Top Banner
37 BAB II METODE PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DI KOTA MEDAN A. Tinjauan Umum Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang juga berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah, di mana penerimaan daerah itu juga meliputi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan. Dana perimbangan dan lain-lain pendapatan akan dibahas dalam sub bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara
32

37 BAB II METODE PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP ...

Jan 15, 2017

Download

Documents

trancong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 37

    BAB II

    METODE PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DI KOTA MEDAN

    A. Tinjauan Umum Pendapatan Asli Daerah

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Pasal 1 angka 18 Undang-undang

    Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut

    berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD

    merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang juga berasal dari hasil

    pengelolaan kekayaan daerah, di mana penerimaan daerah itu juga meliputi dana

    perimbangan dan lain-lain pendapatan. Dana perimbangan dan lain-lain pendapatan

    akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    PAD berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

    memiliki tujuan yakni memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk

    mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai

    perwujudan Desentralisasi. Wujud dari desentralisasi adalah pemberian sumber-

    sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digunakan sendiri sesuai dengan potensi

    daerah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dalam

    undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No.66

    Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Peraturan pelaksanaan dari Undangundang

    Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain Peraturan

    Pemerintah Nomor 91 Tahun 20102tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut

    Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak hingga

    saat ini belum diterbitkan.

    Berdasarkan ketentuan tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk

    memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Pungutan pajak dan retribusi daerah

    yang berlebihan dalam jangka pendek dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah,

    namun dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada

    akhirnya akan menyebabkan menurunnya Pendapatan Asli Daerah.

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang

    berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    beberapa jenis:24

    Ada beberapa defenisi pajak yang diungkapkan oleh sarjana yang ahli

    dibidang perpajakan, seperti pendapat Adrian sebagaimana dikutip oleh Bohari

    memberikan definisi yang berbunyi sebagai berikut:

    1. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. 2. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi

    daerah. 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah

    yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil Perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Berikut ini akan dijabarkan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber

    penerimaan daerah sekaligus merupakan pendapatan asli daaerah.

    a. Pajak Daerah

    25

    Selain itu Smeeths juga memberikan definisi pajak yakni Pajak adalah

    prestasi pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat

    dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal

    membiayai pengeluaran pemerintah.

    Pajak ialah iuran pada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah.

    26

    Pajak daerah sebagai bagian dari sumber pendapatan asli daerah merupakan

    kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

    24 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. (Jakarta:

    Salemba, 2007), hal. 107. 25 H. Bohari. Pengantar Hukum Pajak.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 8. 26 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

    secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor

    28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    Ketentuan mengenai pajak tersebut merupakan amanat dari Pasal 23A UUD

    1945, di mana pasal tersebut menyatakan bahwa: Pajak dan pungutan lain yang

    bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Ketentuan

    lebih lanjut mengenai undang-undang yang dimaksud adalah Undang-undang Nomor

    28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Dalam urusan pajak

    daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengurus daerahnya masing-

    masing termasuk didalamnya untuk urusan keuangan daerah (termasuk di dalamnya

    pajak daerah) sebagaimana ditentukan di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan tersebut sesuai dengan asas

    desentralisasi. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi

    kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk

    mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan

    tugas pembantuan sesuai dengan Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintahan Daerah.

    Salah satu jenis pajak daerah yang dimaksud tersebut adalah pajak parkir.

    Pajak parkir berdasarkan Pasal 1 Angka 31 Undang-undang 28 Tahun 2009 tentang

    Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir

    di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

    bermotor.

    Pajak parkir diharapkan dapat memiliki peranan yang berarti dalam

    pembiayaan pembangunan daerah. Parkir pada saat ini sangatlah diperlukan karena

    untuk menjaga keamanan kendaraan. Bukan hanya untuk menjaga keamanan saja

    tetapi juga untuk keteraturan dan kenyamanan suatu tempat.

    Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan,

    baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

    usaha, termasuk tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor

    yang memungut bayaran. Klasifikasi tempat parkir diluar badan jalan yang dikenakan

    pajak parkir adalah:27

    3. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan peralatan daerah,

    1) Gedung Parkir 2) Peralatan Parkir 3) Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran 4) Tempat penitipan kendaraan bermotor 5) Bukan objek pajak parkir

    Pada pajak parkir, tidak semua penyelenggaraan parkir dikenakan pajak. Ada

    beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak berdasarkan Pasal 3 ayat (2)

    Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir yaitu :

    1. Penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah penyelenggaraan tempat parkir oleh BUMN dan BUMD dikecualikan sebagai objek pajak parkir.

    2. Penyelenggaraan tempat parkir oleh kendaraan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga internasional dengan asas timbal balik.

    27http://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak

    %27n.htm, diakses tanggal 12 Juli 2013.

    Universitas Sumatera Utara

    http://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak%27n.htmhttp://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak%27n.htm

  • 42

    antara lain penyelenggaraan tempat parkir ditempat peribadatan dan sekolah dan 'tempat-tempat lainnya yang diatur lebih lanjut oleh bupati dan walikota.

    Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang

    seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Dasar pengenaan pajak

    didasarkan pada klasifikasi tempat parkir, daya tampung dan frekwensi kendaraan

    bermotor, setiap kendaraan bermotor yang parkir ditempat parkir diluar badan jalan

    akan dikenakan tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola.

    Tarif parkir ini merupakan pembayaran yang harus diserahkan oleh pengguna

    tempat parkir untuk pemakaian tempat parkir. Tarif parkir yang ditetapkan oleh

    pengelola tempat parkir diluar badan jalan yang memungut bayaran disesuaikan

    dengan tarif parkir yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini kota Medan

    berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak

    Parkir.

    b. Retribusi Daerah

    Walaupun sama-sama memungut uang dari masyarakat, pada prinsipnya pajak

    dan retribusi itu tidak sama. Retribusi Daerah berdasarkan Pasal 1 Angka 64 Undang-

    undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah

    pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

    khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

    orang pribadi atau Badan.

    Defenisi tersebut menunjukkan adanya timbal balik langsung antara pemberi

    dan penerima jasa. Hal ini berbeda dengan pajak, yaitu iuran wajib yang dilakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung, yang dapat

    dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

    Berdasarkan perbedaan dalam definisi antara pajak daerah dan retribusi

    daerah tersebut dapat dicontohkan perbedaan aplikasinya, jika seseorang adalah

    pemilik kendaraan bermotor (misalkan mobil atau motor), harus tetap membayar

    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) walaupun pemerintah daerah tidak memperbaiki

    jalan yang rusak, tidak memperbaiki sarana dan prasarana lalu lintas. Juga tetap harus

    membayar PKB walaupun dalam setahun kendaraan tidak berjalan dan tetap berada di

    rumah.

    Sebaliknya dalam retribusi terjadi timbal balik langsung antara pemberi dan

    penerima jasa, seseorang pribadi atau badan yang telah menggunakan atau menerima

    jasa yang diberikan oleh pemerintah wajib untuk membayar pungutan retribusi yang

    telah ditetapkan. Aplikasinya, dalam pungutan retribusi parkir hanya pemilik

    kendaraan bermotor yang memarkirkan kendaraannya yang wajib untuk membayar

    parkir. Jika memiliki kendaraan dan selama bertahun-tahun tidak pernah berjalan

    (tidak pernah parkir), tidak wajib untuk dipungut retribusinya. Jika parkir di halaman

    rumah sendiri, tidak dikenakan retribusi.

    Berdasarkan defenisi dan contoh di atas dapat diketahui bahwa terdapat

    perbedaan antara pajak daerah dan retribusi daerah yakni:

    1) Pajak daerah tidak memperoleh timbal balik secara langsung, sedangkan

    retribusi memperoleh timbal balik secara langsung.

    Universitas Sumatera Utara

  • 44

    2) Pajak daerah dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.

    Retribusi tidak lain merupakan pemasukan yang berasal dari usaha-usaha

    Pemerintah Daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk

    memenuhi kepentingan warga masyarakat baik individu maupun badan atau korporasi

    dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan kas

    daerah. Adanya izin dari pemerintah daerah terkait dengan parkir, maka pemerintah

    daerah berhak untuk menerima retribusi dari masyarakat sebagai pengguna parkir,

    sehingga dengan demikian masyarakat selain mendapatkan haknya untuk

    mendapatkan layanan jasa parkir juga memiliki kewajiban untuk memberikan

    retribusi. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali sumber-sumber

    keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan di dalam

    Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

    sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi

    masyarakat.

    Retribusi dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa Umum;

    Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi Perizinan Tertentu.28

    2) Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

    1) Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum antara lain; Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan; Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil dan lain-lain.

    28 Suparman Zen Kemu. Analisis Usulan Pembentukan Perda Mengenai Retribusi Perizinan

    Pembuangan Limbah Cair Sebagai Langkah Pencegahan Polusi Limbah Cair di Daerah. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.9 No.4. hal. 96. Desember 2005.

    Universitas Sumatera Utara

  • 45

    Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha antara lain; Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; Retribusi Tempat Pelelangan dan lain-lain.

    3) Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan, atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, sarana, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari; Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; Retribusi Izin Gangguan; dan Retribusi Izin Trayek. Sejak diterbitkannya PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, daerah

    dapat menerapkan berbagai jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang

    ditetapkan dalam undang-undang. Jenis retribusi lainnya tersebut misalnya adalah

    penerimaan negara bukan pajak yang telah diserahkan kepada daerah. Ketentuan

    inilah yang membuka peluang bagi daerah untuk menerbitkan peraturan daerah

    mengenai jenis retribusi yang pada akhirnya dibatalkan oleh Pemerintah Pusat karena

    dianggap mengganggu iklim investasi di daerah dan memberatkan pelaku usaha.29

    Retribusi daerah memberikan peranan yang terbesar dalam pembentukan

    pendapatan asli daerah. Obyek retribusi adalah berbagai jenis pelayanan daerah atau

    jasa usaha tertentu yang disediakan oleh pemberintah daerah. Jasa pelayanan yang

    dipungut retribusinya hanya jenis-jenis jasa pelayanan menurut pertimbangan sosial

    ekonomi layak untuk dijadikan obyek retribusi.

    Pelaku usaha yang melakukan kegiatan investasi di daerah dibebani dengan retribusi

    atas izin usaha yang mereka peroleh yang memberatkan pelaku usaha tersebut.

    29 Ahmad Yani. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.

    (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2002), hal. 63.

    Universitas Sumatera Utara

  • 46

    1. Perimbangan Keuangan

    Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah

    berdasarkan Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

    Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah

    suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan,

    dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan

    memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan

    penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Salah satu penerimaan

    daerah dalam rangka penyelengaraan desentralisasi adalah pendapatan daerah.

    Selanjutnya pendapatan daerah juga meliputi Dana Perimbangan. Dana

    perimbangan berdasarkan Pasal 1 angka 19 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

    adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

    untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana

    perimbangan tersebut diperuntukkan untuk: (i) menjamin terciptanya perimbangan

    secara vertikal di bidang keuangan antar tingkat pemerintahan; (ii) menjamin

    terciptanya perimbangan horizontal di bidang keuangan antar pemerintah di tingkat

    yang sama; (iii) dan menjamin terselenggaranya kegiatan-kegiatan tertentu di daerah

    yang sejalan dengan kepentingan nasional.30

    30

    Dana Perimbangan terdiri atas Dana

    Deny Rizky Kurniawan. Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya,

    Universitas Sumatera Utara

    http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/author/denyrizkykurniawan/

  • 47

    Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

    2. Pinjaman

    Menurut Pasal 169 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah, untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah,

    pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah,

    pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan

    masyarakat. Pinjaman yang bersumber dari pemerintah sesuai dengan Pasal 10 ayat

    (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman

    Daerah diberikan melalui Menteri, yang berasal dari APBN termasuk dana investasi

    Pemerintah, penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar

    Negeri.

    Pinjaman Daerah berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor

    30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang

    mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang

    bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk

    membayar kembali. Selanjutnya Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30

    Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah menentukan bahwa pinjaman daerah

    merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit

    APBD, pengeluaran pembiayaan dan/atau kekurangan arus kas, di mana pinjaman

    daerah tersebut menurut Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011

    http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/29/dana-alokasi-umum-dau-dana-alokasi-khusus-dak-dan-pendapatan-asli-daerah-pad-kota-surabaya/, diakses tanggal 12 September 2013, jam 15.00 Wib.

    Universitas Sumatera Utara

    http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/29/dana-alokasi-umum-dau-dana-alokasi-khusus-dak-dan-pendapatan-asli-daerah-pad-kota-surabaya/http://denyrizkykurniawan.wordpress.com/2012/11/29/dana-alokasi-umum-dau-dana-alokasi-khusus-dak-dan-pendapatan-asli-daerah-pad-kota-surabaya/

  • 48

    tentang Pinjaman Daerah merupakan inisiatif Pemerintah Daerah dalam rangka

    melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Jenis Pinjaman Daerah menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 30

    Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah terdiri atas Pinjaman Jangka Pendek, Jangka

    Menengah dan Jangka Panjang. Pinjaman Jangka Pendek tersebut dalam Pasal 12

    Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah merupakan

    Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran, dimana

    kewajiban pembayaran kembali meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban

    lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang berkenaan serta

    bersumber dari Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank dan lembaga

    keuangan bukan bank, yang digunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.

    Selanjutnya Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang

    Pinjaman Daerah menentukan bahwa:

    pinjaman jangka menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran, dimana kewajiban pembayaran kembali meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan gubernur, bupati, atau walikota yang bersangkutan serta bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank yang digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan,

    Sedangkan Pinjaman Jangka Panjang menurut Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor

    30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah merupakan:

    Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran di mana kewajiban pembayaran kembali meliputi pokok pinjaman, bunga,

    Universitas Sumatera Utara

  • 49

    dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan serta bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat.

    3. Pendapatan Daerah yang lain

    Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu

    terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki

    kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,

    mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk

    membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.

    Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,

    maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan dana untuk membiayai pembangunan.

    Untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah

    tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberi kesempatan untuk menggali

    sumber-sumber keuangan yang ada di daerah. Untuk itu Pemerintah Pusat

    memberikan wewenang kepada Pemerintah daerah (Desentralisasi). Sejalan dengan

    desentralisasi tersebut, aspek pembiayaannya juga ikut terdesentralisasi.

    Implikasinya, daerah dituntut untuk dapat membiayai sendiri biaya pembangunannya.

    Ketergantungan kepada bantuan Pusat harus seminimal mungkin, sehingga

    Pendapatan Daerah yang lain yang dapat diperoleh antara lain melalui sumbangan,

    hibah dan dana darurat. Berikut ini akan dijabarkan ketiga hal tersebut.

    a. Sumbangan

    Pertumbuhan dan perkembangan pembangunan dikota medan perlu

    Universitas Sumatera Utara

  • 50

    ditingkatkan sesuai sengan semangat otonomi daerah, sehingga diperlukan upaya

    untuk menggali potensi pendapatan asli daerah melalui partisipasi masyarakat.

    Partisipasi masyarakat tersebut dapat berbentuk sumbangan pihak ketiga. Sumbangan

    pihak ketiga menurut Pasal 1 Huruf i Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

    2004 Tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah adalah

    pemberian pihak ketiga kepada daerah secara ikhlas, dan tidak mengikat, berupa

    uang atau disamakan dengan uang maupun barang, baik bergerak maupun tidak

    bergerak yang diperolehnya oleh pihak ketiga tidak bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Pemerintah daerah menurut Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah

    Kota Medan Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga

    Kepada Daerah dapat menerima sumbangan dari pihak ketiga yang dapat berupa

    pemberian donasi, wakaf, hibah, infaq. Sumbangan pihak ketiga yang diterima oleh

    pihak pemerintah daerah dipergunakan untuk kepentingan daerah, khususnya untuk

    pembangunan daerah sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan

    Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah.

    b. Hibah

    Pendapatan hibah berdasarkan Pasal 44 ayat (1) Undang-undang Nomor 33

    Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintahan Daerah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah Daerah

    menurut Pasal 1 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah

    Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau

    Universitas Sumatera Utara

  • 51

    pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya yang secara spesifik telah

    ditetapkan peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian.

    Hibah Daerah di dalam Pasal 1 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

    2012 tentang Hibah Daerah meliputi:

    1) Hibah kepada Pemerintah Daerah;

    2) Hibah dari Pemerintah Daerah.

    Hibah kepada Pemerintah Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan Daerah

    untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah

    Daerah dalam kerangka hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah

    Daerah sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012

    tentang Hibah Daerah. Hibah dari Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka 10

    Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dapat diberikan

    kepada:

    1) Pemerintah;

    2) Pemerintah Daerah lain;

    3) badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah; dan/atau

    4) badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.

    c. Dana Darurat

    Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk

    keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar

    biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber

    Universitas Sumatera Utara

  • 52

    APBD sesuai dengan Pasal 46 ayat (1) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

    Selanjutnya Dana Darurat menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44

    Tahun 2012 Tentang Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami

    bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa.

    Dana darurat digunakan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi

    pada tahap pascabencana yang menjadi kewenangan Daerah sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan, dimana kegiatan tersebut adalah untuk pemulihan

    fungsi Pelayanan Publik yang dilakukan badan usaha milik daerah, Dana Darurat

    dapat diteruskan oleh Pemerintah Daerah kepada badan usaha milik daerah yang

    melaksanakan fungsi Pelayanan Publik, hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) dan

    ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Dana Darurat.

    Pemerintah Daerah yang daerahnya mengalami Bencana Nasional dan/atau Peristiwa

    Luar Biasa berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2012

    Tentang Dana Darurat dapat mengajukan permintaan Dana Darurat kepada Menteri

    dengan melampirkan paling sedikit Kerangka Acuan Kegiatan rehabilitasi dan

    rekonstruksi pascabencana beserta Rencana Anggaran Biaya.

    B. Sistem Pemungutan Pajak Parkir

    Sistem Pemungutan pajak menurut Rimsky K. Judisseno secara umum ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 53

    empat, yaitu:31

    Dalam system ini wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus

    berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan dengan

    mengeluarkan surat ketetapan pajak, yang merupakan bukti timbulnya suatu utang

    1. Official Assessment System

    2. Semi Self Assessment System

    3. Full Self Assessment System

    4. Withholding System

    Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut:

    1. Official Assessment System

    Adalah sistem pemungutan pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya

    pajak yang terutang oleh wajib pajak terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak.

    Sistem ini pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak langsung. Dalam hal ini

    wajib pajak bersifat pasif karena utang pajak baru timbul setelah dikeluarkan surat

    ketetapan pajak oleh fiskus. Dan dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.

    Sistem diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB), dimana

    KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang terutang

    setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup membayar

    PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan olek

    KPP dimana tempat objek pajak tersebut terdaftar.

    31 Rimsky K. Judisseno, Pajak & Strategi Bisnis: Suatu Tinjauan tentang Kepastian Hukum

    dan Penerapan Akuntansi di Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005), hal. 24.

    Universitas Sumatera Utara

  • 54

    pajak.

    2. Semi Self Assessment System

    Semi self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana

    wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada

    pada kedua belah pihak yaitu Wajib Pajak dan Fiskus.

    3. Full Self Assessment System

    Sistem pembayaran yang berlaku saat ini dilandasi oleh sistem pemungutan

    dimana Wajib Pajak boleh menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

    harus disetorkan, sistem ini dikenal dengan sebutan full self assessment system. dari

    pengertian ini jelas penekanannya adalah Wajib Pajak harus aktif menghitung dan

    melaporkan jumlah pajak terutangnya tanpa campur tangan dari fiscus.

    4. Withholding System

    Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang

    untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pihak

    ketiga dan bukan fiscus maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri.32

    Sedangkan menurut Yusdianto Prabowo di dalam sistem pemungutan pajak di

    Indonesia terdapat dua sistem, adalah sebagai berikut:

    Dalam sistem ini

    wajib pajak sifat aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri,

    sedangkan fiskus hanya memberi penerangan, atau sebagai verifikasi.

    33

    1. Official Assessment System

    32 Ibid. 33 http://katahatiku2012.blogspot.com/2013/03/definisi-pajak.html., diakses tanggal 27

    Agustus 2013.

    Universitas Sumatera Utara

    http://katahatiku2012.blogspot.com/2013/03/definisi-pajak.html.,%20diakses

  • 55

    2. Self Assessment System

    Adapun penjelasan di atas ialah sebagai berikut:

    1. Official Assessment System

    Adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah

    (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak

    (WP).

    Ciri-cirinya adalah:

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

    b. Wajib pajak bersifat pasif

    c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

    2. Self Assessment System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

    Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-

    cirinya ialah sebagai berikut:

    a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib

    Pajak sendiri.

    b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan

    sendiri pajak yang terutang.

    c. Fiskus tidak menentukan besarnya pajak terutang, tetapi bersifat

    mengawasi dan mengoreksi perhitungan yang disajikan oleh Wajib Pajak.

    Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dalam pemungutan pajak parkir di Kota

    Medan digunakan kebijakan self assessment system yang diharapkan dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • 56

    memudahkan wajib pajak dalam memungut pajaknya yang terhutang. Kebijakan self

    assessment system yaitu membebaskan warga untuk menghitung sendiri tanggungan

    pajaknya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun

    2011 tentang Pajak Parkir. Setiap wajib pajak melaporkan/menyampaikan pajaknya

    setelah mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) kepada walikota 34yang

    selanjutnya diawasi penyetorannya oleh aparat pemungut pajak/fiskus.35Tarif pajak

    parkir yang harus dibayarkan oleh wajib pajak parkir tersebut ditetapkan paling tinggi

    sebesar 20% (dua puluh persen)36 dan ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten /

    kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan pemberian keleluasaan kepada

    pemerintah kabupaten / kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai

    dengan kondisi misalnya daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah

    kota/kabupaten diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang

    mungkin berbeda dengan kota / kabupaten lainnya, asalkan tidak lain dari 20%.37

    Pengelolaan sebagai kaitan dari fungsi manajemen dalam kaitannya dengan

    pengelolaan pajak parkir yaitu menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan

    C. Mekanisme Pengelolaan Pajak Parkir dalam Peningkatan Pendapatan Daerah di Kota Medan

    1. Pengelolaan Pajak Parkir Oleh Pemerintah Kota Medan

    34 Pasal 11 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak

    Parkir. 35 Pasal 1 Angka 13 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak

    Parkir. 36 Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 37 Pajak Parkir http://share.pdfonline.com/ dbfb3928326b428e9cf7 01a856268cb0/

    Pajak%20Parkir%20acak'n.htm, diakses tanggal 20 Mei 2013. Lihat juga Pasal 6 ayat (1), (2) dan ayat (3) Perda Walikota Medan No. 10 Tahun 2011.

    Universitas Sumatera Utara

    http://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak'n.htmhttp://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak'n.htmhttp://share.pdfonline.com/dbfb3928326b428e9cf701a856268cb0/Pajak%20Parkir%20acak'n.htm

  • 57

    pengawasan. Pengelolaan yang dimaksud dalam kegiatan perencanaan adalah

    kegiatan dalam menentukan target yang ingin dicapai dari pajak daerah dalam satu

    tahun anggaran, dengan indikator yaitu pendaftaran, pendataan dan penetapan.

    Kemudian pengelolaan yang dimaksud dalam kegiatan pelaksanaan adalah kegiatan

    merealisasikan target yang telah ditetapkan atau memungut dana dari beberapa jenis

    pajak daerah yang telah menjadi hak daerah.

    Indikator yang menjadi ukuran dari kegiatan tersebut adalah kegiatan

    penyetoran, pembukuan dan pelaporan, serta kegiatan penagihan. Sedangkan

    pengelolaan yang dimaksud dalam kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang

    dilakukan untuk mencegah atau menghindari penyimpangan yang terjadi sehubungan

    dengan rencana yang telah dibuat. Indikator yang menjadi ukuran adalah pengawasan

    melekat dan pengawasan langsung.

    Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya mengenai pengelolaan pajak

    parkir harus mencakup aspek-aspek sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan dan

    pengawasan. Aspek-aspek ini harus dilihat sebagai suatu kesatuan mengingat

    keterikatannya satu sama lain sehingga sebuah pembahasan tentang pengelolaan

    pajak daerah dengan sendirinya harus memasukkan ketiga aspek ini.

    a. Perencanaan

    Sebagai langkah awal pengelolaan pajak daerah maka kegiatan perencanaan

    sangat menentukan upaya pengelolaan pajak daerah. Hal ini mudah dipahami karena

    kegiatan tersebut akan menjadi dasar melakukan kegiatan selanjutnya. Sebagai dasar

    untuk melakukan kegiatan selanjutnya maka berhasil tidaknya peningkatan pajak

    Universitas Sumatera Utara

  • 58

    daerah sangat tergantung pada kegiatan perencanaan.

    Kegiatan perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan menentukan besarnya

    target yang ingin dicapai dari pajak daerah untuk satu tahun anggaran. Seperti yang

    telah diuraikan terdahulu bahwa untuk mengukur kegiatan perencanaan maka

    indikator yang digunakan adalah kegiatan pendaftaran, pendataan dan kegiatan

    penetapan.

    1) Pendaftaran

    Dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pajak, maka

    langkah pertama yang perlu dilakukan dalam prosedur pendaftaran adalah menyusun

    Daftar Induk Wajib Pajak yang memuat nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak

    Daerah (NPWPD).

    Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menyusun daftar induk wajib

    pajak adalah diadakan penjaringan wajib pajak, disusun serta melakukan pengukuhan

    dan penggolongan wajib pajak. Kemudian, kepada setiap wajib pajak yang telah

    didaftar dan dikukuhkan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

    yang secara permanen menjadi identitas wajib pajak yang bersangkutan dan berlaku

    untuk semua jenis pajak daerah yang menjadi kewajibannya.

    Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) merupakan identitas yang

    diperlukan oleh setiap wajib pajak. Dengan identitas ini, wajib pajak dapat dengan

    mudah menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan pemenuhan segala urusan

    yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban perpajakannya, baik mengenai

    pembayaran pajak, kepindahan lokasi usaha ataupun kegiatan lain yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 59

    dipersyaratkan memiliki identitas perpajakan.

    2) Pendataan

    Kegiatan pendataan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

    kegiatannya dengan pajak daerah dalam penerimaan pendapatan asli daerah, Karena

    dari hasil pendataan dapat diketahui berapa besar jumlah potensi yang ada di

    lapangan. Dengan data tersebut para pengambil kebijakan dapat membuat estimasi

    dasar dalam menentukan berapa besar target penerimaan yang akan direncanakan

    sebagai penerimaan daerah.

    Pelaksanaan kegiatan pendataan merupakan kelanjutan dari kegiatan

    pendaftaran, sehingga apa yang menjadi output dari kegiatan pendaftaran senantiasa

    menjadi input pelaksanaan pendataan. Formulir pendaftaran yang telah diisi oleh

    wajib pajak merupakan data yang diperlukan untuk menetapkan besarnya target

    penerimaan per jenis pendapatan.

    Pendataan ini berdasarkan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah

    Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir dilakukan dengan

    menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang diterima dan diisi

    oleh wajib pajak. Untuk menjaga kelancaran kegiatan pendataan maka setiap wajib

    pajak diberikan batas waktu (selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah

    berakhirnya masa pajak) pengembalian SPTPD kepada DPPKAD (Dinas Pendapatan

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah), apabila dalam jangka waktu tersebut wajib

    pajak belum juga mengembalikan surat pemberitahuan (SPT), maka DPPKAD

    Universitas Sumatera Utara

  • 60

    menempuh cara mulai dari pemberian surat peringatan kemudian dilanjutkan dengan

    surat teguran sampai dengan penetapan secara jabatan dan apabila belum ada reaksi

    maka akan dilakukan jemput paksa oleh Satuan polisi Pamong Praja (Satpol PP).

    Adapun data yang akan dijadikan dasar dalam menetapkan besarnya jumlah

    penerimaan daerah, diperoleh dengan cara :

    a. Menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), kepada seluruh wajib pajak yang

    telah mendaftar

    b. Melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan rencana pemeriksaan lapangan

    yang telah ditentukan sebelumnya

    c. Memanfaatkan data yang tercantum dalam daftar surat teguran sebagai hasil

    pemantauan pembayaran pajak sesuai dengan batas waktu pembayaran yang telah

    ditentukan dalam surat ketetapan pajak.

    3) Penetapan

    Setelah semua tahap dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah

    menentukan target penerimaan. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pendataan,

    dicatat dalam kartu data sebagai hasil akhir yang akan dijadikan dasar bagi seksi

    penetapan dalam menghitung besarnya target penerimaan pengelolaan pajak daerah.

    Penentuan target penerimaan pendapatan pengelolaan pajak daerah didasarkan

    atas perhitungan jumlah penerimaan sumber pajak daerah yang sebelumnya telah

    dibuat kesepakatan antara pihak pengusaha dengan dinas pendapatan, pengelolaan

    keuangan dan aset daerah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 61

    b. Pelaksanaan

    Kegiatan pelaksanaan yang dimaksud adalah kegiatan mengaplikasikan target

    yang telah ditetapkan melalui pemungutan pajak daerah. Untuk mengetahui sejauh

    mana pelaksanaan kegiatan tersebut maka indikator yang digunakan adalah kegiatan

    penyetoran, pembukuan dan pelaporan serta penagihan.

    1) Penyetoran

    Mekanisme pembayaran pajak yang diterapkan oleh DPPKAD Kota Medan

    yaitu untuk menjamin kelancaran pembayaran pajak oleh para wajib pajak, maka

    DPPKAD menugaskan petugas untuk turun langsung kelapangan guna memungut

    pajak dari masyarakat.

    Pajak yang telah dikumpulkan selanjutnya disetor kepada bendahara

    DPPKAD. Bendahara inilah yang kemudian menyetor hasil pajak daerah di kas

    daerah. Bendahara DPPKAD mempunyai tugas rutin yakni setiap akhir bulan

    menyiapkan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang untuk keperluan

    pemeriksaan keuangan sehingga dapat dibandingkan dengan laporan keuangan yang

    dibuat oleh seksi pelaporan.

    Berikut ini sekedar untuk mengetahui perhitungan pajak parkir yang harus

    dibayar/disetor oleh wajib pajak kepada DPPKAD berdasarkan Peraturan Daerah

    Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir adalah sebagai berikut:

    Tarif pajak parkir menurut Pasal 6 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun

    2011 tentang Pajak Parkir ditetapkan sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 62

    a) penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir tetap dikenakan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari pembayaran;

    b) penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parker dengan menggunakan tarif sewa parkir progresif dikenakan pajak parkir sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pembayaran;

    c) penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parker dengan menggunakan tarif sewa parkir vallet dikenakan pajak parkir sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran.

    Selanjutnya di dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011

    tentang Pajak Parkir ditentukan cara perhitungan pajak parkir:

    a) Roda empat

    1) untuk parkir tetap tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000; 2) untuk parkir progresif, tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000 untuk

    lima jam pertama, dan penambahan sebesar Rp 1.000 per satu jam berikutnya;

    3) untuk parkir vallet tarif dasar maksimal sebesar Rp 25.000; b) Roda Dua tarif dasar tetap maksimal sebesar Rp 1.000.

    2) Pembukuan dan Pelaporan

    Kegiatan selanjutnya setelah penyetoran adalah pembukuan dan pelaporan.

    Kegiatan pelaporan merupakan pekerjaan lanjutan setelah pembukuan dan

    dilaksanakan setiap akhir periode bulanan, triwulan, semester, dan akhir tahun.

    Seksi pembukuan selaku pelaksana akan menerima formulir atau daftar

    sebagai dokumen yang akan dijadikan dasar dalam pencatatan dari seksi penetapan.

    Dari hasil pencatatan tersebut akan diketahui jumlah penerimaan perjenis pajak,

    begitu pula jumlah tunggakan baik perjenis pajak maupun perwajib pajak.

    3) Penagihan

    Universitas Sumatera Utara

  • 63

    Penagihan yang dimaksud disini adalah pelaksanaan penegakan hukum

    terhadap wajib pajak yang tidak menaati peraturan, dalam hal ini belum melunasi

    pajak yang terutang sampai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dalam surat

    ketetapan. Kegiatan penagihan dibedakan atas penagihan pasif dan penagihan aktif.

    Penagihan pasif dimulai dari peringatan, teguran pertama, teguran kedua sampai pada

    teguran ketiga, sedangkan penagihan aktif berupa proses paksa, penyitaan sampai

    dengan lelang sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    85/PMK.03/2010 tentang tata cara pelaksanaan penagihan dengan surat paksa dan

    pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus.

    c. Pengawasan

    Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan

    bersama yang bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-

    penyimpangan, pemborosan-pemborosan dan kegagalan-kegagalan dalam pencapaian

    tujuan organisasi. Dalam kegiatan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kota Medan yang berusaha untuk memasukkan uang kedalam kas daerah dan

    menutupi pengeluaran-pengeluaran daerah, termasuk di dalamnya penerimaan dari

    Pajak Daerah. Apabila pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik dalam

    pengelolaan pajak daerah maka akan mewujudkan efesiensi, efektifitas dan

    kehematan serta ketertiban.

    Pengawasan pajak daerah merupakan tindakan yang sangat penting untuk

    menghindari penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan yang ditetapkan dalam

    memenuhi target yang direncanakan dalam Anggaran Pengelolaan Keuangan Belanja

    Universitas Sumatera Utara

  • 64

    Daerah Kota Medan. Untuk itu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kota Medan sebagai salah satu dinas otonom yang diserahi tugas mengelola

    keuangan daerah dituntut untuk bekerja dengan sungguh-sungguh agar pemasukan

    dari sektor Pengelolaan Keuangan daerah khususnya pajak daerah dapat meningkat

    dari tahun ke tahun.

    Pengawasan pajak daerah dalam bidang pajak parkir di kota Medan,

    berdasarkan hasil wawancara, diperlukan pengawasan dalam pelaksanaan

    pemungutan pajak parkir. Pengawasan pajak tersebut berguna agar diketahui omset

    atau pendapatan yang sesungguhnya. Setelah dilakukan pengawasan, dilakukan

    verifikasi untuk membantu target pajak parkir dan di dalam verifikasi itulah ada

    temuan-temuan kurang bayar. Misalnya, dilaporkan Rp 3.000.000.- (tiga juta rupiah),

    dengan self assesement maka dicek apakah benar. Ternyata pajak yang wajib disetor

    Rp 6.000.000.- (enam juta rupiah), maka selisih Rp 3.000.000.- (tiga juta rupiah)

    disebut pajak kurang bayar.38

    Pengawasan melekat yaitu serangakaian kegiatan yang bersifat sebagai

    pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap

    bawahannya baik secara preventif maupun represif. Pengawasan ini dilakukan mulai

    Bentuk pengawasan pajak daerah yang dilakukan oleh DPPKAD Kota Medan

    sebagai berikut:

    1) Pengawasan Melekat

    38 Hasil wawancara dengan Bapak Sutan Partahi, Kepala Bagian Pajak Dinas Pendapatan

    Kota Medan, tanggal 19 April 2013.

    Universitas Sumatera Utara

  • 65

    dari Kepala DPPKAD sampai kepada Subseksi, Kepala UPTD, camat dan unit-unit

    kerja yang terkait baik sistem pengelolaan maupun mekanisme penyetoran

    berdasarkan fungsi dan tugasnya masing-masing.

    2) Pengawasan Langsung

    Pengawasan langsung yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau

    aparat penugasan fungsional dengan mendatangi langsung objek (tempat

    penyelenggaraan parkir) yang diawasi baik pada waktu kegiatan yang sedang

    berlangsung maupun sesudah kegiatan dilaksanakan.

    2. Pengelolaan Pajak Parkir Melalui Perjanjian

    Pemungutan pajak parkir tidak dapat diborongkan artinya seluruh proses

    kegiatan pemungutan pajak parkir tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga,

    walaupun demikian dimungkinkan antara lain pencetakan formulir perpajakan,

    pengiriman suratnya kepada wajib pajak atau penghimpunan data objek dan subjek

    pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan

    perhitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak dan

    penagihan pajak.

    Terhadap pengelolaan perparkiran, biasanya kontrak pengelolaan perparkiran

    dilakukan dalam bentuk perjanjian kerjasama. Diawali dengan kontrak penawaran

    yang dilakukan oleh perusahaan pengelola, misalnya dengan konsep sebagai berikut:

    Konsep kerja sama yang dilakukan dengan pemilik properti/ Gedung adalah dengan

    sistem kemitraan. Oleh karena itu, dapat diberikan sejumlah nilai tambah dan

    pendapatan yang maksimum dari hasil pengelolaan parkir ini kepada suatu gedung/

    Universitas Sumatera Utara

  • 66

    perkantoran, pusat perbelanjaan, atau hotel.

    Sistem yang ditawarkan kepada pemilik property/ gedung dengan berbagai

    cara, antara lain: profit sharing, memberikan fix income senilai kontrak yang

    disepakati kepada pemilik property/ gedung, atau dengan cara lainnya yang bisa

    dirundingkan dalam kerjasama.39

    Berdasarkan hasil wawancara, sesungguhnya tidak ada peraturan khusus

    mengenai pendapatan yang akan di dapat pengelola parkir. Pada umumnya perjanjian

    dibuat dalam sebuah surat perjanjian dengan materi si pengelola parkir akan

    memberikan setoran secara berkala kepada Pemerintah.

    40

    Pengelolaan yang tidak efisien mengakibatkan pengelolaan pada akhirnya

    mulai diarahkan pada kerjasama dengan perusahaan swasta, seperti yang banyak

    ditemukan saat ini diberbagai lokasi parkir umum. Perusahaan biasanya

    menggunakan alat bantu pencatatan dan perhitungan biaya yang dikelola dengan

    Pengelola parkir bukan perusahaan asuransi, melainkan perusahaan jasa yang

    mengelola lahan perparkiran di suatu area property, dengan cara bekerjasama dengan

    pemilik lahan area tersebut, sebagian besar pengelola parkir mengelola parkir di suatu

    pusat perbelanjaan, perkantoran ataupun gedung atau pelataran parkir. Pengelola

    parkir ini dibayar atas dasar jumlah transaksi yang dilakukan ataupun berdasarkan

    persentase pendapatan (fee).

    39 Contoh surat penawaran Pengelolaan Perparkiran http://reksakaryamandiri

    .indonetwork.co.id/621129/pengelolaan-parkir.htm. diakses tanggal 10 Maret 2013. 40 Hasil wawancara dengan Bapak Sutan Partahi, Kepala Bagian Pajak Dinas Pendapatan

    Kota Medan, tanggal 19 April 2013.

    Universitas Sumatera Utara

    http://reksakaryamandiri.indonetwork.co.id/621129/pengelolaan-parkir.htmhttp://reksakaryamandiri.indonetwork.co.id/621129/pengelolaan-parkir.htmhttp://reksakaryamandiri.indonetwork.co.id/621129/pengelolaan-parkir.htm

  • 67

    bantuan komputer basis data, sehingga kekeliruan pecatatan dapat dihilangkan serta

    mempersulit pencurian kendaraan, dan bila memungkinkan menerapkan asuransi bagi

    kendaraan yang diparkir.

    Walaupun demikian kritik masih saja berdatangan berkaitan dengan

    profesionalisme pengelolaan parkir, sehingga diperlukan perlengkapan yang biasanya

    digunakan dalam melaksanakan pengelolaan perparkiran, seperti:41

    1. Basis data komputer untuk mengelola administrasi kendaraan yang masuk dan keluar, karakteristik parkir, tarif yang akan dikenakan kepada masing-masing kendaraan, laporan keuangan.

    2. Dapat menggunakan media transaksi seperti karcis, ataupun kartu seperti Kartu pintar (Smart Card), RFID, Magnetic Card dan lain-lain.

    3. Pembayaran dapat menggunakan kartu debit, Kartu Flash. 4. Dapat ditambahkan Fasilitas Foto kendaraan, plat nomer dan pengemudi di pintu

    masuk dan pintu keluar. 5. Dapat ditambahkan Fasilitas televisi sirkuit tertutup (CCTV), dimana Camera

    dapat merekam non stop hingga 24 jam di pos masuk dan di pos keluar serta di beberapa tempat yang dianggap perlu.

    6. Dapat ditambahkan Fasilitas suara Selamat datang yang ramah pada pintu masuk dan besaran tarif parkir di pintu keluar.

    7. Dapat juga menyediakan Fasilitas Bomb Detector guna menanggulangi secara optimal kejahatan yang bersifat bahan peledak.

    Problematika lain yang menghambat pengelolaan perpakiran adalah sulitnya

    koordinasi dengan pihak ketiga (kelompok tertentu) yang sudah lama menguasai

    wilayah-wilayah perparkiran. Hal ini menimbulkan tingkat kerugian pendapatan dan

    dapat mengganggu keamanan dan ketertiban. Secara langsung berdampak terhadap

    pengurangan tingkat kesejahteraan penduduk Kota Medan.

    Membuka toko serba ada (toserba) atau mall merupakan satu paket dengan

    41 http://ikhsanismafauzy.blogspot.com/2012/01/makalah-teknonogi-komunikasi-dan.html, diakses tanggal 19 Agustus 2013.

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_pintarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_pintarhttp://id.wikipedia.org/wiki/RFIDhttp://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_sirkuit_tertutuphttp://id.wikipedia.org/wiki/Dimanahttp://ikhsanismafauzy.blogspot.com/2012/01/makalah-teknonogi-komunikasi-dan.html

  • 68

    penyediaan tempat parkir, tetapi masih ada toserba dan mall yang belum memenuhi

    ketersediaan tempat parkir yang memadai, sehingga parkir dilakukan di pinggir jalan,

    terlebih jalan yang arus lalu lintasnya ramai, seperti jalan protokol. Masyarakat

    sebagai konsumen yang ingin berbelanja di toserba atau mall menginginkan

    keamanan kendaraan dengan memperhatikan ketersediaan area parkir di tempat

    perbelanjaan tersebut. Jika toserba atau mall tidak memiliki area parkir yang

    memadai maka akan mempengaruhi jumlah peminat yang berkinjung ke toserba

    dan/atau mall tersebut. Karena itu masalah perparkiran dengan melihat ketersediaan

    yang minim akan area parkir pada toserba ataupun mall tersebut perlu disesuaikan

    dengan Peraturan Daerah (Perda) kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak

    Parkir.

    Pemerintah melalui perda tersebut perlu segera menertibkan masalah

    perparkiran dengan jalan peningkatan persuasif dan edukatif pada pihak ketiga. Perlu

    adanya penyadaran dengan pendekatan sosial. Dalam hal inilah Peraturan Daerah

    Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir berperan.

    Untuk mewujudkan pelayanan jasa perparkiran yang tertib, teratur, aman dan

    nyaman, maka diperlukan pembenahan melalui penyesuaian perparkiran terhadap

    peraturan yang berlaku. Semua berharap agar kualitas pelayanan jasa perparkiran

    berkualitas. Peningkatan kinerja aparatur dalam menertiban perparkiran sangat

    diperlukan sehingga cepat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat akan pelayanan

    jasa perparkiran dapat ditangani dengan baik. Dengan demikian akan tercipta

    koordinasi yang harmonis dengan instansi terkait serta mendorong terciptanya

    Universitas Sumatera Utara