BAB I PENDAHULUAN Pada awalnya Kota Langsa adalah bagian dari Kabupaten Aceh Timur, namun pada tahun 2001 terjadi pemekaran kota sehingga terbentuklah Kota Langsa. Kota Langsa merupakan kota pesisir yang memiliki garis pantai 16 km. Kota Langsa merupakan kota kecil dengan keramaian yang terpusat di tiga titik , yaitu pada Jalan Teuku Umar , Jalan Sudirman, dan Jalan Ahmad Yani. Jalan Teuku Umar merupakan pusat pertokoan di Kota Langsa yang terletak di Kecamatan Langsa Kota, apabila terjadi hujan di areal ini dengan durasi 1 (satu) jam akan menimbulkan genangan di jalan tersebut dengan ketinggian antara 20 s/d 50 cm. Genangan yang terjadi di Jalan Teuku Umar ini menghambat arus lalu lintas di areal pertokoan, sebagian genangan juga ada yang memasuki pertokoan sehingga merugikan masyarakat. Saluran Drainase pada Jalan Teuku Umar merupakan saluran interceptor/saluran penerima, sedangkan saluran drainase pada Jalan Sudirman adalah saluran conveyor/saluran pembawa yang menerima pembebanan air dari areal pertokoan di Jalan Teuku Umar kemudian disalurkan ke saluran conveyor di Jalan Sudirman, dan pada saluran ini air buangan diteruskan menuju alur di Desa BTN Sungai Pauh yang kemudian menuju laut. 1
135
Embed
Analisa Kapasitas Saluran Drainase Jalan Teuku Umar-jalan Sudirman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya Kota Langsa adalah bagian dari Kabupaten
Aceh Timur, namun pada tahun 2001 terjadi pemekaran kota
sehingga terbentuklah Kota Langsa. Kota Langsa merupakan kota
pesisir yang memiliki garis pantai 16 km. Kota Langsa merupakan kota
kecil dengan keramaian yang terpusat di tiga titik , yaitu pada Jalan Teuku Umar ,
Jalan Sudirman, dan Jalan Ahmad Yani. Jalan Teuku Umar merupakan pusat
pertokoan di Kota Langsa yang terletak di Kecamatan Langsa Kota, apabila terjadi
hujan di areal ini dengan durasi 1 (satu) jam akan menimbulkan genangan di jalan
tersebut dengan ketinggian antara 20 s/d 50 cm. Genangan yang terjadi di Jalan
Teuku Umar ini menghambat arus lalu lintas di areal pertokoan, sebagian genangan
juga ada yang memasuki pertokoan sehingga merugikan masyarakat. Saluran
Drainase pada Jalan Teuku Umar merupakan saluran interceptor/saluran penerima,
sedangkan saluran drainase pada Jalan Sudirman adalah saluran conveyor/saluran
pembawa yang menerima pembebanan air dari areal pertokoan di Jalan Teuku Umar
kemudian disalurkan ke saluran conveyor di Jalan Sudirman, dan pada saluran ini air
buangan diteruskan menuju alur di Desa BTN Sungai Pauh yang kemudian menuju
laut.
Drainase perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk di bicarakan karena
memegang fungsi utama dalam hal pengendalian air. Sistem saluran drainase berarti
sistem pengaturan atau pengeringan kawasan atas air hujan yang menggenang. Sistem
saluran drainase harus di kembangkan salurannya sendiri, mulai dari air hujan masuk
ke selokan / parit sampai dengan meresap ke dalam tanah kembali atau mengalir ke
sungai dan bermuara ke laut. Lokasi penelitian saluran drainase terletak di daerah
Jalan Teuku Umar dan Jalan Sudirman (dapat dilihat pada lampiran halaman
65 s/d 69). Sistem saluran drainase merupakan saluran gabungan air limbah domestik
(air limbah rumah tangga) dan air limpasan hujan. Saluran yang di pergunakan adalah
saluran terbuka, dan terdapat beberapa saluran tertutup.
1
Kecamatan Langsa Kota khususnya pada Jalan Teuku Umar termasuk wilayah
rawan banjir genangan akibat hujan. Penelitian ini di maksudkan mengevaluasi
faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya banjir di Jalan Teuku Umar
dan Jalan Sudirman. Tujuannya adalah menganalisa kapasitas saluran drainase dan
debit banjir maksimum dengan periode ulang 5 tahunan dan 10 tahunan, kemudian
akan dilakukan pendimensian hidraulis kembali saluran dan gorong-gorong
menggunakan rumus debit aliran dan rumus manning.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Banjir merupakan kata yang populer di Indonesia, khususnya
pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia
mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun
berulang, namun permasalahan ini belum terselesaikan, bahkan
cenderung meningkat, baik frekuensinya, luasannya,
kedalamannya, maupun durasinya. Dalam mengatasi masalah
banjir ini diperlukan suatu sistem drainase yang baik, dengan
didukung berbagai aspek perencanaan yang terkait didalamnya.
2.1 DRAINASE
Drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage yang
artinya mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.
Dalam bidang Teknik Sipil, drainase secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu (Suripin, 2004).
2.1.1 Sistem Drainase
Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase secara
berurutan mulai dari hulu terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),
saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di
sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti
gorong-gorong, jembatan-jembatan, talang dan saluran miring/got
miring (Suripin, 2004).
3
Sesuai dengan cara kerjanya, Saluran drainase buatan dibedakan
menjadi:
1. Saluran Interceptor (Saluran Penerima)
Berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran
dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya. Saluran
ini biasanya dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif
sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya
terdapat di saluran collector atau conveyor atau langsung di natural
drainage/sungai alam.
2. Saluran Collector (Saluran Pengumpul)
Berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari
saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang
ke saluran conveyor (pembawa).
3. Saluran Conveyor (Saluran Pembawa)
Berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke
lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang
dilalui.
abcdefMenurut keberadaannya, sistem jaringan drainase dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Natural Drainage (Drainase Alamiah)
Terbentuk melalui proses alamiah yang terbentuk sejak bertahun-tahun
mengikuti hukum alam yang berlaku. Dalam kenyataannya sistem ini berupa
sungai beserta anak-anak sungainya yang membentuk suatu jaringan alur
aliran.
2. Artificial Drainage (Drainase Buatan)
Dibuat oleh manusia, dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan atau
melengkapi kekurangan-kekurangan sistem drainase alamiah dalam fungsinya
membuang kelebihan air yang mengganggu. Jika ditinjau dari sistem jaringan
drainase, kedua sistem tersebut harus merupakan kesatuan tinjauan yang
berfungsi secara bersama.
Menurut fungsinya, saluran drainase dapat dibedakan menjadi:
4
1. Single purpose, yaitu saluran hanya berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
2. Multi purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan, baik secara tercampur maupun secara
bergantian.
Menurut konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan
menjadi:
1. Drainase saluran terbuka
Saluran drainase primer biasanya berupa saluran terbuka,
baik berupa saluran dari tanah, pasangan batu kali atau
beton.
2. Drainase saluran tertutup
Pada kawasan perkotaan yang padat, saluran drainase
biasanya berupa saluran tertutup. Saluran dapat berupa buis
beton yang dilengkapi dengan bak kontrol, atau saluran
pasangan batu kali/beton yang diberi plat tutup dari beton
bertulang. Karena tertutup, maka perubahan penampang
saluran akibat sedimentasi, sampah dan lain-lain tidak dapat
terlihat dengan mudah (Suripin, 2004).
Menurut konsepnya, sistem jaringan drainase dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Drainase konvensional
Drainase konvensional adalah upaya membuang atau
mengalirkan air kelebihan secepatnya ke sungai terdekat.
Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang
jatuh di suatu wilayah harus secepatnya dibuang ke sungai
dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini dilakukan pada
semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik
di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Dampak dari pemakaian
konsep drainase konvensional tersebut dapat kita lihat
sekarang ini, yaitu kekeringan yang terjadi di mana-mana,
5
juga banjir, longsor, dan pelumpuran. Kesalahan konsep
drainase konvensional yang paling pokok adalah filosofi
membuang air genangan secepatnya ke sungai. Demikian
juga mengalirkan air secepatnya berarti menurunkan
kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan
demikian, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di
musim kemarau akan terjadi. Sehingga banjir dan kekeringan
merupakan dua fenomena yang saling memperparah dan
terjadi susul-menyusul.
2. Drainase Ramah Lingkungan
Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya
mengelola air kelebihan dengan cara sebanyak-banyaknya
meresapkan air ke dalam tanah secara alamiah atau
mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas
sungai sebelumnya. Dalam drainase ramah lingkungan, justru
air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian
rupa sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai.
Beberapa metode drainase ramah lingkungan yang dapat
dipakai diantaranya adalah metode kolam konservasi, metode
sumur resapan, metode river side polder, dan metode pengembangan
areal perlindungan air tanah (ground water protection area).
2.2 ANALISA HIDROLOGI
Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan
dengan aspek hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber
air yang akan dialirkan pada sistem drainase dan limpasan sebagai
akibat tidak mampunya sistem drainase mengalirkan air ke tempat
pembuangan akhir. Disain hidrologi diperlukan untuk mengetahui
debit pengaliran.
2.2.1 Analisa Frekuensi dan Probabilitas
6
Sistem hidrologi kadang–kadang dipengaruhi oleh peristiwa–
peristiwa yang luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir, dan
kekeringan. Tujuan analisa frekuensi data hidrologi adalah
berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi kemungkinan.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran
hujan disamai atau dilampaui. Kala ulang adalah waktu hipotetik
dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui. Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam
analisis frekuensi, yaitu :
1. Data maksimum tahunan: tiap tahun diambil hanya satu
besaran maksimum yang dianggap berpengaruh dalam
analisa selanjutnya.
2. Seri Parsial: dengan menetapkan suatu besaran tertentu
sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang
lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan
bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam analisa frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung
pada kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia,
makin besar penyimpangan yang terjadi.
2.2.1.1.Distribusi Probabilitas Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas
normal, jika data yang di pergunakan adalah berupa sampel,
dilakukan dengan rumus – rumus berikut. (I Made Kamiana,
2010, Teknik perhitungan debit rencana bangunan air,
halaman 30)
XT = X + k.Sx ................................................................... .....
Lampiran G. 1. Bagan Alir Penenlitian yang disajikan dalam bentuk flow chart.
64
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Lampiran G. 2. Bagan Alir Analisa Data yang disajikan dalam bentuk flow chart.
65
Selesai
Perencanaan HidraulisSaluran
Debit Banjir Periode Ulang 5 & 10
Tahunan
Debit Air LimbahPeriode Ulang 5Dan 10 Tahunan
EvaluasiKapasitas
Saluran Existing
Data Primer Data Sekunder
Analisa Data
Mulai
Input Data Curah Hujan dariTahun 2001 s/d 2011
Analisa Frekuensi Curah Hujan Untuk Mendapatkan Hujan Rencana Periode
Ulang 5 dan 10 Tahunan Menggunakan 3 Metode Distribusi
Distribusi Normal Distribusi Probabilitas Log Normal Distribusi Gumbell
Lampiran G. 3. Analisa Hidrologi Pada Sal. Colector I, II, III, dan Saluran Conveyor
66
Analisa Hidrologi
Hujan Rencana Periode Ulang ( Distirbusi Normal )X5 tahunan = 334,532 mm/hariX10tahunan=358,12 mm/hari
Hujan Rencana Periode Ulang ( Distirbusi Log Normal )X5 tahunan = 333,426 mm/hariX10tahunan=362,957mm/hari
Hujan Rencana Periode Ulang ( Distirbusi Gumbell )X5 tahunan = 346,21 mm/hariX10tahunan=388,58mm/hari
Uji Smirnov-KolmogorofDistibusi Normal = 0,1273 < 0,41 analisa frekuensi dapat diterimaDistibusi Log Normal = 0,1110 < 0,41 analisa frekuensi dapat diterimaDistibusi Gumbell = 0,1170 < 0,41 analisa frekuensi dapat diterimaSetelah dilakukan analisa data dari 3 analisa frekuensi. Hujan rencana didasarkan pada metode distribusi log normal karena memiliki simpangan maksimum terkecil
Hitung Waktu Konsentrasi (Tc), menggunakan Rumus Kirpich TC = To + Td, Kemudian Hitung
Intensitas Hujan Rencana dengan Rumus Mononobe
Analisa Kapasitas Saluran Drainase Yang Ada
Menggunakan Rumus Debit Aliran dan Persamaan
Manning
Analisa Debit Banjir Periode Ulang 5 dan 10 Tahunan Menggunakan Metode
Rasional
Hitung Pertumbuhan Penduduk Periode Ulang 5
dan 10 Tahunan menggunakan persamaan matematik log binomial
Kemudian Analisa Debit Air Limbah
Perencanaan Saluran Colector dan Conveyor Menggunakan Rumus Debit Aliran dan Rumus Manning
Selesai
Uji Kecocokan Distribusi yang mana dari ketiga distribusi memiliki Simpangan Maksimum
Terkecil Untuk Mendapatkan Hujan Rencana Periode Ulang 5 dan 10 Tahunan Menggunakan
Metode Smirnov Kolmogorof
s
67
Perhitungan Intensitas Hujan Rencana Daerah Pengaliran
Saluran Colector 1I5 tahunan = 80,93 mm/jamI10tahunan =89,31 mm/jam
Perhitungan Intensitas Hujan Rencana Daerah Pengaliran
Saluran Colector 2I5 tahunan = 88,29 mm/jamI10tahunan =97,43 mm/jam
Perhitungan Intensitas Hujan Rencana Daerah
Pengaliran Saluran Colector 3
I5 tahunan = 84,57 mm/jamI10tahunan =93,33 mm/jam
Perhitungan Intensitas Hujan Rencana Daerah Pengaliran
Saluran ConveyorI5 tahunan = 52,82 mm/jamI10tahunan =58,29 mm/jam
Koefisien Limpasan (C) Dan Koefisien Tampungan (Cs)Daerah Pengaliran Sal. Colector 1, C=0,95 dan Cs = 0,876Daerah Pengaliran Sal. Colector 2, C=0,95 dan Cs = 0,916Daerah Pengaliran Sal. Colector 3, C=0,95 dan Cs = 0,7895Daerah Pengaliran Sal. Coveyor , C=0,95 dan Cs = 0,891
Pendimensian Saluran Colector IIIDirencakan Saluran Colector IIIUkuran 0,67 m’ x 1,34 m’ + 0,20 mDirencanakan Plat Beton Ukuran 1,90 m’ x 1,34 m’ + 0,20 m
(m2) (m’) (m’) (m/detik) (m3/detik)
1 Colector III 0,897 3,35 0,268 7,802 7,019
Sumber : Hasil Analisa
Lampiran T .3
Tabel R rencana, I rencana, Q banjir, Qw, dan Q existing
No Saluran Drainase R
(mm/hari)
I
(mm/jam)
Q Banjir
(m3/detik)
Qw
(m3/detik)
Q Saluran
(m3/detik)
1 Colector I 333,426
362,957
80,93
89,31
26,21
28,92
0,003
0,003
30,43
2 Colector II 333,426
362,957
88,29
97,43
4,27
4,71
0,00005
0,00005
5,21
3 Colector III 333,426
362,957
84,57
93,33
6,17
6,81
0,00008
0,00008
3,92
4 Conveyor 333,426
362,957
52,82
58,29
62,14
68,58
0,012
0,014
113,97
Sumber : Hasil Analisa
Lampiran T.4
Tabel Dimensi Saluran Existing dan Saluran Rencana Pada Saluran Drainase Jalan
Teuku Umar – Jalan Sudirman
No Saluran
Drainase
Dimensi Existing Dimensi Rencana Dimensi
Saluran
Existing
Dimensi
Saluran
Rencana
1 Colector I h = 1,20 m’
b = 2,00 m’
b’= 1,80 m’
2 Colector II h = 0,70 m
b = 1,10 m
3 Colector III h = 0,80 m’ h = 0,67 m’
69
b = 0,80 m’ b = 1,38 m’
4 Conveyor h = 1,80 m
b = 3,00 m
b’= 1,00 m’
Sumber : Hasil Analisa
Lampiran G. 4. Peta Langsa
70
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Langsa Tahun 2012
Lampiran G 5. Peta Ikhtisar Kota Langsa
71
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Langsa Tahun 2011
72
73
74
75
76
77
78
79
Lampiran T 5: Tabel Nilai Reduced Standart Deviation (SN) dan Nilai Reduced
Mean (Yn) Untuk Distribusi Probabilitas Gumbell
n Sn Yn N Sn Yn10 0.9497 0.4952 60 1.175 0.552115 1.0210 0.5128 70 1.185 0.554820 1.0630 0.5236 80 1.194 0.556725 1.0910 0.5390 90 1.201 0.558630 1.1120 0.5362 100 1.206 0,560035 1.1280 0.5403 200 1.236 0.567240 1.1410 0.5436 500 1.259 0.572445 1.1520 0.5463 1000 1.269 0.574550 1.1610 0.5485
Lampiran T.9 Tabel Luas Wilayah Di Bawah Kurve Normal
83
Lampiran T.9 Tabel Luas Wilayah Di Bawah Kurve Normal
84
Lampiran T.9 Tabel Luas Wilayah Di Bawah Kurve Normal
85
Lampiran T.9 Tabel Luas Wilayah Di Bawah Kurve Normal
86
LampiranT. 10. Tabel Bentuk – bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya
No Bentuk Saluran Fungsinya
1.
2.
3.
4.
Trapesium
Kombinasi Trapesium dengan segi
empat
Kombinasi Trapesium dengan setengah
lingkaran
Segi Empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasaan air hujan
dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan
fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang
masih tersedia cukup lahan.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasaan air hujan
dengan debit yang besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar
dan terus menerus tapi debit minimumnya masih cukup besar.
Fungsinya sama dengan bentuk 2 sifat alirannya terus menerus dan
berfluktuasi besar dengan debit minimum kecil. Fungsi bentuk
setengah lingkaran ini adalah untuk mengalirkan debit minimum
tersebut.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan
dengan debit besar. Sifat alirannya terus menerus dan fluktuasi kecil.
87
5.
6.
Kombinasi segi empat dengan setengah
lingkaran
Setengah Lingkaran
Bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang
tidak mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan 2
dan 3.
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil.
Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran – saluran rumah
penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.
Sumber : Robert J kodoatie, Ph.D dan Roestam Sjarief, Ph.D, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
Edisi 2 Halaman 109
Lampiran T.11KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2002
NO. BULAN TAHUN
2002MM HH
1 JANUARI - -2 FEBRUARI - -3 MARET 206 44 APRIL 27 55 MEI 144 96 JUNI 49 97 JULI 19 38 AGUSTUS 34 39 SEPTEMBER 106 810 OKTOBER 286 2211 NOPEMBER 158 1412 DESEMBER 315 14
JUMLAH 1344 91RATA - RATA 112 8
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
88
Lampiran T.12KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2003
NO. BULAN TAHUN
2003MM HH
1 JANUARI - -2 FEBRUARI - -3 MARET - -4 APRIL - -5 MEI 132 96 JUNI 50 67 JULI 46 88 AGUSTUS 42 49 SEPTEMBER 213 1910 OKTOBER 52 711 NOPEMBER 35 612 DESEMBER 57 9
JUMLAH 627 68RATA - RATA 112 6
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
89
Lampiran T.13KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2004
NO. BULAN TAHUN
2005MM HH
1 JANUARI 92 52 FEBRUARI - -3 MARET 131 64 APRIL 76 75 MEI 73 76 JUNI 65 57 JULI 73 58 AGUSTUS 69 89 SEPTEMBER 158 1610 OKTOBER 250 1811 NOPEMBER 212 1812 DESEMBER 136 9
JUMLAH 1335 104RATA - RATA 112 9
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
90
Lampiran T.14KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2005
NO. BULAN TAHUN
2005MM HH
1 JANUARI 99 72 FEBRUARI 103 33 MARET 129 44 APRIL 32 35 MEI 60 46 JUNI 83 57 JULI 193 98 AGUSTUS 161 89 SEPTEMBER 135 810 OKTOBER 275 1311 NOPEMBER 139 912 DESEMBER 264 11
JUMLAH 1673 84RATA - RATA 139 7
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
91
Lampiran T. 15KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2006
NO. BULAN TAHUN
2006MM HH
1 JANUARI 166 152 FEBRUARI 8 13 MARET 35 34 APRIL 26 65 MEI 131 116 JUNI 134 127 JULI 141 68 AGUSTUS 118 109 SEPTEMBER 174 810 OKTOBER 367 1811 NOPEMBER 244 1412 DESEMBER 332 13
JUMLAH 1876 117RATA - RATA 185 10
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
92
Lampiran T.16KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2007
NO. BULAN TAHUN
2007MM HH
1 JANUARI 42 82 FEBRUARI 114 83 MARET 222 114 APRIL 46 115 MEI 97 76 JUNI 85 97 JULI 145 98 AGUSTUS 184 119 SEPTEMBER 249 1510 OKTOBER 139 1311 NOPEMBER 124 1312 DESEMBER 215 18
JUMLAH 1662 133RATA - RATA 171 10
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
93
Lampiran T.17KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2008
NO. BULAN TAHUN
2008MM HH
1 JANUARI 114 102 FEBRUARI 32 23 MARET 61 34 APRIL 74 55 MEI 225 126 JUNI 145 97 JULI 166 118 AGUSTUS 194 119 SEPTEMBER 129 1010 OKTOBER 258 1311 NOPEMBER 295 1412 DESEMBER 357 13
JUMLAH 2049 114RATA - RATA 171 10
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
94
Lampiran T.18KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2009
NO. BULAN TAHUN
2009MM HH
1 JANUARI 83 122 FEBRUARI 48 43 MARET 112 104 APRIL 100 95 MEI 113 126 JUNI 114 47 JULI 130 78 AGUSTUS 148 139 SEPTEMBER 172 1410 OKTOBER 174 1511 NOPEMBER 180 1612 DESEMBER 224 14
JUMLAH 1598 130RATA - RATA 169 10
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
95
Lampiran T.19KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2010
NO. BULAN TAHUN
2010MM HH
1 JANUARI 222 122 FEBRUARI 24 43 MARET 143 104 APRIL 104 95 MEI 181 126 JUNI 35 47 JULI 100 78 AGUSTUS 178 139 SEPTEMBER 239 1410 OKTOBER 241 1511 NOPEMBER 350 1612 DESEMBER 246 14
JUMLAH 2063 130RATA - RATA 172 11
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
96
Lampiran T.20KEADAAN CURAH HUJAN DALAM
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2011
NO. BULAN TAHUN
2011MM HH
1 JANUARI 230 102 FEBRUARI 30 53 MARET 140 124 APRIL 120 75 MEI 190 156 JUNI 56 67 JULI 122 98 AGUSTUS 153 159 SEPTEMBER 210 1010 OKTOBER 220 1011 NOPEMBER 320 2012 DESEMBER 330 18
JUMLAH 2121 137RATA - RATA 177 11
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur
97
Lampiran T.21Koefisien Kekasaran Manning untuk gorong-gorong dan saluran pasangan
Tipe Saluran Koefisien manning (n)
1. Baja 0.011-0.014
2. Baja Permukaan Gelombang 0.021-0.030
3. Semen 0.010-0.013
4. Beton 0.011-0.015
5. Pasangan batu 0.017-0.030
6. Kayu 0.010-0.014
7. Bata 0.011-0.015
8. Aspal 0.013
Sumber : Buku Drainase Perkotaan, wesli halaman 97
98
Lampiran T.22 Kecepatan Aliran Air yang diizinkan berdasarkan jenis material
Jenis Bahan Kecepatan Aliran yang
diizinkan (m/det)
1. Pasir Halus 0,45
2. Lempung Kepasiran 0,50
3. Lanau alluvial 0,60
4. Kerikil Halus 0,75
5. Lempung Kokoh 0,75
6. Lempung Padat 1,10
7. Kerikil Kasar 1,20
8. Batu batu besar 1,50
9. Pasangan Batu 1,50
10. Beton 1,50
11. Beton Bertulang 1,50
Sumber : Buku Drainase Perkotaan, wesli halaman 118