Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens Lour Merr) dengan TEKNIK KULTUR JARINGAN Oleh : NATALINA J1C108027 FAUZI RAMADHANI J1C108213
22

aLn Lap Kuljar

Jun 29, 2015

Download

Documents

Natalina

laporan kultur jaringan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: aLn Lap Kuljar

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN

PERBANYAKAN TANAMAN

SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens Lour Merr) dengan TEKNIK

KULTUR JARINGAN

Oleh :

NATALINA

J1C108027

FAUZI RAMADHANI

J1C108213

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010

Page 2: aLn Lap Kuljar

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………………………………………………………………… i

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………...

A. TEORI DASAR…………………………………………

B. TUJUAN…………………………………………………

C. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN…………………

D. METODE PRAKTIKUM……………………………….

BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………..

A. HASIL…………………………………………………..

B. PEMBAHASAN………………………………………...

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..

A. KESIMPULAN…………………………………………

B. SARAN…………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: aLn Lap Kuljar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Teori dasar

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian

tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media

buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi

tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman

dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan

di tempat steril (Herlina, 2010).

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,

khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang

dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai

sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga

tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah

besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh

bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Herlina, 2010).

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

adalah:

1. Pembuatan media

2. Inisiasi

3. Sterilisasi

4. Multiplikasi

5. Pengakaran

6. Aklimatisasi

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.

Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,

diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh

(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung

dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada

Page 4: aLn Lap Kuljar

tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan

cara memanaskannya dengan autoklaf (Herlina, 2010).

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.

Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas

(Gunawan, 2001).

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di

tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.

Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan

secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga

harus steril (Gunawan, 2001).

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan

pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi

yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami

ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar

(Gunawan, 2001).

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar

yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.

Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta

untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi

akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk

(disebabkan bakteri) (Gunawan, 2001).

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke

bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan

sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama

penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan

udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara

bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama

dengan pemeliharaan bibit generative (Gunawan, 2001).

Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi,

sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang

mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian

tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali

(Adhi, 2009).

Page 5: aLn Lap Kuljar

Teori dasar kultur Jaringan yaitu adalah sebagai berikut :

a. Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel

zigot karena berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).

b. Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik

seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman

lengkap (Adhi, 2009).

Aplikasi Teknik Kultur Jaringan dalam Bidang Agronomi, yaitu :

a. Perbanyakan vegetatif secara cepat (Micropropagation).

b. Membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus

c. Membantu program pemuliaan tanaman (Kultur Haploid, Embryo Rescue, Seleksi In

Vitro, Variasi Somaklonal, Fusiprotoplas, Transformasi Gen /Rekayasa Genetika

Tanaman dll).

d. Produksi metabolit sekunder (Adhi, 2009).

Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi regenerasi adalah :

1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro : pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio

somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll

2. Eksplan ,adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk

perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur

eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat

digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon,

hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.

3. Media Tumbuh, Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat

pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur

jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop,

Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.

Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) adalah NH4NO3 1650m/l, KNO3 1900

m/l, CaCL2.2H20 440 m/l, MgSO4.7H20 370 m/, lKH2PO4 170 m/l, FeSO4.7H20 27

m/l, NaEDTA 37,3 m/l, MnSO4.4H20 22,3 m/l, ZnSO4.7H2O 8,6 m/l, H3BO3 6,2 m/l,

KI 0,83 m/l, Na2MoO4.2H20 0,25 m/l, CuSO4.5H20 0,025 m/l, COCl2.6H20 0,025 m/l,

Myoinositol 100 m/l, Niasin 0,5 m/l, Piridoksin-HCL 0,5 m/l, Tiamin -HCL 0,1 m/l,

Glisin 2 m/l, dan Sukrosa 30.000 m/l.

4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman

Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan

penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan

Page 6: aLn Lap Kuljar

adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA),

2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin,

Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti

GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan

CCC.

5. Lingkungan Tumbuh

Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi

temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah

kultur (Marlina, 2004).

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu

melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan

embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada

beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.

Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah

(meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama

ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun

kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan

penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.

Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang

atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan (Anonim, 2010).

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal alat dan bahan kultur jaringan, tata

ruang kultur, pembuatan larutan stok, larutan MS, cara penaburan (tanaman sambung nyawa)

dan mendapatkan kalus dari hasil penaburan tersebut.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan

Praktikum ini dilaksanakan ± selama dua bulan (Oktober-Desember 2010) setiap hari

Selasa pukul 14.00-16.00 wita bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Page 7: aLn Lap Kuljar

C. Metode praktikum

1. Alat dan Bahan

a. Pembuatan stok

Alat-alat yang digunakan adalah sudip, labu ukur, Erlenmeyer, neraca analitik, gelas

ukur, distilator, dan botol steril.

Bahan-bahan yang digunakan adalah KNO3, NH4NO3, CaCl22H2O, MgSO47H2O ,

KH2PO4, MnSO44H2O,MnSO4h2O, ZnSO47H2O, H3BO3, KI, Na2MoO42H2O, CuSO45H2O

, CoCl2, FeSO47H2O, Na2EDTA2H2O dan aquades.

b. Pembuatan media

Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, erlemeyer, labu ukur, sudip, dan

distilator.

Bahan-bahan yang digunakan adalah stok makro 50 ml, stok mikro 10 ml, stok Fe-EDTA

10 ml, stok myo-inositol 10 ml, stok vitamin 1 ml, ZPT 1 ml/l, gula/sukrosa, BAP 0,1 g,

aquades, KOH, NAA, kenetin, dan agar 8,9 g.

c. Pembuatan sterilan

Alat-alat yang digunakan adalah botol, Erlenmeyer, pipet gondok, buret, gelas ukur dan

sudip.

Bahan-bahan yang digunakan adalah deterjen / tween 20, dithane-MAS (fungisida) 0,2%,

agrepth (baktarisida ) 0,2%, alkohol 70%, alkohol 90% atau 95%, sublimat 0,2%,

bayclin/Clorox 10%, 15%, 20%, aquades steril, bethadine.

d. Penaburan

Alat-alat yang digunakan adalah LAF, cawan petri, pinset, pisau, lampu Bunsen, baskom,

botol media, dan shaker.

Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan dithane 0,2%, larutan agrepth 0,2%, aquades

steril, alcohol 70%, bayclin 5%, alcohol 75%, bethadine, deterjen, sambung nyawa, dan

jeruju.

e. Destruksi

Alat-alat yang digunakan adalah kompor, sikat kecil, spons, rak tempat mengeringkan

botol media dan panci.

Bahan-bahan yang digunakan adalah air, sabun cuci dan media eksplan.

Page 8: aLn Lap Kuljar

2. Cara Kerja

a. Pembuatan stok

Stok hara makro

KNO3 1900 mg/L = 1,9 g × 20 = 38 g

NH4NO3 1650 mg/L = 1,65 g ×20 = 33 g

CaCl22H2O 440 mg/L = 0,04 g × 20 = 8,8 g

MgSO47H2O 370 mg/L = 0,37 g × 20 = 7,4 g

KH2PO4170 mg/L = 0,17 g × 20 = 3,4 g

Stok hara mikro

MnSO44H2O 22,3 mg/L =22,3 x 100 : 1000 = 2,23 g

MnSO4H2O = 0.941 g

ZnSO47H2O = 0,86 g

H3BO2 = 0,62 g

KI = 0,083 g

Na2MoO42H2O = 0,025 g

CuSO45H2O = 0,0025 g

CaCl2.6H2O = 0,0025 g

FeSO47H2O = 2,785 g

Na2EDTA2H2O = 3,725 g

Zat pengatur tumbuh (ZPT)

BAP 1 ppm = 1 mg BAP di dalam 1 L Na = 0,001

1 mg × 100 = 100 mg → 0,1 g

IAA → basa (pelarut)

BAP → asam ( pelarut)

Pembuatan media MS dan ZPT = BAP 1ppm → 1mg BAP

b. Pembuatan media MS

Diambil Hara makro 50 ml/L

Diambil hara mikro 10 ml/L

Diambil vitamin 1 ml/L

Media 1 → ZPT 2,4 D (auksin)

Media 2 → BAP (sitokinin)

Media 3 larutan 2 ppm kinetin dan NAA 1 ppm (2:1)

Dalam 1 L media dibagi menjadi 40 botol

Pembutan stok BAP 1 ppm sebanyak 100 ml

Page 9: aLn Lap Kuljar

1 mg × 100 = 100 mg → dilarutkan dalam 100 ml aquades

100/100 = 1 → diambil 1 ml/L media

menimbang 100/1000 = 0,1 g BAP dilarutkan terlebih dahulu dengan beberapa

tetes HCl kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquades.

Cara pembuatan media MS yaitu :

Stok makro 50 ml

Stok mikro 10 ml

Stok Fe-EDTA 10 ml

Stok myo-inositol 10 ml

Stok vitamin 1 ml

ZPT 1 ml/l

Gula/sukrosa

Tambahkan aquades sampai volume 750 ml, dilarutkan

Tata pH 5,7 - 5,8, ditara sampai 1000 ml dengan labu lain

Ditimbang agar 8,9, dimasukkan dalam media, didihkan, dibagi hingga 40 botol

dan di sterilisasi.

Catatan: bila pH kurang dari 5,7 maka tambahkan KOH dan jika lebih dari 5,8

maka tambahkan HCl.

c. Pembuatan sterilan

Alkohol 70% = 70 ml alkohol dalam 1000 ml larutan

Alkohol 90% = 9000 ml etanol + 60 ml aquades

Sublimat 0,2% = 0,2 g dilarutkan dalam 100 ml larutan aquades → 2 g sublimat

Agrepth 0,2 → 2 g/L

Dithane 2 g/L

Bayclin 10%, 20%, 30%

Bayclin 10% → 10 ml bayclin + 90 ml aquades = 100 m

d. Penaburan

1. Di luar LAF

Eksplan (daun sambung nyawa) diambil bagian jaringan mudanya jangan

bagian yang tua.

Eksplan (daun sambung nyawa) dicuci dengan air mengalir

Eksplan dicuci dengan deterjen selama 10 menit sambil di belai-belai eksplan

(daun sambung nyawa) tersebut.

Ekplan dicuci dengan air mengalir

Page 10: aLn Lap Kuljar

Eksplan dimasukan ke dalam larutan dithane 0,2 % digojok menggunakan

shaker selama 30 menit

Setelah digojok dengan dithane, eksplan diambil dan dimasukan ke dalam

larutan agripth 0,2 % digojok dengan menggunakan shaker selama 30 menit

Setelah itu digojok dengan agripth, eksplan diambil dimasukkan botol steril.

2. Di dalam LAF

Eksplan dimasukkan kedalam aquades steril dan digojok selama 3 menit

Setelah digojok, aquades steril tadi dibuang kedalam botol tempat untuk

membuang sisa larutan yang sudah digunakan.

Eksplan (daun sambung nyawa) dimasukkan kedalam alcohol 70% dan

digojok selama 3 menit

Setelah digojok, alcohol 70% tadi dibuang kedalam botol tempat untuk

membuang sisa larutan yang sudah digunakan.

Eksplan dimasukkan ke dalam bayklin 15 % digojok selama 7 menit

Setelah digojok, bayklin 15% tadi dibuang kedalam botol tempat untuk

membuang sisa larutan yang sudah digunakan.

Eksplan dimasukkan kedalam aquades steril dan digojok selama 2 menit.

Setelah digojok, aquades steril tadi dibuang kedalam botol tempat untuk

membuang sisa larutan yang sudah digunakan.

Eksplan dimasukkan kedalam aquades steril dan digojok selama 2 menit.

Setelah digojok, aquades steril tadi dibuang kedalam botol tempat untuk

membuang sisa larutan yang sudah digunakan.

Eksplan dimasukkan ke dalam aquades steril + betadin dan digojok selama 5

menit.

Eksplan dipotong ujung-ujungnya sehingga membentuk persegi dan dilukai

bagian permukaan eksplannya, ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan kalus

pada bagian eksplan yang dilukai.

Eksplan dimasukkan ke dalam botol media tanam.

Botol tersebut ditutup rapat dengan menggunakan alumunium poil dan supaya

tertutup rapat digunakan cling sehingga bagian tutup atas botol tertutup rapat

sehingga udara diluar tidak bisa masuk ke dalamnya.

Botol media yang berisi eksplan yang siap ditumbuhkan tadi, ditempatkan di

ruang planlet.

Page 11: aLn Lap Kuljar

Ditunggu selama 1-2 minggu untuk melihat perkembangan eksplan apakah

kalusnya mulai muncul/tumbuh.

d. Destruksi

Eksplan yang terkontaminasi dengan jamur/fungi dan virus ataupun eksplannya

browning sampai media maka eksplan tersebut harus di dekstruksi.

Dekstruksi eksplan dilakukan dengan cara manual yaitu dimasukkan botol yang

berisi eksplan yang terkontaminasi tadi ke dalam dandang/panci besar yang sudah

dipanaskan di atas kompor selama 15 menit.

Setelah itu botol yang terdapat eksplan yang terkontaminasi tadi, eksplannya

dibuang dan botol media tadi dicuci sampai bersih.

Dibersihkan dengan sabun dan dibilas sampai bersih.

Page 12: aLn Lap Kuljar

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens Lour Merr)

Gambar 1. Hasil penaburan yang tumbuh kalus

B. Pembahasan

Page 13: aLn Lap Kuljar

Pada praktikum kali ini, digunakan tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens

Lour Merr) yang merupakan tumbuhan herba, berdaging dengan batang memanjat, rebah,

atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. Dari penaburan yang

telah dilaksanakan, kondisi dari eksplan yang ditanam pada minggu pertama telah mengalami

kontaminasi karena terlihat adanya meselia jamur pada eksplan, diduga kontaminasi ini dapat

berasal dari eksplan maupun dari media yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh

penghilangan kontaminan sistemik yang tidak tuntas baik dari eksplan, alat yang digunakan

maupun media, mungkin waktu yang digunakan dalam penggojokan eksplan pada larutan

sterilan tidak begitu tepat atau konsentrasi larutan sterilan yang tidak tepat juga sehingga ada

sebagian mikroorganisme yang masih hidup dan menempel pada eksplan. Organisme tersebut

tidak dapat dilihat dengan kasat mata sehingga eksplan nampak terlihatan sudah steril, tetapi

sebenarnya di dalamnya masih mengandung kontaminan dorman yang dan tidak sempat

keluar pada proses sterilisasi bahan. Ketika eksplan dibelah-belah, maka terjadilah luka maka

luka tersebut yang menimbulkan peluang keluarnya mikroba yang dorman dari dalam sel

eksplan dan akhirnya mengontaminasi seluruh eksplan karena lingkungan yang dikehendaki

mikroba sesuai dan ditambah nutrisi lengkap dalam media MS yang dapat mempercepat

perkembangan mikroba tersebut. Pada prinsipnya, peralatan yang digunakan dalam

praktikum ini haruslah steril, karena peralatan yang tidak steril akan dapat menjadi sumber

kontaminan sehingga menggagalkan percobaan kultur jaringan yang dilakukan. Beberapa

penyebab yang dapat membuat media terkontaminasi dalam pembuatan media kultur, yaitu

antara lain : kondisi praktikan yang tidak aseptik, yang dapat menyebabkan terjadinya

kontaminasi pada media tanam akibat dari mikroorganisme yang tersebar dan dibawa oleh

praktikan dan peralatan yang digunakan tidak steril. Sedangkan eksplan lainnya dalam satu

media mengalami browning, browning/pencoklatan terjadi akibat adanya senyawa fenol yang

beroksidasi dengan oksigen (O2) membentuk senyawa kinon atau Quinon.

Pada eksplan yang lainnya dari penaburan yang telah dilakukan menunjukan adanya

kalus. Kalus tersebut dapat bertahan selama 2 bulan, namun belum berkembang menjadi

planlet. Hal ini disebabkan karena pada saat dilakukannya penaburan baik media, eksplan

maupun praktikan sudah steril sehingga eksplan tidak mengalami kontaminasi dari manapun.

Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pembuatan kultur jaringan yaitu sterilisasi

alat, pembuatan stok, pembuatan media, pembuatan sterilan, dan destruksi. Sterilisasi adalah

bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di

laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap

peralatan, yaitu menggunakan alkohol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang

Page 14: aLn Lap Kuljar

digunakan maupun sterilisasi dengan oven maupun autoclave. Pembuatan stok dilakukan

untuk mempermudah dalam pembuatan media dan untuk menghindari penimbangan yang

berulang-ulang setiap kali membuat media. Disamping itu, kadang-kadang timbangan untuk

menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di laboratorium.

Pembuatan media yaitu persiapan bahan, formulasi, pengukuran pH, pemberian agar-agar,

pemanasan media, penutupan media. Sterilan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

deterjen, dithane 0,2 %, agripth 0,2 %, aquades steril, alcohol 70%, bayklin 15 %, dan

aquades steril + betadin. Pembuatan sterilan ini bertujan agar eksplan yang digunakan steril

dan tidak mengalami kontaminasi. Destruksi merupakan proses pemusnahan pada hasil

pekerjaan mikrobiologi yang telah mengandung mikroorganisme sebelum dilakukan

pencucian. Proses destruksi ini penting untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk

membersihkan semua mikroorganisme yang terdapat pada alat alat yang telah digunakan

pada saat percobaan.

Pada praktikum ini digunakan media MS yang memiliki kisaran pemakaian yang

paling luas. Tanaman sambung nyawa digunakan untuk eksplan karena tanaman ini banyak

terdapat di sekitar laboratorium dan mudah didapatkan juga dapat mudah tumbuh di media

MS.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa penyebab yang dapat membuat media terkontaminasi dalam pembuatan

media kultur, yaitu antara lain : kondisi praktikan yang tidak aseptik, yang dapat

menyebabkan terjadinya kontaminasi pada media tanam akibat dari mikroorganisme yang

tersebar dan dibawa oleh praktikan dan peralatan yang digunakan tidak steril.

Tahapan-tahapan yang digunakan dalam pembuatan kultur jaringan yaitu sterilisasi

alat, pembuatan stok, pembuatan media, pembuatan sterilan, dan destruksi. Sterilisasi

dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan alkohol yang disemprotkan secara merata

pada peralatan yang digunakan maupun sterilisasi dengan oven maupun

autoclave. Pembuatan stok dilakukan untuk mempermudah dalam pembuatan media dan

untuk menghindari penimbangan yang berulang-ulang setiap kali membuat media.

Pembuatan sterilan bertujuan agar eksplan yang digunakan steril dan tidak mengalami

Page 15: aLn Lap Kuljar

kontaminasi. Destruksi merupakan proses pemusnahan pada hasil pekerjaan mikrobiologi

yang telah mengandung mikroorganisme sebelum dilakukan pencucian.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan teknik perbanyakan dengan kultur jaringan harus benar-

benar melaksanakan teknik aseptis agar eksplan yang ditanam dapat berkembang dengan baik

tanpa mengalami kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Diana. 2009. Kultur Jaringan.http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/23/kultur-jaringan/Diakses pada 20 Desember 2010

Anonim. 2010. Kultur Jaringan.http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringanDiakses pada 20 Desember 2010

Gunawan LW. 2001. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Herlina. 2010. Teknik Kultur Jaringan.http://www.membuatblog.web.id/2010/02/teknik-kultur-jaringan.htmlDiakses pada 20 Desember 2010

Marlina N. 2004. Teknik modifikasi media Murashige dan Skoog (MS) untuk konservasi in vitro. Buletin Teknik Pertanian