Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TATA CARA KERJA ACARA 2 ANALISIS KETIDAKNYAMANAN KERJA DAN POSTUR KERJA KELOMPOK C5 Anggota : Mughni Wijdan (11/ 318876/ TP/ 10122) Yohanes Trianto (11/ 318892/ TP/ 10138) Freda Jodie Saputro (11/ 318911/ TP/ 10157) Danny Yoga W. (11/ 318931/ TP/ 10177) Co. Ass : Muhammad Agil Muharam
68

Acara 2 ttck

Nov 24, 2015

Download

Documents

akfksmkvcsmnv
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK TATA CARA KERJAACARA 2ANALISIS KETIDAKNYAMANAN KERJA DAN POSTUR KERJA

KELOMPOK C5Anggota :Mughni Wijdan(11/ 318876/ TP/ 10122)Yohanes Trianto(11/ 318892/ TP/ 10138)Freda Jodie Saputro(11/ 318911/ TP/ 10157)Danny Yoga W.(11/ 318931/ TP/ 10177)

Co. Ass :Muhammad Agil Muharam

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSIJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangErgonomic adalah suatu ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan dan alat kerja yang dipakai sehingga dapat berperan untuk menyelesaikan masalah ketidakserasian manusia dengan peralatan yang dipakai. Aplikasi dari kajian ergonomic dapat dilakukan diberbagai macam industry termasuk industry di bidang pertanian. Karakteristik pekerjaan umumnya adalah proses material handling (angkut-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, berinteraksi dengan benda tajam, getaran, aroma, dan lainnya. Permasalahan ergonomi kerja sangat terkait dengan posisi postur tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga sangat berpotensi menimbulkan gangguan musculoskeletal meliputi gangguan inflamasi dan kondisi degeneratif yang mempengaruhi otot, syaraf, tendon, ligamen, sendi, dan tulang belakang manusia (Muslim dkk, 2011).Postur kerja adalah sikap tubuh saat seseorang bekerja. Postur tubuh yang buruk dan metode kerja yang memaksa dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan tubuh. Ada dua metode untuk melakukan evaluasi masalah MSDs, yaitu Metode subyektif oleh pekerja dan metode obyektif oleh analis. Metode yang akan dibahas pada analisis ketidaknyamanan kerja dan postur kerja adalah metode obyektif.Pengukuran postur kerja obyektif contohnya adalah metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan REBA (Rapid Entire Body Assessment). Metode-metode tersebut memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing. Apapun metode yang digunakan, dengan praktikum analisis ketidaknyamanan kerja dan postur kerja diharapkan ketidaknyamanan akibat kerja yang dialami oleh pekerja di industry yang diamati dapat dilakukan identifikasi untuk selanjutnya dianalisis sikap pekerja saat sedang bekerja.B. Tujuan Praktikum1. Praktikan dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan akibat kerja.2. Praktikan dapat melakukan analisis postur/ sikap tubuh pekerja saat bekerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Sistem kerja merupakan suatu gabungan dari beberapa atau seluruh komponen kerja yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, dimana komponen-komponen tersebut antara lain adalah hardware, operator, software, lingkungan fisik dan organisasi. Sistem kerja yang baik tidak terlepas dari work place (tempat kerja) maupun langkah-langkah operasional tugas yang harus dilakukan dalam suatu pekerjaan. Penataan tempat kerja beserta perlengkapan atau peralatan yang digunakan maupun posisi tubuh pada saat bekerja akan sangat berpengaruh dalam menciptakan suatu sistem kerja yang terintegrasi dengan baik. Melalui perbaikan yang dilakukan, akan menjadikan suatu industri bisa berjalan dengan efektif dan efisien (Devi, 2000).Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja meliputi : flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh (Tayyari, 1997). Postur tubuh adalah yang salah dan metode kerja yang memaksa dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan tubuh. Pekerja kadang memaksakan tubuh untuk bekerja karena karakteristik pekerjaan memang menuntut seperti itu dan disain pekerjaaan atau stasiun kerja yang tidak ergonomis. Pengukuran postur kerja secara obyektif contohnya adalah metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan REBA (Rapid Entire Body Assessment) (Helander, 2006).Metode OWAS (Ovako Working Postural Analysis system) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui komplikasi rangka otot sehingga menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode OWAS dibuat oleh O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1977 untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual (Diyan, 2010).Berikut merupakan langkah yang harus dilalui untuk mengaplikasikan OWAS (Mulyati dkk,2011).1. Observasi untuk pengambilan data postur, beban (beban), dan fase kerja2. Melakukan pengkodean3. Mengklasifikasikan postur kerja4. Menghubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil 5. Hasil dibandingkan menurut tingkat kepentingan dari implementasi perbaikan pengukuranOWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu, 1981): Sikap punggung1. Lurus2. Membungkuk3. Memutar atau miring kesamping4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping. Klasifikasi sikap kerja bagian punggung. Sikap lengan1. Kedua lengan berada di bawah bahu2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu3. Kedua lengan pada atau diatas bahu Klasifikasi sikap kerja bagian lengan Sikap kaki1. Duduk2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.6. Berlutut pada satu atau kedua lutut7. BerjalanREBA (Rapid Entire Body Assesment) merupakan suatu tool yang berbentuk survei untukmengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Tool ini merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji kecenderungan pekerja terhadap resiko cedera pada postur, gaya, penggunaan otot, dan pergerakan pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Hasil analisis akan mengindikasikan derajat kencenderungan pekerja mangalami resiko tersebut dan menyediakan metode untuk prioritas kerja untuk membantu dalam investigasi pekerjaan lebih lanjut. Tool ini dirancang untuk menjadi survey yang mudah digunakan dan cepat yang dapat menjawab keperluan akan analisis yang lebih detail ( Anonim , 2011 ). REBA merupakan alat untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko postur, konstraksi otot statis, gerakan repetitive, dan gaya yang digunakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Setiap faktor memiliki konstribusi masing-masing terhadap suatu nilai yang dihitung. Nilai-nilai tersebut dijumlah dan diterapkan pada table untuk menentukan Grand Score. Grand Score menunjukkan sejauh mana pekerja terpapar faktor-faktor risiko di atas dan berdasarkan nilai tersebut, dapat disarankan tindakan yang perlu diambil (Wignjosoebroto, 1995).

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

Mulai

Salah satu karyawan yang ada di stasiun kerja yang diamati dilakukan pengamatan dan yang bekerja dengan postur kerja yang diperkirakan kurang nyaman.

Diamati proses produksi sesuai dengan elemen-elemen gerakan dasarnya.

Elemen gerakan dasar dikelompokkan menjadi elemen kerja yang mudah diidentifikasi dan mudah diukur.

Berat bahan yang ditangani ditimbang

Diterapkan metode kerja yang standar

Dibagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen kerja

Dicatat waktu setiap elemen kerja dalam 1 hari

Didokumentasikan (dengan beberapa foto dan video) postur kerja dari orang tersebut saat bekerja, dari arah depan, belakang, kanan, dan kiri

Diobservasi postur kerja, diberikan skor sesuai dengan pergerakan masing-masing anggota badan menggunakan OWAS dan REBA

Diambil kesimpulan aplikasi OWAS dan REBA

Dibahas dalam laporan, dibandingkan metode OWAS dan REBA dan rancangan perbaikan postur kerjanya

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil1. Gambar/ fotoa. Stasiun Kerja Pengemasan Elemen kerja pembuatan box

Elemen kerja pengemasan Elemen kerja pengepresan

Elemen kerja pengguntingan

Elemen kerja pengepakan

2. Tabel Scoring OWASa. Stasiun KerjaNoStasiun KerjaSkor Tanpa WaktuSkor Fase KerjaKategoriPenjelasanRekomendasi

BackArmLegLoadFinal ScoreTanpa WaktuDengan Waktu

1.Pengupasan21413BeratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11211

2.Pencucian21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

3.Pemasakan21413BeratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

4.Pengadonan21112Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

5.Pencetakan21112Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

31111

6.Pengovenan11211Normal (ringan)Normal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

7.Pendinginan21413BeratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11211

8.Pengemasan21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

b. Stasiun Kerja Terpilih (Pengemasan)NoStasiun KerjaSkor Tanpa WaktuSkor Fase KerjaKategoriPenjelasanRekomendasi

BackArmLegLoadFinal ScoreTanpa WaktuDengan Waktu

1.Pembuatan Box21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

2.Pengemasan21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

3.Pengepresan21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

4.Pengguntingan21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

5.Pengepakan21212Agak beratNormal (ringan)Sikap kerja tidak masalah pada sistem muskuloskeletalTidak memerlukan perbaikan

11111

3. Tabel Scoring REBAa. KananNo.Elemen KerjaScoreActivity ScoreFinal Score

ABC

1.Pembuatan box12112

2.Pengemasan21101

3.Pengepresan32314

4.Pengguntingan13112

5.Pengepakan13112

b. Kiri No.Elemen KerjaScoreActivity ScoreFinal Score

ABC

1.Pembuatan box12112

2.Pengemasan22112

3.Pengepresan32314

4.Pengguntingan12123

5.Pengepakan12123

4. Tabel What-If AnalysisStasiun kerja : PengemasanDeskripsi PekerjaanTanggal : 04 / 04 / 12

What if ?JawabanlikelihoodconsequencesRekomendasi

1

2

3

4

5

6

Gunting mengiris tangan pekerja

Gunting terjatuh dan mengenai kaki

Bungkus telopia terjatuh

Sealer tidak mau menyala

Sealer panas mengenai tangan

Sealer mengeluarkan sengatan listrik

Tangan terluka dan berdarah

Kaki dapat terluka dan berdarah

Kaki Terkena bungkus telopia

Pekerja tidak dapat memakai sealer

Tangan melepuh terkena luka bakar

Melukai pekerja / mencederai / tersengat listrik

D : Unlikely

D : Unlikely

D : Unlikely

D : Unlikely

D :Unlikely

D :Unlikely

2 : Minor

2 : Minor

1 : Insignifant

1 : insignifant

2 : Minor

2 : Minor

Memodifikasi gunting dengan alat gunting otomatis yang canggih

Berhati hati dalam memegang gunting

Berhati hati dalam memegang bungkus telopia

Sealer diperbaiki

handle sealer dimodifikasi

Sealer diberi pengaman yang tidak menghantarkan listrik

B. PembahasanPraktikum Teknik Tata Cara Kerja kali ini berjudul Analisis Ketidaknyamanan Kerja Dan Postur Kerja yang mempunyai tujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan akibat kerja dan dapat melakukan analisis postur/ sikap tubuh pekerja saat bekerja.Prinsip yang digunakan yaitu keseluruhan aktivitas kerja direkapitulasi, dibagi ke beberapa interval waktu (detik atau menit), sehingga diperoleh beberapa sampling postur kerja dari suatu siklus kerja dan/atau aktivitas lalu diadakan suatu pengukuran terhadap sampling dari siklus kerja tersebut. Cara penilaian OWAS dengan memberikan nilai terhadap sikap punggung, sikap lengan, sikap kaki, dan berat beban kemudian dimasukkan kedalam tabel OWAS sehingga diketahui hasil nilai akhirnya dan kategori berat ringannya beban pekerjaan dan rekomendasi dari masing-masing kategori. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu, 1981): a) Sikap punggung

1. Lurus2. Membungkuk3. Memutar atau miring kesamping4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping.

b) Sikap lengan

1. Kedua lengan berada di bawah bahu2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu3. Kedua lengan pada atau diatas bahu

c) Sikap kaki

1. Duduk2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.6. Berlutut pada satu atau kedua lutut7. Berjalan

d) Berat beban 1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W 10 Kg )2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 Kg W 20 Kg )3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W 20 Kg )

Tabel kategori tindakan OWAS

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.KATEGORI 1 : Pekerjaan normal (ringan)Pada sikap ini tidak masalah pada sistem muskuloskeletal. Tidak perlu perbaikan.KATEGORI 2 : Pekerjaan agak beratPada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang.KATEGORI 3: Pekerjaan beratPada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. KATEGORI 4: Pekerjaan sangat beratPada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini.Penggunaan OWAS yaitu setelah diketahui hasil nilai OWAS suatu aktivitas maka aktivitas itu diklasifikasikan jenis pekerjaannya termasuk pekerjaan normal (ringan), agak berat, berat, atau sangat berat, dan dilakukan perbaikan postur tubuh jika diperlukan sehingga saat dilakukan analisis ulang aktivitas tersebut diharapkan termasuk kategori pekerjaan normal. Pada praktikum ini penilaian OWAS dilakukan di tiap stasiun kerja namun hanya untuk elemen kerja yang dinilai paling kritis dan di tiap elemen kerja stasiun pengemasan. Pada stasiun pengupasan skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 4 (berdiri atau jongkok dengan kedua lutut), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 3 sehingga termasuk kategori pekerjaan berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan segera mungkin. Di stasiun pengupasan hanya 14% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pencucian skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas di stasiun pencucian hanya kurang dari 5% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pemasakan aktivitas yang dinilai yaitu saat pekerja mengambil tepung untuk kemudian disangrai, skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 4 (berdiri atau jongkok dengan kedua lutut), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 3 sehingga termasuk kategori pekerjaan berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan segera mungkin. Di stasiun pengupasan hanya kurang dari 5% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pengadonan skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 1 (duduk), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitasnya 17,8% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pencetakan skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 1 (duduk), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas stasiun pencetakan 85,7% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pengovenan skor untuk back 1 (lurus/tegak), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 1 sehingga termasuk kategori pekerjaan normal, tidak masalah pada sistem musculoskeletal sehingga tidak memerlukan perbaikan. Aktivitas di stasiun pengovenan 53,6% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pendinginan aktivitas yang dinilai yaitu saat pekerja mengatur posisi nampan untuk didinginkan, skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 4 (berdiri atau jongkok dengan kedua lutut), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 3 sehingga termasuk kategori pekerjaan berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan segera mungkin. Aktivitasnya hanya 6% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Stasiun pengemasan aktivitas yang dinilai adalah saat pengepresan, skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas di stasiun pengemasan hanya 5,9% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan. Pada stasiun kerja terpilih yaitu stasiun pengemasan ada lima eleman kerja yaitu pembuatan box, pengemasan, pengepresan, pengguntingan, dan pengepakan. Saat pembuatan box skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas pembuatan box 17,8% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Pengemasan telopia skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas pengemasan 26,8% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Saat pengepresan skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitasnya hanya 5,9% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Saat pengguntingan skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitasnya hanya kurang dari 5% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.Aktivitas pengepakan telopia skor untuk back 2 (bungkuk ke depan), arm 1 (kedua tangan dibawah bahu), leg 2 (berdiri dengan kedua kaki lurus), load 1 (beban kurang dari 10 kg), dan setelah dimasukkan kedalam tabel OWAS diperoleh skor akhir 2 sehingga termasuk kategori pekerjaan agak berat, berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan di masa yang akan datang. Aktivitas pengepakan kurang dari 5% dari total waktu kerja 7 jam sehingga skor fase kerjanya 1, termasuk kategori pekerjaan normal, tidak memerlukan perbaikan.REBA merupakan kepanjangan dari Rapid Entire Body Assessment yang berarti alat untuk evaluasi resiko cedera musculoskeletal yang diasosiasikan dengan operasi penanganan bahan secara manual. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam REBA adalah adanya pengulangan aktivitas, postur yang tidak sesuai, lengan atas serta pergelangan tangan yang termasuk bagian B dari bagian A dan bagian B didapatkan score bagian C.Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode REBA yaitu :a. Amati postur pekerja yang sedang bekerja.b. Berikan skor sesuai postur kerja yang teramati dari pergerakan batang tubuh, leher, dan kaki.c. Dari skor yang diperoleh, cari skor dengan menggunakan tabel.Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja atau salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh. REBA memiliki kesamaan yang mendekati dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan. Metode REBA ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan, dan sebagainya. Metode ini mengevaluasi pekerjaan dengan memberikan nilai (score) pada 5 aktivitas level yang berbeda. Hasil nilai ini menunjukkan tingkatan atau level resiko yang dihadapi oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan terhadap beban kerja yang ditanggungnya. Resiko dari pekerjaan terkait dengan penyakit otot dan postur tubuh. Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.Analisa REBA dilakukan dengan membagi postur tubuh kedalam dua kategori, kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki, sedangkan kategori B terdiri dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk gerakan ke kiri dan kanan. Masing-masing kategori memiliki skala penilaian postur tubuh lengkap dengan catatan tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam desain perbaikan. Setelah penilaian postur tubuh, yang dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang digunakan serta faktor terkait dengan coupling.Nilai untuk masing-masing postur tubuh dapat diperoleh dari tabel penilaian yang telah ada. Total nilai pada kategori A merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai postur tubuh yang terdapat pada tabel A dengan nilai beban atau tenaga. Sedang total nilai pada kategori B merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai postur tubuh yang terdapat pada tabel B dengan nilai kopling untuk kedua tangan. Nilai REBA diperoleh dengan melihat nilai dari kategori A dan B pada tabel C untuk memperoleh nilai C yang kemudian dijumlahkan dengan nilai aktivitas. Sedangkan tingkatan resiko dari pekerjaan diperoleh dari tabel keputusan REBA. Metode ini juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas kerja.Dalam usaha untuk penilaian 4 (empat) faktor beban eksternal, jumlah gerakan, kerja otot statis, tenaga/ kekuatan, dan postur, REBA dikembangkan untuk:1. Memberikan sebuah metode penyaringan suatu populasi kerja yang beresiko menyebabkan gangguan pada anggota tubuh,2. Mengidentifikasi usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja, penggunaan tenaga dan kerja yang berulang-ulang yang dapat menimbulkan kelelahan (fatigue) otot,3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan sebuah metode penilaian ergonomi, yaitu epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi,4. Mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang pantas untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas,5. Membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode individual, menerangkan rencana perpindahan,6. Mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis (kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak cocok dengan perubahan posisi yang cepat,7. Menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan dengan tangan,8. Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk manipulasi beban manual,9. Memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan indikasi dalam keadaan terpaksa.

Prosedur pembuatan Rapid Entire Body Assessment (REBA) sebagai berikut :1. Observasi pekerjaanMengobservasi pekerjaan untuk mendapatkan formula yang benar dalam pengkajian factor ergonomic di tempat kerja, termasuk dampak dari desain tempat keja dan lingkungan kerja, penggunaan peralatan, dan perilaku kerja yang mengabaikan resiko. Pengambilan data dapat menggunakan foto maupun video. Bagamainapun juga, dengan menggunakan banyak peralatan observasi sangat dianjurkan untuk mencegah kesalahan parallax.2. Memilih postur yang akan dikajiMemutuskan postur yang mana saja akan dianalisa, dapat menggunakan kriteria di bawah ini :a. Postur yang sering digunakanb. Postur dimana, pekerja membutuhkan waktu yang lama untuk dilakukanc. Postur yang membutuhkan banyak aktivitas otot atau yang menggunakan banyak tenagad. Postur yang diketahui banyak menyebabkan ketidaknyamanane. Postur extreme, tidak stabil, atau postur janggal, khususnya postur yang menggunakan kekuatanf. Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya.3. Memberikan penilaian pada postur tersebutMenggunakan kertas penilaian dan penilaian bagian tubuh untuk menghitung skor postur. Penilaian dibagi menjadi dua grup :a. Grup A : badan, kaki, leherb. Grup B : lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan4. Proses penilaianGunakan table A untuk menghasilkan skot utnggal dari badan, leher, dan kaki. Kemudian dicatat dalam kotaknya dan dimasukkan ke dalam load untuk menghasilkan nilai A. sama seperti penilai A, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan digunakan untuk menghasilkan nilai tunggal yang menggunakan table B. Penilaian kemudian dimasukkan ke dalam nilai gabungan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukkan kedalam tabel C dan nilai tunggal pun didapatkan. Nilai tunggal ini adlah skor C atau skor keseluruhan.5. Menetapkan skor REBATipe dari aktivitas otot yang sedang bekerja kemudian diwakilkan oleh nilai aktivitas, dimana dimasukkan untuk memberikan nilai akhir dari REBA.6. Menetapkan tingkatan tindakanNilai REBA yang sudah didapatkan kemudian dicocokkan dengan tabel tingkat aktivitas. Tabel ini merupakan kumpulan dari beberapa tingkatan yang mengindikasikan apakah posisi tersebut perlu dirubah atau tidak.

Kelebihan dan kekurangan REBAKelebihan REBAKekurangan REBA

Untuk menilai postur kerja yang tidak dapat diprediksi Hasil skor REBA dapat menunjukkan tingkat resiko dan pentingnya tindakan yang perlu dilakukan Dipalikasikan untuk seluruh tubuh yang bekerja Postur statis, dinamis, dan cepat berubah atau stabil Dapat dibuat animasi komputer Hanya alat analisis untuk menilai animasi load handling

Penilaian REBA pada elemen kerja di stasiun pengemasan adalah sebagai berikut:1. Elemen Pembuatan BoxUntuk mengetahui nilai REBA pada elemen kerja ini, analisis gerakan dimulai dari leher, punggung kemudian kaki. Pada analisis gerakan leher saat membuat box, posisi leher membungkuk ke bawah membentuk sudut lebih dari 20o sehingga skor untuk leher adalah 2. Posisi punggung pada elemen kerja ini tegak sehingga nilai untuk punggung adalah 1. Sedangkan pada saat membuat box, posisi operator adalah berdiri sehingga kakinya lurus sehingga nilai untuk posisi kaki adalah 1. Setelah ketiga bagian tubuh tersebut di nilai, selanjutnya masing-masing nilai dilihat pada tabel A. Mulai dari nilai bagian leher yang bernilai 2 dan nilai bagian kaki di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 1, kemudian dilihat nilai bagian punggung tarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 1, itu adalah nilai postur A. Selanjutnya adalah tambahan nilai untuk berat benda, karena bahan yang ada adalah box yang beratnya kurang dari 5,5 kg jadi nilai untuk berat benda adalah 0. Nilai bagian tubuh ditambah dengan nilai berat bahan hasilnya adalah 1.Selanjutnya yaitu mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan kanan kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kanan operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kanan operator, posisi lengan atas pada saat operator membuat box membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kanan bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat membuat box, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1, namun karena telapak tangan operator berputar secara terus menerus sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak perlu mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada praktikum ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak berubah-ubah atau statis, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 2. Itu artinya, gerakan membuat box berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.Kemudian mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan bagian kiri kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kiri operator, posisi lengan atas pada saat operator membuat box membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kiri bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat membuat box, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1, dan karena telapak tangan operator berputar secara terus menerus sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada praktikum ini , tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak berubah-ubah atau statis, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 2. Itu artinya, gerakan membuat box berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.2. Elemen PengemasanUntuk mengetahui nilai REBA pada elemen kerja ini, analisis gerakan dimulai dari leher, punggung kemudian kaki. Pada analisis gerakan leher saat pengemasan, posisi leher membungkuk ke bawah membentuk sudut lebih dari 20o sehingga skor untuk leher adalah 2. Posisi punggung pada elemen kerja ini tegak sehingga nilai untuk punggung adalah 1. Sedangkan pada saat membuat box, posisi operator adalah berdiri namun sering kali kaki operator bertumpu pada satu kaki dalam waktu yang cukup lama sehingga nilai untuk posisi kaki adalah 2. Setelah ketiga bagian tubuh tersebut di nilai, selanjutnya masing-masing nilai dilihat pada tabel A. Mulai dari nilai bagian leher yang bernilai 2 dan nilai bagian kaki di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian punggung tarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur A. Selanjutnya adalah tambahan nilai untuk berat benda, karena bahan yang ada adalah telopia yang beratnya kurang dari 5,5 kg jadi nilai untuk berat benda adalah 0. Nilai bagian tubuh ditambah dengan nilai berat bahan hasilnya adalah 2.Selanjutnya yaitu mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan kanan kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kanan operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kanan operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengemasan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kanan bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat pengemasan, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 1, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 1, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 1. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada praktikum ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini nilai aktivitasnya adalah 0. Sehingga nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 1. Itu artinya, gerakan pengemasan berada pada nilai REBA 1 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang tidak beresiko sehingga tidak diperlukan tindakan perbaikan postur.Kemudian mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan bagian kiri kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kiri operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengemasan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kiri bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat membuat box, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1, dan karena telapak tangan operator berputar sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 2. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak berubah-ubah atau statis, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 3. Itu artinya, gerakan pengemasan berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.3. Elemen PengepresanUntuk mengetahui nilai REBA pada elemen kerja ini, analisis gerakan dimulai dari leher, punggung kemudian kaki. Pada analisis gerakan leher saat pengepresan, posisi leher membungkuk ke bawah membentuk sudut lebih dari 20o sehingga skor untuk leher adalah 2. Posisi punggung pada elemen kerja ini sedikit membungkuk dan membentuk sudut antara 0o sampai 20o sehingga nilai untuk punggung adalah 2. Sedangkan pada saat pengepresan, posisi operator adalah berdiri sehingga kakinya lurus dan nilai untuk posisi kaki adalah 1. Setelah ketiga bagian tubuh tersebut di nilai, selanjutnya masing-masing nilai dilihat pada tabel A. Mulai dari nilai bagian leher yang bernilai 2 dan nilai bagian kaki di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 1, kemudian dilihat nilai bagian punggung tarik lurus kekanan pada nilai 2 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 3, itu adalah nilai postur A. Selanjutnya adalah tambahan nilai untuk berat benda, karena bahan yang ada adalah plastik berisi telopia yang beratnya kurang dari 5,5 kg jadi nilai untuk berat benda adalah 0. Nilai bagian tubuh ditambah dengan nilai berat bahan hasilnya adalah 3.Selanjutnya yaitu mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan kanan kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kanan operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengepresan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kanan bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat membuat box, telapak tangannya membentuk sudut lebih dari 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak perlu mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 3. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan berulang dalam jangka pendek, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 4. Itu artinya, gerakan pengepresan berada pada nilai REBA 4 sampai 7 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko sedang sehingga diperlukan tindakan perbaikan postur.Kemudian mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan bagian kiri kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kiri operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengepresan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kiri bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat pengepresan, telapak tangannya membentuk sudut lebih dari 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 3. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak berubah-ubah atau statis, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 4. Itu artinya, gerakan pengepresan berada pada nilai REBA 4 sampai 7 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko sedang sehingga diperlukan tindakan perbaikan postur.4. Elemen PengguntinganUntuk mengetahui nilai REBA pada elemen kerja ini, analisis gerakan dimulai dari leher, punggung kemudian kaki. Pada analisis gerakan leher saat melakukan pengguntingan, posisi leher tegap membentuk sudut kurang dari 20o sehingga skor untuk leher adalah 1. Posisi punggung pada elemen kerja ini tegak sehingga nilai untuk punggung adalah 1. Sedangkan pada saat pengguntingan, posisi operator adalah berdiri sehingga kakinya lurus sehingga nilai untuk posisi kaki adalah 1. Setelah ketiga bagian tubuh tersebut di nilai, selanjutnya masing-masing nilai dilihat pada tabel A. Mulai dari nilai bagian leher yang bernilai 1 dan nilai bagian kaki di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 1, kemudian dilihat nilai bagian punggung tarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 1, itu adalah nilai postur A. Selanjutnya adalah tambahan nilai untuk berat benda, karena bahan yang ada adalah gunting yang beratnya kurang dari 5,5 kg jadi nilai untuk berat benda adalah 0. Nilai bagian tubuh ditambah dengan nilai berat bahan hasilnya adalah 1.Selanjutnya yaitu mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan kanan kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kanan operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kanan operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengguntingan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kanan bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat melakukan pengguntingan, telapak tangannya membentuk sudut lebih dari 15o kebawah sehingga diberi nilai 2, namun karena telapak tangan operator memutar sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 3. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 3, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 3, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak perlu mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 3. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan berulang-ulang dalam jangka pendek, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 2. Itu artinya, gerakan membuat box berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.Kemudian mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan bagian kiri kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kiri operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengguntingan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kiri bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat pengguntingan, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1, dan karena telapak tangan operator memutar sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan berulang-ulang dalam jangka pendek, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 2. Itu artinya, gerakan pengguntingan berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.5. Elemen PengepakanUntuk mengetahui nilai REBA pada elemen kerja ini, analisis gerakan dimulai dari leher, punggung kemudian kaki. Pada analisis gerakan leher saat pengepakan, posisi leher tegap sehingga membentuk sudut kurang dari 20o sehingga skor untuk leher adalah 1. Posisi punggung pada elemen kerja ini tegak sehingga nilai untuk punggung adalah 1. Sedangkan pada saat melakukan pengepakan, posisi operator adalah berdiri sehingga kakinya lurus sehingga nilai untuk posisi kaki adalah 1. Setelah ketiga bagian tubuh tersebut di nilai, selanjutnya masing-masing nilai dilihat pada tabel A. Mulai dari nilai bagian leher yang bernilai 1 dan nilai bagian kaki di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 1, kemudian dilihat nilai bagian punggung tarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 1, itu adalah nilai postur A. Selanjutnya adalah tambahan nilai untuk berat benda, karena bahan yang ada adalah box dan telopia yang beratnya kurang dari 5,5 kg jadi nilai untuk berat benda adalah 0. Nilai bagian tubuh ditambah dengan nilai berat bahan hasilnya adalah 1.Selanjutnya yaitu mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan kanan kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kanan operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kanan operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengepakan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kanan bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat pengepakan, telapak tangannya membentuk sudut lebih dari 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 2, namun karena telapak tangan operator berputar secara terus menerus sehinggga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 3. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai ketiga anggota tubuh tersebut ke dalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 3, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 3, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak perlu mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 3. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan berulang-ulang dalam jangka pendek, sehingga nilai aktivitasnya adalah 1. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 2. Itu artinya, gerakan membuat box berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.Kemudian mengamati gerakan tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, dan gerakan telapak tangan bagian kiri kemudian setelah memperoleh ketiga nilai dari anggota tubuh sisi kiri operator tersebut segera dimasukkan kedalam tabel B. Dimulai dari gerakan bagian kiri operator, posisi lengan atas pada saat operator melakukan pengepakan membentuk sudut kurang dari 20o sehingga nilainya adalah 1. Pada lengan kiri bagian bawah, posisinya mengangkat keatas sehingga membentuk sudut lebih dari 100o sehingga diberi nilai 2. Pada anggota tubuh bagian telapak tangan operator saat pengguntingan, telapak tangannya membentuk sudut 15o keatas dan 15o kebawah sehingga diberi nilai 1, dan karena telapak tangan operator berputar secara terus menerus sehingga diberi tambahan nilai 1 dan nilai dari telapak tangan menjadi 2. Tahap selanjutnya yaitu memasukkan nilai-nilai ketiga anggota tubuh tersebut kedalam tabel B, mulai dari nilai bagian lengan bagian bawah yang bernilai 2 dan nilai bagian pergelangan tangan di bawahnya ditarik lurus menurun di angka 2, kemudian dilihat nilai bagian lengan bagian atas ditarik lurus kekanan pada nilai 1 sehingga nantinya akan bertemu sebuah angka yaitu angka 2, itu adalah nilai postur B. Pada elemen kerja bagian stasiun kerja ini operator tidak mengangkat benda yang berat dan sulit sehingga untuk nilai coupling-nya adalah 0 dan nilai B tetap 2. Setelah nilai A pada tabel A dan nilai B pada tabel B diketahui, selanjutnya adalah mencari nilai C ditabel C dengan cara memasukkan nilai A dan nilai B. Pada elemen ini, tabel C bernilai 1. Untuk menemukan nilai REBA caranya yaitu tabel C ditambah dengan nilai aktivitas. Pada elemen kerja ini, gerakan dilakukan berulang-ulang dalam jangka pendek dan mengambil box ditempat yang berbeda, sehingga nilai aktivitasnya adalah 2. Nilai akhir REBA yang diperoleh yaitu 3. Itu artinya, gerakan pengepakan berada pada nilai REBA 2 atau 3 yang artinya, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang beresiko rendah sehingga mungkin diperlukan tindakan perbaikan postur.Teknik analisis lain yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan what-if form. Dalam metode ini setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Masing-masing pertanyaan pertanyaan dibagi ke dalam tahapan operasi, teknik, pemeliharaan dan inspeksi.Setiap pertanyaan tersebut mempertimbangkan skenario terjadinya insiden, identifikasi konsekuensi, menggunakan penilaian kualitatif untuk menentukan tingkat keparahan konsekuensi, kemungkinan dari semua risiko yang ada dan membuat rekomendasi untuk mengurangi bahaya. Metode what-if/checklist dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari setiap tahapan proses. Metode ini akan efektif bila dilakukan oleh tim yang berpengalaman untuk evaluasi suatu proses.Pelaksanaan praktikum ini diawali dengan mengamati proses produksi yang ada pada CV. Agrifood Sejahtera. Setelah itu, tabel what-if dibuat untuk masing-masing stasiun kerja. Lalu daftar pertanyaan disusun dengan mengisikan pertanyaan apa yang terjadi jika. Setelah pertanyaan diisi, jawaban ditentukan untuk masing-masing pertanyaan. Kemudian dicari informasi tentang peluang kejadian untuk setiap pertanyaan yang ada. Konsekuensi (resiko) juga dicari informasinya jika hal tersebut benar-benar terjadi. Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi yang masuk akal, yang bisa diterapkan pada CV. Agrifood Sejahtera tersebut.Stasiun kerja pengemasan terletak di depan bagian utara. Stasiun kerja ini ditandai dengan adanya bungkus telopia dari kertas yang dicetak di bawah meja. Di atas meja terdapat telopia yang sudah didinginkan dan siap dimasukkan ke dalam plastik, terdapat plastic juga di meja tersebut yang disiapkan. Alat-alat yang ada di stasiun kerja ini antara lain adalah gunting, keranjangdan sealer. Sealer menjadi salah satu alat yang paling vital di stasiun kerja ini dan biasa digunakan untuk pressing plastik. Pada saat press plastik tersebut, alat press harus disambungkan kesumber listrik dan ditunggu hingga panas. Keranjang biasa digunakan untuk wadah telopia yang sudah dibungkus plastik. Dari keadaan stasiun yang demikian, maka terdapat beberapa hal yang mungkin dapat terjadi.Misalnya saja gunting mengiris tangan dari pekerja yang dapat menyebabkan tangan dari pekerja terluka dan berdarah atau menyebabkan cedera ringan lainnya serta menyebabkan kerugian finansial sedang, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan untuk meminimalisir kecelakaan kerja seperti ini perlu dilakukan modifikasi gunting dengan alat pemotong yang otomatis dan canggih. Kemungkinan yang kedua adalah gunting terjatuh dan mengenai kaki yang bisa menyebabkan kaki dari pekerja terluka dan berdarah atau menyebabkan cedera ringan lainnya serta menyebabkan kerugian finansial sedang, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan dapat diatasi dengan pekerja lebih berhati-hati dalam memegang gunting. Kemungkinan yang ketiga adalah bungkus telopia terjatuh yang bisa menyebabkan kaki terkena bungkus telopia atau tidak menyebabkan cedera tetapi menyebabkan kerugian finansial kecil, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan dapat diatasi dengan berhati-hati dalam memegang bungkus telopia. Kemungkinan yang keempat adalah sealer tidak mau menyala sehingga bisa menyebabkan pekerja tidak bisa menggunakan sealer atau tidak menyebabkan cedera tetapi menyebabkan kerugian finansial kecil, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan dapat diatasi dengan memperbaiki sealer yang rusak. Kemungkinan yang kelima adalah apabila sealer yang panas mengenai tangan dari pekerja yang dapat menyebabkan tangan melepuh (luka bakar) atau menyebabkan cedera ringan lainnya serta menyebabkan kerugian finansial sedang, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan dapat diatasi dengan memodifikasi handle (pegangan) dari sealer. Kemungkinan yang keenam adalah sealer mengeluarkan sengatan listrik yang bisa menyebabkan pekerja tersengat listrik, terluka, dan cidera atau menyebabkan cedera ringan lainnya serta menyebabkan kerugian finansial sedang, kejadian seperti ini kemungkinan jarang terjadi dan dapat diatasi dengan memodifikasi sealer dengan cara memberi pengaman yang tidak menghantarkan listrik.Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur analisis kenyamanan dan postur kerja selain OWAS, REBA, dan What-If yaitu RULA, BRIEF, Hazard and Operability Study (HAZOPS), Fault Tree Analysis (FTA), dan Event Tree Analysis (ETA). RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu tool yang berbentuk survey untuk mengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Tool ini merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji kecenderungan pekerja terhadap resiko cedera pada postur, gaya, penggunaan otot, dan pergerakan pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Hasil analisis akan mengindikasikan derajat kencenderungan pekerja mengalami resiko tersebut dan menyediakan metode untuk prioritas kerja untuk membantu dalam investigasi pekerjaan lebih lanjut. Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. Tool ini dirancang untuk menjadi survey yang mudah digunakan dan cepat yang dapat menjawab keperluan akan analisis yang lebih detail.BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors) adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan. BRIEF digunakan untuk menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap terjadinya gangguan musculoskeletal. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi tangan dan pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan, dan kaki. Penilaian pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling memberikan beban paling berat. Survei ini mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan postur, tenaga, durasi, dan frekuensi ketika mengamati bagian tubuh tersebut.Hazard and Operability Study (HAZOPS) digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. HAZOPS merupakan metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis terstruktur mengenai operasi yang berlangsung. Dalam HAZOPS ini dipelajari setiap tahapan pross untuk mengidentifikasi semua penyimpangan dari kondisi operasi yang normal, mendeskripsikan bagaimana bisa terjadi dan menemukan perbaikan dari penyimpangan yang ada.Fault Tree Analysis (FTA) merupakan suatu teknik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau sebagai alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian. FTA nantinya akan menghasilkan quantitative assesmnt dari probabilitas kejadian yang tidak diinginkan. FTA merupakan mtode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan karena dapat menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari satu kegagalan. FTA merupakan kerangka berpikir terbalik, di mana evaluasi berawal dari insiden kemudian dikaji penyebab dan akar penyebabnya. Kemudian untuk Event Tree Analysis (ETA) adalah metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi diawali dengan mengidentifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Sehingga dalam ETA perlu diketahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah perbaikan dampak yang ditimbulkan oleh pemicu kejadian.

BAB VKESIMPULAN

Pada stasiun kerja pengemasan, elemen kerja yang dilakukan termasuk pekerjaan yang beresiko rendah, yaitu sedikit berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan), sehingga memerlukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalnya, pada elemen kerja pada stgasiun pengemasan perlu dilakukan perbaikan dengan menambahkan kursi untuk tempat duduk pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengertian REBA. Dalam http://ilmukita.blogspot.com. Diakses1 April 2013 pukul 19.31 WIB.Devi. 2000. Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian Pengecapan DRUUK dengan Pendekatan Predetermined Times Sistem Sebagai Alternatif Peningkatan Produktivitas. Jurusan TI Fakultas TI Universitas Pembangunan Nasional VETERAN. Yogyakarta.Diyan. 2010. OWAS. Dalam http://diyan.staff.umm.ac.id/2010/02/25/owas/. Diakses 1 April 2013 pukul 18.21 WIB.Helander, M., 2006. A Guide To Human Factors and Ergonomics Second Edition., Taylor and Francis Group.Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981. Observing Works Posture in Industry: Example of OWAS Application. Applied Ergonomic. 12 Page 13-17.Mulyati, Guntarti Tatik dan Ushada, Mirwan. 2011. Petunjuk Praktikum Teknik Tata Cara Kerja. Yogyakarta: Jurusan teknologi Industri Pertanian.Muslim, Erlinda, Boy Nurtjahyo, dan Romadhani Ardi. 2011. Analisis Ergonomi Industri Garmen dengan Posture Evaluation Index pada Virtual Environment. Makara, Teknologi Vol.15, No.1: 75-81. Tayyari, F., Smith, J. L. 1997. Occupational Ergonomics: Principles and Applications. Chapment & Hall. Wignjosoebroto, S. 1995. Pemahaman Postur Kerja. Institut Teknologi Sepuluh November. Penerbit Guna Widya. Jakarta.