapat mengalami biodegradasi.

19

Page 20: analisis pencemaran lingkungan

Saran :

Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh

beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk

menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi

musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong

plastik itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi polutan yang signifikan. Kalau

dibakar, sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas

rumah kaca di atmosfer.

jangan membakar sampah plastik karena jika sampah itu di bakar racun yang ada

dalam sampah tersebut akan membuat polusi di udara termasuk pada udara yang

kita hirup yang dapat membuat kita sakit. Jangan mengubur sampah plastik karena

racun yang ada di dalam sampah akan meresap atau merembes kedalam tanah dan

membuat air yang ada dalam tanah akan tercemar begitu juga lingkungan di

sekitarnya. Jangan membuang sampah plastik, karena racun yang ada dalam

sampah dapat mencemari lingkungan di sekitar kita, makhluk hidup dan

lingkungan kita akan mengalami kerusakan dan racun akan terus bertambah

dimana-mana.

20

Page 21: analisis pencemaran lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/polimer

Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 18.08 PM

http://www.attayaya.net/2008/09/all-about-plastic-k.html

Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 17.58 PM

http://alamendah.wordpress.com/Dampak Plastik Terhadap Lingkungan

Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 19.13 PM

http://smk3ae.wordpress.com/Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia

Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 19.22 PM

Ahmad, Adrianto. 2003. Penentuan Parameter Kinetik Proses Biodegradasi Anaerob Limbah Cair Pabrik. Jurnal Natur Indonesia 6 (1). www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol 6 (1)/Adrianto.pdf.

Djajadiningrat, Surna T. dan Harsono, H. 1990. Penilaian Secara Tepat Sumber-

sumber Pencemaran Air, Tanah, dan Udara. Yogyakarta; Gadjah Mada

University Press.

Naibaho, Ponten M. 1999. Aplikasi Biologi dalam Pembangunan Industri

Berwawasan Lingkungan, Jurnal Visi 7.

Soerjani, Muhamad, Yowono, Arief, dan Fardiaz, Dedi. 2007. Lingkungan :

Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan, dan Keberlanjutan

Pembangunan, Jakarta; Yayasan Institut Pendidikan dan Pelatihan

Lingkungan Jakarta.

21