Top Banner
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi Oleh Akbar Prayogi NIM: 11150820000065 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019 M
145

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

Sep 17, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh

Akbar Prayogi

NIM: 11150820000065

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019 M

Page 2: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Page 3: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

ii

LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Page 4: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Page 5: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

iv

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Akbar Prayogi

NIM : 11150820000065

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juli 2019

(Akbar Prayogi)

Page 6: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Akbar Prayogi

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Agustus 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 2 dari 2

6. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40

Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet

Jakarta Selatan 12870

7. Telepon : 082246336940

8. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN 1. TK (2002-2003) : Yayasan Mercu Suar 2. SD (2003-2009) : SDN Kebagusan 02 Pagi 3. SMP (2009-2012) : SMPN 175 Jakarta 4. SMK (2012-2015) : SMKN 8 Jakarta 5. S1 (2015-2019) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Kerohanian Islam SMPN 175 Jakarta (2003-2009) 2. Band SMKN 8 Jakarta (2012-2013) 3. Bendahara Kerohanian Islam SMKN 8 Jakarta (2013-2014) 4. HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2017) 5. Bendahara KKN SEIHA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)

IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA 1. Ayah : Alm. Basri

2. Tempat, tanggal lahir : -

3. Pekerjaan : -

4. Ibu : Juhairiyah

5. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 3 Mei 1969

6. Pekerjaan : Karyawan Swasta

7. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40

Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet

Jakarta Selatan 12870

8. Telepon : 081281441947

Page 7: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

vi

PERFORMANCE ANALYSIS OF BAZNAS SOUTH TANGERANG CITY

WITH NATIONAL ZAKAT INDEX APPROACH

ABSTRACT

High poverty rate was a crucial problem faced by Indonesia. Poverty data

recorded at the Central Statistics Agency (BPS) September 2018, the number of

poor people in Indonesia reached 25.67 million people. One of the redistribution

instruments that can be used to reduce poverty was zakat. The potential of zakat at

South Tangerang City in 2018 was approximately Rp 5 billion, but the fund

collected was Rp 4.3 billion. This result shows that the management of zakat was

not optimized both in terms of collection and distribution of zakat. This study aims

to evaluate the performance of zakat institutions, and the influence of zakat on the

welfare of mustahik in Tangerang Selatan. The research was conducted with survey

to 100 households of mustahik by means of interview using questionnaire. The

sampling method that used in this research was convenience sampling technique.

Analysis of the research was done by National Zakat Index (IZN) with Muti-Stage

Weight Index Method.

The result of this study indicate that the index value in the macro dimension

was 0.083, this means that the performance evaluation of the role of the government

and society in the aggregate was not good. The index value on the micro dimension

was 0.65, meaning that the assessment of the performance of zakat institutions and

the impact of zakat on mustahiq were in good condition. South Tangerang City’s

zakat performance was good enough with an index value of 0.42.

Keywords: National Zakat Index, Performance of Zakat Practices, Poverty

Page 8: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

vii

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah yang krusial di Indonesia dengan angka

kemiskinan cukup tinggi. Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik

(BPS) September 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67 juta

orang. Salah satu instrumen redistribusi yang dapat digunakan untuk mengurangi

tingkat kemiskinan adalah zakat. Potensi zakat di Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2018 sekitar Rp 5 miliar, akan tetapi dana yang terhimpun baru sekitar Rp

4.3 miliar. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pengelolaan zakat baik segi

penghimpunan maupun penyaluran zakat. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi kinerja perzakatan yang mencakup peran pemerintah dan

masyarakat, kinerja lembaga zakat, serta pengaruh zakat terhadap kesejahteraan

mustahik di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan survei

terhadap 100 rumah tangga mustahik melalui wawancara menggunakan kuesioner.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Zakat Nasional (IZN) dengan

metode yang dinamakan Multi-Stage Weight Index.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai indeks pada dimensi

makro sebesar 0.083, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat

secara agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro

sebesar 0.65, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap

mustahik berada pada kondisi baik. Kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan

cukup baik dengan nilai indeks sebesar 0.42.

Kata kunci: Indeks Zakat Nasional, Kinerja Zakat, Kemiskinan

Page 9: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

yang berjudul: “Analisis Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan

Pendekatan Indeks Zakat Nasional” dengan lancar. Shalawat serta salam

senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan

bagi insan di muka bumi. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua (Alm. Bapak dan Mama) yang telah menjadi penyemangat

terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada

henti baik berupa doa maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., CRMP., BKP. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Rini SE., Ak., CA. selaku dosen dosen pembimbing penelitian yang

telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas

bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.

Page 10: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

ix

8. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias

Mashlahah (Bagas, Fatih, Fiqih, dan Bening) yang selalu bersama-sama

berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa,

dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis. Thank you so much and see

you on top!

9. Keluarga besar LDK UIN Jakarta yang dalam kesibukannya masing-masing

tetap memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.

10. Seluruh teman Akuntansi 2015 (khususnya Akuntansi B) yang telah banyak

memberikan motivasi kepada penulis.

Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu

penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2019

Akbar Prayogi

Page 11: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................................i

LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v

ABSTRACT .............................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 9

D. Rumusan Masalah .......................................................................................10

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................11

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................11

BAB II ................................................................................................................... 13

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 13

A. Tinjauan Literatur........................................................................................13

1. Syariah Enterprise Theory ..................................................................13

2. Konsep Metafora Amanah ..................................................................15

3. Teori Akuntansi Manajemen ...............................................................17

4. Pengertian Zakat ..................................................................................18

5. Golongan Penerima Zakat ...................................................................21

6. Hikmah dan Manfaat Zakat .................................................................23

7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ............................................25

8. International Standard of Zakat Management (ISZM) ........................27

Page 12: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

xi

9. Indonesia Magnificence of Zakat ........................................................29

10. Balance Scorecard ...............................................................................30

11. Indeks Zakat Nasional (IZN)...............................................................32

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................35

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................42

BAB III.................................................................................................................. 43

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................43

B. Model Penentuan Sampel ............................................................................43

1. Populasi dan Sampel ...........................................................................43

2. Metode Pengambilan Sampel ..............................................................44

C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................44

D. Metode Analisis Data ..................................................................................45

1. Indeks Zakat Nasional .........................................................................45

2. Indeks Kesejahteraan CIBEST ............................................................49

3. Indeks Modifikasi IPM........................................................................57

BAB IV ................................................................................................................. 60

PEMBAHASAN ................................................................................................... 60

A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...................................................60

B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik ....................................................62

C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro ...................................................65

1. Indikator Regulasi ...............................................................................65

2. Indikator Dukungan APBD .................................................................65

3. Indikator Database Lembaga Zakat.....................................................66

D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro ....................................................70

1. Indikator Kelembagaan .......................................................................70

2. Indikator Dampak Zakat......................................................................73

E. Indeks Zakat Nasional .................................................................................81

F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain.84

G. Implikasi Kebijakan ....................................................................................98

BAB V ................................................................................................................. 100

PENUTUP ........................................................................................................... 100

A. Kesimpulan ...............................................................................................100

Page 13: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

xii

B. Saran ..........................................................................................................101

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 103

Page 14: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin ……… 3

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………… 35

3.1 Skor Kebutuhan Spiritual ………………………………………… 53

3.2 Kuadran CIBEST ………………………………………………… 56

4.1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik……………………….... 63

4.2 Skoring Variabel Regulasi………………………………………... 65

4.3 Skoring Variabel Dukungan APBD……………………………… 66

4.4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat………….... 68

4.5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro………………………... 70

4.6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan……………………….. 72

4.7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST………………... 73

4.8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik

Berdasarkan Kuadran CIBEST…………………………………... 75

4.9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST ………………….. 76

4.10 Nilai Modofikasi IPM……………………………………………. 76

4.11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM……………………….. 77

4.12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian…………………………... 79

4.13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro……………... 80

4.14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan………….... 81

4.15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan

dengan IZN Kota/Kabupaten Lain………………………………. 84

Page 15: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Komponen Pembentuk IZN……………………………………… 34

2.2 Skema Kerangka Pemikiran……………………………………... 42

3.1 Kuadran CIBEST ….………………………………….................. 50

Page 16: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian……..……………………………………… 106

2 Skoring Dimensi Makro & Mikro..……………………………... 114

3 Tabel Perhitungan Indeks Harapan Hidup……………………… 118

4 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah…………………….. 122

5 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah……………………... 126

Page 17: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, dan hal

ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan (Amalia dan Mahalli, 2012). Angka

kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi bahan evaluasi bagi bangsa ini

untuk mencari instrumen yang tepat dalam mempercepat penurunan

kemiskinan tersebut. Berbagai kebijakan baik sektoral, moneter dan fiskal

maupun kebijakan lainnya ternyata belum efektif dalam menurunkan angka

kemiskinan yang signifikan bagi bangsa ini. Lingkaran kemisikinan yang

terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya masyarakat miskin untuk

mendapatkan modal. Sistem ekonomi saat ini yang tidak berpihak kepada

masyarakat miskin ditenggarai menjadi penyebabnya sulitnya menurunkan

angka kemiskinan di Indonesia (Pratama, 2015).

Jumlah penerimaan dana zakat yang dihimpun dalam kurun waktu tahun

2016 adalah sebesar Rp 97.637.657.910 dengan nilai penyaluran sebesar Rp

67.727.019.807. Sedangkan untuk tahun 2017, penerimaan dana zakat senilai

Rp 138.096.290.551 dengan nilai penyaluran sebesar Rp 118.071.046.770.

Dan untuk tahun 2018, penerimaan dana zakat senilai Rp 195.092.051.942

dengan nilai penyaluran sebesar Rp 175.811.470.985. Dapat disimpulkan

bahwa baik penerimaan dan penyaluran zakat mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, namun menjadi sebuah pertanyaan mengapa jumlah

Page 18: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

2

penduduk miskin di beberapa daerah justru bertambah, termasuk di Kota

Tangerang Selatan.

Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) September

2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67 juta orang

(9,66%), berkurang sebesar 0,91 juta orang dibandingkan dengan kondisi

September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12%). Salah satu provinsi

yang menyumbang angka kemiskinan adalah Provinsi Banten, dimana pada

bulan September 2015 berjumlah 690.670 jiwa, pada bulan September 2016

berjumlah 657.740 jiwa, pada bulan September 2017 berjumlah 699.830 jiwa,

dan pada bulan September 2018 berjumlah 668.740 jiwa. Dan salah satu kota

yang menyumbang angka kemiskinan adalah Kota Tangerang Selatan. Pada

tahun 2018 angka kemiskinan di Kota Tangerang Selatan berjumlah 28.210

jiwa atau sekitar 1,68 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun-

tahun sebelumnya (lihat Tabel 1.1). Akan tetapi angka ini sudah jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan kota lainnya dan presentase kemiskinan di

Indonesia saat ini. Dan juga dibutuhkan salah satu instrumen untuk membantu

dalam meminimalisir angka kemiskinan.

Page 19: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

3

Tabel 1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin Kota

Tangerang Selatan tahun 2015-2018

Sumber: BPS (2018)

Menurut Beik (2009), berbagai kebijakan pemerintah dibuat untuk

mengatasi kemiskinan, namun kebijakan yang dibuat kurang berjalan dengan

baik dan dibutuhkan instrumen alternatif dalam mengatasi kemiskinan. Salah

satu instrumen alternatif tersebut adalah zakat, infaq, dan shadaqah. Zakat

merupakan salah satu instrumen Islami yang digunakan untuk distribusi

pendapatan dan kekayaan (Pratama, 2015). Zakat memiliki peranan yang sangat

strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi.

Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak

memiliki dampak balik apapun bagi muzakki kecuali ridha dan mengharap

pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat

tidak ada sistem kontrolnya (Damanhur & Nurainiah, 2016). Menurut Musfiqoh

(2002) yang dikutip oleh Damanhur (2016), pemberdayaan kegiatan zakat,

beserta infaq dan shodaqah merupakan strategi untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup masyarakat serta usaha mengurangi ketergantungan

ekonomi Indonesia terhadap bantuan-bantuan luar, dan membebaskan

masyarakat dari problem kemiskinan. Zakat bagi orang Islam adalah alat untuk

melaksanakan tugas ekonomi dan moral (Multifiah, 2011). Dalam bidang

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (Jiwa) Presentase

Kemiskinan (%)

2015 25.890 1,69

2016 26.380 1,67

2017 28.730 1,76

2018 28,210 1,68

Page 20: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

4

moral, zakat berperan dalam membersihkan hati dari sifat kikir karena

menumbuhkan rasa berbagi dan juga mensucikan harta yang dimiliki setiap

muzakki agar Allah ridho akan harta kekayaan tersebut (Multifiah, 2011).

Menurut Qadir (1998), Pengelolaan zakat melalui lembaga memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan secara individu, yaitu:

1. Disiplin dalam pembayaran zakat

2. Menjaga perasaan rendah diri mustahik apabila berhadapan langsung

dengan muzaki

3. Mencapai efisiensi, efektivitas, dan sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat

4. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan negara

dan pemerintahan yang sesuai dengan sasaran Islami.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

menjelaskan bahwa lembaga yang berwenang untuk melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional adalah Badan Zakat Nasional (BAZNAS).

Sesuai dengan pasal 9, BAZNAS juga dapat dibantu dengan Lembaga Amil

Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan, pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat. BAZNAS dan LAZ dapat

didirikan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota bahkan sampai membentuk

Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Lembaga resmi zakat dibentuk sebagai usaha

dalam pengoptimalan potensi zakat nasional.

Sebelumnya, belum ada indikator yang diakui secara nasional dalam

menilai keberhasilan organisasi pengelola zakat. Namun terdapat beberapa

Page 21: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

5

penelitian yang mengguakan alat pengukuran lain seperti penelitian yang

dilakukan oleh Lubis (2017) dengan rasio yang digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan BAZNAS. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio

yang terdapat pada aspek kinerja fiskal (fiscal performance), aspek dukungan

publik (public support) dan aspek efisiensi penghimpunan dana (fundraising

efficiency).

Polinggapo (2015) menggunakan Balance Scorecard dalam mengukur

kinerja Lembaga Amil Zakat. Balance Scorecard memberikan rerangka

komprehensif unttuk menerjemahkan visi ke dalam sasaran strategik. Menurut

Mulyadi (2001, 338), balance scorecard menggunakan empat perspektif dalam

merumuskan sasaran strategik yang komprehensif, yaitu perspektif keuangan,

perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan.

Yuanta (2016) melakukan penelitian penilaian kinerja Lembaga Amil

Zakat dengan pendekatan Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ). IMZ atau

Indonesia Magnificence of Zakat adalah lembaga konsultasi pemberdayaan dan

manajemen organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi

dan pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode pengukuran kinerja

ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat. Metode pengukuran kinerja

OPZ oleh IMZ dengan mengunakan lima komponen pengukuran yang

digunakan pada tahun 2011, yaitu kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan

kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja keuangan, kinerja program

pendayagunaan, dan kinerja legitimasi sosial (Yuanta, 2016). Harto (2018)

Page 22: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

6

mengukur kinerja lembaga zakat dengan International Standard of Zakat

Management (ISZM). Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang

tercantum dalam ISZM terdiri atas pengukuran terhadap efisiensi lembaga zakat

dan pengukuran terhadap kapasitas organisasi. Pengukuran komponen efisiensi

ini akan memperlihatkan apakah pengelolaan dana yang dilakukan lembaga

zakat sudah efisien atau belum. Lembaga zakat yang dikatakan efisien apabila

mengeluarkan sedikit biaya untuk mendapatkan penghimpunan dana dimana

usaha penghimpunan ini harus sejalan dengan program dan pelayanan lembaga

zakat (PEBS-FEUI & IMZ, 2010).

Pada tanggal 13 Desember 2016, Pusat Kajian Strategi (Puskas)

BAZNAS menetapkan suatu konsep yang digunakan untuk mengukur kinerja

pengelolaan zakat yang dinamakan dengan Indeks Zakat Nasional (IZN). IZN

bertujuan untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat

terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. IZN dapat

di aplikasikan pada tingkat pusat dan tingkat daerah. Tujuan IZN adalah agar

semua pihak yang terlibat dalam perzakatan dapat mengukur diri dan

meningkatkan kinerja sehingga semua institusi zakat dapat membantu

perkembangan perzakatan di Indonesia (BAZNAS, 2016).

BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga resmi pengelola

zakat dapat melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui langkah-

langkah yang akan dilakukan dalam usaha memperbaiki kondisi pengelolaan

zakat oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Evaluasi kinerja pengelolaan

zakat berdasarkan pada perhitungan Indeks Zakat Nasional (IZN). Indeks Zakat

Page 23: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

7

Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)

BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun dengan tujuan

untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan nasional (BAZNAS, 2016).

Nilai IZN dapat merepresentasi kondisi dan perkembangan zakat di tingkat

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Hasil analisis dari nilai IZN dapat

digunakan untuk memperbaiki kinerja BAZNAS dari sisi makro dan mikro.

Amalia dan Mahalli (2012) melakukan penelitian untuk melihat sejauh

mana pengaruh potensi dan peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan di

Kota Medan. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Potensi zakat yang

ada pada BAZDASU Kota Medan berasal dari pemerintahan, swasta dan

perbankan dan zakat yang dikelola di distribusikan dalam bentuk

pendayagunaan zakat melalui skim produktif, bantuan pinjaman dan modal

dengan metode Qardul Hasan, pelatihan dan ketrampilan serta bantuan pada

sentra ternak & pertanian. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat

sangat setuju pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman & modal di sertai

pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan membantu perekonomian

masyarakat dan menjadi mayarakat yang mandiri.

Pratama (2015), melakukan penelitian dengan studi kasus pada program

zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa meskipun dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil,

tetapi memiliki dampak nyata dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui

program zakat produktif. Dan zakat menjadi instrument keuangan yang efektif

dalam permasalahan modal kaum miskin.

Page 24: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

8

Dan mengenai penelitian terdahulu yang membahas kinerja zakat dengan

pendekatan Indeks Zakat Nasional, salah satunya telah dilakukan oleh Hilmiyah

dan Beik (2017), melakukan penelitian dengan fokus wilayah Kabupaten

Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja zakat Bogor

berada pada kategori cukup baik dengan nilai sebesar 0,532. Kinerja zakat

secara makro di Kabupaten Bogor berada pada kategori kurang baik dengan

nilai sebesar 0,40. Dilihat dari adanya regulasi yang mengatur tentang zakat,

dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kabupaten Bogor, dan database

lembaga zakat, Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan 0 berturut-turut.

Kinerja zakat secara mikro di Kabupaten Bogor berada pada kategori sudah baik

dengan nilai sebesar 0,62. Dari sisi kelembagaan dan dampak zakat, kinerja

BAZNAS Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0,65 dan 0,60 berturut-turut.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian ini karena belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai

analisis kinerja zakat dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN)

khusunya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat terhadap

pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik, khusunya di wilayah

Kota Tangerang Selatan. Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar

masyarakat turut aktif dalam mengawasi kinerja Lembaga Zakat agar terjadi

pemerataan ekonomi dalam rangka mengurangi angka kemiskinan yang ada.

Dengan demikian peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Analisis Kinerja

BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan Pendekatan Indeks Zakat Nasional”.

Page 25: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatar, maka identifikasi masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini terkait dengan analisis kinerja zakat,

misalnya:

1. Cukup baiknya kinerja zakat di Kota Tangerang Selatan namun terdapat

peningkatan jumlah penduduk miskin dan presentase kemiskinan.

2. Cukup baiknya kinerja zakat secara makro dan mikro di Kota Tangerang

Selatan

3. Cukup regulasi dan dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kota

Tangerang Selatan

4. Cukup baiknya kinerja lembaga dan dampak zakat BAZNAS Kota

Tangerang Selatan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitiani ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Kinerja Zakat dengan Pendekatan Indeks Zakat

Nasional (IZN)

Dari sekian banyak instrumen perhitungan analisis, peneliti

hanya berfokus dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN).

IZN yang disusun oleh Tim Peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)

BAZNAS, merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun

dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan

Page 26: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

10

nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat

memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap

kesejahteraan mustahik, dan juga menunjukkan pada tahap apa

institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,

partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan

pemerintah. Formulasi IZN ini diharapkan dapat menjadi standard

measurement atau pengukuran standar kinerja zakat nasional yang

diukur secara periodik (misalnya setiap tahun) sehingga evaluasi

dilakukan secara berkelanjutan. Selain pada tingkat nasional, IZN

juga dapat dilakukan pada tingkat regional provinsi hingga

perbandingan antara daerah, dan evaluasi distribusi kinerja zakat

dapat dilakukan.

2. Hanya pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Dari sekian banyak BAZNAS yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia, penelitian ini hanya fokus pada BAZNAS Kota Tangerang

Selatan yang berada di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional?

Page 27: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

11

2. Berapa nilai Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang

Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini, maka tujuan dari penelitian antara lain :

1. Menganalisis kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dari dimensi makro dan mikro.

2. Menganalisis Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang

Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dapat bermanfaat atas

hal-hal sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis

a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk

menambah ilmu pengetahuan terkait dengan kinerja zakat.

b. Peneliti berikutnya,sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan

melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

c. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai analisis kinerja perzakatan di wilayah penelitian.

Page 28: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

12

2. Kontribusi Praktis

a. Sebagaimana tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kinerja

perzakatan di Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang

ada. Dan sebagai bukti bahwa dengan adanya analisis ini berdasarkan

beberapa data dan laporan keuangan, masyarakat menjadi yakin dan

ikut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan kegiatan zakat di

Indonesia.

Page 29: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Syariah Enterprise Theory

Syariah Enterprise Theory tidak mendudukkan manusia sebagai pusat

dari segala sesuatu sebagaimana dipahami oleh antroposentrisme. Tapi

sebaliknya, Syariah Enterprise Theory menempatkan Tuhan sebagai pusat

dari segala sesuatu. Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan

alam semesta. Oleh karena itu, manusia di sini hanya sebagai wakil-Nya

(khalifatullah fil ardh), sebagai perpanjangan tangan yang memiliki

konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Tuhan. Artinya sebagai

khalifatullah fil ardh manusia memiliki misi mulia yaitu menciptakan dan

mendistribusikan kesejahteraan (materi dan nonmateri) bagi seluruh

manusia dan alam semesta, untuk mempermudah tugas ini manusia dapat

menciptakan organisasi (organisasi profit atau organisasi non-profit) yang

digunakan sebagai instrumen dalam mengemban tugas tersebut sehingga

organisasi diharuskan mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas kepada

Allah secara vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk

pertanggungjawaban secara horizontal kepada umat manusia lain serta

pada lingkungan alam (Kalbarini & Suprayogi, 2014).

Proses kembali kepada Tuhan memerlukan proses penyatuan dan

pendekatan diri dengan sesama manusia dan alam sekaligus dengan

Page 30: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

14

hukum-hukum yang melekat di dalamnya. Tentu saja konsep ini sangat

berbeda dengan Entity Theory yang menempatkan manusia dalam hal ini

stakeholders sebagai pusat, sehingga Syariah Enterprise Theory ini sangat

erat kaitannya dengan aspek akuntabilitas yang ada pada Badan Amil Zakat

karena mampu untuk menjawab segala aspek yang berkaitan secara

mendasar didalamnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan

akuntansi zakat.

Syariah Enterprise Teory menyeimbangkan nilai egoistik (maskulin)

dengan nilai altruistik (feminim), nilai materi (maskulin) dengan nilai

spiritual (feminim). Dalam syari’ah islam, bentuk keseimbangan tersebut

secara konkrit diwujudkan dalam salah satu bentuk ibadah yaitu zakat.

Zakat (yang kemudian dimetaforakan menjadi metafora zakat) secara

implisit mengandung nilai egoistik-altruistik, materispiritual, dan individu-

jamaah.

Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta.

Kepatuhan manusia (dan alam) semata-mata dalam rangka kembali kepada

tuhan dengan jiwa yang tenang. Dengan menempatkan Tuhan sebagai

stakeholder tertinggi, maka tali penghubung antara muzakki maupun

pengelola zakat lebih membangkitkan kesadaran akan sesuatu yang

diamanahkan dan diberi amanah sehingga para penggunanya tetap terjamin

(mustahik). Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi

adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi akuntansi

syari’ah. Hal ini tercermin dalam konsep metafora amanah dimana nilai,

Page 31: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

15

tata cara dan praktek hidup yang diatur islam merupakan sebuah dimensi

universal yang mencakup keseluruhan aspek hidup manusia, di dunia

maupun di akhirat. Selain itu amanah dari Allah yang didalamnya melekat

sebuah tanggung jawab untuk menggunakan cara dan tujuan yang

ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Amanah.

2. Konsep Metafora Amanah

Amanah dalam konteks ekonomi menyatakan bahwa segala sumber

daya milik Allah dan manusia adalah seseorang yang diberi amanah untuk

menyebar misi sakral yang ditugaskan kepadanya. Tujuan organisasi

menurut Islam adalah menyebarkan rahmat bagi semua makhluk (Kalbarini

& Suprayogi, 2014). Tujuan itu pada hakekatnya tidak terbatas pada

kehidupan dunia individu, tetapi juga kehidupan setelah dunia ini.

Morgan (1986) dalam Triyuwono (2000:10) menyatakan bahwa

metafora adalah suatu cara berpikir dan melihat yang mempengaruhi cara

seseorang melakukan interpretasi dan memahami realitas sosialnya.

Kalbarini (2014) menyatakan bahwa metafora amanah dalam bentuk

operasional bisa diturunkan menjadi metafora zakat atau realitas organisasi

yang di metaforakan dengan zakat (zakat metaphorized organisational

reality). Senada dengan Koni (2014) bahwa dalam melakukan segala

sesuatu harus didasarkan pada kesadaran diri (selfconsciousness) sebagai

khalifah di bumi mempunyai konsekuensi bahwa semua aktivitas harus

sesuai dengan kekuatan Tuhan (the will of God) dan dapat bermanfaat bagi

sesama mahluk Tuhan (rahmatan lil alamin).

Page 32: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

16

Pemahaman konsep organisasi dalam konteks amanah akan membawa

manusia pada pemahaman bahwa setiap aktivitas adalah untuk mencari

ridha Allah. Ini merupakan bentuk pencapaian paling tinggi, lebih tinggi

dari ukuran materialisme. Dalam tataran tersebut, tujuan lembaga tidak bisa

dibatasi hanya untuk memperoleh laba yang maksimal guna meningkatkan

kekayaan pemilik, tetapi perlu juga diarahkan pada pemenuhan tuntutan

sosial masyarakat yang selama ini selalu terabaikan (stakeholder oriented)

disamping menjaga kelestarian alam lingkungan (environment oriented)

(Triyuwono, 2006:352).

Dalam konteks metafora amanah, tujuan lembaga yang

memaksimalkan laba tidak lagi relevan. Metafora amanah ini dapat

dijelaskan pada hal yang lebih operasional lagi yaitu zakat. Organisasi

dengan metafora amanah ini tidak saja mempunyai kepedulian terhadap

kesejahteraan manusia tetapi juga kesejahteraan (kelestarian) alam yang

dikelola dengan cara-cara yang adil dengan menggunakan potensi internal

yaitu dengan akal dan hati (Kholmi, 2012). Dalam tradisi islam atau

organisasi yang menggunakan metafora amanah, Badan Amil Zakat harus

dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika yaitu etika yang diformulasikan

dalam bentuk syariah. Dalam pengertian luas, syariah merupakan pedoman

yang digunakan oleh umat islam untuk berperilaku dalam segala aspek

kehidupan. Bila metafora ini secara sadar diterima dan di praktikkan dalam

kegiatan pada suatu lembaga secara lebih menyeluruh, maka akan tercipta

Page 33: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

17

apa yang dinamakan dengan realitas organisasi dengan jaringan-jaringan

kuasa Ilahi.

3. Teori Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen adalah proses pengukuran, pencatatan,

pengklasifikasian, peringkasan dan pelaporan serta penyajian data biaya

yang diperlukan oleh pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen untuk

pengambilan keputusan (Indrayati, 2018). Akuntansi manajemen timbul

karena akibat adanya kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat

membantu manajemen dalam memimpin suatu perusahaan yang semakin

besar dan semakin kompleks. Akuntansi manajemen merupakan suatu

sistem informasi yang mana dengan informasi ini manajemen dapat

mengambil keputusan-keputusan dalam hal memimpin selia

mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Seorang manajer harus

dapat menjabarkan teori manajemen dan teoriteori lainnya dalam bentuk

angka-angka yang nyata, sehingga manajemen dapat menganalisa dan

menginterprestasikan angka-angka tersebut dalam rangka pengambilan

keputusan.

Dengan demikian pengertian lain dari akuntansi manajemen adalah

bagaimana menggunakan data yang tersedia untuk tujuan pengambilan

keputusan (Sucipto, 2004). Menurut Garrison dan Norren (2000) yang

dikutip oleh Luther (2016), akuntansi manajemen adalah akuntansi yang

berkaitan dengan penyediaan informasi kepada para manajer untuk

membuat perencanaan dan pengendalian operasi serta dalam pengambilan

Page 34: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

18

keputusan. Menurut Mulyadi (2001) akuntansi manajemen dapat

dipandang dari dua sudut yaitu akuntansi manajemen sebagai salah satu

tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.

Dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah penerapan

teknik-teknik dan konsep-konep yang tepat dalam pengelolaan data

ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk

membantu manajemen dalam menyusun rencana dan tujuan-tujuan

ekonomi yang rasional (Luther, 2016).

Alasan pemilihan teori ini adalah karena hasil penelitian ini dapat

dijadikan dasar bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan,

menyusun rencana dan implementasi agar lembaga dapat mengoperasikan

usahanya menjadi lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan angka

kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka kemisikinan yang ada,

sehingga terjadi pemerataan ekonomi antar masyarakat.

4. Pengertian Zakat

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara

etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan

(at-thaharatu) dan berkah (albarakatu). Sedangkan secara terminologis,

zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan

tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan

persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002).

Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau

bertambah. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan

Page 35: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

19

riba dan menyuburkan sedekah” (QS. al-Baqarah[2]: 276); “Ambillah

zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah tidak akan

mengurangi harta” (HR. Tirmizi). Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî,

al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari

harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada

golongan tertentu.

Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa

infak adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk

kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Sementara kata

sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah. Berbeda

dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki

batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat

juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekadar

senyuman.

Menurut Al-Qardhawi (2002) yang dikutip oleh Beik (2009) bahwa

tujuan mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai

macam persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.

Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan

tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa

memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.

Pramanik (1993) berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran

yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan kekayaan

Page 36: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

20

dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa

dalam konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen

yang dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi,

dan untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam

masyarakat.

Menurut Al Qardhawi (1973) yang dikutip oleh Khoirunnisa (2017)

bahwa zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan

jumlahnya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan

miskin. Namun, setelah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam

hijrah ke Madinah, diberlakukan beberapa ketentuan dengan syarat yang

harus dipenuhi dalam zakat meliputi:

a. Islam

Zakat hanya diwajibkan untuk umat Islam dan merupakan rukun

Islam.

b. Sempurna ahliyahnya

Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian

berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan

yang terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat yang

rajih (terpilih).

c. Sempurnanya kepemilikan

Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau

dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta

tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain.

Page 37: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

21

d. Berkembang

Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada

pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan da lain-lain.

e. Nisab

Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang

disebut nisab. Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam

kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan qamariyah, kecuali hasil

pertanian, perkebunan, barang tambang, madu dan sejenisnya.

Dalam Kitab Fiqih Zakat (Qardhawi, 2000) dikutip oleh Pratama (2015),

bahwa tujuan dan dampak zakat bagi si penerima (mustahik) antara lain:

a. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat

merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada

Tuhannya.

b. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan

melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan

semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut

akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan

menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan

satu sama lain.

5. Golongan Penerima Zakat

Golongan yang berhak menerima zakat menurut Hafidhuddin (2002)

adalah sebagai berikut:

Page 38: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

22

a. Fakir adalah golongan masyarakat yang tidak memiliki penghasilan

dikarenakan tidak memiliki pekerjaan atau sudah tidak dapat bekerja

lagi.

b. Miskin adalah golongan masyarakat yang memiliki penghasilan namun

penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar hidupnya.

c. Amil (pengurus) zakat yaitu panitia atau orang-orang yang melakukan

segala kegiatan yang berkaitan dengan zakat. Amil bertugas mengurus

zakat, mencatat, mengadministrasikan, menagih zakat,

mendistribusikan, serta melakukan sosialisasi dengan menggunakan

sebagian besar atau seluruh waktunya. Amil yang melakukan tugas

tersebut berhak mendapatkan bagian sebesar 12.5 persen dari dana

zakat. Biaya tersebut termasuk biaya transportasi dan biaya lain yang

dibutuhkan dalam pengelolaan zakat.

d. Muallaf yaitu golongan orang yang baru masuk Islam, yang imannya

masih dianggap lemah. Mereka diberikan bagian dana zakat agar

bertambah keimanannya dan merasa diperhatikan dalam Islam.

e. Hamba sahaya yaitu seseorang budak baik laki-laki maupun perempuan

yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya

dengan syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah

harta tertentu. Dana zakat juga digunakan untuk memerdekakan hamba

sahaya untuk menghilangkan perbudakan dalam masyarakat. Budak

disini adalah seseorang yang dimiliki secara penuh seperti pada masa

Rasulullah saw. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan mengeluarkan

Page 39: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

23

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah dengan majikannya

menggunakan dana zakat.

f. Gharimin yaitu orang yang sama sekali tidak dapat melunasi utangnya.

Utang yang dimaksud adalah utang karena keadaan terdesak, bukan

utang untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Orang-orang yang

termasuk dalam kelompok gharimin antara lain kelompok yang

mempunyai utang untuk kemaslahatan diri dan keluarganya, kelompok

orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan orang lain, serta

kelompok orang yang memiliki usaha kemanusiaan yang terpaksa

berutang untuk memenuhi kebutuhan lembaganya.

g. Fii Sabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dalam

menegakkan Islam. Perjuangan yang dilakukan dapat berupa perang

melawan orang kafir pada zaman Rasulullah dan sahabat. Dewasa ini,

jihad termasuk mengabdikan diri untuk mengajarkan Islam di

pedalaman, menyebarkan buku-buku tentang Islam, serta menuntut

ilmu (sekolah).

h. Ibnu sabil yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan

yang bukan perjalanan maksiat.

6. Hikmah dan Manfaat Zakat

Menurut Hafidhuddin (2002), zakat memiliki hikmah dan manfaat bagi

orang yang berzakat (muzakki), penerima zakat (mustahik), harta yang

Page 40: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

24

dikeluarkan zakatnya, dan bagi masyarakat secara keseluruhan. Hikmah dan

manfaat zakat antara lain sebagai berikut:

a. Perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan

ketenangan hidup sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.

b. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin agar dapat

memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup mereka, serta

terhindar dari kekufuran.

c. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya dan para

mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan

Allah serta sebagai bentuk jaminan sosial dalam Islam.

d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar agar usaha yang

dijalankan dalam memeroleh harta sesuai dengan ketentuan Allah

SWT.

e. Distribusi pendapatan. Harta tidak berputar di kelompok tertentu saja.

Pengelolaan zakat dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Page 41: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

25

7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat dalam BAB III bahwa untuk

melaksanakan pengelolaan zakat di Indonesia pemerintah membentuk

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS merupakan lembaga

pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab

kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS memiliki fungsi

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, serta pelaporan

dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam Pasal 15

dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada

tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan

BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS juga dapat dibantu oleh Lembaga

Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan

pengelolaan zakat.

BAZNAS menjalankan empat fungsi yaitu:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat, serta

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS

memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut:

a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat,

Page 42: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

26

b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ, serta

c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

BAZNAS memiliki visi yaitu “Menjadi pengelola zakat terbaik dan

terpercaya di dunia”. Disamping visi, BAZNAS juga memiliki beberapa

misi. Misi BAZNAS adalah:

a. Mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,

dan LAZ dalam mencapai target-target nasional,

b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional,

c. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk

pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan

pemoderasian kesenjangan sosial,

d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan

akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini,

e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku

kepentingan zakat nasional,

f. Menggerakan dakwah islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui

sinergi ummat,

g. Melibatkan diri secara aktif dalam memimpin gerakan zakat dunia,

h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju

masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun

ghafuur, dan

Page 43: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

27

i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi

rujukan dunia.

8. International Standard of Zakat Management (ISZM)

Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang tercantum dalam

International Standard of Zakat Management (ISZM) terdiri atas

pengukuran terhadap efisiensi lembaga zakat dan pengukuran terhadap

kapasitas organisasi.

Pengukuran komponen efisiensi ini akan memperlihatkan apakah

pengelolaan dana yang dilakukan lembaga zakat sudah efisien atau belum.

Lembaga zakat yang dikatakan efisien apabila mengeluarkan sedikit biaya

untuk mendapatkan penghimpunan dana dimana usaha penghimpunan ini

harus sejalan dengan program dan pelayanan lembaga zakat (PEBS-FEUI

& IMZ, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka pengeluaran yang dilakukan

lembaga zakat harus lebih banyak digunakan untuk program dan

pelayanannya.

Efisiensi pengelolaan zakat dapat diukur dengan rasio beban program,

rasio beban operasional, rasio beban penghimpunan dan efisiensi

penghimpunan (PEBS-FEUI, 2010). Rasio beban program didapat dengan

membagi total biaya program dengan total biaya yang dikeluarkan

lembaga zakat selama satu tahun. Biaya program yang dimaksudkan

adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pemberdayaan mustahik. Beban

operasional adalah pengeluaran lembaga zakat untuk kegiatan operasional,

yang mana hal ini tercermin dalam penggunaan dana amil. Rasio ini

Page 44: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

28

didapat dengan membandingkan total pengeluaran untuk operasional

dengan keseluruhan pengeluaran. pelayanan untuk mustahik. Beban

penghimpunan dalam lembaga zakat adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam rangka penghimpunan dana, seperti biaya iklan, sosialisasi dll.

Rasio beban penghimpunan didapat dengan membagi total beban

penghimpunan dengan keseluruhan beban atau pengeluaran lembaga

zakat. Rasio efisiensi penghimpunan didapat dengan membagi total biaya

yang dikeluarkan untuk menghimpun dana dengan total kontribusi yang

diberikan oleh muzakki atau penghimpunan dana dari muzakki.

Perlunya analisis terhadap kapasitas lembaga zakat adalah untuk

menentukan seberapa jauh keberlangsungan program dan pelayanan

lembaga zakat dan seperti apa lembaga zakat dapat mempertahankannya.

Pengukuran kapasitas lembaga zakat menurut ISZM terdiri atas rasio

pertumbuhan penerimaan dana, rasio pertumbuhan beban program dan

rasio modal kerja.

Rasio pertumbuhan penghimpunan dana ini akan berdampak bagi

perencanaan penyaluran dan ekspansi lembaga zakat (PEBS-FEUI, 2010).

Rasio ini didapatkan dengan mencari selisih dari penghimpunan dana

zakat di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya kemudian dibandingkan

dengan penghimpunan dana tahun sebelumnya. Rasio pertumbuhan beban

program didapatkan dengan membandingkan selisih beban program tahun

berjalan dari tahun sebelumnya dengan beban program tahun sebelumnya.

Page 45: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

29

Rasio modal kerja didapat dengan membandingkan modal kerja dengan

total beban lembaga zakat.

9. Indonesia Magnificence of Zakat

Pengukuran kinerja OPZ terkini di Indonesia adalah metode

pengukuran kinerja oleh IMZ. IMZ atau Indonesia Magnificence of Zakat

adalah lembaga konsultasi pemberdayaan dan manajemen organisasi

nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi dan

pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode pengukuran kinerja

ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat.

Awal mulanya pada tahun 2010, PEBS-FEUI bekerja sama dengan

IMZ melakukan pengukuran kinerja OPZ dan mempublikasikan hasilnya

dalam IZDR 2010 (Indonesia Zakat & Development Report). Kemudian

pada tahun 2011, IMZ menerbitkan buku IZDR 2011 dengan menambah

kriteria kinerja manajemen yang menilai tiga aspek penting, yaitu

penghimpunan, pendayagunaan, dan manajemen. Penilaian kinerja dengan

pendekatan IMZ dapat menilai kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara

komprehensif. Penjabaran penilaian ke dalam lima komponen yang lebih

spesifik merupakan kelebihan bagi metode ini jika dibandingkan dengan

metode pengukuran kinerja lainnya. Metode pengukuran kinerja OPZ oleh

IMZ dengan mengunakan lima komponen pengukuran yang digunakan

pada tahun 2011, yaitu , yaitu kinerja kepatuhan syariah, legalitas, dan

kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja keuangan, kinerja program

pendayagunaan, dan kinerja legitimasi sosial (Yuanta, 2016).

Page 46: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

30

10. Balanced Scorecard

Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996) dalam Hansen dan

Mowen (2009) menyatakan bahwan Balanced Scorecard adalah sistem

manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi

pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balanced Scorecard

menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional dan

ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur). Perspektif keuangan

menjelaskan konsekuensi ekonomi tindakan yang diambil dalam tiga

perspektif lain. Perspektif pelanggan mendefinisikan segmen pasar dan

pelanggan di mana unit bisnis akan bersaing. Perspektif proses nilai

kepada pelanggan dan pemilik. Akhirnya, perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan (infrastruktur) mendefinisikan kemampuan yang diperlukan

organisasi untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.

Perspektif terakhir mengacu pada tiga faktor utama yang

memungkinkannya, yaitu kemampuan pegawai, kemampuan sistem

informasi, dan perilaku pegawai (motivasi, pemberdayaan, dan

penyejajaran) (Hansen & Mowen, 2009: 366).

a. Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan menetapkan tujuan kinerja keuangan jangka

pendek dan jangka panjang. Perspektif keuangan mengacu pada

konsekuensi keuangan global dari ketiga perspektif lainnya. Jadi,

Page 47: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

31

tujuan dan ukuran perspektif lain harus dihubungkan dengan tujuan

keuangan. Perspektif keuangan memiliki tiga tema strategis:

pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya, dan pemanfaatan aset.

Ketiga tema ini merupakan elemen penting bagi pengembangan

tujuan dan ukuran operasional spesifik.

b. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari

tujuan keuangan. Perspektif ini mendefinisikan dan memilih

pelanggan dan segmen pasar di mana perusahaan memutuskan untuk

bersaing.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Proses adalah sarana menciptakan nilai pelanggan dan pemegang

saham. Jadi, perspektif proses mencakup identifikasi proses yang

diperlukan untuk mencapai tujuan pelanggan dan keuangan. Untuk

memberikan kerangkan kerja yang diperlukan perspektif ini, rantai

nilai proses didefinisikan. Rantai nilai proses terdiri atas tiga proses,

proses inovasi, proses operasional, dan proses pascapenjualan. Proses

inovasi mengantisipasi kebutuhan yang timbul dan kebutuhan yang

potensial dari pelanggan, serta menciptakan produk dan jasa baru

untuk memuaskan kebutuhan itu. Proses ini mewakili apa yang

disebut gelombang panjang dari penciptaan nilai. Proses operasional

menghasilkan serta mengurumkan produk dan jasa yang telah ada

kepada pelanggan. Proses ini dimulai dengan pesanan pelanggan dan

Page 48: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

32

berakhir dengan pengiriman produk atau jasa. Proses ini merupakan

gelombang pendek dari penciptaan nilai. Proses jasa pascapenjualan

meberikan pelayanan yang cepat tanggap dan penting bagi pelanggan

setelah produk atau jasa telah dikirim.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Infrastruktur)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah sumber

kemampuan yang memungkinan penyelesaian atau pencapaian tujuan

tiga perspektif lainnya. Perspektif ini memiliki tiga tujuan utama:

peningkatan kemampuan pegawai; peningkatan inovasi,

pemberdayaan, dan pelibatan pegawai; serta peningkatan kemampuan

sistem informasi.

11. Indeks Zakat Nasional (IZN)

Indeks Zakat Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat

kajian strategis (Puskas) BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit

yang dibangun dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi

perzakatan nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat

memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap

kesejahteraan mustahik dan juga dapat memberikan gambaran pada tahap

apa institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,

partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan

pemerintah (Puskas BAZNAS 2016).

Dalam perkembangan pengelolaan zakat, baik di Indonesia maupun

ada level internasional, sampai saat ini memang belum ada alat ukur

Page 49: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

33

standar yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja dan perkembangan

zakat. Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting dalam menentukan

keberhasilan pencapaian pembangunan zakat. Selain itu, dengan

mengetahui perkembangan pencapaian kinerja zakat, dapat juga diukur

sejauh mana kontribusi zakat terhadap pembangunan ekonomi sosial.

Sehingga IZN diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang dapat

dipakai oleh regulator, lembaga zakat dan juga masyarakat dalam

mengevaluasi perkembangan zakat secara nasional.

Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis

mixed methods. Mixed Methods research merupakan sebuah metodologi

penelitian yang mengintegrasikan metode kuantitatif, dan penelitian

kualitatif. Metode kualitatif digunakan dalam menyusun komponen

pembentuk IZN, sedangkan metode kuantitatif digunakan dalam

membentuk model estimasi penghitungannya. Dalam menentukan

komponen-komponen yang membentuk IZN, tim peneliti Puskas

BAZNAS juga menetapkan sebuah pedoman yang menjadi konsep dasar

dalam keseluruhan proses penyusunan index yang dibuat. Pedoman

tersebut disingkat dengan istilah SMART, yaitu komponen indeks yang

memenuhi kriteria Spesific, Measurable, Aplicable, Reliable, dan Timely.

Dari proses kajian yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti Pusat Kajian

Strategis BAZNAS, didapatkan komponen-komponen pembentuk IZN

yang dibagi menjadi dimensi makro dan dimensi mikro. Kedua dimensi

tersebut kemudian dibreak-down lagi ke dalam komponen yang lebih

Page 50: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

34

detail, komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Setiap komponen

juga memiliki bobot kontribusi yang telah ditentukan melalui mekanisme

Focus Group Discussion (FGD) dan kriteria ekspert judgment. Secara

umum, keseluruhan komponen IZN dapat digambarkan dalam Gambar 1.

Gambar 2.1

Komponen Pembentuk IZN

Sumber: Puskas BAZNAS (2016)

Page 51: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

35

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Fitriani dan

Irfan Syauqi

Beik

(2017)

Analisis Kinerja

Perzakatan Kabupaten

Pati (Studi Kasus:

BAZNAS Kabupaten

Pati)

Kinerja zakat.

Instrumen

analisis.

Penelitian

kualitatif.

Responden dan

lokasi penelitian.

Kinerja zakat di Kabupaten Pati

berada pada kategori cukup baik

dengan nilai

sebesar 0,60.

Kinerja zakat secara makro di

Kabupaten Pati berada pada

kategori baik dengan

nilai sebesar 0,70.

Dilihat dari adanya regulasi yang

mengatur tentang zakat,

dukungan APBD untuk

operasional BAZNAS Kabupaten

Pati, dan database lembaga zakat,

Kabupaten Pati

memperoleh nilai 1, 1, dan 0

berturut-turut.

Page 52: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

36

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Kinerja zakat secara mikro di

Kabupaten Pati berada pada

kategori cukup baik

dengan nilai sebesar 0,53.

Dari sisi kelembagaan dan

dampak zakat, kinerja BAZNAS

Kabupaten Pati

memperoleh nilai 0,65 dan 0,45

berturut-turut.

2 Ulfah Laelatul

Hilmiyah dan

Irfan Syauqi

Beik

(2017)

Penghitungan Indeks

Zakat Nasional (IZN)

Pengelolaan Zakat

Kabupaten Bogor

Kinerja zakat.

Instrumen

analisis.

Penelitian

kualitatif.

Responden dan

lokasi penelitian.

Kinerja zakat di Kabupaten

Bogor berada pada kategori

cukup baik dengan nilai

sebesar 0,532.

Kinerja zakat secara makro di

Kabupaten Bogor berada pada

kategori kurang baik

dengan nilai sebesar 0,40.

Dilihat dari adanya regulasi yang

mengatur tentang zakat,

dukungan APBD untuk

operasional BAZNAS Kabupaten

Bogor, dan database lembaga

zakat, Kabupaten

Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan

0 berturut-turut.

Page 53: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

37

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Kinerja zakat secara mikro di

Kabupaten Bogor berada pada

kategori sudah baik

dengan nilai sebesar 0,62.

Dari sisi kelembagaan dan

dampak zakat, kinerja BAZNAS

Kabupaten Bogor

memperoleh nilai 0,65 dan 0,60

berturut-turut.

3 Elok Nurlita dan

Marlina

Ekawaty

(2017)

Pengaruh Zakat

Terhadap Konsumsi

Rumah Tangga

Mustahik

(Studi Pada Penerima

Zakat Dari Baznas Kota

Probolinggo)

Variabel Zakat. Variabel Konsumsi.

Responden dan

lokasi penelitian.

Penelitian

Kuantitatif.

Instrumen alat ukur

penelitian.

Bahwa zakat yang diterima dan

jumlah anggota rumah tangga

berpengaruh terhadap konsumsi

rumah tangga mustahik.

Selain itu, pendapatan rumah

tangga sebagai variabel perantara

juga berpengaruh terhadap

konsumsi rumah tangga mustahik,

sedangkan pendidikan kepala

rumah tangga dan usia kepala

rumah tangga tidak berpengaruh

terhadap konsumsi rumah tangga

mustahik

4 Hidayaneu

Farchatunnisa,

dan Prof. Dr.

Penghitungan Indeks

Zakat Nasional (IZN)

Kinerja zakat.

Instrumen

analisis.

Responden dan

lokasi penelitian.

Kinerja zakat Kota Bandung dari

sisi makro memiliki nilai indeks

Page 54: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

38

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

KH. Didin

Hafiduddin,

(2017)

Pengelolaan Zakat Kota

Bandung

Penelitian

kualitatif.

0,047 yang dinilai masih belum

optimal.

Kinerja zakat Kota Bandung dari

sisi mikro, cukup baik yakni pada

nilai indeks IZN 0,56.

Kelembagaan pengelolaan zakat

Kota Bandung memiliki nilai

indeks 0,5 yang dinilai cukup

baik

Nilai indeks dampak zakat

memiliki nilai indeks 0,6 yang

dinilai sudah baik

Dari sisi regulasi dan alokasi

APBD pengelolaan zakat Kota

Bandung memiliki nilai indeks

IZN 0,00 melihat pengadaan

regulasi tentang pengelolaan

zakat Kota Bandung baru sebatas

instruksi walikota

Kinerja zakat di Kota Bandung

dengan menggunakan metode

CIBEST dan modifikasi IPM

mendapat nilai indeks sebesar

0,60 dengan indeks variable

Page 55: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

39

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

kemandirian mustahik zakat Kota

Bandung sebesar 0,50.

5 Widiawati,

Nunung

Nurhayati, dan

Ifa Hanifia

Senjiati

(2016)

Kinerja Pengelolaan

Zakat Menggunakan

Indeks Zakat Nasional

(IZN) di BAZNAS

Provinsi Jawa Barat.

Kinerja zakat.

Instrumen

analisis.

Penelitian

kualitatif.

Responden dan

lokasi penelitian.

Kinerja Pengelolaan Zakat di

BAZNAS Provinsi Jawa Barat

mendapatkan nilai indeks 0,57

yang artiya, kinerja pengelolaan

zakat di BAZNAS Provinsi Jawa

Barat termasuk dalam kategori

baik. Nilai indeks tersebut

berdasarkan perhitungan dari

setiap nilai indeks pada dimensi

makro dan dimensi mikro.

6 Damanhur dan

Nurainiah

(2016)

Analisis Pengaruh

Bantuan Zakat

Terhadap Tingkat

Kesejahteraan

Masyarakat Kabupaten

Aceh Utara

Analisis Pengaruh

Bantuan Zakat

Responden dan

lokasi penelitian.

Penelitian

kuantitatif.

Menggunakan SPSS

Zakat berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Aceh Utara.

Variabel terikat (Pendapatan)

dapat dipengaruhi sebesar 33,3%

oleh saluran dana zakat , dan

sisanya sebesar

66,7% dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak termasuk dalam

penelitian ini.

Page 56: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

40

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7 Yoghi Citra

Pratama

(2015)

Peran Zakat Dalam

Penanggulangan

Kemiskinan

(Studi Kasus : Program

Zakat Produktif Pada

Badan Amil Zakat

Nasional)

Variabel Zakat. Variabel

Kemiskinan.

Responden dan

populasi penelitian.

Indeks pengukuran

(Headcount ratio,

rasio kesenjangan

kemiskinan dan rasio

kesenjangan, Indeks

Sen, dan Indeks

Foster, Greer dan

Thorbecke (FGT)).

Bahwa karakteristik mustahik

yang memperoleh dana zakat

produktif dari baznas didominasi

dari gender perempuan, dimana

berdasarkan penelitian ini kaum

perempuan mencapai 92,5%.

Secara keseluruhan mustahik

menilai program zakat produktif

sudah berjalan dengan sangat

baik, hal ini dinyatakan oleh 45%

responden yang terlibat dalam

penelitian ini dan cukup baik

dinilai dari 55% dari total

responden.

Meskipun dana zakat yang

terkumpul masih sangat kecil,

tetapi memiliki dampak nyata

dalam upaya pengentasan

kemisikinan melalui program

zakat produktif. Dan zakat

menjadi instrument keuangan

yang efektif dalam permasalahan

modal kaum miskin.

Page 57: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

41

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

8 Amalia dan

Kasyful Mahalli

(2012)

Potensi Dan Peranan

Zakat Dalam

Mengentaskan

Kemiskinan Di Kota

Medan

Variabel Zakat.

Responden dan

populasi penelitian.

Menggunakan

program SPSS.

Penelitian

Kuantitatif.

Dari hasil penelitian yang

dilakukan masyarakat sangat

setuju pemanfaatan zakat melalui

bantuan pinjaman & modal di

sertai pelatihan dan ketrampilan

yang nantinya akan membantu

perekonomian masyarakat dan

menjadi mayarakat yang mandiri

9 Irfan Syauqi

Beik

(2009)

Analisis Peran Zakat

dalam Mengurangi

Kemiskinan : Studi

Kasus Dompet Dhuafa

Republika

Analisis Peran

Zakat

Penelitian

Kualitatif

Responden dan

lokasi penelitian.

Indeks pengukuran

(Headcount ratio,

rasio kesenjangan

kemiskinan dan rasio

kesenjangan, Indeks

Sen, dan Indeks

Foster, Greer dan

Thorbecke (FGT)).

Zakat mampu mengurangi jumlah

keluarga miskin dari 84 persen

menjadi 74 persen. Kemudian

dari aspek kedalaman

kemiskinan, zakat juga terbukti

mampu mengurangi kesenjangan

kemiskinan dan kesenjangan

pendapatan, sedangkan ditinjau

dari tingkat keparahan

kemiskinan, zakat juga mampu

mengurangi tingkat keparahan

kemiskinan

Page 58: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

42

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar berikut:

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Penilaian Kinerja Perzakatan

BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Dimensi Makro Dimensi Mikro

Regulasi Dukungan

APBD

Indeks Zakat Nasional (IZN)

Database

Lembaga

Zakat

Kelembagaan Dampak Zakat

Jumlah

lembaga

zakat

resmi,

mustahik,

dan

muzakki

terdaftar

Rasio

muzakki

individu

Rasio

muzakki

badan

Penghimpunan

Pengelolaan

Penyaluran

Pelaporan

Indeks

kesejahteraan

CIBEST

Modifikasi IPM

Kemandirian

Rekomendasi Pengoptimalan Kinerja BAZNAS

Kota Tangerang Selatan

Rekomendasi Akuntansi Manajemen BAZNAS

Kota Tangerang Selatan

Page 59: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan

adalah untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat

terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. Agar lebih

fokus terhadap penelitian yang dilakukan, maka ruang lingkup penelitian

difokuskan hanya pada BAZNAS yang berada di Kota Tangerang Selatan.

B. Model Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti

selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran (2011:

121) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan kelompok orang,

kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi. Sedangkan

sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan

mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat

digeneralisasikan terhadap populasi penelitan (Sekaran, 2011: 123).

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah rumah tangga mustahik

yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan, sedangkan responden yang

menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga yang

merupakan mustahik dari program Layanan Mustahik.

Page 60: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

44

2. Metode Pengambilan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik convenience sampling istilah umum yang mencakup

variasi luasnya prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang

ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan

bersifat kooperatif (Tim FEB UIN Jakarta, 2012). Sedangkan menurut

Sekaran (2011) convenience sampling merupakan pengumpulan informasi

dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya.

Metode pemilihan sampel yang digunakan dimaksudkan untuk

mengantisipasi adanya kemungkinan tidak didapatkannya jawaban dari

para mustahik yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal lain

yang dianggap penting adalah jumlah data yang terkumpul, agar tetap dapat

memenuhi kriteria pengolahan data.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder, dengan keterangan sebagai berikut:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

dengan menggunakan kuesioner terhadap pihak BAZNAS Kota Tangerang

Selatan dan rumah tangga mustahik yang mendapatkan dana zakat melalui

program Layanan Mustahik pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

2. Data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah tersedia pada BAZNAS

Kota Tangerang Selatan terkait dengan database mustahik, gambaran

umum BAZNAS Kota Tangerang Selatan, dan laporan keuangan BAZNAS

Page 61: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

45

Kota Tangerang Selatan. Data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Tangerang Selatan, UNDP, serta literatur lainnya untuk melengkapi data

primer dalam penelitian.

3. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat

lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

D. Metode Analisis Data

1. Indeks Zakat Nasional

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Zakat Nasional (IZN). Adapun teknik estimasi perhitungan yang dilakukan

dalam memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang dinamakan Stage

Weighted Index. Metode ini menggabungkan beberapa proses tahapan

pembobotan yang telah diberikan pada setiap komponen penyusun index,

sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap komponen tersebut harus

dilakukan dan bersifat prosedural.

Keseluruhan prosedur estimasi perhitungan indeks tersebut adalah

sebagai berikut (Puskas BAZNAS 2016):

Tahap pertama, membuat skoring skala likert dengan rentang 1-5,

dimana 1 menggambarkan kondisi paling buruk dan 5 kondisi paling baik.

Skoring ini dibuat untuk keseluruhan variabel penyusun indeks.

Page 62: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

46

Tahap kedua, menghitung indeks setiap variabel dengan formula

sebagai berikut:

Keterangan:

Ii = Indeks pada variabel i

Si = Nilai skor aktual pada pengukuran variabel i

Smax = Skor maksimal

Smin = Skor minimal

Tahap ketiga, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

variabel dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada

indikator. Dua indikator yaitu regulasi dan anggaran pemerintah tidak

diturunkan ke variabel yang lebih detail sehingga tidak memerlukan

perhitungan khusus pada tahap ini. Tiga indikator lain yang diturunkan ke

dalam beberapa variabel memiliki perhitungan khusus sebagai berikut:

a. Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

X13= 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133

Keterangan:

X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

X131 : Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat, Muzaki, dan Mustahik

Page 63: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

47

X132 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Individu terhadap Jumlah Rumah

Tangga

X133 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Badan terhadap Jumlah Badan

Usaha

b. Indeks Indikator Kelembagaan

X21= 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213 + 0.20X214

Keterangan:

X12 : Indeks Indikator Kelembagaan

X211 : Indeks Variabel Penghimpunan

X212 : Indeks Variabel Pengelolaan

X213 : Indeks Variabel Penyaluran

X214 : Indeks Variabel Pelaporan

c. Indeks Indikator Dampak Zakat

X22= 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223

Keterangan:

X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat

X221 : Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST (material dan spiritual)

X222 : Indeks Variabel Modifikasi IPM (pendidikan dan kesehatan)

X223 : Indeks Variabel Kemandirian

Page 64: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

48

Tahap keempat, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

indikator dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada

dimensi makro dan dimensi mikro.

a. Indeks Dimensi Makro

X1= 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13

Keterangan:

X1 : Indeks Dimensi Makro

X11 : Indeks Indikator Regulasi

X12 : Indeks Indikator Dukungan APBD

X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

b. Indeks Dimensi Mikro

X2= 0.40X21 + 0.60X22

Keterangan:

X2 : Indeks Dimensi Mikro

X21 : Indeks Indikator Kelembagaan

X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat

Tahap kelima, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks Zakat

Nasional, yaitu:

Page 65: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

49

IZN= 0.40X1 + 0.60X2

Keterangan:

IZN : Indeks Zakat Nasional

X1 : Dimensi Makro

X2 : Dimensi Mikro

Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00-1.00.

Nilai 0.00 artinya nilai indeks paling rendah yaitu “nol”, sedangkan nilai

1.00 artinya nilai indeks paling tinggi yaitu “satu”. Semakin rendah indeks

maka tidak baik kinerja perzakatan, semakin tinggi indeks maka sangat baik

kinerja perzakatan.

Kriteria Nilai IZN :

a. 0.00-0.20 : Kinerja Tidak Baik

b. 0.21-0.40 : Kinerja Kurang Baik

c. 0.41-0.60 : Kinerja Cukup Baik

d. 0.61-0.80 : Kinerja Baik

e. 0.80-1.00 : Kinerja Sangat Baik

2. Indeks Kesejahteraan CIBEST

Center of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) Model

atau indeks CIBEST dikembangkan oleh Beik & Arsyianti (2014).

Pengembangan indeks ini didasarkan pada kuadran CIBEST yang terbagi

menjadi empat area, yaitu area kesejahteraan, kemiskinan spiritual,

kemiskinan material, dan kemiskinan absolut.

Page 66: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

50

Gambar 3.1

Kuadran CIBEST

Indeks CIBEST menghitung jumlah penduduk yang berada di

masingmasing kuadran dan implikasinya terhadap kebijakan pemerintah.

Fokus kebutuhan yang perlu dihitung adalah kebutuhan material dan

spiritual. Dalam konsep CIBEST, unit analisis yang digunakan adalah

rumah tangga/keluarga. Hal tersebut karena keluarga/rumah tangga harus

dipandang sebagai sesuatu yang utuh. Dalam konsep CIBEST, rumah

tangga/keluarga ini dibagi menjadi enam sub kelompok, yaitu: kepala

rumah tangga/keluarga, orang dewasa bekerja, orang dewasa tidak bekerja

(>18 tahun), remaja usia 14-18 tahun, anak-anak usia 7-13 tahun, dan anak-

anak berusia enam tahun atau kurang dari enam tahun.

Penelitian ini menggunakan perhitungan berdasarkan pendapatan

rumah tangga per bulan dan garis kemiskinan rumah tangga atau Material

Value (MV) sebagai dasar perhitungan. Penentuan garis kemiskinan pada

penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu penentuan garis kemiskinan material

dan garis kemiskinan spiritual. Kategori garis kemiskinan material juga

dibagi dua yaitu garis kemiskinan rumah tangga sebelum memperoleh

Page 67: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

51

bantuan dana zakat dan garis kemiskinan rumah tangga setelah memperoleh

bantuan dana zakat. Hal ini didasari atas perbedaan waktu dan kondisi

rumah tangga mustahik pada periode sebelum dan sesudah mendapatkan

bantuan dana zakat.

Material Value (MV) memiliki formula tersendiri untuk mengukur

standar minimal kebutuhan material suatu rumah tangga yang harus

dipenuhi. Secara formula, penentuan MV merupakan total dari hasil

perkalian harga barang dan jasa yang dibutuhkan (Beik dan Arsyianti 2016).

Secara matematis formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

MV : standar minimal kebutuhan material yang harus dipenuhi rumah

tangga (Rp atau mata uang lain) atau dapat disebut sebagai Garis

Kemiskinan Material

Pi : Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)

Mi : Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan

Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak akan

dilakukan survey, maka nilai MV didasarkan pada perkalian garis

kemiskinan material Kota Tangerang Selatan per kapita per bulan, yaitu Rp

549.150,00 pada tahun 2018 dengan jumlah anggota keluarga.

Page 68: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

52

MV = Garis Kemiskinan Kota Tangerang Selatan x jumlah anggota

keluarga

Perhitungan garis kemiskinan spiritual atau Spiritual Value (SV) digunakan

untuk mengukur kondisi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Beik

dan Arsyianti (2015) merumuskan standar pemenuhan lima variabel yaitu

pelaksanaan ibadah shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga, dan kebijakan

pemerintah.

Page 69: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

53

Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

Tabel 3.1 Skor Kebutuhan Spiritual

Variabel Standar

Kemiskinan 1 2 3 4 5

Shalat

Melarang

orang

lain

shalat

Menolak

konsep

shalat

Melaksanakan

shalat

wajib tidak

rutin

Melaksanakan

shalat wajib

rutin tapi

tidak selalu

berjamaah

Melaksanakan

shalat wajib

rutin

berjamaah

dan

melakukan

shalat sunnah

Skor rata-rata

untuk

keluarga

yang

secara

spiritual

miskin

adalah 3

(SV=3)

Puasa

Melarang

orang

lain

puasa

Menolak

konsep

puasa

Melaksanakan

puasa

wajib tidak

penuh

Hanya

melaksanakan

puasa wajib

secara penu

Melaksanakan

puasa wajib

dan puasa

sunnah

Zakat dan

Infak

Melarang

orang

lain

berzakat

dan infak

Menolak

zakat dan

infak

Tidak

pernah

berinfak

walau sekali

dalam

setahun

Membayar

zakat fitrah

dan zakat

harta

Membayar

zakat fitrah,

zakat harta,

dan

infak/sedekah

Lingkungan

Keluarga

Melarang

anggota

keluarga

ibadah

Menolak

pelaksana

an ibadah

Menganggap

ibadah

urusan

pribadi

anggota

keluarga

Mendukung

ibadah

anggota

keluarga

Membangun

suasana

keluarga yang

mendukung

ibadah secara

bersama-sama

Kebijakan

Pemerintah

Melarang

ibadah

untuk

setiap

keluarga

Menolak

pelaksana

an ibadah

Menganggap

ibadah

urusan

pribadi

masyarakat

Mendukung

ibadah

Menciptakan

lingkungan

yang kondusif

untuk ibadah

Page 70: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

54

Indeks CIBEST yang diperlukan dalam IZN hanya besaran indeks

kesejahteraan. Formula indeks kesejahteraan adalah sebagai berikut:

Dimana,

W : Indeks kesejahteraan; 0 < W < 1

w : jumlah keluarga sejahtera atau berada di kuadran 1

N : Jumlah keluarga yang diobservasi

Dalam penelitian ini, skor kebutuhan spiritual akan menggunakan

pendekatan persepsi dari kepala keluarga. Kepala keluarga menggambarkan

kondisi dari masing-masing variabel indikator kebutuhan spiritual dalam

rumah tangga tersebut.

Pemenuhan kebutuhan spiritual dihitung berdasarkan standar

pemenuhan lima variabel, diantaranya skor pelaksanaan ibadah shalat,

zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah tangga, dan kebijakan pemerintah,

dapat dilihat pada Tabel 3. Skor diberikan pada masing-masing variabel

dengan menggunakan skala likert antara 1 hingga 5. Garis kemiskinan

spiritual (SV) nilainya adalah sama dengan tiga.

Page 71: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

55

Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah tangga/keluarga

didasarkan pada rumus berikut ini:

Keterangan :

Hi = skor aktual keluarga ke-i

Vpi = skor shalat anggota keluarga ke-i

Vfi = skor puasa anggota keluarga ke-i

Vzi = skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i

Vhi = skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-I

Vgi = skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i

Hasil skor individu anggota keluraga, kemudian dapat ditentukan

skor spiritual rumah tangga/keluarga dengan menjumlahkan skor seluruh

anggota keluarga dan membaginya dengan jumlah anggota keluarga.

Formula perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

SH = skor rata-rata kondisi spiritual keluarga

Hh = skor kondisi spiritual anggota keluarga ke-h

MH = jumlah anggota keluarga

Page 72: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

56

Hasil nilai spiritual lebih besar dari nilai SV, maka keluarga tersebut

dikatakan kaya spiritual. Hasil dari perhitungan nilai material dan spiritual

menggambarkan kondisi setiap keluarga secara material dan spiritual.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap masing-

masing keluarga yang diamati maka akan didapatkan nilai MV dan SV.

Nilai SV dan MV tersebut menjadi acuan untuk menempatkan sebuah

rumah tangga dalam kategori kemiskinan berdasarkan kuadran CIBEST.

Tabel 3.2 Kuadran CIBEST

Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih besar dari

SV dan pendapatan lebih besar dari MV maka rumah tangga tersebut masuk

ke kategori kuadaran I yang tercukupi kebutuhan material dan spiritualnya.

Rumah tangga yang memiliki nilai SH lebih besar dari nilai SV dan

pendapatan lebih rendah dari nilai MV, maka rumah tangga tersebut masuk

kedalam kategori kuadran II. Rumah tangga dengan skor spiritual lebih kecil

dari nilai SV dan pendapatan lebih besar dari nilai MV maka rumah tangga

tersebut masuk kedalam kuadran III. Rumah tangga yang memiliki skor

Skor Aktual < Nilai MV > Nilai MV

> Nilai SV

Kaya spiritual, Miskin

material

(Kuadran II)

Kaya spiritual, kaya

material

(Kuadran I)

< Nilai SV

Miskin spiritual, Miskin

material

(Kuadran IV)

Miskin spiritual, kaya

material

(Kuadran III)

Page 73: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

57

spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih kecil dari MV, maka

rumah tangga tersebut masuk kedalam kategori kuadran IV.

3. Indeks Modifikasi IPM

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan cara penduduk

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi

dasar yaitu umur dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Perhitungan setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum

dan nilai maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Indeks Angka Harapan Hidup

Dimana,

Ikesehatan : Indeks Kesehatan

AHH : Angka Harapan Hidup

AHHmin : Angka Harapan Hidup Minimum

AHHmaks : Angka Harapan Hidup Maksimum

Page 74: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

58

b. Indeks Harapan Lama Sekolah

Keterangan :

IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah

HLS : Harapan Lama Sekolah

HLSmin : Harapan Lama Sekolah Minimum

HLSmaks : Harapan Lama Sekolah Maksimum

c. Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

Keterangan :

IRLS : Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

RLS : Rata-Rata Lama Sekolah

RLSmin : Rata-Rata Lama Sekolah Minimum

RLSmaks : Rata-Rata Lama Sekolah Maksimum

d. Indeks Pendidikan

Keterangan :

Ipendidikan : Indeks Pendidikan

IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah

IRLS : Indeks Lama Sekolah

Page 75: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

59

e. Indeks Pembangunan Manusia

Perhitungan IPM menggunakan metode baru yang berdasarkan

angka harapan hidup saat lahir (AHH), harapan lama sekolah (HLS)

dan rata-rata lama sekolah (RLS), PNB per kapita, rata-rata geometrik

(BPS 2014). Modifikasi IPM yang dihitung dalam penelitian ini yaitu

kesehatan dan pendidikan.

Keterangan :

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

Ikesehatan : Indeks Kesehatan

Ipendidikan : Indeks Pendidikan

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat

melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:

Nilai IPM Kriteria

0 – 60 IPM Rendah

61 – 70 IPM Sedang

71 – 80 IPM Tinggi

81 – 100 IPM Sangat Tinggi

Page 76: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

60

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Pengelolaan Zakat Infaq dan Sedekah mengacu pada UU Nomor 23 Tahun

2011 pengganti UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang

pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 serta Keputusan Direktur Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D-291 Tahun 2000 Tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Keputusan Walikota Tangerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016,

tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang

Selatan masa kerja 2016-2921, tertanggal 30 Desember 2016.

Visi Baznas Kota Tangerang Selatan ialah mewujudkan masyarakat muslim

dan muslimat yang sadar akan zakat serta memiliki keyakinan bahwa BAZ

adalah wadah untuk memenuhi rasa keadilan bagi para asnafnya. Untuk

mencapai visi tersebut, BAZNAS melaksanakan misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan pengelolaan zakat yang berdaya guna bagi kesejahteraan

ummat;

2. Memudahkan pelayanan pembayaran zakat bagi muzakki dan

penyalurannya kepada mustahik;

3. Mewujudkan masyarakat yang sadar zakat, suka berinfak dan

bersedekah;

Page 77: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

61

4. Menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai wadah yang

amanah dan transparan dalam pengelolaan.

BAZNAS Kota Tangerang Selatan melaksanakan pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan dana masyarakat berupa dana zakat, dana

infak/sedekah secara profesional dan transparan. Dana yang telah terkumpul

didistribusikan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip

pemerataan, keadilan dan kewilayahan melalui mekanisme konsumtif dan

produktif dalam bentuk program yaitu sebagai berikut:

1. Bidang Pendidikan

2. Bidang Ekonomi

3. Bidang Kesehatan

4. Bidang Keagamaan dan Dakwah Advokasi

5. Bidang Kemanusiaan

Susunan Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdasarkan

Keputusan Walikota No. 451.12/Kep.281-Huk/2016 tanggal 30 Desember

2016 tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota

Tangerang Selatan 2016-2021 adalah sebagai berikut:

Ketua :

KH. Endang Saefudin, MA

Ketua I, Bidang Pengumpulan :

Teten Kurniawan

Page 78: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

62

Ketua II, Bidang Distribusi dan Pendayagunaan :

H. Muhammad Salbini, LC

Ketua III, Bidang Perencanaan Keuangan dan Pelaporan:

Drs. H. Ucup Yusuf, M.Pd

Ketua IV, Bidang Administrasi SDM dan Umum :

H. Muhammad Thohir, SQ

B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik

Responden dalam penelitian kali ini berjumlah 100 orang yang

merupakan mustahik (penerima dana zakat) dari Badan Amil Zakat Nasional

Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian kali ini, yang diwawancarai

(sebagai narasumber) adalah kepala keluarga atau yang mewakili kepala

keluarga.

Karakteristik kepala keluarga mustahik tersebut akan disajikan dalam

tabel 4.1 sebagai berikut:

Page 79: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

63

Tabel 4. 1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik

Karakteristik Jumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 62 62%

Perempuan 38 38%

Usia

21-40 4 4%

41-60 85 85%

>60 11 11%

Status Pernikahan

Menikah 51 51%

Duda/Janda 49 49%

Pendidikan

Tidak Sekolah 5 5%

SD 48 48%

SMP 17 17%

SMA 30 30%

Pekerjaan

Karyawan 1 1%

Pedagang 62 62%

Buruh 13 13%

Sektor Jasa 9 9%

Tidak Bekerja 15 15%

Ukuran Keluarga

1-3 orang 76 76%

4-6 orang 24 24%

Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan tabel 4.1, mayoritas kepala keluarga mustahik yang telah

mendapatkan bantuan dari dana zakat Badan Amil Zakat Nasional Kota

Tangerang Selatan berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 62 persen.

Kepala keluarga mayoritas berada pada usia produktif yaitu usia 21-60 tahun,

Page 80: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

64

dengan presentase tertinggi berada pada rentang usia 41-60 tahun yaitu 85

persen, untuk kepala keluarga dengan rentang usia tidak produktif atau lebih

dari 60 tahun sebesar 11 persen, kemudian rentang usia 21-40 tahun sebesar 4

persen. Sebanyak 51 persen atau 51 orang dari 100 kepala rumah tangga

memiliki status menikah dan 49 persen atau sebanya 49 orang duda/janda.

Tingkat pendidikan kepala keluarga tergolong rendah karena mayoritas

kepala keluarga hanya memiliki pendidikan setara Sekolah Dasar (SD) yaitu

48 persen, 30 persen setara Sekolah Menengah Atas (SMA), 17 persen Sekolah

Menengah Pertama (SMP), dan 5 persen tidak pernah bersekolah.

Dari aspek pekerjaan, mayoritas pekerjaan kepala keluarga adalah

pedagang sebesar 62 persen. Pekerjaan lain yang dilakukan kepala keluarga

mustahik adalah sebagai buruh sebanyak 13 persen, sektor jasa 9 persen dan

karyawan 1 persen. Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki presentase

yang cukup besar setelah berdagang, yaitu 15 persen. Ukuran tanggungan

keluarga mayoritas 1-3 orang dengan jumlah 76 keluarga atau sebesar 76

persen, ukuran ini tergolong kecil. Untuk ukuran keluarga 4-6 orang dapat

dikategorikan sebagai ukuran keluarga sedang, dalam data ini berjumlah 24

keluarga dengan presentase 24 persen. Dalam penelitian ini, tidak terdapat

untuk ukuran keluarga lebih dari 6 orang mengingat sebagian besar keluarga

sudah berpisah kartu keluarga (KK) dari kepala keluarga mustahik.

Page 81: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

65

C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro

1. Indikator Regulasi

Indikator regulasi memiliki satu variabel, yaitu variabel regulasi.

Variabel regulasi mendapat skor 1, artinya BAZNAS Kota Tangerang

Selatan belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan

pengelolaan zakat. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel regulasi mendapat nilai indeks sebesar 0.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi regulasi tidak baik.

Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

I11= Si-Smin

= 1-1

0,00 Smax-Smin 5-1

2. Indikator Dukungan APBD

Indikator dukungan APBD memiliki satu variabel, yaitu variabel

dukungan APBD. Variabel dukungan APBD mendapat skor 1, artinya

BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapatkan alokasi APBD untuk

operasional pada tahun 2018 sebesar Rp 600.000.000 dan pada tahun 2017

sebesar Rp. 500.000.000. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah,

Tabel 4. 2 Skoring Variabel Regulasi

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Regulasi

Belum memiliki

Peraturan Daerah

(Perda) tentang peraturan pengelolaan

zakat

1 Sangat

Lemah 0,00

Tidak

Baik

Page 82: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

66

karena rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS Daerah kurang

dari 20%, yakni sebesar 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan

APBD mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari

sisi dukungan APBD tidak baik.

Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

I12= Si-Smin

= 1-1

0,00 Smax-Smin 5-1

3. Indikator Database Lembaga Zakat

Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar,

rasio muzakki individu, dan rasio muzakki badan. Variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar mendapat skor 4,

artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki database jumlah

lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga. Variabel

ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks

sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi jumlah lembaga zakat

Tabel 4. 3 Skoring Variabel Dukungan APBD

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Dukungan

APBD

Rasio APBD terhadap

biaya operasional

BAZNAS Daerah

kurang dari 20%

1 Sangat

Lemah 0,00

Tidak

Baik

Page 83: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

67

resmi, muzakki, dan mustahik kuat. Perhitungan nilai indeksnya adalah

sebagai berikut:

I131= Si-Smin

= 4-1

0,75 Smax-Smin 5-1

Variabel rasio muzakki individu mendapat skor 1, artinya rasio

jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1

persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313 rumah

tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks

sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu

tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

I132= Si-Smin

= 1-1

0,00 Smax-Smin 5-1

Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio jumlah

muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen.

Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 134 badan

usaha di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada kategori sangat

lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki badan mendapat nilai

indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki

badan tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

I133= Si-Smin

= 1-1

0,00 Smax-Smin 5-1

Page 84: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

68

Tabel 4. 4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Jumlah

lembaga

zakat resmi,

muzakki,

dan

mustahik

terdaftar

Memiliki database

jumlah lembaga zakat

resmi, jumlah muzaki

dan mustahik per

lembaga

4 Kuat 0,75 Baik

Rasio

jumlah

muzaki

individu

Rasio jumlah muzakki

terdaftar terhadap

jumlah rumah tangga

kurang dari 1 persen

1 Sangat

Lemah 0.00

Tidak

Baik

Rasio

muzakki

badan

Rasio jumlah muzakki

badan usaha terhadap

jumlah badan usaha

kurang dari 1 persen

1 Sangat

Lemah 0.00

Tidak

Baik

Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Setelah mendapatkan skor dan nilai indeks pada setiap variabel,

kemudian mengalikan nilai indeks dengan bobot masing-masing untuk

memperoleh indeks pada indikator database lembaga zakat. Formula yang

digunakan pada tahap ketiga sebagai berikut:

X13 = 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133

= 0.33(0,75) + 0.33(0) + 0.33(0)

= 0,25

Nilai indeks yang didapat berdasarkan perhitungan diatas untuk

indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga

untuk indikator database lembaga zakat kurang baik.

Page 85: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

69

Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks

yang diperoleh pada setiap indikator dengan bobot masing-masing untuk

memperoleh nilai indeks pada dimensi makro, yaitu:

X1 = 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13

= 0.33(0) + 0.33(0) + 0.33(0,25)

= 0,083

Berdasarkan perhitungan indeks tiap variabel dan indikator

diperoleh nilai indeks dimensi makro yang disajikan pada perhitungan di

atas. Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai indeks dimensi makro

sebesar 0.08. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi makro tidak baik.

Nilai ini diperoleh dari pembobotan masing-masing indeks indikator.

Indikator regulasi mendapat nilai indeks 0, artinya kinerja dari sisi regulasi

tidak baik. Indikator dukungan APBD mendapat nilai indeks 0, artinya

kinerja dari sisi dukungan APBD tidak baik. Indikator database lembaga

zakat mendapat nilai indeks sebesar 0.25, artinya kinerja dari sisi database

lembaga zakat kurang baik.

Page 86: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

70

Tabel 4. 5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro

Dimensi Nilai

Indeks Indikator

Niai

Indeks Variabel

Nilai

Indeks

Makro 0,083

Regulasi (X11) 0,00 Regulasi 0,00

Dukungan

APBD (X12) 0,00

Dukungan

APBD 0,00

Database

Lembaga

Zakat (X13)

0,25

Jumlah lembaga

zakat resmi,

muzakki, dan

mustahik

terdaftar

0,75

Rasio jumlah

muzaki individu 0.00

Rasio muzakki

badan 0.00

Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro

1. Indikator Kelembagaan

Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel

penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel

penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan

lebih dari 20 persen. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018

berhasil menghimpun dana sebesar Rp 4.301.537.795 dan tahun 2017

menghimpun dana sebesar Rp 1.918.866.984. Dana yang terhimpun

mengalami kenaikan sebesar Rp 2.382.670.811 atau sebesar 224 persen.

Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan

variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya

adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Perhitungan indeksnya

adalah sebagai berikut:

Page 87: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

71

I211= Si-Smin

= 5-1

1 Smax-Smin 5-1

Variabel pengelolaan mendapat skor 5, artinya BAZNAS Kota

Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan, rencana strategis, dan

program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini

menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 1.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pengelolaan sangat baik.

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

I212= Si-Smin

= 5-1

1 Smax-Smin 5-1

Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to

Collection Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif

dan produktif dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran

untuk program dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun

2018 menyalurkan dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4%

persen dari total dana yang terhimpun. Variabel ini berada pada kategori

kuat. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai indeks

sebesar 0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

I213= Si-Smin

= 4-1

0,75 Smax-Smin 5-1

Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota

Tangerang Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel

Page 88: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

72

ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan

mendapat nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

pelaporan kurang baik. Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

I214= Si-Smin

= 4-1

0,75 Smax-Smin 5-1

Tabel 4. 6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Penghimpunan

(X211)

Pertumbuhan

penghimpunan

lebih dari 20

persen

5 Sangat

Kuat 1

Sangat

Baik

Pengelolaan

(X212)

Memiliki SOP

pengelolaan,

rencana strategis,

dan program kerja

tahunan

5 Sangat

Kuat 1

Sangat

Baik

Penyaluran

(X213)

Allocation to

Collection Ratio

(ACR) diantara 50-

69%, penyaluran

bantuan konsumtif

dan produktif

dilakukan dua kali

dalam setahun, dan

terdapat anggaran

untuk program

dakwah

4 Kuat 0,75 Baik

Pelaporan

(X214)

Memiliki laporan

keuangan teraudit

eksternal

4 Kuat 0,75 Baik

Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Setelah mendapatkan nilai indeks variabel penyusun indikator

kelembagaan, kemudian perhitungan nilai indeks indikator kelembagaan

adalah sebagai berikut:

Page 89: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

73

X21 = 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213+0.20X214

= 0.30(1) + 0.20(1) + 0.30(0,75) + 0.20(0,75)

= 0,875

Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya secara

kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang

sangat baik.

2. Indikator Dampak Zakat

a. Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya

rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-

0.080. Variabel ini berada pada kategori kuat. Dengan perhitungan

nilai indeks kesejahteraan CIBEST yaitu:

I221= Si-Smin

= 4-1

0,75 Smax-Smin 5-1

Maka dari itu nilai indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75.

Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah rumah

tangga mustahik baik (lihat tabel 4. 7).

Tabel 4. 7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Indeks

Kesejahteraan

CIBEST

Rumah tangga mustahik

yang sejahtera berada

pada nilai 0,79

4 Kuat 0,79 Baik

Page 90: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

74

Hal ini diperoleh melalui analisis kuadran CIBEST dan perhitungan

model CIBEST. Berdasarkan tabel 4. 7 diketahui bahwa sebelum

adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik yang

berada pada kuadran I sejahtera (kaya material dan spiritual) sebanyak

67 rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut memiliki rata-rata

skor spiritual sebesar 3,79 dan rata-rata pendapatan sebesar Rp

3.714.925.

Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik

pada kuadran I meningkat menjadi 79 rumah tangga. Rumah tangga

mustahiki tersebut memiliki rata-rata skor spiritual sebesar 3,81 dan

rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.765.823. Jumlah rumah tangga

mustahik pada kuadran II kemiskinan material (kaya spiritual tetapi

miskin material) sebelum adanya bantuan dana zakat sebanyak 33

rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut memiliki rata-rata

skor spiritual sebesar 3,88 dan rata-rata pendapatan sebesar Rp

824.242. Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga

mustahik pada kuadran II menurun menjadi 21 rumah tangga dengan

rata-rata skor spiritual sebesar 3,89 dan rata-rata pendapatan sebesar

Rp 876.190. Tidak ada rumah tangga mustahik yang masuk ke dalam

kuadran III dan kuadran IV.

Page 91: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

75

Tabel 4. 8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik

Berdasarkan Kuadran CIBEST

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan model CIBEST diketahui bahwa

indeks kesejahteraan sebelum menerima bantuan dana zakat nilai

indeksnya sebesar 0,67 dan sesudah menerima bantuan dana zakat

nilai indeksnya meningkat menjadi 0,79 atau naik 12 persen. Ini

berarti setelah menerima bantuan dana zakat, sebesar 12 persen rumah

tangga mustahik mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual.

Nilai indeks kemiskinan material sebelum menerima bantuan dana

zakat adalah sebesar 0,33. Sesudah menerima bantuan dana zakat nilai

indeksnya menurut menjadi 0,21 atau turus 12 persen. Penurunan nilai

indeks ini dipengaruhi oleh pendistribusian dana zakat produktif

sebagai suntikan modal usaha rumah tangga mustahik. Tidak ada

rumah tangga yang masuk kategori kuadran III dan kuadran IV (lihat

tabel 4.9).

No Kuadran

Sebelum Zakat Sesudah Zakat

Rata-

rata

Skor

Spiritual

Rata-rata

Pendapatan

Jumlah

Rumah

Tangga

Rata-

rata

Skor

Spiritual

Rata-rata

Pendapatan

Jumlah

Rumah

Tangga

1 Kuadran

I 3,795 3.714.925 67 3,816 3.765.823 79

2 Kuadran

II 3,881 824.242 33 3,895 876.190 21

3 Kuadran

III - - - - - -

4 Kuadran

IV - - - - - -

Page 92: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

76

Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST

Indeks CIBEST

Nilai

Indeks

Tanpa

Zakat

Nilai

Indeks

Dengan

Zakat

Presentase

Perubahan

(%)

Indeks Kesejahteraan

(W) 0,67 0,79 12

Indeks Kemiskinan

Materiil (Pm) 0,33 0,21 12

Indeks Kemiskinan

Spiritual (Ps) - - -

Indeks Kemiskinan

Absolut (Pa) - - -

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

b. Variabel Modifikasi IPM

Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia hanya terdiri dari Indeks

Pendidikan dan Kesehatan, sedangkan untuk Indeks Pengeluaran telah

ditentukan dalam perhitungan Indeks CIBEST. Indeks Kesehatan

memiliki dua komponen yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata

Lama Sekolah, sedangkan Indeks Kesehatan dijelaskan oleh Angka

Harapan Hidup. Berdasarkan hasil estimasi perhitungan modifikasi

IPM tingkat individu pada mustahik BAZNAS Kota Tangerang

Selatan, dari 100 responden diperoleh rata-rata nilai modifikasi IPM

sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Nilai Modofikasi IPM

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Komponen IPM Nilai Indeks (Persen)

Indeks Kesehatan 0,2816 28,16

Indeks Pendidikan 0,4458 44,58

Modifikasi IPM 0,3543 35,43

Page 93: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

77

Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga

mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada

rentang nilai 0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang baik.

Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks

sbesar 0.25. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan

rumah tangga mustahik kurang baik (lihat Tabel 4. 11).

Tabel 4. 11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Modifikasi

IPM

Rata-rata rumah tangga

mustahik dilihat dari aspek

kesehatan dan pendidikan

berada pada nilai 0,35

2 Kurang 0,25 Kurang

Baik

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Perhitungan nilai indeks variabel kemandirian adalah sebagai

berikut:

Dalam hal ini, dampak zakat terhadap IPM tidak signifikan.

Farchatunnisa (2017) mengatakan hal ini disebabkan karena dana

zakat yang disalurkan kepada mustahik sifatnya kondisional dan tidak

bersifat kontinyu. Dampak zakat terhadap tingkat kesehatan dan

pendidikan mustahik kurang signifikan karena mustahik mengajukan

bantuan pada saat mustahik memerlukan bantuan untuk biaya

pendidikan dan biaya pengobatan. Tidak ada pengecekan lebih lanjut

I222 = Si-Smin

= 2-1

0,25 Smax-Smin 5-1

Page 94: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

78

yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan terhadap

mustahik yang mengajukan bantuan untuk kesehatan dan pendidikan.

Nilai tersebut dihitung berdasarkan angka harapan hidup yang

mencerminkan tingkat kesehatan mustahik dan harapan lama sekolah

dan rata-rata lama sekolah untuk indeks pendidikan. Angka harapan

lama sekolah menggambarkan lamanya sekolah yang diharapkan akan

dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Rata-rata

lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh

penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Nilai indeks

modifikasi IPM berdasarkan estimasi perhitungan sebesar 0,354

artinya nilai tersebut berada pada kategori kurang baik.

c. Variabel Kemandirian

Nilai indeks variabel kemandirian diberikan skor 3 yang artinya rata-

rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan memiliki

pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan. Perhitungan nilai

indeks variabel kemandirian adalah sebagai berikut:

Tidak terdapat rumah tangga mustahik yang memiliki skor 1 dengan

kriteria tidak memiliki pekerjaan dan tabungan dan juga tidak terdapat

rumah tangga mustahik yang memiliki skor 2 dengan kriteria memiliki

pekerjaan (serabutan). Rumah tangga mustahik yang mendapat skor 3

I223 = Si-Smin

= 3-1

0,5 Smax-Smin 5-1

Page 95: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

79

dengan kriteria hanya memiliki satu dari pekerjaan tetap atau

usaha/bisnis sebanyak 78 rumah tangga atau sebesar 78 persen.

Rumah tangga mustahik yang memiliki skor 4 dengan kriteria

memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan

memiliki tabungan sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 18 persen.

Dan rumah tangga mustahik yang memiliki skor 5 dengan kriteria

memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis dan memiliki tabungan

sebanyak 4 rumah tangga atau sebesar 4 persen. Skor ini berada pada

kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar 0,5. Artinya

kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik cukup baik (lihat

tabel 4. 12).

Tabel 4. 12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil dari perhitungan setiap variabel, kemudian dapat menentukan

nilai indeks indikator dampak zakat. Perhitungan nilai indeks

tersebut sebagai berikut:

X22 = 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223

0.40(0,75) + 0.40(0,25) + 0.20(0,5)

0.5

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Kemandirian

Hanya Memiliki Satu

dari Pekerjaan Tetap

atau Usaha/Bisnis

3 Cukup 0,5 Cukup

Baik

Page 96: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

80

Hasil perhitungan setiap indikator yang menyusun dimensi mikro

dapat dilihat pada Tabel 4. 13.

Tabel 4. 13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro

Dimensi Nilai

Indeks Indikator

Niai

Indeks Variabel

Nilai

Indeks

Mikro 0,65

Kelembagaan

(X21) 0,875

Penghimpunan

(X211) 1

Pengelolaan

(X212) 1

Penyaluran

(X213) 0,75

Pelaporan

(X214) 0,75

Dampak

Zakat (X22) 0,5

Kesejahteraan

Material dan

spiritual (Indeks

Kesejahteraan

CIBEST)

(X221)

0,75

Pendidikan dan

Kesehatan

(Modifikasi

IPM) (X222)

0,25

Kemandirian

(X223) 0,5

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil perhitungan nilai indeks setiap variabel dan indikator

berdasarkan formula berikut:

X2 = 0.40X21+0.60X22

= 0.40(0.875) + 0.60(0.5)

= 0,65

Page 97: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

81

Nilai indeks dimensi mikro mendapatkan nilai 0.65 yang artinya

kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan dilihat dari sisi mikro

termasuk kriteria yang baik. Hasil yang baik dilihat dari sisi mikro

harus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi karena zakat

merupakan instrumen alternatif dalam mengatasi masalah

kemiskinan. Zakat yang dikelola dengan baik dapat memberikan

dampak kepada mustahik sehingga lebih mandiri dan mampu

bertransformasi menjadi muzaki sehingga dapat mengurangi

kemiskinan.

E. Indeks Zakat Nasional

Indeks zakat nasional didapatkan dari hasil perhitungan indeks dimensi

makro dan mikro. Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai indeks dimensi

makro dan mikro, kemudian didapatkan hasil IZN Kota Tangerang Selatan

yaitu:

Tabel 4. 14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan

No Dimensi

Nilai

Indeks Kinerja

1 Makro 0,083 Tidak

Baik

2 Mikro 0,65 Baik

IZN Kota Tangerang Selatan 0,42 Cukup

Baik

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil perhitungan nilai Indeks Zakat Naisonal Kota Tangerang Selatan

berdasarkan formula berikut:

Page 98: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

82

IZN = 0.40X1+0.60X2

= 0.40(0.083)+0.60(0.65)

= 0.42

Hasil perhitungan diatas menunjukkan nilai Indeks Zakat Nasional

BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebesar 0.42. Hal ini menjelaskan bahwa

kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik. Nilai

ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan kinerja lembaga

BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek kelembagaan dan dampak zakat

berkontribusi dengan baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan.

Meskipun pada sisi makro yaitu dilihat dari peran pemerintah dan partisipasi

masyarakat kurang baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan.

Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian Suryaningtyas (2017) yang

berjudul Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian

Suryaningtyas (2017) menunjukkan nilai IZN 0.60 yang berarti cukup baik.

Hal ini dikarenakan asil perhitungan indeks pada dimensi makro yaitu sebesar

0.70 yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang secara makro sudah

baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.53 yang menunjukkan bahwa

kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi mikro cukup baik.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fitriani (2017) yang

berjudul Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus: BAZNAS

Kabupaten Pati. Hasil penelitian Fitriani (2017) menunjukkan nilai IZN 0.392

yang berarti kurang baik. Hal ini dikarenakan nilai indeks pada dimensi makro

Page 99: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

83

sebesar 0.05, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat secara

agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro

sebesar 0.62, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat

terhadap mustahik berada pada kondisi baik.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya kemungkinan besar dikarenakan adanya

perbedaan responden. Responden pada penelitian Fitriani (2017) adalah

mustahiq di wilayah Kabupaten Pati, sehingga hasilnya menunjukkan bahwa

kinerja BAZNAS Kabupaten Pati dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional

kurang baik, dengan nilai IZN 0.392.

Page 100: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

84

F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain

Tabel 4. 15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN

Kota/Kabupaten Lain

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Indikator/Kota Kota Tangerang

Selatan

Kab.

Tangerang Kab. Pati

Kab.

Cilacap

Kab.

Bogor

Makro

Indikator Regulasi 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00

Dukungan APBD 0,00 1,00 0,00 0,50 1,00

Database Lembaga Zakat 0,25 0,00 0,17 0,25 0,00

Jumlah lembaga zakat resmi,

muzakki, dan mustahik

terdaftar

0,75 0,00 0,50 0,75 0,00

Rasio jumlah muzaki individu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Rasio muzakki badan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Mikro

Indikator Kelembagaan 0,875 0,65 0,65 0,825 0,65

Penghimpunan 1,00 0,75 1,00 1,00 1,00

Pengelolaan 1,00 0,75 0,75 0,75 0,75

Penyaluran 0,75 0,75 0,50 0,75 0,50

Pelaporan 0,75 0,25 0,25 0,75 0,25

Indikator Dampak Zakat 0,50 0,45 0,60 0,60 0,60

Indeks Kesejahteraan CIBEST 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75

Modifikasi IPM 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50

Kemandirian 0,50 0,25 0,50 0,50 0,50

Indeks Zakat Nasional 0,42 0,6 0,392 0,524 0,532

Kategori Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Cukup

Page 101: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

85

Dalam indikator regulasi, BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum memiliki

Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan zakat, sehingga nilai indeks

pada indikator ini menunjukkan angka 0 yang berarti sangat lemah, berbeda dengan

BAZNAS di Kabupaten Tangerang yang telah memiliki regulasi terkait zakat yang

tertera dalam Perda Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan

Shadaqah di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut dibuat sebagai bentuk pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Perda Nomor 24

Tahun 2004 terdiri atas 11 bab dan 24 pasal yang menjelaskan aturan dalam

pengelolaan ZIS di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut ditetapkan di Tigaraksa pada

tanggal 28 Juni 2004 oleh Bupati Tangerang pada periode tersebut, yaitu H.Ismet

Iskandar. Di sisi lain, wilayah Kabupaten Pati dimana BAZNAS belum memiliki

Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan zakat. Sehingga variabel ini

berada pada kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel regulasi mendapat

nilai indeks sebesar 0 sebagaimana BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Untuk

BAZNAS Kabupaten Cilacap, skor skala likert dan nilai indeks regulasi yang

didapatkan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap adalah 0. Nilai 0 menunjukkan bahwa

kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait pengadaan Perda dinilai tidak baik,

sejalan dengan BAZNAS Bogor yang tidak memiliki Peraturan Daerah yang mengatur

tentang zakat, namun kondisi aktual mengenai peraturan zakat di Kabupaten Bogor

hanya terdapat Instruksi Bupati Bogor Nomor 1 Tahun 2015 tentang Optimalisasi

Pengumpulan ZIS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor dan BUMD melalui

BAZNAS Kabupaten Bogor.

Dalam indikator dukungan APBD, BAZNAS Kota Tangerang Selatan

mendapatkan alokasi APBD untuk operasional Rp 600.000.000. Variabel ini berada

pada kategori sangat lemah, karena rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS

Page 102: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

86

daerah kurang dari 20%, yakni 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan APBD

mendapat nilai indeks sebesar 0. Sedangkan APBD untuk biaya operasional BAZNAS

Kabupaten Tangerang sebesar Rp 650.000.000. Alokasi APBD tersebut digunakan

untuk membayar listrik, internet, memberikan insentif pada pengurus BAZNAS, dan

lain-lain. Rasio alokasi APBD untuk zakat terhadap dana operasional yang dibutuhkan

oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan zakat adalah sebesar 76

persen. Rasio tersebut lebih dari 75 persen, sehingga diberikan skor 5. Dengan begitu

didapatkan nilai indeks variabel dukungan APBD adalah 1 yang artinya kinerja

BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi dukungan APBD sangat baik.

Pada BAZNAS Kabupaten Pati, variabel dukungan APBD mendapat

skor 1 yang artinya BAZNAS Kabupaten Pati belum mendapatkan alokasi

APBD untuk operasional. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal

ini menyebabkan variabel dukungan APBD mendapat nilai indeks sebesar 0.

Nilai indeks indikator dukungan APBD untuk BAZNAS Kabupaten

Cilacap adalah 0.5, yang menunjukkan bahwa terdapat dukungan dana dari

APBD sebesar 30% untuk BAZNAS Kabupaten Cilacap. Pada BAZNAS

Kabupaten Bogor, nilai indeks yang didapatkan untuk indikator dukungan

APBD adalah satu, artinya BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan alokasi

dana APBD dalam pelaksanaan perzakatan di Kabupaten Bogor. Biaya

operasional BAZNAS Kabupaten Bogor dibebankan pada anggaran

pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Bogor melalui bantuan hibah pemda

Kabupaten Bogor. Dana APBD yang diberikan untuk BAZNAS Kabupaten

Bogor sebesar 1 miliar.

Page 103: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

87

Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar, rasio

muzakki individu, dan rasio muzakki badan.

Variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar

mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki database

jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga.

Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks sebesar

0.75. Pada BAZNAS Kabupaten Tangerang, variabel jumlah lembaga zakat

resmi, muzaki, dan mustahik mendapatkan skor 1 karena BAZNAS Kabupaten

Tangerang tidak memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, muzaki, dan

mustahik. BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya memiliki data Unit

Pengumpul Zakat (UPZ) 29 kecamatan sebagai upaya untuk membantu dalam

menghimpun dan menyalurkan dana zakat. Lembaga zakat yang terdapat di

Kabupaten Tangerang tidak ada yang mendaftar secara resmi ke BAZNAS

Kabupaten Tangerang. Lalu pada BAZNAS Kabupaten Pati, variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar mendapat skor 3, artinya

BAZNAS Kabupaten Pati memiliki 2 dari database jumlah lembaga zakat

resmi, jumlah muzakki dan mustahik. Variabel ini berada pada kategori cukup.

Hal ini menyebabkan variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan

mustahik mendapat nilai indeks sebesar 0.5. Interpretasinya adalah kinerja dari

sisi jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik cukup baik. Indikator

database BAZNAS Kabupaten Cilacap mendapat nilai 0.248 yang artinya

Page 104: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

88

kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terhadap database kelembagaan dinilai

kurang baik. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, variabel jumlah lembaga

zakat resmi, muzaki dan mustahik mendapatkan nilai skor satu karena tidak

memiliki database lembaga zakat resmi serta kelengkapan database terkait

jumlah muzaki dan mustahik yang terdaftar pada BAZNAS Kabupaten Bogor.

Nilai indeks pada variabel tersebut adalah nol artinya database lembaga zakat

tidak baik.

Variabel rasio muzakki individu Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 1, artinya rasio jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga

kurang dari 1 persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313

rumah tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks sebesar

0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu tidak baik.

Variabel rasio muzaki individu Kabupaten Tangerang mendapatkan

skor 1 karena rasio jumlah individu yang terdaftar terhadap rumah tangga di

Kabupaten Tangerang hanya sebesar 0.012 persen yang kurang dari satu

persen. Muzaki individu yang terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang

hanya 100 orang dari 827 015 rumah tangga. Jumlah muzaki yang hanya sedikit

terdaftar pada BAZNAS Kabupaten Tangerang disebabkan kesadaran

masyarakat dalam membayar zakat yang masih rendah. Variabel rasio muzakki

individu Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah muzakki

terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1 persen. Jumlah muzakki

terdaftar hanya 32 jiwa dari 424 616 rumah tangga. Variabel ini berada pada

Page 105: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

89

kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki individu

mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio

muzakki individu tidak baik Sedangkan variabel muzaki individu Kabupaten

Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki individu kurang dari 1 persen

dibandingkan keseluruhan individu. Pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio

muzaki individu mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki individu terdaftar

atau yang memiliki NPWZ kurang dari satu persen yakni 0.003 persen. Nilai

indeks pada variabel rasio muzaki individu terhadap jumlah rumah tangga

daerah bernilai nol atau tidak baik.

Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio jumlah

muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen.

Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 134 badan usaha

di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah.

Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki badan mendapat nilai indeks

sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki badan tidak

baik.

Variabel rasio muzaki badan Kabupaten Tangerang mendapatkan skor

1 karena rasio jumlah badan usaha yang terdaftar terhadap badan usaha di

Kabupaten Tangerang sebesar 0.82 persen. Muzaki badan usaha yang terdaftar

di BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya 40 badan usaha dari total 4 883

badan usaha yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Variabel rasio muzaki

badan Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah muzakki badan

usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen. Belum ada badan

Page 106: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

90

usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 531 badan usaha di Kabupaten Pati.

Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel

rasio muzakki badan mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah

kinerja dari sisi rasio muzakki badan tidak baik. Sedangkan variabel muzaki

badan usaha Kabupaten Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki badan

usaha kurang dari 1 persen dibandingkan keseluruhan badan usaha yang

terdaftar. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio muzaki badan usaha

mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki badan usaha terdaftar kurang dari

satu persen yakni nol persen. Nilai indeks yang didapatkan adalah nol atau

tidak baik karena tidak adanya badan usaha yang mengeluarkan zakat

perusahaan pada BAZNAS Kabupaten Bogor.

Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk

indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk

indikator database lembaga zakat kurang baik. Sedangkan nilai indeks

indikator database lembaga zakat BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah 0

yang artinya kinerja tidak baik dilihat dari database lembaga zakat pada

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Nilai indeks yang didapat BAZNAS

Kabupaten Pati untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,17 artinya

kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.

Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kabupaten Cilacap untuk indikator

database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk indikator

database lembaga zakat kurang baik. Dan nilai indeks yang didapat BAZNAS

Page 107: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

91

Kabupaten Bogor untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,00 artinya

kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.

Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel

penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel

penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan lebih

dari 20 persen. Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini

menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Variabel

penghimpunan untuk BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapatkan skor 4.

Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar

0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan baik.

Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 5,

artinya pertumbuhan penghimpunan lebih dari 20 persen. Variabel ini berada

pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan

mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

penghimpunan sangat baik. Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten

Cilacap mendapat nilai indeks 1.00 yang berarti kinerja penghimpunan dana

zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap sangat baik. Variabel

penghimpunan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 5 yang artinya

pertumbuhan dana ZIS yang dapat dihimpun oleh BAZNAS Kabupaten Bogor

lebih dari 20 persen. Nilai indeks yang didapatkan pada variabel penghimpunan

sebesar satu artinya kinerja dari peningkatan penghimpunan dana zakat sangat

baik.

Page 108: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

92

Variabel pengelolaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 5, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan

zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja

tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel

pengelolaan mendapat nilai indeks 1. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

pengelolaan sangat baik. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten

Tangerang mendapat skor 4 yang menunjukkan bahwa BAZNAS Kabupaten

Tangerang memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP pengelolaan zakat,

rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan.

Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 4,

artinya BAZNAS Kabupaten Pati memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP

pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan

program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini

menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 0.75. Interpretasinya

adalah kinerja dari sisi pengelolaan baik. Variabel pengeloaan BAZNAS

Kabupaten Cilacap dengan indeks 0.75. nilai tersebut berarti bahwa kinerja

pengelolaan dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap sudah

baik. BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki SOP, program kerja, dan rencana

strategis. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor

4 artinya BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki SOP pengelolaan zakat,

rencana strategis, dan program kerja tahunan sehingga nilai indeks yang

didapatkan sebesar 0.75. Hal ini berarti, kinerja dalam pengelolaan baik.

Page 109: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

93

Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to Collection

Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif dan produktif

dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran untuk program

dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 menyalurkan

dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4% persen dari total dana yang

terhimpun. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan

variabel penyaluran mendapat nilai indeks sebesar 0,75. Interpretasinya adalah

kinerja dari sisi penyaluran baik. Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten

Tangerang juga mendapatkan skor 4. Variabel ini berada pada kategori kuat.

Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai indeks sebesar 0,75.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.

Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3,

artinya Allocation to Collection Ratio (ACR) kurang dari 20 persen. Variabel

ini berada pada kategori lemah. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran

mendapat nilai indeks sebesar 0.5. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

penyaluran cukup baik. Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Cilacap

mendapat nilai indeks 0.75. Nilai tersebut berarti bahwa kinerja penyaluran

dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap sudah baik. Variabel

penyaluran BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 3 artinya

Allocation to Collection Ratio (ACR) BAZNAS Kabupaten Bogor berada pada

rentang 50-69. Nilai indeks pada variabel penyaluran sebesar 0.5 artinya

penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Bogor cukup baik.

Page 110: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

94

Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota Tangerang

Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel ini berada pada

kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan mendapat nilai indeks

sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pelaporan kurang baik.

Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapatkan skor 2

karena laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Tangerang tidak teraudit.

Laporan keuangan tersebut hanya teraudit secara internal. Variabel pelaporan

BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 2, artinya BAZNAS Kabupaten Pati

memiliki laporan keuangan belum teraudit eksternal. Variabel ini berada pada

kategori lemah. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan mendapat nilai indeks

sebesar 0.25. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pelaporan kurang baik.

Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Cilacap mendapat nilai indeks 0.75,

yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait pelaporan dana zakat

dinilai baik. Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor

2 artinya BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki laporan keuangan namun tidak

teraudit. Laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Bogor hanya teraudit

internal. Nilai indeks yang didapatkan sebesar 0.25 artinya pelaporan yang

dilakukan BAZNAS Kabupaten Bogor kurang baik.

Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya secara

kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang sangat

baik. Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.65 yang artinya secara

kelembagaan, BAZNAS Kabupaten Tangerang dan BAZNAS Kabupaten Pati

memiliki kinerja yang baik. Indikator kelembagaan BAZNAS Kabupaten

Page 111: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

95

Cilacap memiliki nilai indeks 0.825 yang artinya secara kelembagaan,

BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki kinerja yang sangat baik. Nilai indeks

pada indikator kelembagaan sebesar 0.65. Hal ini berarti, kinerja BAZNAS

Kabupaten Bogor berdasarkan aspek kelembagaan baik.

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya rumah

tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-0.080. Variabel

ini berada pada kategori kuat.Maka dari itu nilai indeks kesejahteraan CIBEST

adalah 0.75. Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah

rumah tangga mustahik baik. Indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS

Kabupaten Tangerang mendapat hasil 0.69 diberikan skor empat. Nilai indeks

variabel indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75 yang artinya kesejahteraan

mustahik di Kabupaten Tangerang termasuk kategori baik. Variabel indeks

kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 4, artinya

rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-0.80.

Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel indeks

kesejahteraan CIBEST mendapat nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya

adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah rumah tangga mustahik baik.

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Cilacap

mendapatkan skor 4 dan berada pada kriteria kuat yang berarti nilai indeks

CIBEST adalah 61 – 80 persen. Nilai indeks variabel adalah 0.75 yang artinya

kinerja zakat terhadap kesejahteraan mustahik berada pada kondisi baik.

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Bogor

mendapatkan 4 empat yang artinya nilai indeks yang didapatkan adalah 0.75,

Page 112: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

96

artinya dana zakat BAZNAS Kabupaten Bogor berdampak baik terhadap

kondisi rumah tangga mustahik.

Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga

mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada rentang nilai

0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang baik. Hal ini menyebabkan

variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar 0.25. Interpretasinya

adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga mustahik kurang baik.

Hasil perhitungan indeks pendidikan dan kesehatan BAZNAS Kabupaten

Tangerang dengan menggunakan modifikasi IPM mendapatkan hasil 0.34 atau

dengan presentase 34 persen yang artinya IPM rendah. Nilai indeks variabel

modifikasi IPM adalah 0.25 yang artinya pembangunan manusia dilihat dari

pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Tangerang termasuk kategori kurang

baik.

Variabel modifikasi IPM BAZNAS Kabuipaten Pati mendapat skor 3,

artinya rumah tangga mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan

berada pada rentang nilai 0.41-0.60. Variabel ini berada pada kategori cukup.

Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar

0.5. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga

mustahik cukup baik. IPM mustahik Kabupaten Cilacap adalah 43.61 persen.

Nilai tersebut tergolong pada klasifikasi cukup baik. Hal ini berarti responden

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan dan

pendidikan dengan cukup baik. Variabel modifikasi IPM BAZNAS Kabupaten

Bogor mendapatkan skor 3 artinya nilai indeks pendidikan dan kesehatan

Page 113: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

97

berada pada rentang 0.41-0.60 yakni 0.458. Nilai indeks modifikasi IPM

sebesar 0.5 artinya indeks kesehatan dan indeks pendidikan mustahik cukup

baik.

Variabel kemandirian BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 3, artinya rata-rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan

memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan. Variabel ini

berada pada kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar 0.5. Artinya

kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik cukup. Variabel kemandirian

BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapat skor 2, artinya rata-rata rumah

tangga mustahik memiliki pekerjaan tidak tetap dan tidak memiliki tabungan.

Variabel ini berada pada kategori lemah. Indeks variabel kemandirian sebesar

0.25. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik kurang

baik.Variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3, artinya

rata-rata rumah tangga mustahik memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak

memiliki tabungan. Variabel ini berada pada kategori cukup. Indeks variabel

kemandirian sebesar 0.5. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik

cukup. Nilai variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Cilacap yang diteliti adalah

0.60 yang artinya dampak zakat terhadap kemandirian mustahik cukup baik. Variabel

kemandirian BAZNAS Kabupaten bogor mendapatkan 3 yang artinya rata-rata rumah

tangga mustahik memiliki salah satu pekerjaan tetap atau usaha/bisnis namun tidak

memiliki tabungan. Nilai indeks yang diperoleh sebesar 0.5 artinya tingkat

kemandirian mustahik cukup.

Hasil IZN BAZNAS Kota Tangerang Selatan menunjukkan angka 0,42 yang

berarti kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan berada dalam kategori cukup. Sama

Page 114: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

98

halnya dengan hasil IZN Baznas Kabupaten Tangerang, IZN Baznas Kabupaten

Cilacap dan IZN Baznas Kabupaten Bogor yang masing-masing menunjukkan angka

0,6, 0,5 dan 0,5 yang berarti bahwa kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang, Baznas

Kabupaten Cilacap dan Baznas Kabupaten Bogor berada dalam kategori cukup.

Namun hasil IZN pada BAZNAS Kabupaten Pati menujukkan angka 0,392 yang

berarti kinerja BAZNAS Kabupaten Pati berada dalam kategori kurang baik.

G. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil perhitungan indeks zakat nasional Kota Tangerang

Selatan, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan. Untuk dimensi makro dapat

ditingkatkan melalui nilai indeks indikator dukungan APBD dan variabel rasio

muzakki badan dari indikator database lembaga zakat. Nilai indeks indikator

dukungan APBD dapat ditingkatkan dengan adanya alokasi APBD Kota

Tangerang Selatan untuk operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Nilai

indeks variabel rasio muzakki badan dapat ditingkatkan dengan adanya MoU

atau nota kesepahaman antara BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan badan

usaha milik daerah (BUMD). MoU ini terkait kewajiban BUMD untuk

membayar zakat. Hal ini akan berdampak pada pertambahan jumlah dana zakat

yang terhimpun di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

Sementara itu, dari dimensi mikro dapat dilakukan dengan pembuatan peta

pengalokasian dana zakat sehingga tepat sasaran. Peta ini dapat berdasarkan

jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Tangerang Selatan. Kecamatan

dengan jumlah penduduk miskin tertinggi menjadi prioritas utama. Dengan

Page 115: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

99

demikian, diharapkan zakat dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

antar masyarakat serta dapat mentransformasikan para mustahik menjadi

muzakki.

Lalu terkait dengan manajemen akuntansi pada BAZNAS Kota Tangerang

Selatan, dapat ditingkatkan dengan mengaudit Laporan Keuangan setiap

periode, serta menampilkan angka audit dalam laporan audit paling tidak

selama dua periode, agar dapat diketahui serta dibandingkan antara periode

berjalan dengan periode sebelumnya apakah terdapat peningkatan atau

penurunan dalam hal penghimpunan dan penyaluran zakat, sehingga dapat

menjadi evaluasi tersendiri bagi pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di Kota Tangerang Selatan

khususnya dan di Negara Indonesia umumnya.

Page 116: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup

baik. Nilai ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan

kinerja lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek

kelembagaan dan dampak zakat berkontribusi dengan baik terhadap

perzakatan di Kota Tangerang Selatan. Meskipun pada sisi makro yaitu

dilihat dari peran pemerintah dan partisipasi masyarakat kurang baik

terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan

2. Nilai indeks pada dimensi makro sebesar 0.083, artinya penilaian

kinerja peran pemerintah dan masyarakat secara agregat berada pada

kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.65,

artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap

mustahik berada pada kondisi baik. Secara keseluruhan dilihat dari

hasil perhitungan indeks dimensi makro dan mikro kinerja perzakatan

Kota Tangerang Selatan berada pada kondisi cukup baik dengan nilai

indeks 0.42.

Page 117: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

101

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat

diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya dukungan APBD demi keberlangsungan operasional

BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

2. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan MoU atau nota

kesepahaman dengan badan usaha milik daerah (BUMD) di Kota

Tangerang Selatan terkait kewajiban membayar zakat.

3. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu membuat peta pengalokasian

dana zakat sehingga tepat sasaran.

4. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan sistem mentoring

terhadap penerima manfaat zakat, khususnya pada program zakat

produktif dalam hal ini modal usaha. Penelitian menemukan adanya

penggunaan dana zakat yang tidak tepat guna, seperti menggunakan

dana zakat yang semestinya digunakan sebagai modal usaha tapi pada

pelaksanaannya digunakan untuk membayar utang dan kegiatan

konsumtif mustahik.

5. Mentoring pada kondisi spiritual mustahik juga diperlukan, karena

penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak ada peningkatan dari sisi

spiritual mustahik pasca mendapatkan bantuan zakat.

6. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menghitung indeks zakat

nasional tingkat provinsi dan membandingkan kinerja antar BAZNAS.

Page 118: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

102

DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan Kasyful Mahalli. (2012). Potensi Dan Peranan Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. Ekonomi Dan Keuangan, 1(1),

70–87.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses

melalui https://bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/presentase-

penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17 April

2019.

Anonim. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota 2015-2018. Diakses

melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1260/jumlah-

penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal

17 April 2019.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaen/Kota 2015-2018.

Diakses melalui

https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1261/persentase-penduduk-

miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal 17 April

2019.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses

melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/persentase-

penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17 April

2019.

BAZNAS. (2016). Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Puskas BAZNAS.

Beik, Irfan Syauqi. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan:

Studi Kasus Dompet Dhuafa. Pemikiran Dan Gagasan, II.

Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti. (2015). Construction Of CIBEST

Model As Measurement Of Poverty and Welfare Indices From Islamic. Al-

Iqtishad, VIII(1), 87–104.

Damanhur dan Nurainiah. (2016). Analisis Pengaruh Bantuan Zakat Terhadap

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Aceh Utara. Visioner &

Strategis, 5(2), 71–82.

Farchatunnisa, Hidayaneu., Didin Hafidhuddin dan Khalifah Muhamad Ali. (2017).

Analisis Kinerja Baznas Kota Bandung. Bogor: Institus Pertanian Bogor.

Fitriani. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus:

BAZNAS Kabupaten Pati). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 119: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

103

Hafidhuddin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani

Press.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial. (L.

Alfiah, Ed.) (8th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Harto, Prayogo P., Vivi Sufi Anggraeni dan Ai Nur Bayinah. (2018). Komparasi

Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat. Akuntansi Dan Keuangan Islam,

6(1), 19–33.

Hilmiyah, Ulfah Laelatul. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan BAZNAS Kabupaten

Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Indrayati. (2017). Akuntansi Manajemen. Malang: Media Nusa Creative.

Kalbarini, Rahmah Yulisa dan Noven Suprayogi. (2014). Implementasi

Akuntabilitas dalam Konsep Metafora Amanah di Lembaga Bisnis Syariah

(Studi Kasus: Swalayan Pamella Yogyakarta). Jestt, 1(7), 506–517.

Khoirunnisa, Ayu Amalia. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap

Ddengan Pendekatan Indeks Zakat Nasional. Bogor: Institus Pertanian Bogor.

Kholmi, Masiyah. (2012). Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam

Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 15(1), 1–18.

Koni, Wiwin. (2014). Kapitalis, Akuntansi Syariah: Solusi Krisis Akuntansi. Jurnai

Al Mizan, 10(1), 107–120.

Luther, Cicilia Cynthia. (2016). Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi

Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Kentucky Fried

Chicken Di Manado). Jurnal EMBA, 4(1), 505–513.

Marhaeni, Harmawanti. (2019). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2018.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

(2018). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2017.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Multifiah. (2011). ZIS Untuk Kesejahteraan Umat. Malang: Universitas Brawijaya

Press.

Mulyadi. (2001). Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk

Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

(2001). Sistem Akuntansi (3rd ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Page 120: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

104

Nurlita, Elok dan Marlina Ekawaty. (2017). Pengaruh Zakat Terhadap Konsumi

Rumah Tangga Mustahik (Studi Pada Penerima Zakat Dari BAZNAS Kota

Probolinggo). Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(2), 85–105.

PEBS-FEUI. (2010). Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia: Menuju Sinergi

Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelola Zakat Nasional. Jakarta:

IMZ.

Polinggapo, Seviawati. (2015). Pengukuran Kinerja Lembaga Pengelola Zakat,

Infaq dan Sedekah Dengan Menggunakan Metode Balance Scorecard.

Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Pramanik. (1993). Development and Distribution in Islam. Pelanduk Publications,

Petaling Jaya.

Pratama, Yoghi Citra. (2015). Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan

(Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional).

The Journal of Tauhidinomics, 1(1), 93–104.

Qadir, A. (1998). Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Romantin, Maya, Efri Syamsul Bahri dan Ahmad Tirmidzi Lubis. (2017). Analisis

Kinerja Keuangan Lembaga Zakat (Studi Kasus : Badan Amil Zakat

Nasional). Perisai, 2(1), 14–34.

Sucipto. (2004). Penerapan Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan.

Sumatera Utara: Repository Universitas Sumatera Utara.

Suryaningtyas, Rahma. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tim FEB UIN Jakarta. (2012). Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta:

Universitas Islam Syarif Hidayatullah.

Triyuwono, I. (2000). Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: LkiS.

(2006). Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah.

Jakarta: Radjawali Press.

Widiawati, Nunung Nurhayati dan Ifa Hanifia Senjiati. (2017). Kinerja

Pengelolaan Zakat Menggunakan Indeks Zakat Nasional (IZN) di BAZNAS

Provinsi Jawa Barat. Keuangan Dan Perbankan Syariah, 308–314.

Yuanta, Ines. (2016). Penilaian Kinerja Lembaga Amil Zakat Dengan Pendekatan

Indonesia Magnificence of Zakat. Jember: Universitas Jember.

Page 121: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

105

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 122: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

106

LAMPIRAN 1

Kuesioner Penelitian

Page 123: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

107

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Peneliti: Akbar Prayogi

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dampak zakat di Kota Tangerang

Selatan terhadap kemiskinan, pembangunan manusia, dan kemandirian yang

telah disusun oleh Tim Pusat Kajian Strategis BAZNAS serta sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi dalam bidang Ilmu Akuntansi pada

UIN Syarif Hidayatullah. Semua informasi yang didapat akan dijaga

kerahasiaannya.

Catatan Penting:

o Kepala Keluarga, disingkat KK adalah orang yang memiliki tanggung

jawab tertinggi di dalam rumah tangga. (bisa laki-laki atau perempuan).

o Anggaran Anggota Keluarga, disingkat AK adalah mereka yang hidup

dan tinggal bersama KK dikediaman/rumah yang sama.

Page 124: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

108

NOMOR KUESIONER (Area/Urutan):

Tanggal Wawancara:

Nama Kepala Keluarga: Alamat Lengkap: No. Hp (jika ada);

BAGIAN A: INFORMASI PERSONAL

Nama Jenis

Kelamin Status

Tahun Lahir

Pendidikan Formal

Terakhir *

Apakah Mengikuti Pendidikan Informal **

L/P 1. Kepala Keluarga (KK)

2. Anggota Keluarga (AK)

1. Tidak Pernah Sekolah

2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Diploma 6. Universitas

a. Ya (sebutkan) b. Tidak

Catatan:

Pendidikan terakhir (lengkap dengan tingkatnya: misal SMP kelas 2, kuliah tingkat 1, dsb)

Kegiatan informal termasuk: kursus, les, kerja paket, pelatihan, diskusi/ceramah mingguan (harus rutin)

BAGIAN B: PENDAPATAN KELUARGA

Anggota Status

Pekerjaan Pendapatan Rutin (Rp/Bulan)

Pendapatan tidak rutin

Pendapatan dari aset yang disewakan

Total Pendapatan

KK = Kepala Keluarga AK = Anggota Keluarga

1. Karyawan 2. Petani 3. Pedagang 4. Buruh 5. Lain-lain

(sebutkan)

1. Kiriman keluarga

2. Bantuan pemerintah

3. Kiriman pihak lain

4. Lain-lain (sebutkan)

1. Tanah 2. Rumah 3. Kendaraan 4. Peralatan 5. Lain-lain

(sebutkan)

KK

AK 1

AK 2

AK 3

AK 4

Dst

Catatan:

Pekerjaan yang dicatat adalah pekerjaan yang dilakukan selama satu bulan terakhir

Page 125: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

109

Jika pendapatan tidak tetap, maka diperkirakan dalam satuan waktu yang termudah, misalnya perminggu; per 3 bulan; per hari. Kemudian dibulatkan menjadi pendapatan selama satu bulan.

BAGIAN C: INFORMASI TABUNGAN DAN SIMPANAN

No Jenis Tabungan Ya Tidak Jumlah

1 Memiliki tabungan di bank konvensional

2 Memiliki tabungan di bank syariah

3 Memiliki tabungan di koperasi konvensional

4 Memiliki tabungan di koperasi syariah/IMBT

5 Memiliki tabungan di lembaga zakat

6 Mengikuti arisan uang rutin

7 Memiliki tabungan di rumah dalam bentuk celengan, brankas, dan sejenisnya

BAGIAN D: INFORMASI KESEHATAN

No Indikator Ya Tidak

1 Memiliki atap rumah yang terbuat dari genteng dan sejenisnya

2 Memiliki dinding rumah yang terbuat dari tembok dan sejenisnya

3 Memiliki fasilitas listrik memadai

4 Memiliki lantai permanen

5 Memiliki fasilitas air bersih (air PAM/air tanah)

6 Memiliki fasilitas sanitasi (toilet) memadai

7 Memiliki penyakit berat menahun (seperti TBC, stroke, diabetes, jantung, dll)

8 Memiliki cacat fisik akibat kecelakaan (diamputasi, dsb)

9 Memiliki akses kesehatan (BPJS, dan sejenisnya)

10 Tidak memiliki anggota keluarga yang merokok

BAGIAN E: BANTUAN ZAKAT DARI BAZNAS DAN LAZ

1. Jumlah bantuan yang diterima KK + AK dari BAZNAS atau lembaga zakat lainnya (jika ada) dikonversi ke nilai rupiah selama satu bulan terakhir

Jumlah Pendapatan Nilai Bantuan Zakat per Keluarga (Rp)

Penambahan Pendapatan Pasca Zakat (Rp/bulan)

Bantuan Konsumtif (detailkan): a. Pangan b. Kesehatan c. Pendidikan d. Biaya hidup

lainnya

Bantuan Produktif (detailkan): a. Bantuan modal

Omset Usaha Keuntungan

Page 126: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

110

b. Bantuan alat c. Bantuan lain

Lainnya (.......)

Total Tambahan Zakat

Keterangan: *jika dengan sebab bantuan, pendapatan bertambah1 Untuk kolom omset usaha dan keuntungan, dapat dipilih salah satu saja

BAGIAN F: PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN DARI BAZNAS

No Jenis Pembinaan/Pendampingan Ya Tidak

1 Pembinaan spiritual (pengajian/pertemuan rutin) sekurang-kurangnya 1x dalam sebulan

2 Pembinaan dan peningkatan kapasitas usaha sekurangkurangnya 1x dalam 6 bulan

3 Pendampingan rutin sekurang-kurangnya 2x dalam 1 bulan

BAGIAN G: TOTAL PENGELUARAN RUMAH TANGGA (Dalam 1 Bulan Terakhir)

Catatan: Perkirakan pengeluaran rata-rata per item dalam waktu yang paling mudah ( misalkan per hari/ minggu/ bulan/ dsb) lalu diakumulasi selama 1 bulan.

Jenis Pengeluaran Pengeluaran KK

Saja Total (KK+AK)

Total Bulanan (KK+AK)

Sewa rumah (jika rumah kontrakan)

Listrik, air, dan gas

Konsumsi makanan sehari-hari

Biaya Sekolah: - SPP - Uang Saku

Transportasi (Angkutan umum, bensin)

Komunikasi (pulsa)

Kesehatan: - Obat-obatan - Konsultasi

medis

Belanja Pakaian

Kosmetika

Rokok

Sumbangan hajatan

Hiburan (Pasar malam, bioskop, dll)

Utang jatuh tempo

1 Contoh: bantuan produktif pengadaan mesin Rp 2 juta. Dengan sebab pengadaan mesin, mustahik memiliki usaha dengan omset Rp 500 ribu/hari dan keuntungan Rp 50 ribu/hari. Maka masukkan nilai Rp 500 ribu/hari atau Rp 15 juta/bulan ke dalam kolom omset usaha, dan masukkan Rp 50 ribu/hari atau Rp 1.5 juta/bulan ke kolom keuntungan. Yang dihitung sebagai tambahan pendapatan adalah kolom keuntungan.

Page 127: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

111

Pelunasan cicilan/kredit barang per bulan

Lainnya (sebutkan)

BAGIAN H: EVALUASI KEGIATAN IBADAH RUMAH TANGGA MUSTAHIK SEBELUM DAN SESUDAH ZAKAT Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sebelum menerima dana zakat.

Variabel Skala Likert

Keterangan 1 2 3 4 5

Shalat

Puasa

Zakat & Infak

Lingkungan Keluarga

Kebijakan Pemerintah

Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sesudah menerima dana zakat.

Variabel Skala Likert

Keterangan 1 2 3 4 5

Shalat

Puasa

Zakat & Infak

Lingkungan Keluarga

Kebijakan Pemerintah

Page 128: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

112

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Peneliti: Akbar Prayogi

BAZNAS Kabupaten/Kota: Nama Pengisi/Jabatan:

No Komponen Ketersediaan/Variabel Deskripsi Variabel

1 Peraturan Daerah (Perda) tentang Zakat

Ada / Tidak Ada* No. Perda :

2

Alokasi APBD untuk BAZNAS kab/kota 2 tahun terakhir

Tahun 2017 Ada / Tidak Ada*

Rp.

Tahun 2018 Ada / Tidak Ada*

Rp.

3 Database Tahun 2018

a. Lembaga zakat resmi yang terdaftar di BAZNAS (termasuk BAZNAS kab/kota dan LAZ ditingkat kab/kota)

1. (nama lembaga):

2. (nama lembaga):

3. (nama lembaga):

4. (nama lembaga):

5. (nama lembaga):

6. (nama lembaga):

b. Jumlah mustahik yang terdaftar

(jiwa)

c. Jumlah muzakki perorangan yang terdaftar

(jiwa)

d. Jumlah muzakki badan usaha yang terdaftar

(unit)

e. Jumlah total rumah tangga di tingkat kabupaten/kota

(RT)

f. Jumlah total badan usaha di tingkat kabupaten/kota

(unit)

4 Penghimpunan Dana Zakat

Total Penghimpunan Tahun 2017: Rp.

Tahun 2018: Rp.

5 Pengelolaan Zakat 2018

Program Kerja Ada / Tidak Ada*

Page 129: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

113

Rencana Strategis Ada / Tidak Ada*

Standar Operational Procedures (SOP)

Ada / Tidak Ada*

Jenis SOP:

Sertifikat ISO Ada / Tidak Ada*

Jenis ISO:

6 Penyaluran Dana Zakat 2018

Total Dana Zakat yang Disalurkan

Rp.

Dana Zakat untuk kegiatan Dakwah

Ada / Tidak Ada* Jika Ada: Rp.

Penyaluran Zakat Produktif

Rencana Penyaluran pada Bulan:

Realisasi Penyaluran pada Bulan:

Penyaluran Zakat Sosial/Konsumtif

Rencana Penyaluran pada Bulan:

Realisasi Penyaluran pada Bulan:

7 Pelaporan Zakat 2018

Laporan Keuangan

Ada / Tidak Ada* Teraudit / Tidak Teraudit*

Dipublikasikan / Tidak dipublikasikan *

Jika Teraudit, mendapat opini WTP / Tidak WTP *

Laporan Audit Syariah Ada / Tidak Ada*

8

Biaya Operasional Pengelolaan Zakat 2018

Rp.

Page 130: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

114

LAMPIRAN 2

Skoring Dimensi Makro & Mikro

Page 131: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

115

Skoring Dimensi Makro dan Mikro

1. Dimensi Makro

No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)

1 2 3 4 5

1 Regulasi Nasional

Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat di <25% provinsi

Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurang-kurangnya di 25% provinsi

Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurang-kurangnya di 50% provinsi

Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat sekurangkurangnya di 75% provinsi

Memiliki UU zakat berserta perangkat peraturan pendukung di tingkat nasional serta memiliki Perda zakat di seluruh provinsi

2 Regulasi Daerah (untuk perhitungan level provinsi)

Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat di <25% kab/kota di provinsi tersebut

Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 25% kab/kota di provinsi tersebut

Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 50% kab/kota di provinsi tersebut

Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat sekurang-kurangnya di 75% kab/kota di provinsi tersebut

Memiliki Perda zakat di tingkat provinsi dan Perda zakat di seluruh kab/kota di provinsi tersebut

3 APBN untuk BAZNAS

Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS <20%

Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 20%

Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnaya 30%

Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 50%

Rasio APBN terhadap biaya operasional BAZNAS sekurangkurangnya 75%

4 APBD untuk BAZNAS daerah (untuk perhitungan level provinsi)

Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah <20%

Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 20%

Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 30%

Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 50%

Rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS daerah sekurang-kurangnya 75%

Page 132: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

116

1. Dimensi Makro

No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)

1 2 3 4 5

5 Jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik

Tidak memiliki database dari jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga

Memiliki 1 dari database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga

Memiliki 2 dari database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga

Memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga

Memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga serta peta sebarannya

6 Rasio jumlah muzaki individu terhadap jumlah rumah tangga nasional

Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap rumah tangga nasional <1%

Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 1- 3.9%

Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 4-6.9%

Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional 7-10%

Rasio jumlah muzaki terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah rumah tangga nasional >10%

7 Rasio muzaki badan usaha terhadap jumlah badan usaha nasional

Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha <1%

Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 1-1.9%

Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 2-2.9%

Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha 3-3.9%

Rasio jumlah muzaki badan terdaftar (memiliki NPWZ) terhadap jumlah badan usaha ≥4%

Keterangan: Khusus tingkat kabupaten/kota, keberadaan Perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks regulasi = 1, dan ketiadaan Perda pengelolaan zakat akan membuat nilai indeks regulasi = 0.

2. Dimensi Mikro

No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)

1 2 3 4 5

1 Penghimpunan Pertumbuhan (YoY) <5%

Pertumbuhan (YoY) 5- 9%

Pertumbuhan (YoY) 10-14%

Pertumbuhan (YoY) 15-19%

Pertumbuhan (YoY) >20%

2 Pengelolaan Tidak memiliki SOP pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi

Memiliki sekurangkurangnya 1 dari SOP pengelolaan zakat,

Memiliki sekurangkurangnya 2 dari SOP pengelolaan

Memiliki sekurangkurangnya 3 dari SOP pengelolaan zakat,

Memiliki SOP pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi

Page 133: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

117

2. Dimensi Mikro

No Variabel Kriteria (1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)

1 2 3 4 5

ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan

rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan

zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan

rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan

ISO/manajemen mutu, dan program kerja tahunan

3 Penyaluran ACR <20% PS >12 bulan PE > 15 bulan Tidak ada anggaran untuk PD

ACR 20-49% PS 9-12 bulanPE 12-15 bulan PD minimal dialokasikan 0.1-<2.5% anggaran

ACR 20-49% PS 6-<9 bulan PE 9-<12 bulan PD minimal dialokasikan 2.5- <7.5% anggaran

ACR 50-69% PS 3-<6 bulan PE 6-<9 bulan PD minimal dialokasikan 7.5-<10% anggaran

ACR 20-49% PS <3 bulan PE <6 bulan PD minimal dialokasikan ≥10% anggaran

4 Pelaporan Tidak memiliki laporan keuangan

Memiliki laporan keuangan yang tidak teraudit

Memiliki laporan keuangan teraudit tapi tidak WTP

Memiliki laporan keuangan teraudit WTP dan publikasi pelaporan berkala

Memiliki laporan keuangan teraudit WTP, memiliki laporan audit syariah dan publikasi pelaporan berkala

5 Indeks kesejahteraan CIBEST (W)

Nilai indeks 0-0.20

Nilai indeks 0.21-0.40

Nilai indeks 0.41- 0.60

Nilai indeks 0.61-0.80

Nilai indeks >0.80

6 Modifikasi IPM

Nilai indeks 0-0.20

Nilai indeks 0.21-0.40

Nilai indeks 0.41- 0.60

Nilai indeks 0.61-0.80

Nilai indeks >0.80

7 Kemandirian Tidak memiliki pekerjaan dan usaha/bisnis

Memiliki pekerjaan tidak tetap (serabutan)

Hanya memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis

Memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan memiliki tabungan

Memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis, dan tabungan

Keterangan: Keterangan: ACR= Allocation to Collection Ratio, PS=Program Sosial, PE=Program Ekonomi, PD=Program Dakwah. Sumber: Puskas BAZNAS (2016)

Page 134: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

118

LAMPIRAN 3

Tabel Perhitungan Indeks

Harapan Hidup

Page 135: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

119

No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH

1 1954 21,2 20 85 0,018000

2 1966 27,9 20 85 0,121538

3 1957 35,0 20 85 0,230923

4 1978 42,4 20 85 0,344769

5 1971 52,2 20 85 0,495692

6 1972 36,8 20 85 0,258462

7 1961 27,0 20 85 0,108000

8 1971 35,9 20 85 0,244769

9 1972 51,0 20 85 0,477385

10 1968 33,2 20 85 0,202308

11 1976 53,6 20 85 0,517077

12 1969 44,0 20 85 0,369077

13 1955 33,5 20 85 0,207846

14 1975 51,1 20 85 0,478769

15 1970 35,0 20 85 0,230154

16 1965 27,1 20 85 0,108769

17 1965 30,1 20 85 0,155538

18 1968 41,1 20 85 0,324615

19 1941 11,5 20 85 0,130615

20 1955 22,0 20 85 0,030615

21 1973 47,9 20 85 0,428615

22 1973 37,7 20 85 0,272615

23 1969 49,1 20 85 0,448115

24 1970 35,0 20 85 0,230154

25 1980 44,3 20 85 0,373846

26 1942 22,0 20 85 0,030974

27 1978 38,5 20 85 0,285231

28 1975 35,8 20 85 0,243231

29 1977 51,2 20 85 0,479231

30 1977 41,5 20 85 0,330154

31 1975 39,6 20 85 0,301385

32 1968 29,6 20 85 0,147692

33 1970 31,3 20 85 0,174462

34 1970 35,0 20 85 0,230154

35 1972 36,8 20 85 0,258462

36 1968 33,2 20 85 0,203077

37 1967 39,9 20 85 0,305641

38 1948 13,6 20 85 -0,098000

39 1968 29,6 20 85 0,147692

40 1975 48,8 20 85 0,443115

41 1968 29,6 20 85 0,147692

42 1965 43,7 20 85 0,364423

Page 136: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

120

No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH

43 1968 29,6 20 85 0,147692

44 1979 54,0 20 85 0,523795

45 1970 35,0 20 85 0,230154

46 1952 19,6 20 85 0,006923

47 1971 54,2 20 85 0,525462

48 1963 46,7 20 85 0,411385

49 1967 46,4 20 85 0,406000

50 1958 51,0 20 85 0,476692

51 1948 24,9 20 85 0,075692

52 1970 47,9 20 85 0,429346

53 1960 37,9 20 85 0,275077

54 1958 40,3 20 85 0,312000

55 1949 36,1 20 85 0,247000

56 1965 30,5 20 85 0,161385

57 1979 47,9 20 85 0,428923

58 1959 37,9 20 85 0,275692

59 1975 52,9 20 85 0,505538

60 1965 44,0 20 85 0,369385

61 1960 43,3 20 85 0,359077

62 1979 50,7 20 85 0,471692

63 1968 41,2 20 85 0,325385

64 1968 32,3 20 85 0,188923

65 1965 43,1 20 85 0,355385

66 1967 31,0 20 85 0,168462

67 1965 30,5 20 85 0,161385

68 1955 24,0 20 85 0,061692

69 1959 42,8 20 85 0,350923

70 1970 42,9 20 85 0,352154

71 1966 31,4 20 85 0,174923

72 1963 55,9 20 85 0,552615

73 1965 29,7 20 85 0,148769

74 1965 44,5 20 85 0,377077

75 1969 40,8 20 85 0,320154

76 1965 31,8 20 85 0,181846

77 1965 29,2 20 85 0,141846

78 1966 31,0 20 85 0,168923

79 1965 30,5 20 85 0,161385

80 1968 42,3 20 85 0,343077

81 1965 29,7 20 85 0,148769

82 1970 51,2 20 85 0,480308

83 1965 35,9 20 85 0,244308

84 1969 49,7 20 85 0,456154

Page 137: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

121

No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH

85 1966 30,5 20 85 0,162000

86 1970 50,0 20 85 0,461231

87 1969 44,8 20 85 0,381846

88 1963 37,2 20 85 0,264923

89 1968 32,3 20 85 0,188923

90 1972 52,2 20 85 0,494769

91 1968 40,2 20 85 0,310923

92 1965 43,3 20 85 0,358769

93 1966 43,6 20 85 0,363077

94 1963 35,2 20 85 0,233385

95 1968 32,3 20 85 0,188923

96 1970 42,3 20 85 0,343385

97 1972 45,5 20 85 0,392462

98 1970 34,1 20 85 0,216462

99 1965 30,5 20 85 0,161385

100 1970 41,7 20 85 0,334000

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Page 138: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

122

LAMPIRAN 4

Tabel Perhitungan Harapan Lama

Sekolah

Page 139: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

123

No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS

1 1954 4,2 0 18 0,233333

2 1966 6,45 0 18 0,358333

3 1957 4,95 0 18 0,275000

4 1978 7,95 0 18 0,441667

5 1971 7,2 0 18 0,400000

6 1972 7,2 0 18 0,400000

7 1961 5,7 0 18 0,316667

8 1971 7,2 0 18 0,400000

9 1972 7,2 0 18 0,400000

10 1968 6,45 0 18 0,358333

11 1976 7,95 0 18 0,441667

12 1969 6,45 0 18 0,358333

13 1955 4,95 0 18 0,275000

14 1975 7,95 0 18 0,441667

15 1970 7,2 0 18 0,400000

16 1965 6,45 0 18 0,358333

17 1965 6,45 0 18 0,358333

18 1968 6,45 0 18 0,358333

19 1941 2,1 0 18 0,116667

20 1955 4,95 0 18 0,275000

21 1973 7,2 0 18 0,400000

22 1973 7,2 0 18 0,400000

23 1969 6,45 0 18 0,358333

24 1970 7,2 0 18 0,400000

25 1980 8,7 0 18 0,483333

26 1942 2,1 0 18 0,116667

27 1978 7,95 0 18 0,441667

28 1975 7,95 0 18 0,441667

29 1977 7,95 0 18 0,441667

30 1977 7,95 0 18 0,441667

31 1975 7,95 0 18 0,441667

32 1968 6,45 0 18 0,358333

33 1970 7,2 0 18 0,400000

34 1970 7,2 0 18 0,400000

35 1972 7,2 0 18 0,400000

36 1968 6,45 0 18 0,358333

37 1967 6,45 0 18 0,358333

38 1948 3,45 0 18 0,191667

39 1968 6,45 0 18 0,358333

40 1975 7,95 0 18 0,441667

Page 140: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

124

No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS

41 1968 6,45 0 18 0,358333

42 1965 6,45 0 18 0,358333

43 1968 6,45 0 18 0,358333

44 1979 7,95 0 18 0,441667

45 1970 7,2 0 18 0,400000

46 1952 4,2 0 18 0,233333

47 1971 7,2 0 18 0,400000

48 1963 5,7 0 18 0,316667

49 1967 6,45 0 18 0,358333

50 1958 4,95 0 18 0,275000

51 1948 3,45 0 18 0,191667

52 1970 7,2 0 18 0,400000

53 1960 5,7 0 18 0,316667

54 1958 4,95 0 18 0,275000

55 1949 3,45 0 18 0,191667

56 1965 6,45 0 18 0,358333

57 1979 7,95 0 18 0,441667

58 1959 4,95 0 18 0,275000

59 1975 7,95 0 18 0,441667

60 1965 6,45 0 18 0,358333

61 1960 5,7 0 18 0,316667

62 1979 7,95 0 18 0,441667

63 1968 6,45 0 18 0,358333

64 1968 6,45 0 18 0,358333

65 1965 6,45 0 18 0,358333

66 1967 6,45 0 18 0,358333

67 1965 6,45 0 18 0,358333

68 1955 4,95 0 18 0,275000

69 1959 4,95 0 18 0,275000

70 1970 7,2 0 18 0,400000

71 1966 6,45 0 18 0,358333

72 1963 5,7 0 18 0,316667

73 1965 6,45 0 18 0,358333

74 1965 6,45 0 18 0,358333

75 1969 6,45 0 18 0,358333

76 1965 6,45 0 18 0,358333

77 1965 6,45 0 18 0,358333

78 1966 6,45 0 18 0,358333

79 1965 6,45 0 18 0,358333

80 1968 6,45 0 18 0,358333

Page 141: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

125

No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS

81 1965 6,45 0 18 0,358333

82 1970 7,2 0 18 0,400000

83 1965 6,45 0 18 0,358333

84 1969 6,45 0 18 0,358333

85 1966 6,45 0 18 0,358333

86 1970 7,2 0 18 0,400000

87 1969 6,45 0 18 0,358333

88 1963 5,7 0 18 0,316667

89 1968 6,45 0 18 0,358333

90 1972 7,2 0 18 0,400000

91 1968 6,45 0 18 0,358333

92 1965 6,45 0 18 0,358333

93 1966 6,45 0 18 0,358333

94 1963 5,7 0 18 0,316667

95 1968 6,45 0 18 0,358333

96 1970 7,2 0 18 0,400000

97 1972 7,2 0 18 0,400000

98 1970 7,2 0 18 0,400000

99 1965 6,45 0 18 0,358333

100 1970 7,2 0 18 0,400000

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Page 142: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

126

LAMPIRAN 5

Tabel Perhitungan Rata-Rata

Lama Sekolah

Page 143: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

127

No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS

1 1954 6 0 15 0,4

2 1966 12 0 15 0,8

3 1957 12 0 15 0,8

4 1978 12 0 15 0,8

5 1971 12 0 15 0,8

6 1972 9 0 15 0,6

7 1961 9 0 15 0,6

8 1971 12 0 15 0,8

9 1972 9 0 15 0,6

10 1968 9 0 15 0,6

11 1976 12 0 15 0,8

12 1969 12 0 15 0,8

13 1955 6 0 15 0,4

14 1975 9 0 15 0,6

15 1970 6 0 15 0,4

16 1965 9 0 15 0,6

17 1965 12 0 15 0,8

18 1968 9 0 15 0,6

19 1941 0 0 15 0

20 1955 6 0 15 0,4

21 1973 6 0 15 0,4

22 1973 12 0 15 0,8

23 1969 12 0 15 0,8

24 1970 12 0 15 0,8

25 1980 12 0 15 0,8

26 1942 12 0 15 0,8

27 1978 12 0 15 0,8

28 1975 12 0 15 0,8

29 1977 12 0 15 0,8

30 1977 12 0 15 0,8

31 1975 12 0 15 0,8

32 1968 12 0 15 0,8

33 1970 12 0 15 0,8

34 1970 9 0 15 0,6

35 1972 6 0 15 0,4

36 1968 9 0 15 0,6

37 1967 9 0 15 0,6

38 1948 6 0 15 0,4

39 1968 9 0 15 0,6

Page 144: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

128

No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS

40 1975 6 0 15 0,4

41 1968 9 0 15 0,6

42 1965 12 0 15 0,8

43 1968 6 0 15 0,4

44 1979 12 0 15 0,8

45 1970 6 0 15 0,4

46 1952 0 0 15 0

47 1971 9 0 15 0,6

48 1963 6 0 15 0,4

49 1967 6 0 15 0,4

50 1958 6 0 15 0,4

51 1948 0 0 15 0

52 1970 12 0 15 0,8

53 1960 6 0 15 0,4

54 1958 0 0 15 0

55 1949 6 0 15 0,4

56 1965 6 0 15 0,4

57 1979 12 0 15 0,8

58 1959 0 0 15 0

59 1975 12 0 15 0,8

60 1965 12 0 15 0,8

61 1960 6 0 15 0,4

62 1979 6 0 15 0,4

63 1968 6 0 15 0,4

64 1968 9 0 15 0,6

65 1965 6 0 15 0,4

66 1967 6 0 15 0,4

67 1965 6 0 15 0,4

68 1955 6 0 15 0,4

69 1959 6 0 15 0,4

70 1970 12 0 15 0,8

71 1966 6 0 15 0,4

72 1963 6 0 15 0,4

73 1965 6 0 15 0,4

74 1965 6 0 15 0,4

75 1969 6 0 15 0,4

76 1965 6 0 15 0,4

77 1965 6 0 15 0,4

78 1966 12 0 15 0,8

Page 145: ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46109/1/AKBAR... · ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN PENDEKATAN

129

No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS

79 1965 6 0 15 0,4

80 1968 6 0 15 0,4

81 1965 6 0 15 0,4

82 1970 9 0 15 0,6

83 1965 9 0 15 0,6

84 1969 6 0 15 0,4

85 1966 6 0 15 0,4

86 1970 6 0 15 0,4

87 1969 12 0 15 0,8

88 1963 6 0 15 0,4

89 1968 6 0 15 0,4

90 1972 9 0 15 0,6

91 1968 6 0 15 0,4

92 1965 6 0 15 0,4

93 1966 6 0 15 0,4

94 1963 6 0 15 0,4

95 1968 12 0 15 0,8

96 1970 6 0 15 0,4

97 1972 6 0 15 0,4

98 1970 6 0 15 0,4

99 1965 6 0 15 0,4

100 1970 6 0 15 0,4

Sumber: Data Primer 2018 (diolah)