Top Banner

of 40

Ahlul Bait

Jul 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Ahlul-Bait (Bahasa Arab: ) adalah istilah yang berarti "Orang Rumah" atau keluarga. Dalam tradisi Islam istilah itu mengarah kepada keluarga Muhammad. Terjadi perbedaan dalam penafsiran baik Muslim Syi'ah maupun Sunni. Syi'ah berpendapat bahwa Ahlul Bait mencakup lima orang yaitu Ali, Fatimah, Hasandan Husain sebagai anggota Ahlul Bait (di samping Muhammad). Sementara Sunni berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah keluarga Muhammad dalam arti luas, meliputi istri-istri dan cucu-cucunya, hingga kadangkadang ada yang memasukkan mertua-mertua dan menantu-menantunya. Daftar isi [sembunyikan]

1 Istilah Ahlul Baito o o

1.1 Syi'ah 1.2 Sunni dan Salafi 1.3 Sufi dan sebagian Sunni 2.1 Hadist Shahh Ahlul Kisa 3.1 Syi'ah 3.2 Sunni dan Salafi 3.3 Sufi 4.1 Khalifah zhahir 4.2 Khalifah bathin 5.1 Setelah wafatnya Muhammad 5.2 Setelah berakhirnya Bani Abbasiyah

2 Istilah Ahlul Kisao

3 Interpretasi Syi'ah, Sunni dan Sufio o o

4 Kekhalifahano o

5 Perkembangan Ahlul Baito o

5.2.1 Perkembangan di berbagai negara 5.2.2 Mazhab yang dianut

6 Referensi [sunting]Istilah Ahlul Bait [sunting]Syi'ah Kaum Syiah lebih mengkhususkan istilah Ahlul Bait Muhammad yang hanya mencakup Ali dan istrinyaFatimah, putri Muhammad beserta putra-putra mereka yaitu al-Hasan dan al-Husain (4 orang ini bersamaMuhammad juga disebut Ahlul Kisa atau yang berada dalam satu selimut) dan keturunan mereka. Hal ini diperkuat pula dengan hadits-hadits seperti contoh berikut:

Aisyah menyatakan bahwa pada suatu pagi, Rasulullah keluar dengan mengenakan kain bulu hitam yang berhias. Lalu, datanglah Hasan bin Ali, maka Rasulullah menyuruhnya masuk. Kemudian datang pula Husain lalu beliau masuk bersamanya. Datang jugaFathimah, kemudian beliau menyuruhnya masuk. Kemudian datang pula Ali, maka beliau menyuruhnya masuk, lalu beliau membaca ayat 33 surah al-Ahzab, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."[1]

[sunting]Sunni dan Salafi Makna Ahl dan Ahlul Bait dalam pengertian leksikal berarti penghuni rumah, termasuk isteri dan anak-anak. Pengertian ini dianut sebagian kalangan Sunni dan Salafi, yang menyatakan bahwa ahlul bait Muhammad mencakup pula istri-istri, mertua-mertua, juga menantu-menantu dan cucu-cucunya. [sunting]Sufi dan sebagian Sunni Kalangan Sufi dan sebagian kaum Sunni menyatakan bahwa Ahlul-Bait adalah anggota keluarga Muhammad yang dalam hadits disebutkan haram menerima zakat, seperti keluarga Ali dan Fatimah beserta putra-putra mereka (Hasan dan Husain) serta keturunan mereka. Juga keluarga Abbas bin Abdul-Muththalib, serta keluargakeluarga Jafar dan Aqil yang bersama Ali merupakan putra-putra Abu Thalib. Adapun risalah lengkap sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim adalah sebagai berikut: Yazid bin Hayyan berkata, "Aku pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam, 'Hai Zaid, kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kau melihat Rasulullah, kau mendengar sabda beliau, kau bertempur menyertai beliau, dan kau telah salat dengan diimami oleh beliau. Sungguh kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Karena itu, sampaikan kepada kami hai Zaid, apa yang kau dengar dari Rasulullah!'" "Kata Zaid bin Arqam, 'Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya.'" "Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan, 'Pada suatu hari Rasulullah berdiri dengan berpidato di suatu tempat air yang disebut Khummantara Mekkah dan Madinah. Ia memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau bersabda, Ketahuilah saudara-saudara bahwa aku adalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku (malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan untuk kalian dua hal yang berat, yaitu: 1) AlQur'an yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi Al-Qur'an dan pegangilah. (Beliau mendorong dan mengimbau pengamalan Al-Qur'an). 2) Keluargaku.

Aku ingatkan kalian agar berpedoman dengan hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku (tiga kali)". Husain bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Hai Zaid, siapa Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau Ahlul Baitnya?" Kata Zaid bin Arqam, "Istri-istri beliau adalah Ahlul Baitnya, tetapi Ahlul Bait beliau adalah orang yang diharamkan menerima zakat sampai sepeninggal beliau." Kata Husain, "Siapa mereka itu?" Kata Zaid bin Arqam, "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas." Kata Husain, "Apakah mereka semua diharamkan menerima zakat?" Jawab Zaid, "Ya."[2] [sunting]Istilah Ahlul Kisa Kaum Sufi yang memiliki keterikatan dengan Ahlul Kisa, yaitu keluarga Ali bin Abu Talib k.w.[3] dan Fatimah az-Zahra baik secara zhahir (faktor keturunan) dan secara bathin (do'a dan amalan) sangat mendukung keutamaan Ahlul Kisa. Tetapi, Sufi berpendapat bahwa Ahlul Bait bukan hanya Ahlul Kisa sesuai dengan hadits tsaqalayn. Sufi berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah mereka yang haram menerima zakat, yaitu keluarga Ali, Aqil dan Ja'far (yang merupakan putra-putra Abu Thalib) dan keluarga Abbas (Hadits Shahih Muslim dari Zaid bin Arqam). Dengan demikian kaum Sufi dalam hal kekhalifahan memiliki perbedaan tajam dengan kaum Syi'ah. [sunting]Hadist Shahh Ahlul Kisa Shahh Muslim, vol. 7, hal. 130 Aisyah berkata, "Pada suatu pagi, Rasulullah saw keluar rumah menggunakan jubah (kisa) yang terbuat dari bulu domba. Hasan datang dan kemudian Rasulullah menempatkannya di bawah kisa tersebut. Kemudian Husain datang dan masuk ke dalamnya. KemudianFatimah ditempatkan oleh Rasulullah di sana. Kemudian Ali datang dan Rasulullah mengajaknya di bawah kisa dan berkata, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab [33]:33)[4] Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Manqib Ummu Salamah mengutip bahwa Rasulullah saw menutupi Hasan, Husain, Ali dan Fatimah dengan kisa-nya, dan menyatakan,

"Wahai Allah! Mereka Ahlul Baitku dan yang terpilih. Hilangkan dosa dari mereka dan sucikanlah mereka!" Ummu Salamah berkata, "Aku bertanya pada Rasulullah saw, Wahai Rasul Allah! Apakah aku termasuk di dalamnya?" Beliau menjawab, "Engkau berada dalam kebaikan (tetapi tidak termasuk golongan mereka)." Imam Turmudzi menulis di bawah hadits ini, "Hadits ini shahh dan bersanad baik, serta merupakan hadits terbaik yang pernah dikutip mengenai hal ini."[5] [sunting]Interpretasi Syi'ah, Sunni dan Sufi [sunting]Syi'ah Kaum Syi'ah, khususnya Mazhab Dua Belas Imam menafsirkan bahwa Ahlul Bait adalah "anggota rumah tangga" Muhammad dan mempercayai bahwa mereka terdiri dari: Muhammad, Ali bin Abi Thalib, Fatimah az-Zahra, Hasan bin Ali, dan Husain bin Ali. Kaum Syi'ah percaya bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait yang disucikan sesuai dengan ayat tathr (penyucian) (QS. AlAhzab [33]:33), adalah mereka yang termasuk dalam AhlulKisa yaitu Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan d an Husain serta 9 imam berikutnya yang merupakan keturunan dari Husain. Sesuai dengan hadits di atas, Syi'ah berpendapat bahwa istri-istri Muhammad tidak termasuk dalam Ahlul Bait, sebagaimana pendapatSunni yang memasukkan istri-istri Muhammad. [sunting]Sunni dan Salafi Kaum Sunni juga mempercayai hadits sahih mengenai keistimewaan kedudukan Ahlul Bait tersebut seperti kaum Syi'ah, meskipun kaum Sunni tidak berpendapat bahwa hak kepemimpinan umat (khalifah) harus dipegang oleh keturunan Ahlul Bait. Hadits itu juga

menyatakan bahwa kedua cucu Muhammad, yaitu Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, adalah sayyid (pemuka). Muhammad bin Abdul Wahhab menolak pengistimewaan yang berlebihan terhadap keturunan Ahlul Bait. Ini kemungkinan disebabkan karena pertentangan mereka terhadap kaum Syi'ah, meskipun kaum Sunni pada umumnya tetap memandang hormat terhadap para keturunan Ahlul Bait. Kaum Wahhabi berpendapat bahwa istilah Ahlul Bait memang hanya mencakup keluarga Ali, akan tetapi keluarga Muhammad mencakup seluruh umat Muslim yang taat, sebab hubungan kekeluargaan tersebut adalah berdasarkan takwa pada kepercayaan Islam, dan bukan berdasarkan pada darah keturunan. Kaum Wahhabi percaya bahwa setiap orang yang taat adalah bagian dari Ahlul Bait, dan bahwa beberapa orang secara khusus disebutkan sebagai bagian daripadanya. Beberapa orang ini, adalah istri-istri Muhammad, yang menurut pendapat mereka disebutkan di dalam Al Qur'an sebagai bagian dari Ahlul Bait. [sunting]Sufi Kaum Sufi menyepakati bahwa semua pendiri Tariqah Mu'tabaroh mestilah dari golongan Ahlul Bait, yaitu berasal dari keturunan Hasan bin Ali atau Husain bin Ali. Para masyaikh pendiri tariqah-tariqah Islam setelah wafatnya Rasulullah yang merupakan golongan Ahlul Bait, misalnya:

As-Sayyid As-Syaikh Bahau'uddin Naqsyabandi (Tariqah Naqsyabandi) As-Sayyid Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin 'Ali BaAlawi Al-Husaini (Tariqah Al-BaAlawi) As-Sayyid As-Syaikh Abdul Qadir Jilani Al-Hasani (Tariqah Qadiriyah)

As-Sayyid As-Syaikh Ahmad bin Idris Al-Hasani (Tariqah Ahmadiyah Idrissiyah) As-Sayyid As-Syaikh Abil Hasan Asy-Syazuli (Tariqah Syadziliyyah) Silsilah ajaran mereka kebanyakannya melalui Imam Ja'far ash-Shadiq, dan semuanya mendapat sanad dari Ali bin Abi Thalib. Tariqah Naqsyabandiah adalah satu-satunya tariqah yang juga mendapat sanad dari Abu Bakar. [sunting]Kekhalifahan Kaum Sufi berpendapat kekhalifahan ada 2 macam, yaitu :

Khalifah secara zhahir (Waliyyul Amri, Surat An Nisaa' ayat 59) "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." atau mereka yang menjadi kepala pemerintahan umat Islam; dan

Khalifah secara bathin (Waliyyul Mursyid, Surat Al Kahfi ayat 17) "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk (Waliyyan Mursyida) kepadanya." atau mereka yang menjadi pembina rohani umat Islam. [sunting]Khalifah zhahir Menurut kalangan Sufi kekhalifahan yang zhahir (lahiriah) boleh saja dipegang oleh orang muslim yang kurang beriman atau mukmin tapi kurang bertakwa, dalam keadaan darurat atau karena sudah takdir yang tak bisa dihindari. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkataan athii sebelum waliyyul amri, kata athii atau taatlah hanya

ditempelkan kepada Allah kemudian ditempelkan kepada Rasul sehingga lafadz lengkapnya menjadi, Athiiullahu wa athiiurasuul wa ulil amri minkum. Berarti taat yang mutlak hanya kepada Allah dan Rasulnya. Taat kepada ulil amri (pemimpin) dapat dilakukan dengan syarat ia taat lebih dulu kepada Allah dan Rasulnya. Memilih seorang pemimpin atas dasar ketaatan kepada Allah adalah hal yang logis dan jauh lebih mudah dari pada memilih seorang pemimpin atas dasar 'maksum' atau kesucian, karena 'taat' kepada Allah adalah suatu yang dapat terlihat kurang-lebihnya di dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain ayat ini dalam pandangan kaum Sunni dan kaum Sufi menunjukkan tidak adanya syarat maksum bagi Waliyyul Amri (pemimpin pemerintahan). Sangat mungkin ini adalah petunjuk Allah bagi umat Islam untuk menerima siapapun pemimpinnya di setiap zaman, selama ia taat kepada Allah dan Rasulnya, karena sesuai dengan akal sehat yang dimiliki umat manusia bahwa tak ada yang mengetahui hamba Allah yang suci atau maksum, kecuali Allah sendiri. [sunting]Khalifah bathin Kekhalifahan bathin, karena harus mempunyai syarat kewalian dalam pengertian bathin, tak mungkin dijatuhkan kecuali kepada orang

mukmin yang bertakwa dan dicintai Allah (Surat Yunus 62-64). Kekhalifahan bathin atau jabatan Waliyyul Mursyid (pemimpin rohani) adalah mereka yang mempunyai ilmu dan karakter (kurang-lebih) seperti Nabi Khidir di dalam Surat Al Kahfi. Hikmah tidak disebutkannya kata 'Nabi Khidir' juga boleh jadi mengisyaratkan setiap zaman akan ada manusia yang terpilih seperti itu. Didalam sejarah tarekat kaum Sufi, para Wali Mursyid sebagian besarnya adalah keturunan Ali dari Fatimah baik melalui Hasan dan Husain. Menurut kaum Sufi memaksakan kekhalifahan zhahir hanya untuk keluarga Ali adalah suatu yang musykil/mustahil karena bila menolak 3 khalifah sebelumnya (yang telah disetujui oleh mayoritas) berarti membuat perpecahan dalam umat Islam, juga bertentangan dengan prinsip akal sehat, karena boleh jadi seorang kurang ber-taqwa tapi dalam hal pemerintahan sangat cakap. Sedangkan seorang yang bertaqwa justru mungkin saja tidak menguasai masalah pemerintahan. Bila menganggap Imamah adalah Khalifah Bathin mungkin saja bisa, tapi membatasi hanya 12 bertentangan dengan banyak hadits shahih tentang para Wali Allah yang tidak pernah disebut dari keluarga tertentu, apalagi dengan pembatasan jumlahnya. Idealnya memang

seorang Khalifah zhahir (Waliyyul Amri) dipilih dari mereka yang juga menjabat Khalifah bathin (Waliyyul Mursyid). Tapi pertanyaannya siapakah yang mengetahui Wali-wali Allah, apalagi yang berderajat Waliyyul Mursyid, kalau bukan Allah sendiri. [sunting]Perkembangan Ahlul Bait [sunting]Setelah wafatnya Muhammad Berkembangnya Ahlul-Bait walaupun sepanjang sejarah kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah mengalami penindasan luar biasa, adalah berkah dari doa Muhammad kepada mempelai pengantin Fatimah putri beliau dan Ali di dalam pernikahan yang sangat sederhana. Doa Nabi SAW adalah,Semoga Allah memberkahi kalian berdua, memberkahi apa yang ada pada kalian berdua, membuat kalian berbahagia dan mengeluarkan dari kalian keturunan yang banyak dan baik Setelah mengalami titik noda paling kelam dalam sejarah Bani Umayyah, dimana cucu Nabi SAW, alHusain bersama keluarga dibantai diKarbala, pemerintahan berikutnya dari Bani Abbasiyah yang sebetulnya masih kerabat (diturunkan melalui Abbas bin Abdul-Muththalib) tampaknya juga tak mau kalah dalam membantai keturunan Nabi SAW yang saat itu sudah berkembang banyak baik

melalui jalur Ali Zainal Abidin satu-satunya putra Husain bin Ali yang selamat dari pembantaian di Karbala, juga melalui jalur putra-putra Hasan bin Ali. [sunting]Setelah berakhirnya Bani Abbasiyah [sunting]Perkembangan di berbagai negara Menurut berbagai penelaahan sejarah, keturunan Hasan bin Ali banyak yang selamat dengan melarikan diri ke arah Barat hingga mencapaiMaroko. Sampai sekarang, keluarga kerajaan Maroko mengklaim keturunan dari Hasan melalui cucu beliau Idris bin Abdullah, karena itu keluarga mereka dinamakan dinasti Idrissiyyah.[6] Selain itu pula, ulama-ulama besar seperti Syekh Abu Hasan Syadzili Maroko (pendiri Tarekat Syadziliyah) yang nasabnya sampai kepada Hasan melalui cucunya Isa bin Muhammad. Mesir dan Iraq adalah negeri yang ulama Ahlul Baitnya banyak dari keturunan Hasan dan Husain. A bdul Qadir Jaelani seorang ulama yang dianggap sebagai Sufi terbesar dengan julukan Mawar kota Baghdad adalah keturunan Hasan melalui

cucunya Abdullah bin Hasan al-Muthanna. Persia hingga ke arah Timur seperti India sampai Asia Tenggara (termasuk Indonesia) didominasi para ulama dari keturunan Husain bin Ali. Bedanya, ulama Ahlul Bait di tanah Parsi banyak dari keturunan Musa alKadzim bin Ja'far ashShadiq seperti Ayatullah Ruholl ah Khomeinikarena itu ia juga bergelar Al-Musawi karena keturunan dari Imam Musa alKadzim, sedangkan di Hadramaut (Yaman), Gujarat dan Malabar(India) hingga Indonesia ulama Ahlul Baitnya banyak dari keturunan Ali Uraidhi bin Jafar ash-Shadiq terutama melalui jalur Syekh Muhammad Shahib Mirbath dan Imam Muhammad Faqih Muqaddam ulama dan sufi terbesar Hadramaut di zamannya (abad 12-13M). Walaupun sebagian besar keturunan Ahlul Bait yang ada di Nusantara termasuk Indonesia adalah dari Keturunan Husain bin Ali namun terdapat juga yang merupakan Keturunan dari Hasan bin Ali, bahkan Keturunan Hasan bin Ali yang ada di Nusantara ini sempat memegang pemerintahan secara

turun temurun di beberapa Kesultanan di Nusantara ini, yaitu Kesultanan Brunei, Kesultanan Sambas dan Kesultanan Sulu sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah / Prasasti dan beberapa Makam dan juga Manuskrip yang tersebar di Brunei, Sambas (Kalimantan Barat) dan Sulu (Selatan Filipina), yaitu melalui jalur Sultan Syarif Ali (Sultan Brunei ke-3) yang merupakan keturunan dari Syarif Abu Nu'may Al Awwal. Sementara dari keturunan Husain bin Ali memegang kesultan di Jawa bagian barat, yang berasal dariSyarif Hidayatulah, yaitu Kesultanan Cirebon (yang kemudian pecah menjadi tiga kerajaan, Kesultanan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan) dan Kesultanan Banten. Sebagai kerurunan Syarif Hidayatulah keturunan merekapun berhak menyandang gelar Syarif/Syarifah, namun dari keturunan Syarif Hidayatullah gelar tersebut akhirnya dilokalisasi menjadi Pangeran, Tubagus/Ratu (Banten) dan Raden(Sukabumi, Bogor). [sunting]Mazhab yang dianut Mazhab yang dianut para ulama keturunan Husain pun terbagi dua; di Iran, Iraq dan sekitarnya

menganut Syiah, sedangkan di Yaman, Indiahingga Indones ia menganut Sunni yang condong kepada tasawuf). Para ulama keturunan Hasan dari Mesir hin gga Maroko hampir semuanya adalah kaum Sunni yang condong kepada tasawuf. [sunting]Referensi 1. ^ AL-ALBANI, M. Nashiruddin; Ringkasa n Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani Press, 2005. ISBN 979561-967-5. Hadist no. 1656 2. ^ AL-ALBANI, M. Nashiruddin; Ringkasa n Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani Press, 2005. ISBN 979561-967-5. Hadist no. 1657 3. ^ karamallahu wajhah 4. ^ Syi'ah dalam Sunnah, Mencari Titik Temu yang terabaikan; Mudarrisi Yazdi; hal. 28 5. ^ Syi'ah dalam Sunnah, Mencari Titik Temu yang terabaikan; Mudarrisi Yazdi; hal. 29

6. ^ (Inggris) Genealogi Raja Maroko di Royal Ark

Ahlul Bait Ahlul Bait adalah orang-orang yang mendapat keistimewaan dan keutamaan serta kedudukan tinggi dari Allah SWT. Dimana Allah telah membersihkan dosa-dosa mereka serta mensucikan mereka sesuci-sucinya. Allah berfirman : ( ) Sesungguhnya Allah hendak menghapus segala noda dan kotoran (dosa) dari kalian Ahlul Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya (Al-Ahzab-33) Kemudian para ulama sepakat bahwa Ahlul Kisa, selain Rasulullah SAW yaitu Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan dan Imam Husin adalah termasuk Ahlul Bait. Dimana saat itu Rasulullah bersabda: Yaa Allah mereka adalah Ahlul Baitku.

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Ummi Salamah, bahwa setelah turun Ayatuttathir, Rasulullah menutup kain Kisanya (sorbannya) diatas Ali, Fatimah, Hasan dan Husin, seraya berkata : ) ( Ya Allah, mereka adalah Ahlul Baitku, maka hapuskanlah dari mereka dosa dan sucikan mereka sesuci-sucinya. (HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad dll )

Sebuah hadist yang terkenal, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Zeid bin Arqom sebagai berikut : Pada suatu hari Rasulullah berkhotbah di satu tempat yang ada sumber airnya yang dikenal dengan nama Khumman yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah. Setelah beliau bertahmid dan memuji Allah serta memberikan wejangan beliaupun bersabda :

: , : , , :

. : : . : : ) ( Amma badu : Hai orang-orang sesungguhnya aku adalah manusia, aku merasa akan datang utusan Tuhanku dan aku menyambutnya, aku meninggalkan pada kalian dua bekal (pegangan), yang pertama Kitabullah (Al-Quran), didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,. Ambillah (terimalah) Kitabullah dan berpegang-teguhlah padanya. Setelah Rasulullah menekankan Kitabullah, kemudian berkata lebih lanjut. Dan Ahlul Baitku, kuingatkan kalian kepada Allah mengenai Ahlu Baitku, kuingatkan kalian kepada Allah mengenai Ahli Baitku, kuingatkan kalian kepada Allah mengenai Ahli Baitku. Kemudian sahabat Khushoin bertanya : Siapa saja Ahlul Baitnya hai Zaid ? Apakah istriistrinya termasuk juga Ahlul Bait?, maka dijawab, istri-istrinya juga termasuk Ahlul Bait. Ahlu Baitnya adalah mereka yang diharamkan menerima shodaqoh. Lalu Khusoin bertanya lagi : Siapa saja mereka ? Lalu dijawab: Mereka itu keluarga Ali, keluarga Agil, keluarga Jafar dan keluarga Abbas. Penanya bertanya lagi : Semua itu diharamkan menerima shodaqoh ? Dijawab : Ya. ( H Muslim, Ahmad, Al Hakim, Ad Darini, Ibnu Hibban, Al Bazzar dan At Thobaroni ) uqrpu reqsdsddem lsae r pheqss -aemse uqrpu t naen aeqep meauqr r pq asr, nepe sdehe a pn naener -tmdsd reur. ged r pq asr lsae aussersen, aemse eler rermup urs h psnesen qehasnaen aepu eler .uqrpu reqsdsddem tti-eler lena aurspsnsen eres aurslssen s neae uqrpu aemse lena auhesqsa a naen tmdsd reur n hsauen auesmup meauqr r pq asr lsae h n penasen eaedem h p se lena aumepehsen h n puhe qmhaeohm. m p se eaedem s dsepae tdu, s dsepae taud, s dsepae deh ep aen s dsepae taaeq. ged r pq asr lsae aussersen hd m meauqr lena deun, :auhene reqsdsddem a pqeaae ) ( Kami keluarga Muhammad, tidak dihalalkan bagi kami pemberian shodaqoh. ( HR. Bukhori )

Disamping hadist-hadist diatas, sebagian ulama mengajukan argumentasi bahwa yang dimaksud dengan Keluarga Muhammad itu adalah istri-istrinya dan keturunannya. Dalil mereka adalah penjelasan Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya, Bagaimana kami membacasholawat kepadamu ? maka nabi bersabda :

) (

Katakanlah : Yaa Allah, sampaikan salam sejahtera kepada Muhammad dan kepada istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Muhammad dan istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau memberikan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Dalam hadist ini, Rasulullah SAW tidak menyebut Keluarganya dengan kata Aali Muhammad tapi menggantikannya (menjabarkannya) dengan kata Istri-istrinya dan keturunannya. Sehubungan dengan adanya hadist-hadist tersebut, kami menghimbau kepada para pembaca agar tidak mengikuti faham atau pendapat yang sifatnya berspekulasi yang mengatakan dan memvonis bahwa istri-istri Rasulullah SAW itu tidak termasuk Ahlul Bait. Sebab pendapat yang demikian itu faedahnya tidak ada, yang ada justru sebaliknya. Apa jadinya jika pendapat itu salah. Tidakkah Rasulullah SAW akan marah kepada kita, jika ternyata istri-istrinya itu termasuk Ahlul Bait? Mengapa kita harus mengambil resiko yang demikian besarnya. Padahal kita tahu, bahwa keistimewaan dan kedudukan tinggi itu Allah berikan kepada orang-orang yang Allah kehendaki. Dalam hal ini para ulama dari kalangan Habaib (salafunassholeh) berpendapat bahwa para istri Rasulullah SAW juga termasuk Ahlul Bait. Oleh karena itu untuk mengetahui sejarah Ahlul Bait, kami sarankan para pembaca untuk membaca buku-buku sejarah Ahlul Bait yang ditulis oleh ulama-ulama Ahlus Sunnah. Sebab mereka itu dalam menilai segala sesuatu, selalu didasari dengan Al-Akhlaqul Karimah dan Khusnudhon (sangka baik). Berbeda dengan buku-buku yang ditulis oleh ulama-ulama Syiah, dasar mereka adalah Suudhon (buruk sangka) serta didasari dengan rasa permusuhan kepada para sahabat dan istri-istri Rasulullah SAW, sehingga isinya penuh dengan kedustaan dan pemutar balikan sejarah. Demikian sedikit yang dimaksud dengan Ahlul Bait.

Al-Azhar: Imam Husein as Tauladan Bagi Penuntut Kebebasan Rabu, 2011 Desember 07 00:24 266 Views Font Size Print SHARE Tweet itDigg itGoogle

Kepala Urusan Da`wah di Pusat Penelitian Al-Azhar, Mesir mengatakan, "Bangsa yang menuntut hak dan kebebasan harus belajar keteguhan, kesabaran dan iman dari Imam Husein as." Sheikh Abdul Aziz al-Najjar pada Selasa petang (6/12) kepada televisi al-Alam menandaskan, "Umat Islam harus mengambil pelajaran dari sikap Imam Husein as pada hari ke-10 Muharram tahun 61 H. Hari itu adalah hari berperangnya antara kebenaran dan kebatilan; sebagaimana yang kita ketahui pertarungan antara kebenaran dan kebatilan akan selalu ada di setiap masa dan tempat." Sheikh Abdul Aziz menambahkan, Imam Husein as mengajarkan kepada para penuntut hak supaya tetap bertahan dan ketahuilah bahwa kebenaran pasti menang serta tidak ada sesuatupun yang dapat mengalahkan kebenaran. Jika para penuntut hak gugur, maka itu lebih baik dari pada tunduk dan terhina di hadapan orang-orang zalim. Di akhir pernyataannya, Sheik Abdul Aziz menyeru kepada mereka yang menuntut kebebasan untuk belajar dari sikap dan kesabaran Imam Husein as dalam menghadapi kezaliman. "Orang yang membunuh Imam Husein as menunjukkan bahwa setiap penindas dari pihak batil akan menciptakan kekacauan di dunia dan mereka yang berada di sekitar penguasa zalim akan menebarkan rasa takut di hati rakyat. (IRIB Indonesia/RA) Sekjen Hizbullah: Muqawama Lahir dari Budaya Karbala Selasa, 2011 Desember 06 13:36 2409 Views Font Size Print SHARE Tweet itDigg itGoogle

Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah memperingatkan segala bentuk konspirasi terhadap sejata kelompok muqawama. Dikatakannya, mereka yang mengatakan tidak membutuhkan senjata muqawama, adalah orang-orang yang tidak menganggap rezim Zionis Israel sebagai musuhnya. Situs televisi al-Alam, Selasa (6/12) melaporkan, Nasrullah dalam pidato pada malam Asyura di selatan Beirut, menandaskan, "Jangan kalian menciptakan konspirasi terhadap senjata muqawama dan berhentilah melakukan itu, sebab kami membela muqawama dengan darah." "Pada perang 33 hari, kami telah menegaskan bahwa muqawama tidak membutuhkan dukungan siapapun, kami hanya meminta biarkan muqawama membela tanah air Lebanon," tegasnya. "Beberapa pihak mengatakan bahwa muqawama tidak dibutuhkan untuk membela negara, karena mereka tidak menganggap Israel sebagai musuhnya. Namun, mereka yang menilai Zionis sebagai bahaya dan musuhnya, wajib mendukung senjata muqawama," tambah tokoh berpengaruh itu. Seraya menyinggung pembelaan muqawama terhadap Lebanon sepanjang 28 tahun lalu, Nasrullah menandaskan, konspirasi dan permusuhan tidak akan mengurangi tekad pejuang muqawama, kerena mereka lahir dari perjuangan dan budaya Karbala. "Kami tidak menunggu pujian dari siapapun, kami juga tidak menginginkan kekuasaan. Komitmen kami terhadap senjata dan muqawama adalah sebuah kewajiban yang ditetapkan Allah Swt untuk membela negara dan harga diri. Kami tidak akan membiarkan kesucian bangsa Lebanon dirampas dan diinjak-injak oleh penjajah," tegas Sekjen Hizbullah. (IRIB Indonesia/RM/SL) Muslim Syiah Dunia Peringati Asyura Selasa, 2011 Desember 06 12:38 2063 Views Font Size

Print SHARE Tweet itDigg itGoogle

Jutaan Muslim Syiah di Iran dan seluruh dunia memperingati hari berkabung atas pembantaian cucu Rasulullah Saw, Imam Husein as di Padang Karbala. Asyura adalah hari ke 10 bulan Muharram, di mana Imam Husein as dan para sahabat setianya gugur syahid dalam membela kebenaran dan menegakkan agama Allah Swt pada tahun 61 H. Di Iran dan negara-negara Muslim lainnya, banyak warga mendatangi masjid dan tempat-tempat peringatan digelar untuk memberi penghormatan kepada Imam Husein as dalam perjuangannya membela keadilan di Karbala, Irak, sekitar 1.300 tahun lalu. Peringatan Asyura melambangkan sikap abadi dan tak tergoyahkan kebenaran melawan kebatilan dan perjuangan melawan tirani kemanusiaan. Pada hari Asyura, warga Iran berkumpul untuk menggelar ratapan duka dan mengenang kembali perjuangan putra Sayyidah Fatimah as itu. Peringatan peristiwa memilukan itu akan diawali dengan pembacaan kitab suci al-Quran, ceramah agama seputar perjuangan Imam Husein as, pembacaan narasi duka Padang Karbala, pujian-pujian dan doa ziarah kepada cucu Rasulullah Saw itu. (IRIB Indonesia/RM/SL) 10 Muharram, Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as Selasa, 2011 Desember 06 07:40

Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran." Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas. Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini." Umar bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik para sahabat Imam Husein as dari segala arah. Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian." Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa. Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang. Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya

dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap. Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit. Tragedi Petang Hari Asyura Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husein as,Umar bin Saad memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husein as, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah Saw dan keluarga Imam Husein as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi. Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Saad. Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein as."Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana. Setelah peristiwa ini, Umar bin Saad yang terlaknat, mengumumkan pada laskarnya, "Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!" Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh mulia Imam Husein as. Sore itu juga, Umar bin Saad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husein as ke Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy'ats. Setelah itu, mereka mulai mencaripasukannyayang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad as. (IRIB Indonesia) Nabi s.a.w.bersabda, Yang terbaik diantara kamu sekalian ialah yang terbaik perlakuaannya terhadap ahlulbaiytku, setelah aku kembali kehazirat Allah. (Hadis Sahih dari Abu Hurairah r.a. diriwayatkan oleh al-Hakim, Abu Yala, Abu Nuaim dan Addailamiy) AHLUL BAIT TELADAN SEMPURNA Bismillaah, walhamdu lillah, wash-shalaatu was salaamu ala rasulillah waala aalihi wa man waalah, amma badu. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Salawat dan salam sejahtera untuk Rasul penghulu umat Sayidina Muhammad saw serta Ahlul Baitnya yang suci dari dosa. Salam

sejahtera untuk para sahabat-sahabat yang tulus, ikhlas dalam menghadapi cobaan dan derita dan menjadi teladan demi terwujudnya Panji La ilaha Illallah. Ahlul Bait adalah sebuah kata yang mana Alllah dan Rasul-NYA memberikan suatu makna khusus, kekhususan ini bukanlah suatu hal yang mustahil apabila Allah Swt berkehendak dan Allah mustahil memerintahkan suatu pengkultusan yang mencemari iman dan tauhid. Kecintaan kepada mereka diperintahkan kepada umat Islam karena Allah sendiri yang memuji mereka dalam ayat-ayat-NYA. Bahkan kecintaan kepada Ahlul Bait termasuk bagian dari kesempurnaan iman dan sebaliknya. Sebagain orang yang tidak mengerti cenderung memahami Ahlul Bait dengan pemikiran yang picik dan tidak sesuai dengan maksud yang sebenarnya. Hal itu disebabkan karena kurang mengenal sejarah Islam dengan baik ataupun sejarah yang sampai kepada kita tidak memberikan perhatian tentang siapa dan mengapa Ahlul Bait. Tidak sahnya shalat tanpa menyebut kemuliaan Ahlul Bait adalah merupakan bukti betapa penting kedudukan Ahlul Bait untuk diketahui dan diperkenalkan kepada segenap umat. Walaupun semua ulama mazhab sepakat mengenai hal ini, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai batasan-batasan siapa saja yang termasuk Ahlul Bait. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlulbait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.(QS. al-Ahzab : 33) Itulah keluarga yang disucikan Allah. Itulah Ahlul Bait. Itulah keluarga Nabi Saw. Tapi, siapakah tepatnya Ahlul Bait itu? Siapa saja yang termasuk kategori Ahlul Bait seperti yang dimaksud dalam surah al-Ahzab ayat (33) tersebut? Pendapat Para Ulama Pemikiran-pemikiran serta tafsir tentang sipakah Ahlul Bait yang termaktub dalam Al-Quran alKarim surah al-Ahzab (33) banyak sekali hingga terbagi ke dalam tujuh kelompok. Jika kita telaah pendapat-pendapat para ulama tersebut, maka kita dapat menyederhanakan pendapat tersebut menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok Pertama: Pendapat bahwa para istri Nabi termasuk Ahlul Bait, baik semata-mata atau bersama Ashabul Kisa atau seluruh Bani Hasyim. Kelompok Kedua: Pendapat bahwa yang termasuk Ahlul Bait adalah Ashabul Kisa, juga Bani Hasyim (Yaitu orang-orang yang diharamkan menerima santunan sedekah), seperti keluarga Abbas, keluargaAgil, keluarga Jafar, dan keluarga Ali Karramullahu Wajhah. Kelompok Ketiga: Pendapat bahwa hanya Ashabul Kisa saja, Yaitu Rasulullah saw, Ali, Fathimah, Hasan, dan Huseinsalawat dan salam sejahtera untuk mereka yang termasuk Ahlul Bait. Imam Muslim dalam Shahih-nya, dari Ummul Mukminin Aisyah ra yang berkata, Suatu ketika Nabi mengeluarkan selimut dari bulu yang berwarna hitam. Tiba-tiba datanglah Hasan bin Ali, lalu Nabi memasukkan dia ke dalamnya. Lalu datanglah Husein bin Ali dan masuk pula bersama Hasan ke dalamnya. Lalu datang lagi Fathimah. Ia juga masuk ke dalamnya. Lalu datang Ali bin

Abi Thalib, dan Nabi pun memasukkan dia ke dalamnya. Kemudian Nabi membaca firman Allah SWT, Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sesuci-sucinya. Ahlul Bait sepanjang sejarahnya adalah merupakan gambaran sempurna bagi masyarakat Islam yang ideal. Tatanan masyarakat Islam dalam kerangka Ahlul Bait ialah yang meletakkan cinta dalam bingkainya yang agung. Ia menjadi insiprasi dan sumber kekuatan, tetap ada dan terus disegarkan. Ahlu Bait adalah madrasah nubuwwah, kalau masyarakat itu terbentuk dari kumpulan-kumpulan keluarga, maka Ahlul Bait adalah contoh terbaik dari semua keluarga. Cinta kepada Nabi dan Ahlul Bait sudah ada sejak hari-hari pertama dalam sejarah Islam, baik oleh al-Quran, oleh Hadis, maupun oleh akhlak dan tingkah laku Nabi dan karena pergaulan yang mesra dengan Rasulullah saw. Hubungan kecintaan ini dikuatkan oleh rasa senasib dan seperjuangan dalam membela Islam. Ajaran-ajaran Nabi menghilangkan asabiyah, rasa kebanggaan suku dan keturunan, sudah berganti dengan persaudaran yang kokoh sepanjang ajaran iman dan tauhid dan terwujudkan dalam kecintaan kepada Ahlul Baitnya. Sahabat-sahabat Nabi saw merasa lebih bangga disebut muslim daripada sebutan nama sukunya. Semua mereka mencintai Nabi sebagai pemimpinnya dan Ahlul Bait sebagai pengasuh, sehingga istri-istri Nabi digelarkan ibu orang-orang beriman. Tidak seorang muslim pun yang dapat meragukan betapa besar cintanya Khalifah Abu Bakar kepada Nabi saw dan Ahlul Baitnya. Begitu pula Imam Syafii kepada Ahlul Bait sudah umum ketahui orang. Ia mabuk dalam kecintaan ini demikian rupa, sehingga acapkali ia dinamakan Rafidhi. Imam Syafii berpendapat bahwa mencintai Ahlul Bait tidak usah diartikan membenci, apalagi mendendam kepada sahabat-sahabat Nabi yang lain. Pernah ditanya Imam Syafii tentang Imam Ali bin Abi Thalib dalam masa itu. Ia lalu menjawab : Aku tidak akan berbicara tentang seorang tokoh, yang oleh teman-temannya dirahasiakan sejarah hidupnya, dan oleh musuh-musuhnya disimpan karena amarah. Kecintaan ini meluapluap tiap masa dan tempat bahkan terdapat dalam kalangan yang memusuhinya sekali pun. Apa inikah sebabnya, maka para pencintanya memenuhi Timur dan Barat ? Perintah Mencintai Ahlul Bait Katakanlah (wahai Muhammad kepada kaummu ), Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada al-Qurba (Ahlul Bait).QS. Asyuaraa:23 Marilah kita membuka al-Quran yang menceritakan kejadian para nabi terdahulu tatkala menyampaikan seruan Ilahi kepada kaumnya. Nabi Nuh as berkata kepada umatnya : Dan , Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kalian (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanya dari Allah semata.QS. Hud: 29

Antara 7 Wali Allah di Tanah Melayu :: As-Sayyid Habib Nuh Al-Habsyi Rahimahullah 1788M 1866M :: Nasab dan keturunan Nama penuh beliau ialah As-Sayyid Habib Noh bin Muhammad Al-Habsyi. Beliau yang datang dari Kedah adalah merupakan seorang yang berbangsa arab berasal dari Yaman dan asal-usul keturunan beliau juga adalah daripada keturunan Rasulullah s.a.w. menerusi nasab Zainal Abidin bin Sayidina Hussein r.a. Tidak banyak maklumat yang diketahui tentang kehidupan awal beliau. Beliau yang hidup sekitar tahun 1788M 1866 M datang dari keluarga empat adik-beradik lelaki iaitu Habib Nuh, Habib Ariffin dan Habib Zain (kedua-duanya meninggal di Pulau Pinang) dan Habib Salikin, yang meninggal di Daik, Indonesia. Dari perkahwinan beliau dengan Anchik Hamidah yang berasal dari Province Wellesley, Pulau Pinang, mereka dikurniakan hanya seorang anak perempuan bernama Sharifah Badaniah. Sharifah Badaniah kemudiannya berkahwin dengan Syed Mohamad bin Hassan Al-Shatri di Jelutong, Pulau Pinang. Pasangan ini kemudiannya memberikan Habib Noh hanya seorang cucu perempuan bernama Sharifah Rugayah. Dia berkahwin dengan Syed Alwi bin Ali Aljunied dan mereka mempunyai lima anak, dua lelaki dan tiga perempuan bernama Syed Abdul Rahman, Syed Abdullah, Syarifah Muznah, Sharifah Zainah dan Sharifah Zubaidah. Dari banyak sumber yang diperolehi, Habib Nuh tiba ke Singapura tidak lama setelah Sir Stamford Raffles mendarat di pulau itu. Usianya pada ketika itu mencecah tiga puluhan tahun. Walaupun beliau telah menghabiskan saki-baki usianya di Singapura dan meninggal dunia di sana, beliau banyak berjalan, terutamanya ke Johor Bahru dan negeri-negeri lain di Malaysia untuk berdakwah. Beliau adalah seorang yang amat warak. Waktu malamnya beliau gunakan untuk solat hingga terbit fajar. Dan beliau kerap berkunjung ke makam-makam (tanah perkuburan), selalu mendoakan roh-roh yang telah meninggalkan jasad. Beliau sentiasa berjalan bersama-sama kawan-kawan rapat melainkan bila dia secara spesifik meminta untuk bersaorangan diri. [5] Karamah Di sini, saya ingin bekongsi bersama pembaca mengenai kemuliaan yang Allah kurniakan kepada beliau. Banyak Karamah yang dibuktikan oleh mereka yang hidup sezaman dengan beliau. Tetapi, tidak ramai yang dapat menyelami peranannya sebagai orang kerohanian yang sentiasa dirinya hampir dengan Allah SWT. Kerana peranan sebagai Rijalullah atau Rijalulghaib ini amat simbolik dan sukar difahami menerusi bahasa dan pengertian yang zahir sedangkan tugas mereka juga besar. Antara kurniaan Karamah yang diberikan Allah swt adalah seperti berikut; 1. Menghadiri Sidang Wali-wali. [6] Mengenai keistimewaan dan ketinggian kedudukan Habib Nuh, Pakcik Muhammad Abu Bakar, 102 tahun, khadam kepada Syeikh Haji Said Al Linggi r.h. menceritakan satu peristiwa yang berlaku ke atas gurunya yang ada kaitan dengan As Sayid Habib Nuh:

Pada satu hari seperti biasa Syeikh Muhammad Said masuk ke bilik suluk khas selepas sembahyang jemaah Asar. Seperti biasa juga, Pakcik Muhammad menunggu di luar bilik kalau2 beliau dipanggil masuk oleh gurunya untuk satu2 hajat. Tetapi pada petang itu beliau tidak dipanggil, dan gurunya keluar dari bilik suluk itu apabila hampir masuk waktu Maghrib dan terus sembahyang jemaah Maghrib bersama anak2 muridnya. Malam itu Syeikh Said tidak mengajar. Selesai sembahyang sunat, beliau bercakap dengan Pakcik Muhammad secara empat mata. Engkau tahu aku pergi ke mana tadi? kata Syeikh Said. Saya tidak tahu, jawab Pakcik Muhammad dengan beradab. Aku pergi bersidang di Bukit Qhauf. Aku dan Habib Nuh sahaja yang mewakili umat sebelah sini. Rasulullah SAW juga hadir, dan engkau jangan cerita berita ini kepada sesiapa sebelum aku mati. Pakcik Muhammad Abu Bakar menyimpan amanat ini sehingga beliau memberitahu penulis sewaktu di temui di rumahnya di Seremban pada tahun 1991. Syeikh Said Linggi meninggal dunia pada tahun 1926. Menurut Pakcik Muhammad, Bukit Qhauf itu duduknya di luar daripada alam Syahadah. Wallahualam. Walaupun persidangan itu dihadiri oleh Rasulullah SAW tetapi ia dipengerusikan oleh orang lain, tak tahulah siapa orang istimewa itu, tambah Pakcik Muhammad. Bila ditanya siapa orang yang mempengerusikan majlis itu, Syeikh Said tidak memberitahu. Syeikh Said jua memberitahu bahawa majlis yang dihadiri oleh beliau dan Habib Nuh ialah persidangan wali2 yang membincangkan antara lain tentang satu wabak yang akan turun, yakni wabak cacar. Dan para wali yang bersidang itu mohon bala itu supaya tidak turun. Alhamdulillah, makbul. Tetapi menurut Pakcik Muhammad, tempiasnya masih mengenai orang ramai sehingga ramai yang mati terutamanya orang2 kafir. [Wabak cacar pada masa itu merupakan penyakit yang sangat bahaya dan belum ditemui ubatnya]. Saya tiga hari pengsan dan bahu saya masih berparut diserang wabak cacar itu. itupun Syeikh Said yang mengubatnya, kata Pakcik Muhammad sambil menunjuk parut cacar di atas bahunya. Cerita ini menggambarkan peranan tersembunyi As Sayid Habib Nuh sebagai pencatur dunia yang mana kenyataan ini sukar diterima oleh mereka yang hanya menggunakan akal menilai sesuatu kebenaran. 2. Menunduk Gabenor Yang Angkuh. [7] As Sayid Habib Nuh dikurniai Allah berbagai2 karamah sebagai tanda kemuliaan pada dirinya. Pelbagai cerita mengenai kewalian dan karamah beliau dibawa dari mulut ke mulut sehinggalah

kepada Sayid Hassan Al Khattib, penjaga makam Habib Nuh r.h. Di antaranya adalah seperti berikut : As Sayid Habib Nuh bersikap tidak menghormati orang2 yang angkuh dengan kekayaan atau jawatan duniawi. Begitulah, walaupun orang menghormatinya atau takut kepada Crawford, Gabenor Singapura ketika itu tetapi Habib Nuh tidak takut kepada wakil penjajah itu. Dalam satu peristiwa, Gabenor Crawford marah dan menghina Habib Nuh kerana beliau tidak menghormatinya. Tiba2 sahaja kereta kuda yang dinaiki gabenor itu terlekat di bumi dan tidak dapat bergerak. Gabenor naik marah dan bertanyakan hal itu kepada pengiringnya. Tetapi pengiring itu bertanya kepada tuan gabenornya, Tahukah tuan siapakah orang yang tuan marah dan hina itu? Gabenor menjawab, Itu orang gila. Sebenarnya dia bukan gila tetapi dia orang baik dan ada karamah. Lihat, bila tuan marah kepada dia, dia sumpah dan sekarang kereta tuan tidak dapat bergerak, jelas pengiringnya. Gabenor menjadi takut dan akhirnya meminta maaf dengan Habib Nuh. Setelah Habib Nuh menepuk2 kaki kuda itu, barulah kuda itu berjalan pantas seperti biasa. Sejak itu gabenor sedar betapa As Sayid Habib Nuh mempunyai kelebihan luar biasa. Bagaimanapun, pada satu ketika gabenor terus bersikap bongkak dan sombong dan memerintahkan orang-orangnya menangkap Habib Nuh dan mengurung di dalam penjara dengan kaki dan tangannya dirantai. Tindakan keras ini diambil kerana As Sayid Habib Nuh tetap enggan menghormati wakil penjajah yang beragama Kristian itu. Anehnya, para pengawal penjara kemudian melihat Habib Nuh di luar penjara. tangan dan kakinya tidak dirantai. Walaupun ditangkap semula, dia tetap dapat keluar dan kelihatan seolah-olah tidak ada apa-apa yang berlaku padanya akhirnya beliau dibebaskan sepenuhnya. 3. Kapal Pelayaran, Terbakar Dan Karam. [8] Dalam satu peristiwa lain, ketika sebuah kapal hendak berlayar, muncul Habib Nuh di perlabuhan. Habib Nuh menahan barang-barang yang berharga daripada dibawa bersama dalam pelayaran itu. Orang-orang yang terlibat tidak senang dengan sikap beliau itu tetapi beliau tetap bertegas; Tidak boleh barang-barang yang berharga itu dibawa. Setelah lama berbalah, akhirnya orang ramai terpaksa akur dengan kemahuan Habib Nuh itu dan pemilik barang-barang tersebut tidak jadi mengirim barangnya dengan kapal itu. Beberapa hari kemudian, penduduk Singapura mendapat berita bahawa kapal yang berlayar itu terbakar dan tenggelam di tengah lautan. Barulah tuan punya barang-barang tersebut sedar

hikmah divsebalik larangan Habib Nuh itu. Beliau bersyukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT. 4. Habib Nuh Meminta Untuk Melaksanakan Nazar dan Niat. Dalam satu peristiwa lain, ada seorang saudagar ingin meneruskan pelayarannya ke Singapura. Dalam pelayaran, kapalnya telah dipukul ribut kencang. Dalam suasana cemas tersebut, saudagar itu berdoa kepada Allah agar diselamatkan kapalnya dari ribut tersebut dan dia bernazar jika sekiranya dia selamat sampai ke Singapura dia akan menghadiahkan kain kepada Habib Nuh. Setelah sepuluh tahun berlalu, dia pun pulang dari pelayaran itu. Habib Nuh pergi menemuinya dan menuntut kain seperti yang diniatkannya itu. Orang itu terperanjat kerana dia tidak pernah menyatakan niatnya itu kepada sesiapa dan dia sendiri sudah lupa dengan niatnya itu kerana terlalu lama, tetapi Habib Nuh datang mengingatkannya akan niat baiknya itu. [9] Habib Nuh juga dikenali mempunyai kelebihan untuk tahu masa depan. Beliau seolah-olah tahu jika seseorang itu sakit, memerlukan beliau atau memaksudkan beliau. Pada satu masa, seorang India Muslim balik ke India mengikut jalan laut untuk melawat keluarganya. Dia telah berniat bahawa jika dia kembali ke Singapura dengan selamat, dia akan menghadiahkan kepada Habib Nuh satu hadiah. Bila dia pulang, dia terkejut bila melihat Habib Nuh sudah sedia menunggunya di tepi laut. Habib Nuh kata kepadanya Saya percaya bahawa awak sudah berjanji untuk memberikan sesuatu kepada saya. Terkejut, India Muslim itu berkata, Katakan kepada saya wahai tuan yang bijaksana, apakah yang tuan hajati dan saya akan dengan senang hati menghadiahkan kepada tuan. Habib Nuh menjawab, Saya mahukan beberapa gulung kain kuning untuk disedekahkan kepada orang miskin, yang memerlukannya dan kanak-kanak. Sambil memeluk Habib Nuh, India Muslim itu berkata, Demi Allah, saya amat gembira untuk menghadiahkan kepada seorang lelaki yang dirahmati Allah kerana baik budinya terhadap umat manusia. Berilah pada saya tiga hari untuk menghadiahkannya kepada tuan. Dia telah menunaikan janjinya dalam masa yang dijanjikan. [10] 5. Bertemu Di Kota Mekah. [11] Beliau dikurniakan oleh Allah swt kebolehan untuk ghaib, dan dilihat kembali di tempat-tempat yang jauh. Ada yang memberitakan bahawa beliau telah dilihat sedang solat di Masjid Besar Makkah tanpa secara fizikalnya pergi ke sana. Pada satu masa, beliau pernah berkata kepada bakal haji bahawa mereka akan berjumpa di Makkah. Bila jemaah itu sampai di sana, dia telah disambut oleh Habib Nuh sendiri. Menurut orang-orang yang hidup sezaman dengan Habib Nuh, mereka pernah bertemu atau berada dengannya di beberapa tempat dalam satu masa yang sama. Kejadian seperti ini tidak pelik bagi wali-wali Allah.

6. Tabib Yang Berkat Dan Hebat. [12] Habib Nuh juga terkenal sebagai tabib yang hebat, terutamanya ke atas kanak-kanak yang memang disukainya. Pernah beliau menyembuhkan seorang kanak-kanak yang cedera di kakinya dengan hanya meletakkan tangan-tangan beliau di atas luka itu dan membaca doa. Dalam masa yang singkat, kanak-kanak itu sudah boleh berlari semula seolah-olah tiada apa-apa yang berlaku ke atasnya. Bapa kepada kanak-kanak itu amat gembira, dia telah memberikan wang kepada Habib Nuh, tapi Habib Nuh memberikan wang itu kepada yang memerlukan. Habib Nuh sanggup mengharungi ribut untuk pergi mengubati kanak-kanak yang sakit. Beliau pernah berjalan ke Paya Lebar dari rumah beliau di Telok Blangah ketika hujan lebat untuk mengubati seorang kanak-kanak. Bila beliau sampai di rumah kanak-kanak itu, ibubapa kanakkanak itu terkejut melihat pakaian Habib Nuh langsung tidak basah. 7. Air Bertukar Menjadi Susu. [13] Dalam satu insiden lain, Habib Nuh telah dikejutkan oleh tangisan berterusan anak jirannya. Bila beliau pergi ke sana, beliau dapati bahawa keluarga itu amat miskin dan tidak mampu membeli makanan untuk anak yang kelaparan itu. Beliau mengalirkan airmata bila mendengar cerita itu, lantas mengambil satu tempurung kelapa,menuangkan air ke dalamnya dan membaca doa. Dengan kehendak Allah, air itu bertukar menjadi susu untuk diminum oleh kanak-kanak tersebut. 8. Mimpi Kiyai Agung Muhammad bin Abdullah As-Suhaimi BaSyaiban[14] Dikisahkan bahawa Kiyai Agung Muhammad bin Abdullah as-Suhaimi BaSyaiban memang selalu mengamalkan bacaan mawlid junjungan nabi s.a.w., tetapi kadangkala beliau meninggalkannya. Pada satu malam, beliau bermimpi dan di dalam mimpi tersebut beliau bertemu dengan junjungan nabi Muhammad s.a.w. dan Habib Nuh yang ketika itu sudah pun kembali ke rahmatullah. Dalam mimpi tersebut, Habib Nuh sedang mengiringi baginda nabi s.a.w. yang sedang berjalan di hadapan rumah Kiyai Agung, lalu Habib Nuh pun berkata kepada baginda nabi s.a.w.: Ya RasulAllah, marilah kita ziarahi rumah kawan saya Muhammad Suhaimi. Tetapi junjungan nabi s.a.w. enggan berbuat demikian sambil bersabda: Saya tidak mahu menziarahinya kerana Muhammad Suhaimi ini selalu lupakan saya, kerana dia selalu meninggalkan bacaan maulid saya. Habib Nuh merayu kepada baginda nabi s.a.w.: Saya bermohonlah kepada tuan supaya dia diampuni. Setelah itu baharulah junjungan nabi s.a.w. mahu masuk dan duduk di dalam rumah Kiyai Agung. Inilah kisah mimpi Kiyai Agung, selepas isyarat mimpi itu, maka Kiyai Agung tidak lagi meninggalkan bacaan mawlid, sehingga dalam pelayaran sekalipun dan walaupun hanya 2 atau 3 orang sahaja dalam majlis pembacaan tersebut. 9. Keberkatan Menyayangi Kanak-kanak[15]

Antara sifat yang menonjol pada diri As Sayid Habib Nuh ialah beliau sangat menyayangi kanak-kanak . Sering orang bertemu Habib Nuh bersama dikelilingi oleh kanak-kanak. Ini sesuatu yang ganjil. Kadang-kadang beliau singgah di kedai-kedai bersama kumpulan kanakkanak dan kanak-kanak itu mengambil seberapa banyak makanan yang ada tanpa apa-apa bayaran. Anehnya, ke semua tuan kedai tidak melarang perbuatan itu. Kerana mereka yakin kedai mereka akan beroleh keberkatan jika dikunjungi oleh Habib Nuh bersama kumpulan kanak-kanak tersebut. Ini terbukti, mana-mana kedai orang Islam yang didatangi oleh Habib Nuh bersama kanak-kanak, kemudiannya menjadi maju dan tidak putus-putus dikunjungi pelanggan. Sayid Habib Nuh sayang kepada kanak-kanak kerana mereka adalah Ahlul Jannah (ahli Syurga). Kelakuan Sayid Habib Nuh itu agak ganjil bagi seorang yang sudah tua. Memang itu di antara keganjilan Habib Nuh, seorang yang mempunyai keistimewaan yang terlindung. 10. Tebuan Menghormati Jenazah Beliau[16] Diceritakan ketika keranda jenazah beliau diusung untuk ke makam pusaranya, mereka yang mengusungnya terpaksa membawa keranda tersebut melalui ke satu lorong kecil. Di mana kiri dan kanan sepanjang perjalanan di lorong kecil tersebut kedapatan penuh dengan pokok buluh Cina serta dedaunnya yang panjang. Semasa melalui lorong itu, keranda tersebut merempuh sarang tebuan sehingga sarang itu pecah. Tetapi tebuan-tebuan itu tidak sedikit pun menganggu orang ramai yang mengiringi jenazah itu. 11. Pusara Terselamat Dari Letupan Bom dan Pemugaran. Karamah beliau tidak habis di situ saja. Semasa Perang dunia kedua, bila Telok Blangah dibom dengan hebatnya oleh Jepun, tidak ada satu bom pun singgah di pusara Habib Nuh. Dan bila kerajaan Singapura mahu membina satu jalanraya di Tanjung Pagar, jambatan telah direka bentuk untuk membengkok melengkarinya, tingginya hampir sama dengan kedudukan Makam Habib Nuh. [17] Dikatakan, menurut rancangan pemerintah, makam Habib Nuh dan Masjid Haji Mohd Salleh perlu dipindahkan demi membolehkan pembinaan Highway dibina lurus. Dengan membelakangkan rayuan daripada jawatankuasa makam dan masjid, kontraktor pembangunan telah menempatkan beberapa jentolak untuk memulakan pemugaran. Dengan kuasa Allah swt, semua jentolak tidak dapat dihidupkan. Akhirnya, lebuh raya terpaksa dibina membelok di antara sekitar makam dan masjid. [18] Banyak lagi kejadian aneh yang dihubungkan kepada karamah Habib Nuh ini. Walau apa pun khawariqul adah (perkara di luar adat) yang berlaku pada dirinya, maka itu bukanlah tuntutan kita. Yang pasti, sejarah telah menyaksikan bahawa Habib Nuh al-Habsyi adalah seorang wali Allah yang soleh taat kepada ajaran Islam. Lihat, bukan sahaja jelas karamahnya sewaktu hayat

beliau masih hidup, bahkan setelah kewafatan beliau juga masih terpelihara kemuliaanya. Apa yang diharapkan adalah agar kita dapat mengikuti jejak langkah beliau dalam menuruti perjalanan usaha junjungan nabi Muhammad s.a.w. Mahabbah kepada para solihin adalah dituntut dan seseorang itu nanti akan berada bersama orang yang dikasihinya di akhirat kelak. Nasihat dan Wasiat Beberapa hari sebelum beliau meninggal dunia, beliau telah memberikan banyak nasihat kepada kawan-kawan setianya. Antara mutiara kata beliau ialah Jangan jadi tamak terhadap harta dunia dan jangan punya perasaan hasad-dengki (dan sebarang perasaan negatif) terhadap sesiapa sepanjang hidup anda. Sebelum meninggal, Habib Nuh telah berpesan kepada kawan-kawannya agar jenazah beliau dikebumikan di Mount Palmer sebuah (bukit kecil di jalan Palmer), yang merupakan tanah perkuburan kecil pada masa itu. Walau bagaimana pun pada hari beliau meninggal, setiap orang telah lupa mengenai pesanan itu dan mereka semua bersedia untuk menuju ke tanah perkuburan Bidadari Muslim. Bila sampai masanya untuk mengangkat keranda, ia tidak berganjak dari atas tanah. Tidak ada seorang pun terdaya mengangkatnya. Persekitaran menjadi kelam kabut, dan hampir setiap orang menangis melihat keranda itu tidak berganjak walaupun cuba diangkat oleh lelaki-lelaki yang gagah. Nasib baik, seorang daripada yang hadir akhirnya teringat akan pesan Habib Nuh tersebut dan lantas tampil menceritakan hal yang sebenarnya kepada setiap orang yang hadir. Setiap orang menyedari bahawa mereka telah lupa tentang pesanan tersebut, lalu bersepakat memutuskan untuk bergerak menuju ke Mount Palmer. Dengan kehendak Allah, keranda itu boleh diangkat dengan mudah dan laungan Allahu Akbar bergema mengiringi perjalanan mereka. Dengan izin Allah swt, jenazah Habib Nuh telah selamat dikebumikan di Mount Palmer. [19] Kewafatan Setelah 78 tahun mengabdikan diri beliau kepada Islam, Habib Nuh telah pulang ke rahmatullah pada hari Jumaat, 27 Julai 1866 bersamaan dengan 14 Rabiul Awal 1283. Habib Nuh menghembuskan nafasnya yang terakhir di Telok Blangah, di kediaman Temenggong Abu Bakar, Johor. Apabila berita itu tersebar, ramai orang daripada pelbagai peringkat, termasuk orang-orang Inggeris yang telah memeluk Islam melalui beliau, dan mereka yang berada di kepulauan-kepulauan berhampiran telah datang untuk menziarahi pusaranya. Pada hari yang sama, semua kereta kuda yang ada di Singapura memberhentikan aktiviti harian mereka kerana ingin membawa pengunjung ke makamnya dengan tanpa bayaran. [20] Di belakang makam Habib Nuh, terdapat sebuah makam yang dipercayai adalah makam Qadhi pertama di Singapura pada era pemerintahan British. Beliau dikatakan anak saudara kepada Habib Nuh dari kaum kerabat Alhabsyi, namanya Said Abdul Rahman Bin Salim Al-Habsyi r.a yang wafat pada tahun 1867.

Beberapa tahun selepas jenazah Habib Nuh dikebumikan pada tahun 1890, seorang hartawan bernama Sayid Muhammad bin Ahmad Al Sagof telah membuat binaan di atas makam Habib Nuh tersebut. Beberapa tahun lalu makam itu dibaik pulih kerana binaan lama sudah hampir roboh. Pada tahun 1962, kerajaan Singapura menambak laut di sekitar makam itu sehingga menjadi dataran. Dan di situ juga didirikan bangunan-bangunan. Keadaan tempat itu sekarang jauh berbeza dengan apa yang digambarkan akan berlaku sebelum adanya makam Habib Nuh di situ. Dengan itu makam Sayid Habib Nuh terus selamat dan terjaga. Makam Habib Nuh yang terletak di atas sebuah bukit kecil di Jalan Palmer bersebelahan dengan Masjid Haji Mohd Salleh, kini ianya telah diambil alih sepenuhnya oleh pihak Majlis Ugama Islam Singapura untuk segala urusan yang berkaitan dengan makam. Makam beliau tetap terpelihara sehingga ke hari ini dan menjadi kebiasaan, makam Habib Nuh sering diziarahi oleh orang ramai termasuk orang-orang Arab dari Hadralmaut dan negaranegara Arab lain serta umat Islam di sekitar Asia untuk mendapat keberkatan daripada kewaliannya. Juga sebagai memenuhi seruan Rasulullah s.a.w. supaya menziarahi kubur agar dapat mengingati mati (zikrul maut). [21] Semoga Allah merahmati roh beliau. ~Al-Fatihah~ Bibiliografi ____________________________________ [1] Riwayat Imam Bukhari dan Muslim. [2] Sahih Ibnu Hibban. [3] Menziarahi Kekasih Allah di Hadhramaut, Yaman, Ahmad Lutfi bin Abdul Wahab AlLinggi, M/S : 8-9. [4] Menziarahi Kekasih Allah di Hadhramaut, Yaman, M/S : 18. [5] www. suhaimy.org/Habib Noh Ulama yang boleh ghaib. [6] Heliconia [email protected]/As Sayid Habib Nuh Rahmat ke atas Singapura. [7] Ibid. [8] Ibid. [9] Ibid dan www.bahrusshofa.blogspot.com : Habib Nuh al-Habsyi.

[10] www.bahrusshofa.blogspot.com : Habib Nuh al-Habsyi. [11] www. suhaimy.org/Habib Noh Ulama yang boleh ghaib. [12] Ibid. [13] Iibid. [14] www.bahrusshofa.blogspot.com : Habib Nuh al-Habsyi. [15] Heliconia [email protected]/As Sayid Habib Nuh Rahmat ke atas Singapura. [16] Ibid. [17] www. suhaimy.org/Habib Noh Ulama yang boleh ghaib. [18] [email protected]/ Topic: SEJARAH : Habib Noh: The Saint of Singapore [19] Opcit. [20] www. suhaimy.org/Habib Noh Ulama yang boleh ghaib [21] Heliconia [email protected]/As Sayid Habib Nuh Rahmat ke atas Singapura Sertailah Facebook kami : http://facebook.com/pages/PONDOK-HABIB/295419981998

12 Ulama Kharismatik di Indonesia12 Ulama Kharismatik di Indonesia

Buku ini berisi tentang biografi, perjalanan hidup, metode dakwah, dan peranan para ulama kharismatik di Nusantara. Mereka adalah Habib Husein Mbrani, al-Habib Umar bin Hud alAttas, Habib Abdurrahman Assegaf Bukit Duri, Ustadz Muhammad Babud Lawang, Kyai Syarwani Abdan Datuk Kalampayan Bangil, Kyai Hamid Pasuruan, Habib Ali bin Jafar Batu

Pahat, Habib Abdullah Bilfaqih, Habib Anis Solo, Tuan Guru Zaini Ghani Martapura, serta beberapa ulama lainnya. Keberadaan mereka merupakan berkah bagi kaum muslimin. Mereka memiliki jasa yang amat besar dalam menanamkan nilai-nilai keislaman di Tanah Air ini. Mereka meninggalkan banyak perubahan dan pencerahan bagi umat. Semua ini merupakan bukti keberhasilan mereka dalam berdakwah dan semua itu telah dicatat sejarah dengan tinta emas. Mereka telah menjadi contoh nyata dalam perjuangan, akhlak, ilmu, dan hubungan sosial kemasyarakatan. Walaupun mereka telah tiada, namun jasa-jasa dan pengabdiannya akan selalu dikenang sepanjang masa. Warisan, jejak karamah, serta ilmunya tetap abadi dan akan berkembang sepanjang masa, bahkan sosoknya pun selalu dikenang orang sepanjang zaman. Dalam berdakwah, mereka mengedepankan akhlak dan budi pekerti luhur, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Mereka sangat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan umat. Mereka telah menyebarkan Islam dengan santun, damai, dan lemah lembut, sehingga masyarakat dengan mudah dan lapang dada menerima apa-apa yang telah mereka sampaikan. Sertailah Facebook kami : http://facebook.com/pages/PONDOK-HABIB/295419981998

uku ini ditulis oleh seorang Ulama Besar Madina, Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Di dalamnya menjelaskan tentang prinsip-prinsip dan adab Thariqah al-Baalawiy dalam meniti jalan menuju ridha Ilahi. Pilar Thariqah al-Baalawy ada lima, diantaranya; imu, amal, wara, khauf (takut), dan ikhlas. Buku ini akan mengupas tuntas secara luas segala setuatu yang berkaitan dengan Ilmu. Ditujukan untuk semua kalangan, bahkan untuk yang awam sekalipun dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah ilmiah. Mimpi Berjumpa Rasulullah saw Habib MunzirMimpi Berjumpa Rasulullah saw Senin, 04 Oktober 2010 : () Sabda Rasulullah saw : Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan jangan memakai gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam tidurnya sungguh ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu menyerupai diriku, dan barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia bersiap akan tempatnya di neraka (Shahih Bukhari) Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, sebelum zaman dicipta hingga zaman dicipta dan kemudian sirna, setiap generasi terlahir dan wafat kesemuanya di dalam pengaturan Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, samudera segenap ketentuan dan segala kejadian yang lalu dan yang akan datang berada dalam samudera kelembutan-Nya, di dalam samudera kasih sayang-Nya. Sungguh Allah subhanahu wataala sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, seandainya Dia tidak berkasih sayang dan mau menghukum hamba-Nya sebab kesalahan-kesalahan mereka, sebagaimana firman-Nya: ) 61 )

:

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya ( QS. An Nahl: 61) Maka jika Allah mau menghukum manusia karena kesalahan yang mereka lakukan, maka mereka tiadalah akan tersisa lagi di muka bumi ini, namun Allah menunda setiap nafas, setiap detik, dan hari demi hari (agar kita bertobat) hingga waktu yang telah Allah tentukan, yaitu sakaratul maut. Allah bersabar menanti kita, Allah bersabar untuk menunda siksa-Nya, dan tidak mau menghukum kita, Allah siap melimpahkan kemuliaan hingga sepuluh kali lebih besar dari kebaikan yang kita perbuat, bahkan hingga 70 kali lipat. Allah subhanahu wataala menuliskan satu perbuatan dosa hanya dengan balasan satu dosa, namun perbuatan baik Allah akan melipatgandakan balasannya dengan 10 kali pahala hingga 700 kali lebih besar, demikian dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahkan dalam riwayat Shahih Muslim bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan balasannya 10 kali lebih besar hingga 700 kali dan lebih dengan kehendak Allah, berarti cinta kita kepada Allah dibanding dengan cinta Allah kepada kita 10 kali lebih besar cinta Allah kepada kita, bahkan 700 kali lebih besar dari cinta kita kepada Allah. Sekali kita beribadah dan berbakti kepada Allah maka sepuluh kali Allah subhanahu wataala berbakti kepada kita, maksudnya Allah berbakti kepada kita adalah mengganjar dan membalas dengan kebaikan, menyambut dengan kehangatan, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab Taujih An Nabiih Limardhaati Baariih karangan guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Allah subhanahu wataala berfirman dalam hadits qudsi:

Wahai Daud : Seandainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku? Apabila mereka yang terus berdosa dan berbuat salah memahami betapa rindunya Allah kepada mereka apabila mereka mau kembali kepada kasih sayang dan keridhaan Allah, mau kembali kepada jalan keluhuran dan meninggalkan kehinaan untuk mendekat kepada Allah, jika mereka mengetahui betapa besarnya rindu Allah kepada mereka, betapa besarnya cinta Allah kepada taubat mereka dan betapa hangatnya sambutan Allah untuk mereka yang mau kembali kepadaNya, jika mereka mengetahui hal itu sungguh mereka akan wafat di saat itu juga untuk menuju kepada Allah karena tidak mampu menahan rindu kepada Allah, karena Allah telah merindukannya, karena Allah telah mencintainya, maka mereka akan meninggalkan segenap dosa dan tenggelam dalam taubat dan kerinduan kepada Allah. Kita tidak mengetahuinya, namun paling tidak ada sedikit kefahaman di dalam jiwa dan sanubari bahwa ada Sang Maha Abadi Yang menanti kita dengan kebahagiaan yang kekal, Yang menyiapkan cinta, rindu dan sambutan hangat-Nya untuk mereka yang mau membenahi dirinya, maka berusahalah dan Allah tidak memaksa lebih dari kemampuan kita. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Sebagaimana yang telah disampaikan oleh guru kita yang kita cintai, As Syaikh Amr Khalid tentang cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan sampailah kita pada hadits agung ini:

Berilah nama dengan namaku dan janganlah memakai kun-yahku Maksudnya dengan nama beliau nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, oleh sebab itu jika saya dimintai untuk memberikan nama maka pasti saya beri nama Muhammad.., dan ada kelanjutannya, saya tidak pernah memberi nama dengan nama yang lain, walaupun nama nabi banyak namun sungguh nama yang terbaik adalah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, sehingga banggalah kelak mereka yang ketika dipanggil kehadapan Allah membawa nama nabi Muhammad. Namun perintah memberikan nama dengan nama nabi bukanlah perintah wajib melainkan sunnah menggunakan nama nabi Muhammad, dan Rasulullah melarang untuk memakai gelar beliau. Para Ulama berbeda pendapat dalam hal kun-yah (gelar) ini, sebagian mengatakan Abu Al Qasim dan larangan itu hanya ketika di masa hidupnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Adapun gelar beliau yang tidak boleh digunakan hingga akhir zaman adalah gelar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, karena gelar ini hanya untuk nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para rasul, maka tidak boleh kita gunakan, namun gelar Abu Al Qasim atau yang lainnya boleh digunakan tetapi setelah wafatnya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mengapa? karena pernah terjadi dimana seseorang di zaman Rasulullah memberi nama anaknya Qasim, maka si ayah dipanggil dengan sebutan Abu Al Qasim dan Rasulullah pun menoleh maka ketika itu Rasulullah melarang menggunakan gelar itu di masa hidup nabi shallallahu alaihi wasallam, namun di zaman sekarang tidak ada larangan. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku Sungguh syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah, betapa indahnya wajah yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru, menjadi murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul kepada saya tentang hal ini, Habib, saya bermimpi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan, apakah itu mimpi Rasulullah?, iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang shalih. Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa tidak ada seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wataala (orang yang dicintai Allah). Habib, ada yang mimpi Rasulullah tetapi wajahnya kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!, apakah itu juga mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang baiknya hati kita, karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat banyak noda maka hasil dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita bermimpi Rasulullah dalam keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari Allah subhanahu wataala untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani Ar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang yang bermimpi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau, namun hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam, karena cermin itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabiin yang ingin melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin setelah

melihat wajah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam buku Muhammad Insan Al Kamil oleh Al allamah Al Musnid Al Habib Muhammad bin Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As dengan wajah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: : ) 31 )

Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona kepada (keelokan rupanya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri, seraya berkata: Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini adalah malaikat yang sempurna (QS. Yusuf : 31 ) Maka berkatalah As Syaikh Muhammad bin Alawy Al Maliki Ar menukil salah satu riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya 1 keindahan dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian itu ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan itu kelak akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang indah itu, amin. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata:

Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu alaihi wasallam Dan beliau shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang banyak sekali dan sangat mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah makhluk yang paling indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat Ra berkata: aku belum pernah mendengar suara yang lebih indah dari suara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, hingga suara beliau membuat hati luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu wataala. Dan Allah berfirman dalam Al quran menyifati indahnya bacaan sang nabi : 2) : ) 1-

Katakanlah (hai Muhammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan AlQuran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Rabb kami ( QS. Al Jin: 1-2)

Dan Allah berfirman: : ) 91 )

Dan ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya ( QS. Al Jin: 19 ) Dijelaskan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdiri dan membaca al quran dan di saat itu iblis melihat pintu-pintu langit ditutup dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan, maka di saat itu iblis berkata : apa yang telah terjadi di barat dan timur sehingga kita tidak bisa lagi menembus langit?!, maka ketika mereka mencari di penjuru barat dan timur, mereka pun menemukan cahaya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang sedang berdoa dan membaca al quran al karim, dan cahaya itu membuat para jin berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu kemudian mereka beriman. Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu yang merindukan Allah subhanahu wataala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman. Oleh sebab itu, ketika salah seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah) melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa yang sangat besar dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena mata itu telah berbuat zina. Dan setelah beberapa hari Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa hari Rasulullah tidak melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra mendatanginya ke gunung dan berkata kepada orang itu: engkau dipanggil oleh Rasulullah, orang itu menjawab: aku tidak mau melihat wajah Rasulullah, mataku tidak lagi pantas memandang beliau karena telah berbuat dosa, maka sayyidina Abu Bakr berkata: ini adalah perintah Rasulullah, maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai shalat, ketika orang-orang mulai berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya tertunduk saja, maka Rasulullah memanggilnya dan berkata :kemarilah mendekat kepadaku, ia mendekat hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata: wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa, maka Rasulullah berkata :mohonlah ampunan kepada Allah, maka ia berkata: aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai Rasulullah, ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata : angkatlah kepalamu!!, maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan beradu pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan menangis di pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu alaihi wasallam. Maka para sahabat pun kaget

dan iri dengan orang itu karena walaupun mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu. Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7 kelompok itu adalah : Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya Maka orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat. Dan saat di surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat Allah subhanahu wataala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata mereka banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang menghalangi dzat Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat: mengapa kalian masih menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah penduduk surga yang telah kuampuni dosa-dosa mereka, maka malaikat berkata: wahai Allah, dahulu ketika mereka di dunia mata mereka banyak melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang keindahan dzat-Mu, maka Allah subhanahu wataala berfirman: angkatlah tabir yang menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku

Ucapkanlah bersama-sama ..

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Semoga Allah subhanahu wataala memulikanku dan kalian dengan keluhuran, dan membimbing hari-hari kita dengan seindah-indahnya, amin. Malam ini kita akan melakukan shalat ghaib untuk Al Marhum Al Maghfurlah Al Habib Syech bin Ahmad Al Musawa dalam usianya yang sangat lanjut, beliau adalah ulama besar yang murid beliau mencapai ribuan habaib dan kiyai, beliau tinggal di Klender selama kurang lebih 10 tahun kemudian pindah ke Surabaya dan wafat pada hari Jumat yang lalu pukul 10.15 Wib. Dan yang tidak dalam keadaan berwudhu maka tidak perlu berdesakan untuk berwudhu, cukup berdiri saja. Shalat ghaib ini juga untuk syarifah Nur binti Abu Bakr Al Jufri dan juga untuk orang tua kita, kerabat kita, dan sahabat kita yang telah wafat. Semoga Allah subhanahu wataala memuliakan mereka di alam barzakh. Ayah bunda kita yang masih hidup semoga dimuliakan dan dipanjangkan usianya oleh Allah subhanahu wataala, amin allahumma amin. Dan imam dalam shalat ghaib nanti adalah

guru kita fadhilah as sayyid Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, dan juga saya mohon jangan berdesakan dalam bersalaman nanti. Sebelum kita melakukan shalat ghaib, kita tutup acara kita dengan qasidah yang mengingatkan kita kepada nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam beberapa bait, setelah itu kita melakukan shalat ghaib kemudian doa penutup, tafaddhal masykura. Terakhir Diperbaharui ( Tuesday, 12 October 2010 ) Dikirim dalam Habib Munzir

Nabi Saleh as berkata kepada umatnya : Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepada kalian atas ajakanku itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.QS. Asy-Syuaraa:145 Nabi Luth as berkata kepada umatnya : Dan sekali-kali aku tidak meminta upah kepadamu atas ajakanku itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.QS. Asy-Syuaraa:164 Nabi Syuaib as berkata kepada umatnya : Dan sekali-kali aku tidak meminta upah atas ajakanku. Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.QS. Asy-Syuaraa:180 Dari penjelasan-penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa para nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad sawdalam menyampaikan seruan Ilahi, tidak mengharapkan upah dari kaumnya melainkan semata-mata hanya dari Allah, Tuhan semesta alam. Ini berbeda dengan Nabi Muhammad saw. Beliau meminta upah dari umatnya berupa cinta dan kasih sayang terhadap Ahlul Baitnya atas ajaran yang ia sampaikan melalui suatu perjuangan keras yang membutuhkan ketabahan dan kesabaran luar biasa. Jadi mencintai Ahlul Bait sama artinya dengan mencintai Rasulullah saw dan pada gilirannya sama artinya dengan mencintai Allah. Teladanilah jejak suci mereka agar kita menjadi umat yang tahu dan pandai bersyukur. Wallahu Alam. Sumber : satuislam