ACARA II KULTUR BIJI (TOMAT DAN KEDELAI)A. Pendahuluan1. Latar
BelakangDizaman yang modern ini, bukan hanya perkembangan
transportasi dan informasi yang telah berkembang pesat namun dunia
pengetahuan mengenai pertanian juga mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ditemukan teknologi
pertanian yang sangat maju serta modern. Contoh yang dapat dilihat
pada sekarang ini yaitu perbanyakan tanaman secara invitro atau
yang sering disebut sebagai teknik kultur jaringan. Teknik kultur
jaringan adalah suatu cara untuk memperbanyak tanaman dengan
mengisolasi bagian suatu tanaman berupa sel, jaringan atau bagian
organ lainnya yang dikerjakan secara aseptik dan ditumbuhkan pada
media steril yang berada di dalam botol kultur. Teknik kultur
jaringan mempunyai banyak manfaat jika dibandingkan dengan teknik
konvesional. Kelebihan tersebut diantaranya yaitu dapat
memperbanyak tanaman yang sulit dilakukan secara konvensional dan
menghasilkan tanaman yang sehat serta tidak membutuhkan tempat yang
luas. Selain itu, kelebihan teknik kultur jaringan yang lainnya
yaitu dapat dilakukan setiap musim atau tidak bergantung pada
musim.Salah satu contoh teknik kultur jaringan adalah kultur biji.
Kultur biji sendiri diartikan sebagai suatu teknik kultur jaringan
dengan menggunakan biji tanaman. Dilakukannya kultur biji ini
karena biji tanaman sedang bermasalah yang artinya biji tanaman
mengalami perkecambahan yang rendah. Permasalahan ini sering
ditemui pada biji tanaman seperti tanaman pangan maupun
hortikultura sehingga biji pada suatu tanaman tidak bisa
berkecambah atau mengalami kesulitan untuk berkecambah. Jika
permasalahan tersebut terus dibiarkan maka jumlah tanaman yang
dibudidayakan akan menurun dan hal tersebut akan mempengaruhi
proses budidaya tanaman karena harus membutuhkan jumlah biji yang
banyak. Dilihat dari permasalahan tersebut maka dilakukan kultur
biji terutama pada biji tanaman semangka, mentimun dan melon yang
hasil tanamannya sangat dibutuhkan oleh manusia untuk konsumsi.2.
Tujuan PraktikumPraktikum Kultur Jaringan acara Kultur Biji (Tomat
dan Kedelai) ini berjuan untuk:a. Mengetahui cara sterilisasi dari
kultur bijib. Mempelajari cara penanaman kultur bijic. Mengetahui
pengaruh media terhadap kultur bijid. Mengetahui pengaruh pemberian
mutagen terhadap kultur biji3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum
acara Kultur Biji (Tomat dan Kedelai) dilaksanakan pada Hari Kamis,
24 Maret 2016 pada pukul 07.00 Selesai WIB bertempat di
Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B. Tinjauan PustakaKultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi
aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Perbanyakan tanaman
secara in vitro antara lain dapat dilakukan melalui embryogenesis
somatik, regenerasi organ adventif, pembentukan cabang aksilar dan
kultur buku tunggal. perbanyakan tanaman melon secara in vitro
dilakukan dengan teknik organogenesis. Organogenesis adalah proses
perkembangan pucuk atau akar adventif dari dalam sel-sel tanaman
tersebut (Lidyawati 2012).Bagian tanaman (explants) untuk kultur
jaringan nisa berupa biji, akar, dan tunas muda. Biji adalah
explants yang paling sederhana dalam kultur jaringan. Biji yang
telah masak fisiologis disterilkan kemudian di tanam pada media
Murashige & Skoog (MS) steril tanpa hormone dan diinkubasi
dalam ruang gelap selama 7 hari. Biji yang telah tumbuh dalam media
steril selanjutnya dirangsang dengan hormone agar terjadi
penggandaan sel yang nantinya menjadi bahan perbanyakan (Lingga
2007).Kedelai atau Glycine max (L.) Merill biasa dikenal dengan
nama daerah antara lain : sojaboom, soja, soja bohne, kacang bulu,
dele, kadele, dole, kadule, kadale, lawui, dekeman. Dalam
taksonominya tanaman kedelai termasuk dalam kelas dicotyledonae,
ordo polypetales, familia leguminous, genus glycine , dan termasuk
ke dalam spesies Glycine max. Kedelai mempunyai akar tunggang yang
membentuk cabang cabang akar. Pertumbuhan akar kedelai dapat
mencapai 40 cm hingga kedalaman 120 cm. Tanaman kedelai adalah
tanaman berbatang pendek yaitu sekitar 30 samapai 100 cm dengan
percabanagan 3 sampai 6 dan berbentuk perdu. Tanaman kedelai mampu
berbunga setelah umur 30 sampai 50 hari setelah masa tanam (Setijo
Pitojo 2009) Tanaman tomat dengan latin Lypersion esculentum Mill
merupakan tanaman semusim ( berumur pendek ) berarti tanaman ini
memproduksi hanya sekali dan setelah itu mati. Tanaman tomat ini
lentur dan tidak dapat menopang sendiri, oleh karena itu tanaman
ini membutuhkan ajir untuk menopang pertumbuhannya. anaman ini
berfamili dengan Solanaceae yang hidupnya juga membutuhkan ajir
untuk menopang pertumbuhan tanaman. Tanaman ini banyak sekali yang
membudidayakan dengan berbegai media tanam tergantung dengan
petani. Tanaman ini memiliki akar tunggang yang dapat menembus
kedalaman tanah dan akar serabut yang tumbuh di permukaan tanah
yang dangkal. Berdasarkan sifat perakaran tanaman ini, sebaiknya di
tanaman dengan media tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung
unsur hara baik. Tanaman ini memiliki bantang berbentuk persegi
empat hingga membulat, berbatang lunak tetapi kuat, memiliki bulu
atau berambut halus dan daintar bulu-bul terdapat rambut kelenjar.
Batang tanaman ini berwrna hijau, memiliki ruas tebal dan ruas akar
pendek. Selain itu, tanaman ini memiliki cabang yang sangat banyak
dan tidak beraturan. Tanaman ini memiliki bungan berukuran relatif
kecil , berdiameter 2 cm dan memiliki warna kuning. (Rahmat Rukmana
2010) Alat yang digunakan pada perkecambahan biji secara In Vitro
adalah timbangan analitik, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala 500
cc dan 1000 cc, pipet tetes, dan corong unuk pembuatan media. Serta
untuk menanam biji menggunakan cawan petri, lampu bunsen, autoklaf,
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), botol sprayer, dan pinset. Pada
penanaman juga menggunakan bahan alkohol 70% untuk sterilisasi (Bey
et al 2009).Pemanfaatan kultur jaringan untuk tujuan perbanyakan
bibit telah banyak diaplikasikan pada berbagai tanaman. Beberapa
kelebihan kultur jaringan jika dibandingkan dengan cara
konvensional adalah (1) factor perbanyakan tinggi (2) tidak
tergantung musim karena lingkungan in vitro terkendali (3) bahan
tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk
(4) tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit. Masalh yang sering
di hadapi pada saat mengkulturkan jaringan adalah kurang terampil
dan menguasai dalam bidang kultur jaringan. Selain itu, tanaman
hasil kultur jaringan sering berbeda dengan tanaman induknya atau
mengalami mutasi (Mariska et al 2012) Kultur embrio adalah isolasi
secara steril embrio matang maupun belum matangan, dengan tujuan
memperoleh tanaman yang viable. Tujuan dari kultur embrio adalah
membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap. Kultur
embrio diperlukan dalam embrio yang mempunyai masalah seperti masa
dormasi biji yang terlalu panjang, embrio hibrida hasil penyilangan
interspesifik yang tidak kompatibel dengan endosperma, embrio
dengan endosperma yang rusak contohnya seperti kelapa koyor, embrio
tanpa endosperma seperti pada tanaman anggrek. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan embrio antara lain genotype, tahap embrio
diisolasi, tanaman inang, media kultur embrio, dan lingkung (Sri
Sumarsih 2010).Kultur embrio merupakan kultur yang mengunakan
embrio yang diperoleh dari benih suatu tanaman yang diambil
embrionya. Teknik kultur embrio pada dasarnya melibatkan 3 tahapan,
antara lain sterilisasi ekslan, isolasi dan penanaman embrio, serta
aklimatisasi. Sterilisasi perlu dilakukan pada buah atau biji untuk
mensterilkan permukaan buah/biji sehingga pada waktu isolasi embrio
tidak terdapat sumber kontaminan. Isolasi harus dilakukan secara
hati-hati agar embrio tidak rusak dan kehilangan salah satu atau
lebih bagian-bagiannya. Aklimatisasi dilakukan setelah embrio
berkecambah dan diperoleh plantlet hasil regenerasi dari teknik
kultur jaringan lainnya (Sofia 2007)Salah satu bagian tanaman tomat
yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah biji. Penggunaan
eksplan biji tergolong efisien, efektif dan mudah karena penyediaan
eksplan hanya dengan sterilisasi sederhana dan dapat dihasilkan
banyak bibit anggrek hanya dalam waktu singkat. Protocorm merupakan
bentuk perkecambahan dari biji sebelum menjadi plantlet. Air kelapa
muda dan ekstrak tomat merupakan bahan organik yang umum
ditambahkan kedalam medium pertumbuhan. Keuntungan menggunakan
bahan organik karena terkandung zat-zat kimia yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk tumbuh, seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan
sumber gula (Sukamto 2010).Semua jenis pencahayaan tidak
mempengaruhi jumlah kalus induksi kalus kotiledon kedelai. Umumnya
kalus dapat diinisiasi dari hampir semua bagian tanaman tetapi
bagian yang berbeda menunjukan respon yang berbeda. Hal ini diduga
disebabkan karena suatu sifat yang terjadi pada semua sel dalam
jaringan asal, tetapi hanya terjadi pada sel di lapisan perifer.
Sel-sel pada lapisan tersebut membelah terus menerus sedangkan di
tengah tetap quiescent (tidak membelah). Pada kondisi morfologi
dalam keadaan terang kotiledon selama 24 jam akan menghasilkan
kalus yang sama dengan kalus dari kondisi gelap, namun pada
penyinaran yang terus menerus kalus akan berwarna hijau. Selain
intensitas cahaya, lama penyinaran (fotoperiodisme) mempengaruhi
pertumbuhan eksplan yang dikulturkan (Pudyastuti 2012).Tingkat
keberhasilan dalam pelaksanaan kultur jaringan sangat ditentukan
oleh sejumlah faktor, terutama sterilisasi dan komposisi media yang
digunakan. Sterilisasi bahan kultur dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti penggunaan berbagai bahan sterilan maupun perlakuan
secara fisik (pemanasan/pembakaran pada suhu tertentu). Bahan
sterilan yang sering digunakan diantaranya deterjen, bakterisida
dan fungisida. Penggunaan bahan sterilan seperti deterjen
(sunlight, Clorox, bayclin dan tween 80), bakterisida dan
fungisida. Penggunaan bahan sterilan fungisida (Benlate) dan
bakterisida (Agrept), masing-masing berkonsentrasi 2 g/l selama 24
jam, Clorox 10% selama 15 menit dan selanjutnya eksplan direndam
kembali dalam larutan Clorox 5% selama 20 dapat meneka tingkat
kontaminasi pada kultur in vitro tanaman jahe (Armila et al
2014).
C. Metodelogi Praktikum 1. Alata. LAFC (Laminar Air Flow
Chamber)b. Botol-botol kulturc. Petridisd. Pipet tetese. Gelas
ukurf. Becker glassg. Pinseth. Kertas burami. Kaaret gelangj. Lampu
spirtusk. Hot platel. Magnetig stirrerm. Timbangan analitikn.
Autoclaveo. Sprayer2. Bahana. Eksplan: Biji kedelai (Glycine max)
dan tomat (Solanum lycopersicum)b. Media kultur MSc. Alkohol 70%d.
Aquadest sterile. Spritusf. Chlorox (sunclin)g. Sunlighth. Agar i.
Sukrosaj. Kolkhisin 0,01%
3. Cara Kerja1. Sterilisasi dan Penanaman Bahan Tanama. Biji
Kedelai1) Mempersiapkan bahan tanam (esplan) yang sudah drendam
dalam kolhisin selama 6-8jam.2) Mempersiapkan bahan tanam dengan
aquades steril, alcohol dan media MS3) Mempersiapkan peralatan
tanam dan mensterilkan alat - alat tersebut dengan menngunakan
alkohol (dengan cara menyempot).4) Merendam biji kedellai kedalam
larutan Clorox selama 2 menit lalu lewatkan api hingga memuai5)
Mengambil embrio kedelai dengan cara membelah bijinya6) Melakukan
penanaman dalam media kultur MS, menanam 3 biji dalam setiap
botol.7) Menutup botol kultur dengan menggunakan tutup botol kultur
dan diberi plastik wrap secara rapat supaya botol kultur tetap
steril.8) Menyimpan hasil kultur yang sudah ditatanam pada rak di
ruang pertumbuhan.b. Biji Tomat1) Mencuci biji tomat menggunakan
sunlight lalu bilas dengan aquades hingga bersih2) Menyimpan biji
tomat yang telah di bersihkan di dalam botol kultur lalu ditutup
rapat dan meletakkan di dalam LAF3) Mensterilisai biji tomat di
dalam LAF dengan mencelupkan sebentar di dalam larutan chlorox
selama 1 menit lewatkan api hingga memuai4) Melakukan penanaman
dalam media MS. Setiap botol ditanami dengan 2 biji5) Menutup botol
kultur dengan menggunkan tutup botol kultur dan memberi plastic
wrap secra rapat supaya botol kultur tetap steril6) Menyimpan hasil
kultur yang sudah ditanam pad arak di ruang pertumbuhan2.
Pengamatan1) Saat munculnya akar, tunas dan daun diamati setiap
hari2) Panjang akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali3)
Jumlah akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 2.1.1
Pertumbuhan dan Perkembangan Kultur Biji Komoditas Tomat (Lypersion
esculentum Mill)EksplanTanggalJumlahTinggi tanaman Keterangan:
Kontam (Bakteri/Jamur/ Hidup)
AkarTunasDaun
Tomat (Lycopersion esculentum Mill)24 Maret---0 cmHidup
31 Maret1-13 cmHidup
7 April1-25 cmHidup
14 April2-27 cmHidup
21 April2-211 cmHidup
Sumber
SSumber : Logbook
Gambar 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tomat Awal
PengamatanGambar 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tomat Akhir
Pengamatan
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kultur Biji Komoditas
Kedelai (Glycine max)EksplanTanggalJumlahTinggi tanaman Keterangan:
Kontam (Bakteri/Jamur/ Hidup)
AkarTunasDaun
Kedelai(Glycine max)24 Maret----Kontaminasi
31 Maret----Kontaminasi
7 April----Kontaminasi
14 April----Kontaminasi
21 April----Kontaminasi
Sumber
SSumber : Logbook
Gambar 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai Awal
Pengamatan
Gambar 2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai Awal
Pengamatan
Sumber : Hasil Pengamatan
2. PembahasanMenurut Rahardja dan Wiryanta (2008), perbanyakan
secara teknik kultur jaringan didasarkan sifat totipotensi sel
tumbuhan, dimana totipotensi merupakan kemampuan beberapa sel
tanaman yang masih dalam proses pertumbuhan untuk membentuk
individu tanaman. Bagian tumbuhan dapat berkembang menjadi tumbuhan
lengkap jika ditumbuhkan pada kondisi yang sesuai. Dengan kultur
jaringan, dalam waktu yang bersamaan bisa diperoleh bibit tanaman
dengan jumlah banyak. Secara umum bagian tanaman yang digunakan
sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif,
bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan seperti biji atau
bagian biji (aksis embrio atau kotiledon), tunas pucuk, potongan
batang satu buku (nodal eksplan), potongan akar, potongan daun dan
bagian bunga. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa
organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat
pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu
auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas
serta pengaruh yang berlainan terhadap fisiologis. Tanpa zat
pengatur tumbuh dalam medium pertumbuhan terhambat bahkan mungkin
tidak tumbuh. Pertumbuhan kalus dan organ-organ ditentukan oleh
penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut. Faktor
lain yang mendukung keberhasilan persentase tumbuh eksplan pada
percobaan ini diduga dari media MS yang digunakan sudah mengandung
komposisi yang lengkap untuk pertumbuhan eksplan. Menurut Wahyuni
(2009), pemberian hormon dengan beberapa konsentrasi pada media MS
memberikan persentase tumbuh eksplan yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, karena media mengandung vitamin, dan
unsur hara makro, mikro sehingga cukup untuk memacu pertumbuhan
eksplan. Pierik dalam Andaryani (2010) menambahkan bahwa
pertumbuhan organ vegetative dipengaruhi oleh kandungan nitrogen
dalam media, dan sumber N organic paling tinggi terdapat pada media
MS dibandingkan media lainnya.Berdasarkan hasil pengamatan, eksplan
tanaman tomat tumbuh dan menunjukan perkembangan baik akar ataupun
daunnya. Pengamatan dilakukan selama 4 minggu. Pengamatan yang
dilakukan meliputi pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun.
Embrio kedelai yang dikulturkan pada minggu ke 4 menunjukan
penambahan tinggi yaitu sebesar 11 cm dengan jumlah daun sebanyak
2. Sedangkan pada tanaman kedelai tidak menunjukkan pertumbuhan
pada embrio. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi jamur dan
bakteri. Bakteri dan jamur bisa muncul karena proses sterilisasi
yang kurang dan bisa karena kesalahan meletakan posisi embrio yang
terbalik. Keberhasilan dalam kultur jaringan sangat tergantung
kepada media yang digunakan dan zat pengatur tumbuh, dimana tidak
semua eksplan tanaman dapat tumbuh dalam media tanam, karena
masing-masing eksplan membutuhkan media tanam sesuai berdasarkan
pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Fathurrahman (2009), faktor
yang menyebabkan eksplan terganggu diantaranya disebabkan oleh
ketidakcocokan media kultur dengan berbagai komponen bahan kimia
(unsur makro, mikro, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan asam amino)
faktor suhu, lamanya penyinaran dan teknik kultur jaringan yang
tidak piawai.
1. Kesimpulan dan Saran0. KesimpulanKesimpulan dari praktikum
Kultur Biji ini adalah sebagai berikut:0. Keberhasilan dalam kultur
jaringan sangat tergantung pada media yang digunakan dan zat
pengatur tumbuh.0. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa
organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.0. Eksplan
tomat tumbuh dengan baik (akar, tunas dan daun) dan tidak mengalami
kontaminasi, sedangkan pada kedelai tidak tumbuh dan mengalami
kontaminasi.0. SaranSaran yang diberikan adalah berkaitan dengan
efisiensi waktu sehingga persiapan dari coass harap ditingkatkan
agar tidak terlalu menyita waktu praktikum. Untuk acara ini
praktikum sudah cukup sesuai dengan prosedur sehingga didapatkan
hasil yang sesuai tujuan.
DAFTAR PUSTAKAAndaryani, Suci. 2010. Kajian penggunaan berbagai
konsentrasi BAP dan 2,4-D terhadap induksi kalus jarak pagar
(Jatropha Curcas L.) Secara In Vitro. Surakarta: UNS Press.Armila
ER, Siregar LAM, Bayu ES. 2014. Pertumbuhan akar pada perkecambahan
beberapa varietas tomat dengan pemberian Polyethilene Glikol (PEG)
secara in vitro. J. online agroekoteknologi 1(3) : 418-428.Bey and
Torres, K C. 2009. Tissue culture techniques for horticultural
crops.chapman and hall. New York. LondonFathurrahman, Mellisa dan
Selvia Sutriana. 2009. Pemberian benzil amino purin (BAP) terhadap
eksplan adenium (Adenium obesum) secara In Vitro. Pekanbaru:
Universitas Islam Riau.Lidyawati. 2012. Keefektifan bahan
Sterilisasi dalam Pengendalian Kontaminasi pada Pertumbuhan Kultur
Zygotik Surian (Toona sinensis Roem). J. Wana Mukti 6 (1) :
35-44.Lingga. 2007. Pembiakan tanaman melalui kultur jaringan.
Jakarta: Gramedia.Mariska, Sukmadjaja. 2012 . Usaha pengaadaan
bahan melalui bioteknologi kultur jaringan. Puslitbangtri dan Pusat
Pengkajian Pengembangan Agribisnis. JakartaPudyastuti S, Habibah N,
Sumadi. 2012. Efektivitas ZPT 2,4 D pada medium MS dan lama
pencahayaan untuk menginduksi kalus dari kotiledon kedelai.
J.Biosantifika 4(1) : 42-46.Rahardja, Puji dan Wiryanta. 2008.
Aneka cara memperbanyak tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka. Rahmat
Rukmana. 2010. Budidaya tomat. Yogjakarta : Penerbit KanisiusSetijo
Pitojo. 2009. Benih kedelai. Yogjakarta : Penerbit KanisiusSofia D.
2007. Kultur jaringan teknik perbanyakan tanaman secara modern.
Jakarta : Penebar Swadaya.Sri Sumarsih. 2010. Kultur organ (kultur
embrio). Fakultas Pertanian UPN Veteran. JogjakartaSukamto L, Agus.
2010. Kultur in vitro endosperma, protokol yang efisien untuk
mendapatkan tanaman triploid secara langsung. J. AgroBiogen 6(2) :
107-112.Wahyuni, D. A. 2009. Teknik Pemberian benzil amino purin
untuk memacu pertumbuhan kalus dan tunas pada kotiledon melon
(Cucumis melo L.). Jurnal Teknik Pertanian. 14(2): 50-53.