Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent
yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua
atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang
mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino
mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan
gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen
adalah karbonil, senyawanya adalah amina, bukan amida.
Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang memiliki sifat basa,
yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan
faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina
yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang
mempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari
tumbuhan secara kimia juga merupakan bagian dari golongan basa organik amina.
Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik, oleh
karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh karena
itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan sangat membantu dalam
memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang mempunyai peran penting
dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini.
1
Page 2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah yang dibahas dalam
tugas ini yaitu mengenai “Senyawa Amina”.
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan
pembuatan tugas ini, yaitu kami ingin membagikan pengetahuan baru yang
penulis dapat kepada pembaca pada umumnya mengenai Senyawa Amina.
1.4 Manfaat
Manfaat umum dari penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan
wawasan masyarakat pembaca mengenai Senyawa Amina, yang penulis harapkan
agar dapat berguna dalam penerapan kehidupan mesyarakat pembaca pada
umumnya.
Seiring dengan pembuatan tugas ini, Kami sebagai penyusun, berharap
agar pengetahuan dan wawasan saya juga dapat bertambah, sehingga Kami dapat
menerapkan wawasan yang saya dapat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
2
Page 3
BAB II
SENYAWA AMINA
2.1 Definisi Amina
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalen
yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga
merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR,
atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu
sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu
karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah
amida, bukan amina.
Amina juga merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik,
oleh karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh
karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan sangat
membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang
mempunyai peran pentig dalam pembuatan obat-obat
Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu
kamar. Di- dan trietilamin serta amina primer yang memiliki tiga sampai
sepuluh atom karbon adalah cairan, amina yang lebih kecil jumlah atom
karbonnya adalah gas.
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air
akibat adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak
seelektronegatif oksigen namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga
terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat antara molekulnya. Amina tersier tidak
memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air
dengannya atau dengan amin tersier lainnya.konsekuensinya titik didihnya
lebih rendah disbanding amina primer atau sekunder.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah
adalah aromanya yang tidak menyenangkan. Amine volatile ini menguap
secara cepat dan terciup seperti campuran ammonia dan ikan busuk.
3
Page 4
Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang mengandung protein
tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah
penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina.
Titik lebur, titik didih dan densitas dari beberapa senyawa amina
sederhana meningkat bersama dengan bertambahnya berat molekul sebagai
konsekuensi dari interaksi intermolekular yang lebih besar. Sama seperti
alkohol, senyawa amina yang lebih sederhana menunjukkan pengaruh ikatan
hydrogen. Nitrogen kurang elektonegatif dibandingkan dengan oksigen, ikatan
hydrogen pada N – H … N kurang kuat dibanding dengan ikatan O – H …. O.
Amina relatif bersifat basa lemah. Lebih basa dibanding air tapi jauh lebih
lemah sifat basanya dibanding ion OH- , ion alkoksida, dan ion alkanida.
Hanya alkohol dan eter yang dianggap sebagai turunan dari air, amina
dapat dianggap sebagi turunan ammonia.
Ada dua jalan umum untuk pembentukan amina yaitu subtitusi dan
reduksi. Reaksi Subtitusi dari Alkil Halida. Ammonia dan mengandung
pasangan elektron sunyi pada atom nitrogen, oleh sebab itu, senyawa itu
dapatbertindak sebagai nukleofil dalm reaksi subtitusi nukleofilik dari alkil
halida. Reaksi dengan amonia menghasilkan garam dari amin primer. Bila
garam amina ini direaksikan dengan basa akan dibebaskan amina bebas.
Reaksi alkil halida dengan amina dan bukan amonia akan menghasilkan
4
Gambar 2.1 Struktur Ammonia
Gambar 2. 2 Struktur Amina
Page 5
amin sekunder, tersier, atau garam amonium kuarterner, tergantung pada
amina yang digunakan.
2.1.1 Klasifikasi Amina
Amina dikelompokkan sebagai amina primer
(1o), amina sekunder (2o)dan amina tertier (3o),
menurut banyaknya substituen alkil atau aril
yang terikat pada Nitrogen (N).
2.1.2 Amina primer (1 ̊)
Amina primer memiliki titik didih yang
berbeda antara senyawa alkana dan alkohol
berdasarkan berat molekul, sama seperti ammoniak, dengan b.p.
– 30 oC, yang merupakan intermediet antara methane, dengan b.p. – 161 oC,
dan air , dengan b.p. 100 oC. Amina primer mengandung -NH2 terikat pada
rantai atau cincin hidrokarbon. Pada amina sebagai turunan dari ammonia,
NH3.
Dalam amina primer, salah satu dari hidrogen diganti oleh hidrokarbon. satu
karbon terikat kepada N:
Contoh 1: Tuliskan struktur formula dari etilamin.
5
Gambar 2. 1 Klasifikasi Amina
Page 6
Dalam kasus ini, etil terikat pada -NH2 .
Nama ini (etilamin) tidak ada masalah selama tidak ada makna ambigu dari
letak -NH2. Namun seumpama anda mempunyai karbon rantai 3 -dalam kasus
ini -NH2 bisa berada pada kedua ujung atau ditengah.
Contoh 2: Tuliskan struktur formula untuk 2-aminopropana.
Nama menunjukkan rantai tiga karbon dengan amino terikat pada karbon ke
dua. Amino menunjukkan -NH2 .
Gambar 2. 2 Struktur 2-Aminopropana
Etilamin (contoh1) bisa juga disebut sebagai aminoetana.
Tabel 2. 1 Daftar titik lebur dari amina Primer Jenuh ( R–NH2 ).
R= m.p. oC R= m.p. oC
CH3 -92.5 C11H23 16.5
C2H5 -80.6 C12H26 28.0
C3H7 -83.0 C13H27 27.0
C4H9 -50.5 C14H29 37.9
C5H11 -55.0 C15H31 37.3
C6H12 -19.0 C16H33 46.2
6
Page 7
C7H15 -23.0 C17H35 49
C8H17 - 0.4 C18H37 51.8
C9H19 -. 1.0 C19H41 57.8
C10H21 15.0 C20H45 62.7
Perbandingan struktur amonia dengan amina primer
Ammonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus -
NH2. Pada amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen sedangkan
pada amina primer terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan “R”
pada gambar berikut) atau pada sebuah cincin benzen.
Gambar 2. 3 Amonia dan Amina Primer
2.1.3 Amina sekunder
Dalam amina sekunder dua dari hidrogen atom pada amonia digantikan
dengan hidrokarbon
R—N—R
|
H
..
Contoh: CH3—N—CH3
|
H
7
Page 8
Tabel 2. 2 Daftar Titik lebur Amina Sekunder
Amina Titik Didih ( oC )
Diheksil 1.2
Dioktil 26.7
Didekil 41.5
Didodekil 47.0
Ditetradekil 60.62
Diheksadekil 67.03
Dioktadekil 72.3
2.1.4 Amina Tersier
Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang
ditentukkan oleh jenus amina tersier yang digunakan. Pada amina
alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan terjadinya
sustitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.
Amina tersier: tiga gugus terikat pada atom nitrogen.
Gambar 2. 4 amina Tersier
8
Page 9
Contoh: CH3—N—CH3
|
CH3
2.1.5 Kebasaan Amina
Tabel 2. 3 Daftar Kebasaan Amina
senyawa struktur pKa
Amonia NH3 9,3
Amina Primer
Metilamina CH3NH2 10,6
Etilamina CH3CH2NH2 10,8
Isopropilamina (CH3)2CHNH2 10,6
Tersbutilamina (CH3)3CNH2 10,4
Anilina C6H5NH2 4,6
Amina Sekunder
Dimetilamina (CH3)2NH 10,7
Dietilamina (CH3CH2)2NH 11,1
N-Metilanilina C6H5NHCH3 4,8
Amina Tersier
Trimetilamina (CH3)3N 9,7
Trietilamina (CH3CH2)3N 10,8
N,N-
DimetilanilinaC6H5N(CH3)2 5,1
9
Page 10
Perbedaan yang sangat kecil pada pKa antar amonia dengan semua amina
karena efek campuran pada kesetimbangan asam dan basanya. Namun lain
hal apabila disisipi dengan aril.
2.2 Tata Nama Amina
Tidak seperti alkohol dan alkil halida yang diklasifikasi menjadi primer,
sekunder, dan tersier berdasarkan letak subtituen pada karbon yang berikatan
dengan gugus fungsi, amina diklasifikasi berdasarkan letak subtituen pada
nitrogen. Amina dengan sebuah karbon adalah amina primer, dua karbon
adalah sekunder, dan tiga karbon adalah tersier.
H R R
R N R N R N
H H R
Amina primer Amina sekunder Amina tersier
Amina dinamakan dengan dua jenis, alkilamina dengan alkanamina.jika
dinamakan dengan alkilamina, akhiran –amina ditambahkan di belakang
nama alkil yang mengikatnya. Jika dinamakan dengan alkanamina, akhiran –
amina ditambahkan setelah nama alkananya.
CH3CH2NH2 CH3CH(NH2)CH2CH2CH3
Etilamina 1-metilbutilamina
Anilina adalah dasar nama IUPAC untuk derivat benzen amina
tersubtitusi. Derivat amina tersubtitusi diberi nomor 1 pada karbon yang
mengikat gugus amina. Subtituen ditulis berurut sesuai alfabet.
10
Page 11
F- -NH2 Br- -CH2CH3
NH2
p-fluoroanilina 5-bromo-2-etilanilina
Gugus amino memiliki prioritas yang lebih rendah dari gugus hidroksil
dan gugus karbonil sehingga gugus amino dianggap sebagai subtituen.
HOCH2CH2NH2 CHO- -NH2
2-aminoetanol p-aminobenzaldehida
(4-aminobenzenakarbaldehida)
Amina sekunder dan tersier dinamakan dengan aturan N-derivat amina
tersubtitusi. Amina utama dipilih dari rantai karbon yang terpanjang. Awalan
N- ditambahkan untuk menunjukkan lokasi subtituen pada gugus amino.
CH3NHCH2CH3
N-metiletilamina
Nitrogen yang mengikat empat subtituen akan bermuatan positif dan diberi
nama ion amonium.
CH3N+H3Cl- -N+H(CH3)CH2CH3 CF3CO2-
Metilamonium klorida N-etil-N-metilsiklopentilamonium
trifluoroasetat
2.2.1 Tata Nama IUPAC (Sistematik)
11
Page 12
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti
nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana
induknya diganti oleh kata amina.
Contoh :
CH3- CH-CH3 CH3-CH2-CH-CH2-CH3
│ │
NH2 NH3
( 2-propanamina ) ( 3-pentanamina )
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada
atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai
amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan
bahwa gugus sustituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk,
sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan
cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
2.2.2 Tata Nama Trivial
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan
gugus-gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa
urutan penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam
nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama
gugus-gugus tersebut
Contoh : CH3
│
12
Page 13
CH3——NH2 CH — C — NH2
│
CH3
Metilamina tersier-butilamina
Senyawa siklis dimana satu atom C atau lebih diganti dengan atom
nitrogen, diberi nama khusus sebagai heterosiklik amin.
2.3 SIFAT FISIKA DAN KIMIA AMINA
2.3.1 Sifat-Sifat Fisik dari Amina
Suatu amina mengandung ikatan N-H dapat membentuk ikatan hydrogen
dengan electron sunyi dari oksigen atau nitrogen lain. Dari dua macam ikatan
hydrogen, ikatan NH-N jauh lebih lemah daripada ikatan OH-O. Semua
amina merupakan senyawa polar, dan antar molekul amina primer/ sekunder
terdapat ikatan hidrogen. Karena perbedaan keelektronegatifan antara atom N
13
Page 14
dan H relatif kecil maka ikatan hidrogen antar molekul amina tidak sekuat
molekul-molekul yang mengandung gugus –OH, seperti misalnya alkohol.
Adanya perbedaan kekuatan antara ikatan hidrogen dalam molekul-molekul
amina maupun alkohol nampak pengaruhnya terhadap titik didih kedua
golongan senyawa tersebut. kelarutan amina dalam air menurun seiring
dengan meningkatnya berat molekul. Dengan molekul air, semua amina dapat
membentuk ikatan hidrogen.
Contoh :
H H
│ │
ROH—:OR R2NH—:NR2
¨
5 kcal/mol 3kcal/mol
Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N—H adalah ditengah-
tengah antara alkana (tidak ada ikatan hidrogen) dan alkohol (ikatan alkohol
kuat).
CH3CH2CH3 CH3CH2NH2 CH3CH2OH
propana Etilamina Etanol
Berat rumus : 44 45 46
Titik didh (°C): -42 17 78,5
Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N—H, jadi tidak
mempunyai ikatan hidrogen, lebih rendah dari amina yang mempunyai ikatan
hidrogen.
Ikatan hidrogen antar molekul amina dapat terjadi N – H ...... N, hal
mana akan menaikkan td amina primer dan amina sekunder dibanding alkana,
tetapi ikatan hidrogen ini tidak sekuat ikatan hidrogen antar molekul alkohol
O – H ..... O, karena N kurang elektronegatif dibanding O.
14
Page 15
Tabel 2. 4 Sifat-Sifat Amonia dan Beberapa Amina Umum
Rumus Nama Td
(oC)
Kb pKb
NH3
CH3NH2
(CH3)2NH
(CH3)3N
Ammonia
Metilamina
Dimetilamina
Trimetilamina
Sikloheksilamina
Aniline
piridin
-33
-6
7
3
134
184
116
1.79 x
10-5
45 x
10-5
54 x
10-5
6,5 x
10-5
45 x
10-5
4,2 x
10-10
18 x
10-10
4,75
3.35
3.27
4.19
3.35
9.38
8.75
15
Energi disosiasi :
Page 16
Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N – H adalah di
tengah-tengah antara alkana (tidak ada ikatan hydrogen) dan alcohol (ikatan
hydrogen kuat).
CH3CH2CH3 CH3CH2NH2 CH3CH2OH
Propane etilamina etanol
Berat rumus : 44 45 46
Titik didih : -42 17 78,5
Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N-H, jadi tidak
mempunyai iakatan hydrogen, lebih rendah dari amina yang mempunyai
ikatan hydrogen. Trimetilamina emndidih pada temperature lebih rendah dari
pada etimetil amina
Karena amina dapat membentuk ikatan hydrogen yang kuat dengan
hydrogen hidrongen dalam air, amina yang mempunyai rumus berat rendah,
larut dalam air sama seperti alkohol.
Kebasaan Dari Amina
Seperti ammonia, amina adalah basa lemah, jauh lebih lemah daripada ion
hidroksida. Amina dapat memberikan sepasang electron sunyi dari
nitrogennya dan membentuk ikatan dengan sebuah proton. Amina yang larut
dalam air mengalami reversible dengan air, yang membebaskan ion
hidroksida.
16
Page 17
Konstanta Kesetimbangan Basa
Kebasaan dari suatu senyawa, seperti amina, ditentukan oleh
konstanta Kesetimbangan Basa (Kb), yang merupakan konstanta
kesetimbangan untuk reaksi senyawa tersebut dengan air.
dan konsentrasi dari H2O sudah termasuk dalam Kb. Istilah PKb, yang sangat
analog PKa, sering digunakan untuk menunjukkan kekuatan basa dari suatu
senyawa
PKb = - log Kb
Harga pKb
Jika Kb = 1,0 x 10-5, pKb = 5
Jika kekuatan asam dari suatu deretan senyawa bertambah, harga Kb
bertambah besar dan harga pKb berkurang
NH3 CH3NH2 CH3NHCH3
Kb : 1,79 X 10-5 45 x 10-5 54 x 10-5
pKb: 4,75 3,35 3,27
Kekutan basa bertambah
17
Page 18
(Kb bertambah ; PKb Berkurang)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Basa
Suatu reaksi asam basa adalah suatu kesetimbangan yang dapat
digeser kesalah satu pihak dari persamaan reaksi oleh stabilitas pereaksi atau
hasil reaksi. Setiap struktur atau lingkungan yang menstabilkan amina
terprotonasi relatif terhadap yang bebas atau amina tidak terprotonasi akan
menambah kekuatan bada dari amina.
Kenaikan stabilisasi relatif ke hasil reaksi Kenaikan stabilisasi relatif ke
hasil reaksi
Menggeser kesetimbangan ke pihak ini menggeser kesetimbangan ke
pihak ini
RNH2 + H2O R+NH3 + -OH
Alkylamina, dialkilamin, dan trialkionamin mempunyai konstanta
kessetimbangan basa lebih dari ammonia.. kenaikan dari kekauatan basa
sebagian disebabkan oleh efek induksi dari pelepasan eketron gugusan alkyl,
yang membantu menstabilkan muatan positif dari hasil reaksi dan menggeser
kesetimbangan ke kanan.
H H
H3C N - H + H2O H3C N H + OH
HLebih stabil terhadap pereaksi daripada +NH4
Sifat fisika Amina yang lainnya adalah
· Suku-suku rendah berbentuk gas.
· Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
18
Page 19
· Mudah larut dalam air
· Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
· Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.
2.3.2 Sifat-sifat kimia dari Amina
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika bereaksi dengan
asam mineral membentuk garam ammonium kuarterner yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)
Larutan amina bersifat basa lemah, dalam air menghasilkan ion
OH-,sehingga larutannya bersifat basa lemah.
CH3NH2 + H2O CH3NH3+ + OH-
metil amina metil amonium
Larutan amina dengan asam anorganik membentuk garam.
CH3 NH2 + HNO3 CH3 NH3 NO3
metil amina asam nitrat metil amonium nitrat
Amina primer dapat dipisahkan dengan amina sekunder dan tersier
apabila direaksikan dengan asam nitrit, HNO2. Karena amina primer dengan
HNO2 membentuk alkohol primer, sedangkan amina sekunder dengan HNO2
membentuk nitro-dialkilamina [ (R)2 = N – NO ] yang berwarna kuning dan
sukar larut dalam air. Amina tersier tidak bereaksi khusus dengan HNO2.
Reaksi amina primer dengan sam nitrit menghasilkan alkohol, gas
nitrogen, dan air
C2H5 – NH2 + HNO2 C2H5OH + N2 + H2O
etil amina etanol
Reaksi amina sekunder dengan asam nitrit menghasilkan nitroso dialkil
amina yang sukar larut dalam air.
(CH3)2 – NH + HNO2 (CH3)2 NNO + H2O
19
Page 20
dietil amina nitroso dialkil amina
Semua senyawa amina bersifat basa lemah, demikian pula larutannya
dalam air. Harga tetapan ionisasi asam konjugat suatu amina (Ka) dijadikan
acuan dalam menentukan kebasaan suatu amina. Dalam praktiknya, yang
dipakai adalah notasi pKa (= -log Ka). Hasil kajian menunjukkan bahwa sifat
basa suatu amina alifatik/ aromatik ditentukan oleh rumus strukturnya.
Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan
larutan amina dalam air bersifat basis
Contoh :
H
│
CH3—N: + H – O- H CH3- N- H + HO
│
H
Metilamonium hidroksida
[CH3NH3][HO]
Kb = ———————— = 4,37 × 10-4
[CH3NH2]
Harga pKb untuk CH3NH2 = - log Kb = 3,36
Untuk menelaah kebasaan suatu amina, sering kali digunakan acuan
tetapan ionisasi konjugatnya (Ka). Untuk asam konjugat dari CH3NH2 yaitu
CH3NH3+ harga tetapan ionisasi asamnya adalah :
CH3NH3+ CH3NH2 + H+
[CH3NH2][H+]
Ka = = 4,37x10
[CH3NH3+]
20
Page 21
Harga pKa untuk CH3NH3+ = -log Ka = 10,64
Harga pKa dan pKb untuk pasangan asam basa konjugat dinyatakan dengan
persamaan: pKa + pKb =14
Reaksi Amina dngan Asam
Amina yang larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan
asam dan menghasilkan garam yang larut dalam air.
Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl → (CH3CH2)2NH2+Cl-
dietilamonium klorida
a. Reaksi amina dengan asam
Amina yang larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan
asam dan menghasilkan garam yang larut dalam air.
Contoh:
(CH3CH2)2NH + HCl → (CH3CH2)2NH2 + Cl-
(dietilamoniumklorida)
b. Amina primer dapat dipisahkan dengan amina sekunder dan tersier apabila
direaksikan dengan asam nitrit, HNO2. Karena amina primer dengan HNO2
membentuk alkohol primer, sedangkan amina sekunder dengan HNO2
membentuk nitro-dialkilamina [ (R)2 = N – NO ] yang berwarna kuning dan
sukar larut dalam air. Amina tersier tidak bereaksi khusus dengan HNO2
Reaksi amina primer dengan asam nitrit menghasilkan alkohol, gas
nitrogen, dan air
C2H5 – NH2 + HNO2 C2H5OH + N2 + H2O
(etil amina) (etanol)
21
Page 22
Reaksi amina sekunder dengan asam nitrit menghasilkan nitroso dialkil
amina yang sukar larut dalam air.
(CH3)2 – NH + HNO2 (CH3)2 NNO + H2O
(dietil amina) (nitroso dialkil amina)
2.4 PEMBUATAN SENYAWA AMINA
2.4.1 Reaksi substitusi dari Alkil Halida
Ammonia dan amina mengandung pasangan electron sunyi pada atom
nitrogen. Oleh sebab itu, senyawa ini dapat bertindak sebagai nukleofil dalam
reaksi substitusi nukleofilik dari alkyl halide., reaksi dengan ammonia
menghasilkan garam dari amina primer. Bila garam amina direaksikan dengan
basa akan dibebaskan amina bebas.
Reaksi alkyl halide dengan amina dan bukan ammonia akan menghasilkan
amina sekunder, tersier, atau garam ammonium kuartener tergantung pada
amina yang digunakan.
CH3CH2Br + CH3NH2 CH3CH2+ NH22CH3Br - CH3CH2NHCH3
1o amina 2o amina
Walaupun hasil yang cukup didapat dalam beberapa baris, hasil dari reaksi
semacam ini sering rendah, hasil reaksi amina (ada dalam jumlah yang sedikit
dalam campuran kesetimbangamn) dapat juga bereaksi dengan alkyl halide
menghasilkan suat senywa yang terakilasi berlebihan.
22
OH-
Page 23
2.4.2 Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain
Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminum hidrida atau
dengan gas hydrogen menghasilkan amina. Dengan amida, amin primer,
sekunder, atau tersier bisa didapat, tergantung kepada jumlah substitusi pada
amida nitrogen. Dengan nitril, hanya amina primer dari tipe RCH2NH2 bisa
didapat sebab atom karbon yang terikat ke atom nitrogen hanya mempunyai
satu substituen saja (R) dalam nitril.
Gugusan nitro dapat juga direduksi menjadi amina primer. Senyawa nitro
aromatic sering dipakai sebab mudah dibuat dari hidrokarbon aromatic dengan
jalan nitrasi aromatic. Senyawa nitro dapat direduksi oleh hidrogenasi katalitik
atau dengan reduksi logam seperti besi dengan asam khlorida.
23
Page 24
2.4.3 Metode Alkilasi
2.4.3.1 Alkilasi amonia
Amonia dapat bersifat nukleofil jika berhadapan dengan alkil halida
primer dan sekunder untuk membentuk alkil amina primer.
RX + 2NH3 RNH2 + NH4X
2.4.3.2 Alkilasi ftalimida
Garam potasium pada ftalamida bereaksi dengan alkil halida untuk
menghasilkan turunan N-alkilftalamida. Hidrolisis atau hidrazinolisis dari
derivat ini menghasilkan alkilamina primer.
RX +
24
N-K+ NR
NR NH
NH
Page 25
+ H2NNH2 RNH2 +
2.4.4 Metode Reduksi
2.4.4.1 Reduksi Alkil Azida
Alkil azida yang disintesis dari subtitusi nukleofilik ion azida dengan
alkil halida direduksi dengan litium aluminium hidrit atau hidrogenasi katalis.
RN=N+=N- reduksi RNH2
2.4.4.2 Reduksi Nitril
Nitril direduksi dengan litium aluminium hidrit atau hidrogenasi katalis
menjadi amina primer
RC N reduksi RCH2NH2
2.4.4.3 Reduksi Senyawa Aril Nitro
Metode standar untuk mensintesis arilamina adalah dengan nitrasi
cincin aromatik diikuti dengan reduksi gugus nitro.
ArNO2reduksi ArNH2
2.4.4.4 Reduksi Amida
25
Page 26
Litium aluminium hidrit mereduksi gugus karbonil dari amida untuk
membentuk gugus metilena.
RCONR’2 reduksi RCH2NR’2
2.4.4.5 Aminasi Reduktif
Reaksi antara amonia atau amina dengan keton atau aldehid dalam agen
pereduksi adalah metode yang efektif untuk mensintesis amina primer,
sekunder, dan tersier. R,R’ dan R’’ bisa saja aril atau alkil.
NR’’2
RCOR’ + R’’2NH agen pereduksi RCHR’
2.4.4.6 Sintesis Gabriel
Sintesis Gabriel, dinamakan dari kimiawan Jerman Siegmund Gabriel,
adalah reaksi kimia yang mengubah alkil halida primer menjadi amina
primer dengan menggunakan kalium ftalimida.
Garam kalium ataupun natrium bereaksi dengan alkil halida primer,
membentuk alkil ftalalat imida. Reaksi ini tidak akan berjalan untuk alkil
halida sekunder.
26
Page 27
Setelah dihidrolisis menggunakan asam, amina primer dilepaskan
sebagai garam amina. Selain itu, ia juga dapat dilakukan via prosedure Ing-
Manske, yang melibatkan reaksi dengan hidrazina akuatik ataupun dalam
etanol dengan refluks. Prosedur ini akan mengendapkan ftalhidrazia bersamaan
dengan amina primer. Teknik ini sering kali menghasilkan rendemen yang
rendah. Oleh karena itu, terdapat pula metode lain yang digunakan untuk
melepaskan amina dari ftalimida.
2.5 REAKSI KIMIA AMINA
2.5.1 Reaksi amina dengan turunan as. Karboksilat
Anilin akan bereaksi dengan turunan as.Karboksilat anhidrida dan
halida asam membentuk amida tersubtitusi seperti contoh berikut :
O O O
|| || ||
CH3 – C – O – C – CH3 + H2N – Ph Ph – NH – C – CH3 + CH3COOH
(antipiretik) / penurun panas
2.5.2 Polimerisasi kondensasi diamin
Polimer diamin khususnya 1,6 diaminoheksana dengan heksadioat
(asam adipat) akan menghasilkan suatu nilon 6,6.
O O O O
|| || || ||
H2N – (CH2)6 + HO – C (CH2)4 – C – OH -[NH – (CH2)6 NHC (CH2)4 C-]n
(Nilon)
27
Page 28
2.5.3 Reaksi Amina alifatik primer dengan HNO2
Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai
pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3 CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)
2.5.4 Reaksi Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2
Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan
senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
2.6 ALKALOID AMINA
Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama
tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan,
serangga, biota laut, mikroor-ganisme dan tumbuhan rendah. Contoh : sebangsa
rusa (muskopiridina), seje-nis musang Kanada (kastoramina), feromon seks
serangga (pirol) neurotoksik dari Gonya-ulax catenella (saksitoksina), bakteri
Pseudo-monas aeruginosa (pirosiamina) cendawan (khanoklvina-1), marga lumut
Lycopodium (likopodina). Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga.
Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau
Marga (Genus).
2.6.1 Alkaloid Amina
Awal alkaloida diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama
tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata terdapat dalam
28
Page 29
hewan, serangga, biota laut, mikroor-ganisme dan tumbuhan rendah. Contoh :
sebangsa rusa (muskopiridina), seje-nis musang Kanada (kastoramina),
feromon seks serangga (pirol) neurotoksik dari Gonya-ulax catenella
(saksitoksina), bakteri Pseudo-monas aeruginosa (pirosiamina) cendawan
(khanoklvina-1), marga lumut Lycopodium (likopodina).
Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga. Kelompok alkaloida
tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau Marga (Genus).
Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa (Ordo) dan ± 34 mengandung
alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung sedikitnya satu alkaloida, hanya
8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga mengandung alkaloida: Liliaceae,
Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga beberapa Marga mengandung
alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama mengandung alkaloida sama juga
dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat dalam 7 Marga yang berbeda
dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin terda-pat terbatas hanya
beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama. Golongan ini tidak
mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari
feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau
tirosin.
Gambar 2. 5 Feniletilamin dan Fenilalanin
a. Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E.
Equisetina (fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini
juga dikenal dengan nama “Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat
sedangkan „Huang” berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa
dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam, alkaloid ini juga
dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang
29
Page 30
berbetuk kristal, sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai
sebagai simpatomimetik.
b. Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam :
Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji
kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga
mengandung alkaloid yang sama.
c. d- Norpseudo Efedrina
Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis
(fam : Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina,
tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah
tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.
d. Meskalina
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria
Alkaloida, senyawa organik bahan alam tidak punya tatanama sistematik, karena itu dinyatakan dengan nama trivial, berakhiran –ina seperti pada karbohidrat dengan akhira - osa, misal : kuinina, morfina, strikh-nina. Dibanding steroid dan flavonoid punya struktur dasar, alkaloida struktur beragam. Klasifikasi alkaloida rumit dan belum ada klasifikasi seragam, umum digolong-kan berdasarkan pada :
a. Jenis cincin heterosiklik nitrogennya
Menurut klasifikasi ini dikenal, misalnya alka-loida pirolidina, piperidina,
isokuinolina, indol, kuinolina dan sebagainya.
b. Asal tumbuhan terdapatnya
30
Page 31
Dasar awal alkaloida ditemukan pada tumbuhan, misal : alkaloida
tembakau, alkaloida Ama-ryllidaceae, alkaloida Erythrina dan sebagainya.
Kesulitan, ada alkaloida tidak hanya terdapat pada satu tumbuhan, misal :
nikotina, selain dalam temba-kau dari Keluarga Solanaceae, juga terdapat
dalam tumbuhan lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan tembakau.
Kelemahan lain, beberapa alkaloida berasal dari satu tumbuhan tertentu dapat
mempunyai struktur yang sangat berbeda-beda.
c. Berdasarkan asal – usul biogenetiknya
Cara ini dapat menjelaskan hubungan antara satu alkaloida dengan
alkaloida lainnya yang diklasifikasi berdasarkan cincin heterosillik, merupakan
perluasan sistem berdasarkan cincin heterosikliknya. Biosintesis menunjukkan
bahwa alkaloida berasal dari beberapa asam amino tertentu saja.
Berdasarkan ini, alkaloida dibedakan atas 3 golongan utama, yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam amino ornitin dan lisin
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal fenilalanin, tirosin dan 3,4
– dihidroksifenil-alanin
c. a aromatik jenis indol, yang berasal dari triptofan
d. Aktivitas, asal – usul asam aminonya dan sifat kebasaannya
Alkaloida sesungguhnya, merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis
luas, hampir semuanya bersifat basa, mengandung unsur nitrogen pada cincin
heterosiklinya, dibiosinte-sis dari asam amino, biasa terdapat sebagai garam
organik dalam tumbuhan. Aturan ini di-kecualikan terhadap kolkhisina dan
asam aristo-lokhat bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik
dan alkaloida quaterner yang sedikit bersifat asam. Protoalkaloida, merupakan
amin sederhana, atom nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin
heterosikliknya, bio-sintesisnya dari asam amino yang bersifat basa, misalnya :
Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari prekursor asam amino, biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang khas dari golongan ini, yaitu
alkaloida steroidal (misal konessina) dan alkaloida purin (misal kofeina)
31
Page 32
2.6.2 Sifat Fisika Alkaloid Amina
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki
lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N
ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya
bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya).
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut
dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit
alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa
yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning
dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya
larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat
larut dalam air.
2.6.3 Sifat Kimia Alkaloid Amina
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan
dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil,
maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat
basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa
dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional
yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa
yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
32
Page 33
oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid
selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam
dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida
atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
2.6.4 Klasifikasi Alkaloid Amina
2.6.4.1 Menurut Hegnuer
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa
alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal
tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer,
alkaloid dikelompokkan sebagai Alkaloid sesungguhnya, Protoalkaloid,
dan Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
2.6.4.1.1 Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim
mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ;
biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid
quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2.6.4.1.2 Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid
diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh,
adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
2.6.4.1.3 Pseudoalkaloid
33
Page 34
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu
alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))
2.8.4.2 Berdasarkan atom nitrogennya
2.8.4.2.1 Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk
pada golongan ini adalah :
a. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon
mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium
maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.
b. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus
metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang
termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai
tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae,
Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp,
Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili
Erythroxylaceae)
c. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom
nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili
Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax
d. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1
atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines
(Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
e. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol .
Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari
Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus
34
Page 35
roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy
untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.
f. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom
nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi
paragua.
g. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,
alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).
h. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom
nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak
ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
i. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik.
Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-
senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini
ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)
j. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.
Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh
(Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili
Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari
famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
2.8.4.2.2 Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada
salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid
amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada
salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari
Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave
americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2.
Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum
35
Page 36
pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens,
Capsicum chinense.
2.6.5 IDENTIFIKASI
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman
yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram
bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan
disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan.
Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam
klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan
Siklotungstat.
Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan
yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan
asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di
atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus
diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas
agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya
sitrat, tartrat atau laktat).
Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan
larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan
kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya
dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian
diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau
Bauchardat.
Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan
menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa
pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi
sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam
yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood.
Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi
36
Page 37
Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.
Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium
jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon
dioksida dan tungsten trioksida.
Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam
halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari
popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner
atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan
metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang
kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu
dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara
kromatografi digunakan sejumlah pereaksi.
Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-
piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi
tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam
fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa
membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot.
Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau
fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol.
Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan
asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid
Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV)
setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat
37
Page 38
dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan
vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam
asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan
sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.
2.6.6 Deteksi
► Prosedur Wall, ekstraksi ±20 g sampel kering secara refluks dengan
etanol 80%. Dingin saring, ampas dicuci etanol 80%, filtrat dikum-pul,
diuapkan. Residu larutkan dengan air sua-sana asam (asam klorida 1%),
disaring, tambah pereaksi endap seperti Mayer, siklotungstat atau pereaksi
lain. Bila positif, maka larutan asam dibasakan kembali dan diekstraksi
dengan pelarut organik. Lapisan organik asam-kan kembali dan lapisan air
asam dites dengan pereaksi warna, jika positif maka dapat diyakini bahwa
sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa perlu juga dites untuk
menen-tukan adanya alkaloida quaterner.
► Prosedur Kiang – Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan
amonia encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform
dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan
penambahan HCl 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi
alkaloida.
► Kekurangan metode Kiang – Douglas adalah senyawa amonium kuaterner
tidak dapat diubah menjadi ben-tuk basa bebasnya dengan cara penambahan
amonia dan tetap tinggal dalam sampel sehingga tidak terde-teksi. Sedang
prosedur Wall alkaloida quaterner mun-cul sebagai false – positive karena
senyawa tersebut tidak dapat terekstraksi ke dalam pelarut organik da-lam
suasana asam – basa.
► Beberapa pereaksi endap; Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Wagner,
larutan tannin, lauran pikrat dalam air, larutan asam pikrolonat, larutan asam
sublimat, larutan asam siliko-wolframat dan larutan emas klorida, Pereaksi
warna; asam sulfat bebas NO, pereaksi Edman, perekasi Frohde, pereaksi
Mandelin, pereaksi Marquis.
38
Page 39
2.6.7 Ekstraksi
► Keragaman golongan alkaloida. pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat
kebasaannya. Berdasarkan atas sifat ini ----- alkaloida diekstraksi dengan dua
cara, yaitu : pertama ekstraksi dengan air dalam suasana asam kedua ekstraksi
dengan pelarut organik dalam suasana basa.
► Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik
suasana basa.
2.6.8 Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan
struktur inti :
Gambar 2. 6 Reduksi Piridin
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan :
1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri
Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna
sebagai bumbu dapur.
2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii
Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae)
berguna sebagai antisasmodik dan sedatif.
3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari
Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae)
berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.
39
Page 40
4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari
Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam:
Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus. Tumbuhan
yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum (fam:
Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.
2.6.9 Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).
Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang adapada
otak maupun sumsum tulang belakang, struktur intinya :
Gambar 2. 7 Hiosiamin dan Skopolamin
Gambar 2. 8 Scopolamine
40
Page 41
Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae),
tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya
mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan
sedative. Pada tumbuhan Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam Solanaceae),
tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada dikenal dengan nama
“Henbane” daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot.
Gambar 2. 9 Kokain
Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat
syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal
dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam
Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug abuse) oleh
sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka seperti snow,
shabu-shabu, crak dan sebagainya. 3. Atropin, Apotropin dan Belladonina Atropa
dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti tidak dapat
dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan
obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian.
Belladonna barasal dari bahasa Italia “Bella” artinya cantik dan
“Donna” artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan
menyebabkan dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik Akar
dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae) merupakan sumber
dari senyawa ini, digunakan sebagai antispamolitik, antikolinergik, anti asma
41
Page 42
dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi
sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara
sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak
dapat disaingi harganya.
2.6.10 Alkaloid Quinolin
Gambar 2. 10 Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dengan struktur
inti seperti Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina.
Gambar 2. 11 Kinina
42
Page 43
2.6.10.1 Kinina
Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini
terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam :
Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang
berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C.
Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau jawa. Sebelum PD
II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di dunia, ketika Jepang
memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria sintetik
(kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantika kina.
2.6.10.2 Akronisina
Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae,
berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan
diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma
pada manusia.
Gambar 2. 12 Camptothecin.
Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca
acuminata (fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di
daratan cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap
leukemia limpoid.
43
Page 44
2.6.10.3 Viridicatin
Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium
viridicatum (fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis
Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini
memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkurang
2.6.11 Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen dengan
struktur inti :
Gambar 2. 13 Alkaloid Isoquinolin
2.6.11.1 Morfin
Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti
pasca bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari
kanker.Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
1). Infark miokard;
2). Mioplasma;
3). Kolik renal atau kolik empedu ;
4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;
44
Page 45
5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan
6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-
bedah.
Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan
P. Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil
sadapan dari getah buah yang dikenal sebagai “opium” yang berarti candu,
Candu merupakan „ibu‟ dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat
penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat
yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah.
Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam
kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang
berada dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia
ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa
mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman.
Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika
Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan
sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat takjub dokter-dokter pada
masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak
terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan
yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat
yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim
maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi apabila pada pemakaian
morfin sebagai obat keras.
Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada
penggunaan kronis menyebabkan perubahan – perubahan dalam tubuh si
pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi
fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini
mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat – zat ini
untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi.dilain pihak , dosis yang
45
Page 46
digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang
dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik
(ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.
2.6.11.2 Emetina
Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari
akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae) 3.
Hidrastina dan Karadina Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis
canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian
yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang
selaput lendir. 4. Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis
vulgaris (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari
familia Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.
2.6.12 Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di
bawah ini:
Gambar 2.14 Alkaloid Indol
2.6.12.1 Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine
dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima
dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai
antihipertensi. Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R. Serpentine, R.
Canescens, R. Micratha, dan R. Tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga
berfungsi sebagai traqulizer (penenang),
46
Page 47
2.6.12.2 Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina
Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam :
Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.
2.6.12.3 Sriknina & Brusina
Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii
(fam :Loganiaceae) yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian
tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat
sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan
sebagai ratisida (racun tikus).
2.6.12.4 Fisostigmina & Eserina
Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut
dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam :
Leguminosae) yang berkhasiay sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.
2.6.12.5 Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina
Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab
berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang
kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk
penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik. Diperoleh dari sisik
jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea (fam:
Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu
jamur ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae). 6.
Kurare Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C.
Toxifera (fam:loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam:
Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot.
2.6.13 Alkaloid Imidazol
47
Page 48
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, dengan inti :
Gambar 2. 15 Alkaloid Imidazol
Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal
dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P.
Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari familia
Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.
2.6.14 Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, intinya adalah :
Gambar 2. 16 Alkaloid Lupinan
alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam :
Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun
tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.
2.6.15 Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka
steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Inti dari steroid adalah :
48
Page 49
Gambar 2. 17 Alkaloid Steroid
Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu :
1. Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina,
Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina
2. Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia
3. Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina
Germidina, Germitrina Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum
viride (fam: Liliaceae) yang berguna sebagai antihipertensi. Protoveratrin
Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae) yang
berguna sebagai insektisida & antihioertensi. Sevadina Diperoleh dari biji
sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan Schonecaulon officinalis (fam:
Liliaceae) berguna sebagai insektisida.
2.6.16 Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen; dengan inti :
Gambar 2. 18 Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin)
49
Page 50
Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung
dengan Imidazole. Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C.
Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya
di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat,
ginjal, otot – otot jantung. tumbuhan lain yang juga mengandung caffein
seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).
Gambar 2. 19 Theobromina (3,7 Dimetil Xantin)
Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang
berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
Gambar 2. 20 Theofilina (1,3 Dimetil Xantin)
Merupakan isomer dari 1,3 dimetil xantin (isomer Theobromina) yang
berguna sebagai bronkodilator dan diuretik)
50
Page 51
2.7 KEGUNAAN DAN APLIKASI AMINA
Amian aromatic adala senyawa nitrogen organik turunan ammonia
dimana sedikitnya satu atom hydrogen dari ammonia digantikan oleh gugus
aril. Senyawa amina aromatic banyak digunakn sebagai bahan baku dalam
berbagai industry, diantaranya untuk produksi zat warna, pestisida, plastic dan
farmasi. Penggunaan amina aromatic dalam berbagai proses industry
menyebabkan senyawa ini banyak dijumpai di lingkungan perairan. Selain
sebagai hasil buangan dari kegiatan industry, senyawa ini juga merupakan
hasil penguraian biologis dari senyawa dengan bahan baku amina aromatic,
misalnya zat warna azo. Selain itu sifat polaritas amina aromatic memiliki
kelrutan besar di dalam air sehingga banyak ditemukan di badan air. Karena
itu senyawa amina aromatic diketahui memiliki mobilitas yang tinggi di
perairan.
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu
dapat berguna sebagai pencegah korosif,bakterisida,fungisida,bahan
pemflotasi dan pengemulsi. Empat amin yang relative sederhana sangat
penting dalam fungdi tubuh manusia. Ke empatnnya adalah sekresi kelenjar
adrenal epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non adrenalin), dopamine dan
serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter
( pembawa pesan kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin juga berfungsi
sebagai hormone yang menstimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa
dalam otot ketika kadar cadangan glukosa menurun. Epinefrin, norepinefrin
dan dopamine juga dikenal sebagai katekolamin yang merupakan turunan dari
katekol (o-dihidroksibenzen).
2.7.1 Untuk membuat insektisida
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat
51
Page 52
membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni
makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut.
Salah satu bahan untuk membuat insektisida adalah merkuri. Merkuri
terikat pada gugus fungsi salah satunya amina dimana dalam gugus tersebut
merkuri dapat menghambat fungsi enzim dari serangga. Ion merkuri
menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein
menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif.
Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida dan amina,
di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghabat fungsi enzim.
Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding
usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2¬) yang hanya
sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri anorganik ini kurang bersifat korosif
daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier
darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan
gangguan syaraf. Insektisida juga berasal dari bahan-bahan alami misalnya
pembuatan Insektisida Alami. Untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada
tanaman:
Bahan : Tembakau, Kenikir , Pandan, Kemangi, Cabe rawit, Kunyit, Bawang
Putih , Aquadest, mikro organism, pengurai, Gula pasir
Cara pembuatannya :
a. Semua bahan di blender dan ditambah air suling
b. Masukkan ke dalam botol yang steril
c. Tambahkan gula pasir
d. tambahkan mikro organisme pengurai
e. Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
f. Kemudian di saring.
g. Siap dipergunakan
Cara kerja insektisida pada tanaman yaitu:
52
Gambar 2. 21 Tembakau
Page 53
1. Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman
(misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya
dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu
insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya
hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan.
Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan
aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan
tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang,
kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif,
karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang
terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang
beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi.
Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang
memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak
lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan
daun, maka mereka akan mati keracunan.
2.7.2 Sebagai pewarna dan juga pelembut
Contohnya yaitu pada pewarnaan kain. Pada kain tidak saat di cuci
tidak akan luntur. Hal ini terjadi karena pada pewarna tersebut terdapat
senyawa karbon yang dapat mempertahankan warna pada kain. Turunan amina
53
Gambar 2. 22 Macam Pewarna
Page 54
rantai panjang dalam hal ini garam kuraterner ammonium yang mengandung
setidaknya satu gugus amina rantai panjang bersifat larut dalam air dan aktif
secara biologis. Penambahan gugus amina rantai panjang membuatnya sulit
larut dalam air namun tetap dapat didispersikan dalam air. Penggunaan
senyawa tersebut paling umum pada industri pelembut pakaian dimana garam
tersebut melekat pada permukaan pakaian dan memberi kesan lembut terhadap
tangan.
Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom
hidrogen pada gugusan hidroksi atau amina mengadakan ikatan yang lemah
dengan atom lainnya, misalnya molekul-molekul air yang mendidih pada suhu
yang jauh lebih tinggi daripada molekul-molekul senyawa alkana dengan berat
yang sama. Pada umumnya molekul –molekul zat warna dan serat mengandung
gugusan- gugusan yang memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
Contoh pembuatan zat warna yang di aawali dengan pembentukan garam
diazonium klorida
2.7.3 Amina Sebagai Anti Iritasi Pada Shampo
Turunan amina rantai panjang yaitu Stearil Dimetil Amin Oksida telah
dilaporkan digunakan sebagai anti iritasi pada shampo yang menggunakan
54
Page 55
bahan dasar natrium lauril sulfat dan zink pyridinethion.Stearil dimetil amin
oksida juga telah dilaporkan bertindak sebagai anti iritasi terhadap shampo
yang menggunakan garam lauril sulfat lain beserta turunannya. seperti kalium
lauril sulfat atau natrium lauril eter sulfat dan juga garam alkil sulfat lainnya
seperti gliseril alkil sulfat dan alkil aril sulfat (Gerstein, 1977).
2.7.4 Amina Sebagai Pelumas
Pelumas digunakan pada kendaraan untuk memperkecil gesekan antara
bagian yang bergerak pada mesin mobil seperti keramik dan logam. Aditif yang
digunakan pada umumnya adalah zink dialkil ditiofosfat (ZDDP) namun
senyawa tersebut bmemberikan kontribusi besar terhadap emisi partikulat
sulfur dan fosfor ke udara serta menjadi racun katalis pada catalytic converter
sehingga perlu ditemukan penggantinya.Sebagai pengganti telah dilaporkan
turunan senyawa pengganti telah dilaporkan turunan senyawa oleilamina dan
stearilamina yang direaksikan dengan asam sitrat dan asam suksinat telah
menunjukkan sifat pelumas yang baik (Kocsis, 2010).
Skema proses pembuatan pelumas dari suatu pabrik
55
Page 56
2.7.5 Amina sebagai Obat Parasit Leishmania
Formulasi lemak sebagai obat anti Leishmania telah dilaporkan sebagai
terapi yang efektif serta mengurangi efek racun dalam tubuh. Dalam hal ini,
Liposom yang
Universitas Sumatera Utara dicampurkan dengan phosphatidylcoline (PC) dan
stearilamina (SA) telah terbukti memiliki aktivitas anti protozoa secara in vitro
terhadap parasit Trypanosoma cruzi,Trypanosoma Brucei Gambiense dan
secara in vivo terhadap parasit Toxoplasma Gandii dan L Donovani (Banerjee,
2007).
2.7.6 Alkohol Rantai Panjang
56
Page 57
Alkohol rantai panjang diproduksi dari berbagai jenis lemak; panjang
rantainya bervariasi dari 8 hingga 22 atom karbon. Alkohol pada detergen
biasanya memiliki 12-18 atom karbon dengan dominasi 12-14 atom karbon.
Alkohol rantai panjang bersaing dengan sejumlah besar produk alkohol turunan
minyak bumi dengan panjang rantai yang serupa. Pengunaanya bergantung
pada faktor ekonomi. Kegunaan alkohol rantai panjang terutama untuk pasar
surfaktan dengan dominasi 65% alkilbenzen dan 35% sisany alkohol rantai
panjang dengan rincian 21% sintetis dan 14% alami.
Alkohol rantai panjang alami diperoleh dari tiga sumber utama : minyak
kelapa, minyak inti sawit dan lemak. Alkohol alami dengan panjang rantai
C16-18 dihasilkan terutama dari lemak. Kebanyakan alkohol alami diproduksi
dari reduksi metil ester namun asam lemak juga dapat direduksi menjadi
alkohol. Saat ibi dilaporkan sekitae 500 juta MT alkohol alami diproduksi di
seluruh dunia dengan produser detergen sebagai produser utama (Reck, 1985).
2.7.7 Aerosil
Aerosil merupakan silikon dioksida murni yang diketahui dalam jumlah
kecil dapat menyerap air yang cukup besar. Aerosil diperoleh melalui
penguapan silikon tetraklorida yang dioksidasi dengan nyala suhu tinggi
menggunakan H2 dan O2.
Aerosil berupa serbuk dan memberikan efek mengentalkan dan thixothropy
dengan mendispersikannya ke dalam bahan yang bersifat cair. Produk hidrofilik
standar dibuat dari partikel utama dengan ukuran 7 nm hingga 40 nm. Adapun
kegunaan aerosil adalah sebagi bahan pengalir untuk toner, makanan dan bidang
farmasi sebagai pengontrol reologi, cat, mantel, lem, sealant, plastik, film,
serat, keramik dan pendukung katalisator (Wikipedia, 2011). Luas permukaan
aerosil bervariasi yaitu dari 50 hingga 400 m2/g. Permukaan aerosil bersifat
hidrofilik dan terus menyerap air (Pevzner,1973). Aerosil juga telah
digunakan pada reaksi karbonilasi sebanyak 3% dari jumlah metil oleat dan
dilaporkan dapat meningkatkan hasil reaksi karbonilasi metil oleat dari < 20%
menjadi 52,1% (Saragih, 2009).
57
Page 58
2.7.8 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai
kesetimbangan. Katalis tidak akan mengubah nilai ketetapan kesetimbangan
dan tidak mengalami perubahan apapun. Menurut teori kecepatan reaksi
absolut, peranan katalis adalah menurunklan energy bebas pengaktidan.
Beberapa katalis melakukannya dengan membentuk pereaksi untuk mencapai
kompleks teraktifkan yang sama dengan bila tanpa adanya katalis,namun
kebanyakan katalis tampaknya memberikan suatu mekanisme yang
berbeda ,yang mengikatnya secara sementara dan berenergi bebas rendah.
(Cotton, 1989).
2.7.8.1 Katalis homogen
Dalam katalisis homogeny reaktan, produk dan katalis secara molecular
berada dalam satu fase, biasanya berupa cairan. Contohnya adalah hidrogenasi
dari 1-heksena dalam pelarut hidrokarbon yang dikatalisis oleh
[(C6H5)3P]3RhH (reaksi 1) dan hidrolisis ester dengan menggunakan katalis
asam (reaksi 2) (Parker, 1984). Keuntungan dari katalis homogenya adalah
spesifik untuk reaksi tertentu dan tidak membutuhkan suhu dan tekanan yang
tinggi dalam reaksi, katalis yang larut lebih mudah dikarakterisasi, misalnya
spektroskopi. Kerugian dari katalis homogen adalah katalis sulit dipisahkan
dari produknya dan katalis dapat terdegradasi serta harganya relative tinggi
(Leach, 1983).
2.7.8.2 Katalis heterogen
Dalam katalis heterogen,katalis berada pada fase yang berbeda, reaktan
dan produk biasanya berupa gas atau cairan dan katalis adalah padatan. Reaksi
katalitik terjadi di atas permukaan padatan. Contohnya adalah dehidrasi dan
dehidrogenasi isopropyl alkohol (reaksi 1 dan 2) (Parker, 1984).
58
Page 59
Keuntungan dari katalis heterogen adalah katalis mudah dipisahkan dari
produknya,katalis dapat diaktifkan kembali dan dapat diadaptasikan dengan
berbagai macam reactor. Kerugian dari katalis heterogen adalah
dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi selama reaksi berlangsung
( Leach, 1983).
2.7.9 Logam Transisi Sebagai Katalis
Unsur – unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d
dan f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri
atas 56 dari 103 unsur. Logam – logam transisi diklasifikasikan dalam blok d,
yang terdiri dari unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf
sampai Au, dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan
aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Logam transisi yang mengkatalisis reaksi kimia merupakan dasar yang
sangat penting dalam proses industri, seperti reaksi hidrogenasi, reaksi
karbonilasi dan reaksi polimerisasi bertekanan reandah untuk etilen dan
propena. Semua proses – proses ini berjalan secara heterogen, dimana suatu
bahan material yang padat digunakan sebagai katalis (Cotton, 2004 ).
Salah satu kegunaan yang penting dari unsur – unsur transisi dalam reaksi
katalitik adalah untuk mengatomisasi molekul – molekul diatomik dan
menyalurkan atom – atom tersebut pada reaktan yang lain dan reaksi
intermediet. H2, O2, N2 dan CO adalah molekul diatomik yang penting.
Kekuatan ikatan H, O, N dan C pada permukaan logam – logam transisi
memberikan gaya dorong termodinamik untuk atomisasi dan juga untuk
pelepasan atom dalam reaksi dengan molekul – molekul yang lain. Permukaan
logam juga memiliki sifat – sifat yang unik lainnya yang dapat mengkatalisis
serangkaian reaksi – reaksi kompleks yang dimulai dengan disosiasi adsorpsi
yang diikuti dengan penataan ulang kompleks melalui formasi dan pemutusan
ikatan, yang terakhir proses adsorpsi dari produk ( Hegedus, 1987 ).
Akurasi penyerapan kimia antara suatu atom H dengan permukaan logam
diilustrasikan seperti berikut ini.
59
Page 60
Gambar 2. 23 Diagram Energi Penyerapan Atom H pada Permukaan Logam
Diagram energi berdasarkan data spektroskopi fotoelektron dari interaksi
suatu atom H ( kanan ) dengan suatu permukaan logam (kiri). Dimana EF
merupakan Fermi level.
Energi dari ikatan Ni–H hanya 63 kkal/mol
Gambar 2. 24 diagram energy potensial penyerapan hydrogen pada permukaan logam
Dari diagram energi potensial di atas menurut Lennard-Jones untuk
adsorpsi hidrogen pada logam dapat dijelaskan. ED, menyatakan energi
dissosiasi dari H2 ( 104 kkal/mol);EP, menyatakan energi adsorpsi pada
adsorpsi fisika ( molekular );dan Ea merupakan energi penyerapan untuk
adsorpsi kimia ( Ertl, 1976 ).
2.7.10 Sebagai Bahan flotasi
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau
mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari
60
Page 61
zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan
dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada
fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung
udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang
kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation
melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung
dalam cairan) dan gas (gelembung udara). Proses flotasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu directional flotation dan reverse flotation. Directional
flotation yaitu proses flotasi dimana mineral berharga akan terangkat ke atas
membentuk buih yang mengapung di permukaan pulp. Sedangkan reverse
flotation adalah proses floatasi dimana partikel mineral yang diapungkan
merupakan mineral pengotor (gangue).
Proses floatasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen
yang digunakan. Reagen-reagen yang digunakan juga beragam tergantung dari
mineral yang ingin kita peroleh. Reagen – reagen yang digunakan tersebut
memiliki masing-masing kegunaan ataupun saling melengkapi antar reagen.
Berikut kegunaan masing-masing reagent yang digunakan:
a. Collector
Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan prmukaan mineral
menjadi suka udara (hidrofobik). Collector biasanya merupakan mineral
organik heteropolar, mengandung gugus polar dan non-polar. Gugus non-polar
cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung udara,
sedangkan gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu sehingga
partikel solid tersebut ikut terapung bersama gelembung udara.
b. Frother
Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan
gelembung, sehingga tidak mudah pecah. Frother yang efektif biasanya
mengandung setidaknya 5 atom karbon dalam tantai utamanya. Ketika
61
Page 62
permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus mampu
menempel pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul
masalah ketika gelembung – gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah
akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dalam gelembung –
gelembung lain. Oleh karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam
pulp yang dapat menstabilkan gelembung udara. Material yang ditambahkan
tersebut dikenal dengan frother.
c. Modifier
Adalah beberapa jenis reagen yang ditambahkan untuk mengoptimalkan
proses flotasi. Modifier itu sendiri terdiri dari beberapa jenis reagent tertentu,
yaitu:
Aktivator, adalah reagen yang ditambahkan untuk menambah
interaksi antara partikel solid dengan kolektor
Dispersant, adalah reagen yang digunakan untuk mencehah
terjadinya penggumpalan antara partikel solid sehingga menambah sifat
hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan
Depresant, adalah reagen yang ditambahkan untuk membentuk
lapisan polar yang membungkus partikel solid sehingga menambah sifat
hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan
pH Regulator, adalah reagen yang digunakan untuk mengontrol pH
karena sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Dalam proses floatasi, besarnya ukuran partikel yang akan diflotasi
sangatlah penting. Karena besarnya ukuran partikel dapat mempengaruhi laju
flotasi. Seperti ditunjukan pada kurva dibawah ini. Ukuran partikel yang
semakin besar awalnya menaikkan laju konstanta flotasi secara perlahan, tetapi
setelah mencapai puncak(batasan maximum ukuran partikel), laju konstanta
62
Page 63
flotasi turun secara drastic. Hal ini dikarenakan derajat liberasi yang berkurang
dari mineral menurunkan kemampuan bubble untuk mengangkat partikel yang
kasar(coarse).Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah:
Ukuran partikel
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah untuk terflotasi
pH larutan
sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Surfaktan
Surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar sekaligus
laju udara
Berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan
hidrofobik, persen padatan, untuk flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan
dengan persen padatan yang besar.
2.7.11 Amfetamin
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-
fenil-isopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya
dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk
mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention-deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga
digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan
gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom
kelelahan kronis.
Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi
nafsu makan dan mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS)
63
Page 64
antara lain Adderall, dan Dexedrine. Sementara di Indonesia dijual dalam
kemasan injeksi dengan merk dagang generik. Obat ini juga digunakan secara
ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai
peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah "Amftamin"
sering digunakan pada campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.
Gambar 2. 25 Amfetamin
2.7.12 Chlorpheniramin
Gambar 2. 26 chlorpheniramin
CTM atau Chlorpheniramin itu termasuk golongan obat
antihistamin,digunakan sebagai obat anti alergi. Dan CTM bekerja di Susunan
Saraf Pusat kita. Ini memjelaskan kenapa CTM juga menimbulkan rasa kantuk
yang kuat. Maka sangat tidak dianjurkan meminum obat ini jika kita hendak
bepergian.
Obat ini termasuk obat keras, jadi pemakaiannya harus berhati-hati.
Dan dianjurkan untuk mengunakannya hanya jika memang diperlukan. Sistem
eliminasi obat tubuh manusia tidak sama untuk tiap orangnya. Jika sistem
eliminasi obat tubuh anda lambat, obat / zat ini akan terakumulasi / menumpuk
64
Page 65
sedikit demi sedikit dalam organ tubuh dalam. Obat yang menumpuk ini bisa
menyebabkan kerusakan pada organ juga
Alergi sebenarnya adalah reaksi tubuh kita terhadap zat / sesuatu yang
asing dan berbahaya bagi tubuh kita. Menangani alergi tidak hanya selalu
dengan obat. Kita perlu kaji kembali apa penyebab munculnya reaksi alergi ini,
misalnya suatu makanan atau minuman. Jika mengetahui penyebab, kita bisa
melakukan tindakan preventif, sehingga alergi tidak muncul.
2.7.13 Ephedrine
Gambar 2. 27 Ephedrine
Ephedrine adalah amina yang biasanya digunakan sebagai stimulan ,
penekan nafsu makan , bantuan konsentrasi, dekongestan , dan untuk
mengobati hipotensi berhubungan dengan anestesi, dan sebagai peluruh dahak
pada obat batuk
Efedrin mirip dengan struktur (semi-sintetik turunan) amfetamin dan
metamfetamin . Merupakan alkaloid yang berasal dari berbagai tanaman genus
Ephedra (keluarga Ephedraceae ). Ia bekerja terutama dengan meningkatkan
aktivitas noradrenalin pada reseptor adrenergik . Hal ini paling biasanya
dipasarkan dalam hidroklorida dan bentuk sulfat.
2.7.14 Asam Amino
65
Page 66
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugusfungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang
sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam
dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino
bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi
basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi
zwitter-ion.
Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam
amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+). Sedangkan gugus
karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-). Titik
isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam keadaan
demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion. Zwitter-ion
dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang
bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas
berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang
dekatnetral.
Dua model molekul isomer optis asam amino alanina. Karena atom C
pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino—kecuali glisina
—memiliki isomer optik: L dan D. Cara sederhana untuk mengidentifikasi
isomeri ini dari gambaran dua dimensi adalah dengan "mendorong" atom H ke
belakang pembaca (menjauhi pembaca). Jika searah putaran jarum jam
(putaran ke kanan) terjadi urutan karboksil-residu-amina maka ini adalah tipe
D. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan jarum jam, maka itu
adalah tipe L. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CORN,
dari singkatan COOH - R - NH2). Pada umumnya, asam amino alami yang
dihasilkan eukariota merupakan tipe L meskipun beberapa siput laut
menghasilkan tipe D. Dinding sel bakteri banyak mengandung asam amino tipe
D.
66
Page 67
Struktur Asam Amino
Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus
karboksil di sebelah kanan. Struktur asam amino secara umum adalah satu
atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil
(COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut
juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan
asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai
dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan
langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada
atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping
tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam
amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar.
Gambar 2. 28 struktur asam Amino
2.7.15 Morfin
Morfin pertama kali diisolasi pada 1804 oleh ahli farmasi Jerman
Friedrich Wilhelm Adam Sertürner. Tapi morfin belum digunakan hingga
dikembangkan hypodermic needle (1853). Morfin digunakan untuk
67
Page 68
mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan alkohol dan
opium.
Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih
mudah dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver
somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan golongan
opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting).(Latief dkk,
2001; Sarjono dkk, 1995).
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif,
yakni tidak begitu mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar
(vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu
hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin
meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi,
artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada
waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin
memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat
dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor
ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan
respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid
yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Gambar 2. 29 morfin(serbuk)
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang
mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua
68
Page 69
sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi,
perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi
parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan
sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995;
Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit
yang luka. Morfin juga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus,
tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek
analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama.
Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin
terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja
dan keringat.
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-
opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering
diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; (1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ;
(3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer,
pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak
spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca
bedah.
Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria.
Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis
anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2
mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang
sesuai yamg diperlukan.
69
Page 70
Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk :
a. Bubuk atau serbuk. Berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat
disalahgunakan dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur
dalam minuman, adakalanya ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas
disilet sendiri oleh para korban.
b. Cairan Berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya
hanya dilakukan dengan jalan menyuntik.
c. Balokan. Dibuat dalam bentuk balok-balok kecil dengan ukuran dan warna
yang berbeda-beda
d. Tablet. Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih. Morfin diabsorbsi dengan
baik setelah pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra muskuler,
tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Oleh sebab itu
morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum.
Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain
merasa gembira, santai, mengantuk, dan kadang diakhiri dengan mimpi yang
menyenangkan. Pengguna morfin umumnya terlihat apatis, daya
konsentrasinya menurun, dan pikirannya sering terganggu pada saat tidak
menggunakan morfin. Efek tersebut yang selanjutnya menyebabkan
penggunanya merasa ketagihan.
Disamping memberi manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek
samping yang cukup beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan,
saluran pencernaan, dan sistema urinarius. Efek pada sistema pernafasan
berupa depresi pernafasan, yang sering fatal dan menyebabkan kematian. Efek
ini umumnya terjadi beberapa saat setelah pemberian intravenosa atau sekitar
satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini meningkat pada penderita
asma, karena morfin juga menyebabakan terjadinya penyempitan saluran
pernafasan. Efek pada sistema saluran pencernaan umumnya berupa
70
Page 71
konstipasi, yang terjadi karena morfin mampu meningkatkan tonus otot
saluran pencernaan dan menurunkan motilitas usus.
Pada sistema urinarius, morfin dapat menyebabkan kesulitan kencing.
Efek ini timbul karena morfin mampu menurunkan persepsi terhadap rangsang
kencing serta menyebabkan kontraksi ureter dan otot- otot kandung kencing.
Tanda- tanda pemakaian obat bervariasi menurut jenis obat, jumlah yang
dipakai, dan kepribadian sipemakai serta harapannya.
Gejala kelebihan dosis : Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan
satu- satu dan coma (tiga gejala klasik). Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi
(pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul
edema paru (paru-paru basah). Gejala–gejala lepas obat : Agitasi, nyeri otot
dan tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis
sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata
(lakrimasi), keluar air dari hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey,
pupil dilatasi, tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia
(suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang
psikosis toksik.
Diagnosis Ketergantungan Narkotika Diagnosis ketergantungan penderita
opiat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis (medik psikiatrik) dan ditunjang
dengan pemeriksaan urine. Pada penyalahgunaan narkotika jenis opiat,
seringkali dijumpai komplikasi medis, misalnya kelainan pada organ paru-paru
dan lever. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu pola penggunaan zat
yang bersifat patologik paling sedikit satu bulan lamanya. Opioida termasuk
salah satu yang sering disalahgunakan manusia. Menurut ICD 10 (International
Classification Diseases), berbagai gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat dikelompokkan dalam berbagai keadaan klinis, seperti
intoksikasi akut, sindroma ketergantungan, sindroma putus zat, dan gangguan
mental serta perilaku lainnya.
71
Page 72
Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai
akibat menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan
sebelumnya. Keadaan putus heroin tidak begitu membahayakan. Di kalangan
remaja disebut “sakau” dan untuk mengatasinya pecandu berusaha
mendapatkan heroin walaupun dengan cara merugikan orang lain seperti
melakukan tindakan kriminal. Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu
mual/muntah, nyeri otot lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, diare,
menguap/sneezing, demam, dan insomnia. Untuk mengatasinya, diberikan
simptomatik. Misalnya, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi analgetik,
untuk menghilangkan muntah diberi antiemetik, dan sebagainya. Pengobatan
sindroma putus opioid harus diikuti dengan program terapi detoksifikasi dan
terapi rumatan. Kematian akibat overdosis disebabkan komplikasi medis
berupa gangguan pernapasan, yaitu oedema paru akut (Banks dan Waller).
Sementara, Mc Donald (1984) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan erat dengan kematian dan
disabilitas yang diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.
Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam, tetapi yang paling banyak
digunakan adalah obat yang memiliki tempat aksi utama di susunan saraf pusat
dan dapat menimbulkan gangguan- gangguan persepsi, perasaan, pikiran, dan
tingkah laku serta pergerakan otot- otot orang ynag menggunakannya.
Tujuan penyalahgunaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan
perubahan mental sesaat yang menyenangkan. Efek menenangkan sering
dipergunakan untuk mengatasi kegelisahan, kekecewaan, kecemasan,
dorongan- dorongan yang terlalu berlebihan oleh orang yang lemah mentalnya
atau belum matang kepribadiannya.
Sedangkan efek merangsang sering dipakai untuk melancarkan pergaulan,
atau untuk suatu tugas, menambah gairah sex, meningkatkan daya tahan
jasmani.
72
Page 73
Penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :
a. tanda- tanda pemakai obat
b. keadaan lepas obat
c. kelebihan dosis akut
d. komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )
e. komplikasi lainnya ( sosial, legal, dsb)
2.7.16 Heroin
Heroin pada awalnya adalah nama produk dagang dari sirup obat batuk
produksi Bayer. Sebuah perusahaan farmasi besar dan ternama di Jerman.
Bayer pertama kali mengembangkan Heroin tahun 1898 sebagai obat batuk
sirup. Pengembangan dan penemuan ini tak luput dari andil dan peran besar
seorang ilmuan yang bernama Heinrich Dreser (1860 - 1924) lahir di
Damctadt, Jerman, tahun 1960.
Sepanjang kariernya di Bayer antara tahun 1897-1914, Dreser bertugas
sebagai seorang peneliti yang bertanggung jawab menguji keamanan dan
kemanjuran produk obat baru. Pada masa tersebut Dreser memikul jabatan
sebagai seorang kepala laboratorium. Jabatan ini memberikan wewenang
dalam memutuskan apakah suatu obat layak dipasarkan atau tidak. Bersama
jabatan tersebut pulalah membawa Dreser pada penemuan Heroin yang sangat
spektakuler sekaligus kontroversial.
Heroin adalah hasil sintesis diasetilmorfin yang merupakan derivat
senyawa morfin. Senyawa diasetilmorfin berbentuk kristal berwarna putih, tak
berbau, dan berasa pahit adalah senyawa yang kemudian diketahui cukup
berbahaya. Para ahli sains kemudian berlomba-lomba melakukanpenelitian
untuk mendapatkan obat.
73
Page 74
Penemuan diasetilmofin oleh ilmuwan Inggris, C. R. Wright, tahun 1874
memberi ilham pada Dreser untuk menciptakan obat baru yang tidak
menimbulkan ketagihan tetapi tetap memiliki khasiat sama, yakni sebagai obat
penenang (sedatif) dan penghilang rasa sakit. Setidaknya begitulah anggapan
Dreser pada saat itu. Yang pada kenyataannya pada saat ini anggapan tersebut
salah.
Bayer adalah perusahaan yang pertama kali mensintesis diasetilmorfin
menjadi heroin. Pada awal 1898, heroin buatan Dreser itu kemudian
diujicobakan pada sejumlah katak dan kelinci di laboratorium. Dreser bahkan
mengujicobakannya pada sejumlah pekerja di Bayer. Anehnya, para pekerja
justru tak berkeberatan dan merasa senang dengan dilakukannya percobaan itu.
Mereka menganggap bahwa obat baru temuan Dreser selalu membuat mereka
merasa "heroik".
Heinrich Dreser, masih merasa belum puas dengan produk baru ciptaannya
tersebut. Ia kemudian tertarik untuk mencoba pada dirinya sendiri. Sejumlah
hasil mengejutkan ternyata mampu dirasakannya hingga dapat menyimpulkan
bahwa produk itu sangat efektif untuk mengobati sejumlah penyakit yang
berhubungan dengan pernapasan seperti bronkhitis, asma, dan tuberkulosis
(TBC).
November 1898, Dreser mempresentasikan obat temuannya pada Kongres
Naturalis dan Dokter Jerman. Ia mengklaim bahwa heroin 10 kali lipat lebih
efektif dari obat batuk biasa, namun hanya mengandung sedikit bahan toksik.
Obat batuk sirup baru itu juga diklaim Dreser sebagai obat yang lebih efektif
dibandingkan morfin sebagai penahan sakit. Dreser menegaskan, obat tersebut
sangat aman dikonsumsi walau agak kontroversi pada masa itu.
Nama "heroin" sebagai obat batuk sirup pun kemudian diluncurkan secara
resmi oleh Bayer dan mulai dipasarkan untuk khalayak ramai pada tahun 1898.
Nama heroin diambil dari bahasa Jerman heroisch yang berarti heroik. Brand
heroin yang didengung-dengungkan waktu itu yakni: "Heroin-sang penawar
batuk".
74
Page 75
Saking gencarnya Bayer melakukan pemasaran heroin ini, mereka
kemudian memberikan contoh produk ini kepada para dokter. Akibatnya, tak
sedikit dokter yang meresepkannya untuk para pasien mereka. Heroin pun
kemudian berkembang secara luas di lingkungan medis tanpa menyadari
bagaimana efek ketergantungan yang dihasilkan produk ini. Melihat fenomena
pemasaran yang terus meningkat, Bayer pun terus meningkatkan produksinya
dan menjual ke 12 negara lainnya di luar Jerman. Lama-kelamaan, keganjilan
mulai tampak.
Para dokter mulai mencatat banyak sekali permintaan pasien akan obat
batuk sirup inimeskipun para pasien itu tak memiliki keluhan pada saluran
pernapasannya.
Gambar 2. 30 Produk Heroin
Sejumlah ilmuwan, dokter, dan para pakar kimia kemudian mendeteksi
adanya kandungan obat keras di dalamnya. Mereka menyimpulkan bahwa
diasetilmofin yang dikandung heroin mungkin tak seadiktif morfin, namun
justru lebih hebat dari itu.
Daya ketergantungan heroin dua hingga empat kali lebih kuat
dibandingkan morfin! Saat memasuki metabolisme tubuh, zat aktif heroin
langsung memasuki aliran darah dan merasuk masuk ke otak hingga
menyebabkan sebuah euforia.
75
Page 76
Berkaca dari berbagai temuan ilmuwan itu, Bayer kemudian menghentikan
produksi dan pemasaran obat batuk sirup heroin pada 1913. Lebih dari itu,
Bayer langsung menghapus nama heroin pada daftar obat yang berhasil mereka
temukan sekaligus menjadi catatan sejarah kelam bagi perusahaan terkenal itu.
Peredaran heroin pun kemudian dilarang secara luas pada tahun 1924.
2.7.17 Kodeine
Kodeina atau kodein (bahasa Inggris: codeine, methylmorphine) ialah
asam opiat alkaloid yang dijumpai di dalam candu dalam konsentrasi antara
0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein yang digunakan di Amerika Serikat
diproses dari morfin melalui proses metilasi. Kodein yang terkonsumsi akan
teraktivasi oleh enzim CYP2D6di dalam hati menjadi morfin, sebelum
mengalami proses glusuronidasi, sebuah mekanisme detoksifikasi bagi
xenobiotik.
Walau bagaimanapun, morfin tersebut tidak dapat digunakan, mengingat
90% kodein yang diambil akan dimusnahkan dalam usus halus (rembesan dari
hati) sebelum berhasil memasuki peredaran darah. Oleh itu, kodein seolah-olah
tidak brpengaruh atas penggunanya, namun efek samping seperti analgesia,
sedasi, dan kemurungan pernafasan masih terasa.
Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan. Kodein selalu dibuat
dalam bentuk pil atau cairan dan bisa diambil baik secara sendirian atau
gabungan dengan kafein, aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen. Kodein sangat
berperan untuk meredakan batuk.
Seperti semua jenis opioid, penggunaan kodeina yang berkelanjutan
mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Sebuah kelompok
yang bernama Codeine Free didirikan untuk membantu mereka yang
mengalami ketergantungan pada kodeina.
76
Page 77
Kodein merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam perawatan
kesehatan.
Gambar 2. 31 Struktur kimia kodeina
BAB IV
KESIMPULAN
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent
yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua
atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang
mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino
mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi
bukan gugusan karbonil).
Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau
tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom
nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol).
Reaksi amina dengan turunan as. Karboksilat
Anilin akan bereaksi dengan turunan as.Karboksilat anhidrida dan
halida asam membentuk amida tersubtitusi seperti contoh berikut :
O O O
|| || ||
CH3 – C – O – C – CH3 + H2N – Ph Ph – NH – C – CH3 + CH3COOH
77
Page 78
(antipiretik) / penurun panas
Polimerisasi kondensasi diamin
Polimer diamin khususnya 1,6 diaminoheksana dengan heksadioat
(asam adipat) akan menghasilkan suatu nilon 6,6.
O O O O
|| || || ||
H2N – (CH2)6 + HO – C (CH2)4 – C – OH -[NH – (CH2)6 NHC (CH2)4 C-]n
(Nilon)
Reaksi Amina alifatik primer dengan HNO2
Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai
pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3 CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)
Reaksi Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2
Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan
senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
Reaksi pembuatan amina
- Reduction of nitro compounds
- Reaction of halides with ammonia or amines
- Reductive amination
- Reaksi Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain
Manfaat utama amina salah satunya adalah sebagai bahan untuk pembuatan
obat-obatan.
78
Page 79
Dalam waktu belakangan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat telah membawa manusia dalam penyalahgunaan senyawa hidrokarbon
menjadi obat obatan terlarang.
79
Page 80
DAFTAR PUSTAKA
Adam Wiryawan.2011.Amina. http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_Amina di Akses tanggal 05 mei 2012
Day. N dan A.L. Anderwood. 1986. Senyawa Amina. Edisi kelima.penerbit
Erlangga: Jakarta
Harjadi,W. 1986.Kimia Organik. Jakarta: PT Gramedia
Anonim.Amina.diakses dari
<http://www.scribd.com/doc/53123540/AMINA>[04 Mei 2012]
Identifikasi amina | Journal Banking Finance.Identifikasi Aminah. diakses
dari <ttp://www.pdfseeker.net/pdf/identifikasi-amina.html>[05 mei 2012]
Vovilia, enang,dkk.2011.Makalah Kimia Organik Amina.Fakultas Teknik:
Universitas Riau
80