Top Banner
Halaman BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit gangguan pernafasan semakin meluas, dan sepertinya kecepatan mutasi agen penyebab penyakit yang cepat, memperlambat penanganan penyakit ini. Pneumonia, tbc, astma, bahkan SARS, afian influenza dan virus H 3 N 8 menjadi ancaman dewasa ini. Semua penyakit ini menyebabkan suatu gejala terjadinya respiratory distress sindrom. WHO mencatat terjadi sekitar 2322 kasus gangguan sistem pernafasan pada bulan april 2003. Pada orang dewasa RDS menyerang sekitar 150.000 orang per tahun, dengan mortalitas 40-70%. Pada bayi / anak kemungkinan angka kejadian ini bisa lebih banyak, imunitas yang masih rendah menyebabkan bayi rentan terserang berbagai penyakit termasuk RSD. Sindrom gawat nafas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (whalley dan wong, 1995). RDS sering ditemukan pada bayi prematur insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan semakin rendah kejadian RDS. Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60%-80% terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15%-30% pada bayi insidens pada bayi premature. Bayi kulit putih lebih tinggi daripada bayi perempuan (nelson, 1999) selain itu kenaikan frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selamam kehamilan misalnya ibu penderita diabetes, hipertensi, seksio serta perdarahan antepartum. Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN, dalam bahasa inggris disebut neonatal respiratory distress syndrome, RDS) merupakan kumpulan gejala yang 1
21

138456569 Respiratory Distress Sindrom

Jan 03, 2016

Download

Documents

smileyginaa

RDS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit gangguan pernafasan semakin meluas, dan sepertinya kecepatan

mutasi agen penyebab penyakit yang cepat, memperlambat penanganan penyakit

ini. Pneumonia, tbc, astma, bahkan SARS, afian influenza dan virus H3N8

menjadi ancaman dewasa ini. Semua penyakit ini menyebabkan suatu gejala

terjadinya respiratory distress sindrom. WHO mencatat terjadi sekitar 2322 kasus

gangguan sistem pernafasan pada bulan april 2003.

Pada orang dewasa RDS menyerang sekitar 150.000 orang per tahun, dengan

mortalitas 40-70%. Pada bayi / anak kemungkinan angka kejadian ini bisa lebih

banyak, imunitas yang masih rendah menyebabkan bayi rentan terserang berbagai

penyakit termasuk RSD.

Sindrom gawat nafas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah

yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini

merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan

maturitas paru (whalley dan wong, 1995). RDS sering ditemukan pada bayi

prematur insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan.

Artinya semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi kejadian RDS pada

bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan semakin rendah kejadian

RDS.

Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60%-80% terjadi pada

bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15%-30% pada

bayi insidens pada bayi premature. Bayi kulit putih lebih tinggi daripada bayi

perempuan (nelson, 1999) selain itu kenaikan frekuensi juga ditemukan pada bayi

yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selamam

kehamilan misalnya ibu penderita diabetes, hipertensi, seksio serta perdarahan

antepartum.

Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN, dalam bahasa inggris disebut

neonatal respiratory distress syndrome, RDS) merupakan kumpulan gejala yang

1

Page 2: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali

permenit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrum,

suprasternal dan interkostal pada saat inspirasi.

Istilah SGNN merupakan istilah umum yang menunjukan terdapatnya

kumpulan gejala tersebut pada neonatus. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya

kelainan didalam atau diluar paru. Oleh karena itu tindakannya disesuaikan

dengan penyebab syndrom ini, beberapa kelainan paru yang menunjukan sindrom

ini adalah pneumotorak, pneumodiastinum, penyakit membran hialin (PNH)

pneumonia aspirasi dan Sindrom Wilson–Mikity.

Berdasarkan uraian diatas maka sebagai petugas perlu mengetahui

bagaimana penyakit RDS itu sebenarnya dan perawatan pada anak dengan RDS.

1.2 Perumusan masalah

Dari uraian latar belakang diatas, penulis mencoba untuk mengangkat

permasalahan gangguan kesehatan pada anak yang difokuskan pada anak dengan

syndrom gawat nafas. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

ini sebagai berikut.

1.2.1. Apa pengertian syndrome gawat nafas

1.2.2. Bagaimana frekuensi kejadian respiratory distress syndrom

1.2.3. Bagaimana fatofisiologi respiratory distress syndrom

1.2.4. Apa etiologi respiratory distress syndrom

1.2.5. Apa gejala-gejala klinik respiratory distress syndrom

1.2.6. Apa komplikasi respiratory distress syndrom

1.2.7. Apa saja pemeriksaan diagnostik resopiratory distress syndrom

1.2.8. Bagaiman penatalaksaan respiratory distress syndrom

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini diharapkan bagi

mahasiswa khususnya dan umumnya pembaca dapat mengetahui dan memehami

mengenai

1.3.1. Pengertian syndrom gawat nafas

2

Page 3: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

1.3.2. Frekuensi kejadian respiratory distress syndrom

1.3.3. Patofisiologi respiratory distress syndrom

1.3.4. Etiologi respiratory distress syndrom

1.3.5. Gejala-gejala klinik respiratory distress syndrom

1.3.6. Komplikasi respiratory distress syndrom

1.3.7. Pemeriksaan diagnostik respiratory distress syndrom

1.3.8. Penatalaksaan respiratory distress syndrom

1.4 Metoda penulisan

Metoda penulisan makalah ini adalah dengan melakukan studi literatur yaitu

dengan mencari, mengumpulkan dan menyusun teori mengenai respiratory

distress sindrome.

1.5 Kegunaan penulisan

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat melengkapi referensi bagi

mahasiswa maupun pembaca untuk dapat memahami mengenai respiratory

diustress sindrome

1.6 Sistematika penulisan

Kata pengantar

Daftar isi

BAB 1 : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN

BAB III : KESIMPULAN

Daftar pustaka

3

Page 4: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Respiratory distress syndrome ( RDS ) merupakan kumpulan gejala yang

terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali

permenit, sianosis, merintih waktu ekspirasi (ekspiratory grunting) dan retraksi

didaerah epigastrum, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi. Bila didengar

dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukan udara kedalam paru.

Sindrome gawat nafas adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan

pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan

keterlambatan perkembangan maturitas paru (whalley dan wong, 1995).

Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama hyaline membrane disease

(HMD) atau penyakit membran hilain karena pada penyakit ini selalu ditemukan

membran hialin yang melapisi alveoli.

Sindrome distress pernafasan ini merupakan perkembangan yang imatur

pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS

sering ditemukan pada bayi premature. Adapun insidens atau kejadian penyakit

ini berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan, yang artinya

semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi kejadian RDS pada bayi

tersebut, sebaliknya semikan tua usia kehamilan semakin rendah terjadinya RDS

(Suriadi, SKp, Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keoerawatan Pada Anak,

edisi I).

Istilah sindrom gawat nafas ini juga ada pada neonatus, hal merupakan

istilah umum yang menunjukan terdapatnya kumpulan gejala tersebut pada

neonatus. Sindrom ini terjadi karena adanya kelainan didalam atau diluar paru

oleh karena itu tindakannya disesuaikan dengan penyebab sindrom ini.

Beberapa kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah

pneumotoraks / pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),

pneumonia aspirasi, dan sindrom wilson-mikity.

4

Page 5: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

2.2 Etiologi

Penyebab dari penyakit ini kemungkinan bisa idiopatik atau tidak diketahui.

Akan tetapi secara umum pada bayi penyakit ini dihubungkan dengan adanya

gangguan pembentukan surfaktan. Bayi premature dan bayi yang lahir dengan

berat badan rendah menjadi individu yang beresiko mengalami penyakit ini. Hal

ini dimungkinkan karena proses pembentukan organ pernafasan yang tidak selesai

dengan sempurna. Pada bayi premature dan BBLR 20% berkembang dengan

broncho pulmonary dysplasia (BPD). Sedangkan pada anak yang lebih besar atau

dewasa penyakit ini biasa disebakan karena trauma, pnemonia, inhalasi asap,

aspirasi dan toxin.

2.3 Frekuensi

Persentasi kejadian penyakit ini menurut usia kehamilan adalah 60%-80%

terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu : 15%-

30% pada bayi antara 32-36 minggu dan kurang sekali ditemukan pada bayi yang

cukup bulan (matur).

Insidens pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit

hitam dan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan

(Nelson,1999). Selain itu kenaikan frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir

dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,

misalnya ibu penderita diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan

antepartum.

2.4 Patofisiologi

Pada bayi prematur dimana masih belum terbentuknya organ pernafasan

secara sempurna (dinding dada, parenkim paru dan endothelial kapiler yang

imatur yang menyebabkan paru kolaps pada akhir ekspirasi) kondisi ini

menjadikan paru belum siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ

pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor krisis dalam terjadinya

5

Page 6: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan

oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.

Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus

sehinggga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa

udara fungsional atau kapasitas residu fungsional (Ilmu Kesehatan Anak,1985).

Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru

pada tekanan intraalveolar yang rendah. Surfaktan merupakan suatu kompleks

yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak senyawa utama zat tersebut ialah

lesitin. Zat ini dimulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai

maksimum pada minggu ke-35. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi

surfaktan dapat menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps

alveoli saat ekspirasi. Sehinggga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan

intra toraks yang lebih besar dan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.

Akibatnya setiap kali bernafas menjadi sukar seperti saat pertama kali

bernafas (saat kelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih banyak menghabiskan

oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada yang ia terima dan ini

menyebabkan bayi kelelahan, dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin

sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan

paru ini dapat menyebabkan atelektasis.

Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan Pulmonary

Vaskular Resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal.

Akibatnya terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran

darah pulmonal. Disamping itu peningkatan PVR juga menyebabkan pembalikan

parsial sirkulasi darah janin dengan arah aliran dari kanan kekiri melalui duktus

arteriosus dan foramen ovale.

Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal

yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontriksi vaskularisasi

pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya

menyebabkan metabolisme anaerobic. Hasil dari metabolisme anaerob ini akan

terbentuk asam laktat dan asam organik lain menyebabkan terjadinya asidosis

metabolik pada bayi. Selain itu hipoksia juga akan menimbulkan kerusakan

6

Page 7: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang akan menyebabkan terjadinya

transudasi kedalam alveoli dan terbentuknya fibrin. Selanjutnya fibrin bersama-

sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut

membran hialin (sehingga penyakit ini disebut juga sebagai Penyakit Membran

Hialin).

Apabila dilihat dari perjalanan penyakitnya, patofisiologi penyakit ini

membentuk suatu siklus yang terus berhubungan yakni sebagai berikut: Surfaktan

menurun atelektasis hipoksemia hipoksia asidosis

transudasi penurunan aliran darah paru hambatan pembentukan zat

surfaktan atelektasis. Keadaan ini menyebabkan timbulnya kompensasi

tubuh untuk memenuhi O2 dalam tubuh (Sindrom Distres Pernapasan). Hal ini

terus berlangsung sampai terjadi penyembuhan atau kematian.

Perjalanan penyakit ini dapat juga digambarkan sebagai berikut :

Surfaktan menurun / tidak terbentuk

Distensibilitas paru menurun PO2 menurun

Atelektasis Metabolisme anaerob

Usaha nafas meningkat

Asidosis

Menurunnya ventilasi

CO2 meningkat Vasokontriksi perifer dan pulmonal

Perfusi perifer menurun

Tekanan arteri pulmonal meningkat

Tekanan darah arteri menurun

Aliran darah paru menurun

7

Page 8: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Surfaktan menurun

2.5 Manifestasi klinis

Gejala umum RDS ialah

- Takipnea (> 60 kali / menit)

- Pernafasan dangkal

- Mendengkur

- Sianosis

- Pucat

- Kelelahan

- Apnea dan pernafasan tidak teratur

- Penurunan suhu tubuh

- Retraksi suprasternal dan substernal

- Pernafasan cuping hidung

Penyakit membran hialin umumnya terjadinya pada bayi prematur dengan

berat-badan 1000-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang pada bayi

cukup bulan, dan sering disertai dengan riwayat aspiksia pada waktu lahir atau

tanda gawat janin pada akhir kehamilan.gangguan pernafasan mulai tampak dalam

6-8 jam pertama setelah lahir dan gejala yang khas mulai terlihat pada umur 24-72

jam. Bila keadaan membaik maka gejala akan menghilang pada akhir minggu

pertama. Bayi tampak dispnea dan hiperpnea, sianosis, sianosis karena pirau vena

arteri dalam paru atau jantung, retraksi suprasternal, epigastrum, interkostal, dan

meriontih tanda lain yang dapat terjadi adalah bradikardi, hipotensi, kardiomegali,

edema terutama didaerah dorsal tangan dan kaki, hipotermia dan tonus otot yan

menurun, gejala sentral dapat terlihat bila terjadi komplikasi

2.6 Komplikasi

• Pneumotoraks

• Pneumodiastinum

• Pulmonary interstitial dysplasia

8

Page 9: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

• Bronchopulmonary dysplasia

• Patent ductus arterious (PDA)

• Hipotensi

• Menurunnya pengeluaran urine

• Asidosis

• Hipoglikemia

• Disseminated intravaskular coagulation (DIC)

• Kejang

• Intraventrikuler hemorrahage

• Retinophaty pada prematur

• infeksi sekunder

2.7 Pemeriksaan diagnostik

Penentuan faktor komplikasi perlu dilakukan dengan test spesifik, seperti

darah urine dan glukosa darah (untuk mengetahui hipoglikemia). Kalsium serum

(untuk menentukan hipokalsemia), analisis gas darah untuk menentukan pH serum

(asidosis) dan paO2 (tes untuk hipoksia).

Oksimetri nadi adalah komponen penting untuk menetukan hipoksia

pemeriksaan khusus lain mungkin dilakukan untuk mendiagnosis atau mencegah

komplikasi (whalley dan wong,1995). Temuan radiografik yang merupakan

karakteristik RDS meliputi granulitas parenkim retikular halus dan bronkogram

udara yang sering lebih menonjol pada awal dilobus bawah kiri karena

penumpangan (superimposis) bayangan jantung.

Foto toraks : atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab dan untuk melihat keadaan paru, maka

bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks. Yang perlu diperhatikan

saat membawa bayi kebagian radiologi adalah gunakan tempat tidur yang

khusus (seperti inkubator yang tutupnya dapat diangkat), maksudnya agar

mudah memperhatikan keadaan umum bayi dan tidak menyebabkan

9

Page 10: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

kedinginan. Bayi perlu terus diberikan O2 selama dalam perjalanan atau

menunggu foto, maka biasanya perlu dibawa tabung O2 kecil.

Pemeriksaan darah : perlu diperiksakan darah lengkap, analisis gas darah

(astup) dan elektrolit, bayi dengan DMH seringkali menderita asidosis

metabolik dan respiratori yang memerlukan pertolongan (koreksi) segera.

Diagnostik perinatal

Untuk menentukan maturitas perlu dilakukan pemeriksaan (tes cairan

amnion) yang disebut rasio L/S (lesitin banding spingomielin). Rasio L/S

ini berguna untuk menentukan maturitas paru. Fospolipid disintesis disel

alveolar dan konsentrasi dalam cairan amnion selalu berubah selama

kehamilan. Pada umumnya spingomielin lebih banyak, tetapi kira-kira

pada usia kehamilan 32-33 minggu konsentrasi menjadi seimbang

kemudian spingomielin berkurang dan lesitin meningkat secara berarti

sampai usia kehamilan 35 minggu dangan rasio 2:1.

10

Page 11: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

2.8 Asuhan Keperawatan

Tahapan asuhan keperawatan pada bayi RDS sama dengan asuhan

keperawatan pada bayi dengan resiko tinggi lain. Tahapan tersebut dimulai

dengan pengkajian yang dilanjutkan dengan diagnosa keperawatan intervensi, dan

diakhiri dengan evaluasi.

2.8.1 Pengkajian :

Anamnesa

Pemeriksaan fisik ; Observasi adanya takipnea, retraksi substernal,

creckles inspirasi, mengorok ekspiratori, sianosis.

Kemungkinan bayi atau anak mengalami lemah, lesu, sianosis, bunyi

nafas menurun. CRT menururn berhubungan dengan gangguan perfusi

jaringan.

Pemeriksaan diagnostik (seperti dipaparkan sebelumnya, AGD,

radiografi dan rontgen dilakukan pada klien dengan RDS, selain itu pada

bayi dilakukan pemeriksaan amnion.

Identifikasi faktor resiko

Kaji sistem pernafasan, tanda dan gejala RDS

Kaji sistem kardiovaskuler: adanya mur-mur

Kaji sianosis, indikasi kegawatan hypoxia

Kaji endotracheal tube (selang intubasi trakhea)

• Riwayat keperawatan

Riwayat kehamilan sekarang

Kaji apakah ibu mengalami gangguan sirkulasi darah, pernapasan dan

diabetes, selain itu anamnesa mengenai usia kelahiran bayi (apakah bayin

lahir premature). Hal ini beresiko tinggi menyebabkan bayi mengalami

respiratory distress sindrom).

Riwayat neonatus

Pada bayi prematur dimana bayi pada umumnya memiliki berat badan

lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

11

Page 12: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

merupakan bayi resiko tinggi mengalami gangguan system pernafasan

(RSD). Masalah yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat

terjadi cold injury), resiko terjadinya infeksi, kebutuhan rasa aman dan

nyaman (kebutuhan psikologik)

2.8.2 Analisa data pengkajian :

Setelah didapat data berdasarkan pengkajian diatas, data di analisis,

selanjutnya semua masalah yang ditemui dirumuskan menjadi diagnosa

keperawatan untuk kebutuhan intervensi keperawatan.

2.8.3 Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding

dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan

2. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau

pemasangan intubasi trakhea yang kurang tepat dan adanya sekret pada

jalan nafas

3. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi

dan ventilasi tidak berfungsinya ventilator dan posisi bantuan ventilator

yang kurang tepat

4. Resiko injury berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa, 02 dan

co2 dan baro-trauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu nafas

5. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi

sekunder dari situasi krisis pada bayi

6. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan

yang tanpa disadari (insendisibble water loss)

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan atau motilitas gastrik menurun.

8. Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intra kranial (TIK),

berhubungan dengan maturitas sistem saraf pusat dari respon stress

fisiologis

12

Page 13: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

9 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi /maturias

kurang pengetahuan (kelahiran bayi prematur / atau suhu sakit) gangguan

proses kedekatan orang tua

Hasil yang diharapkan

1. Pertukaran gas adekuat yang ditandai dengan nilai analisa gas darah dan

saturasi oksigen dalam batas normal

2. Kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan yang ditandai dengan bunyi

nafas adekuat dan ada pergerakan dinding dada

3. Support ventilator tepat dan ada usaha bayi untuk bernafas yang ditandai

dengan analisa gas darah dalam batas normal

4. Bayi tidak mengalami ketidak seimbangan asam-basa dan barotrauma

5. Orang tua bayi akan menerima keadaan anaknya dan mau melakukan

bonding dang mengidentifikasikan perannya

6. Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan

7. Kebutuhan intake nutrisi dapat dipertahankan

8. Pasien menunjukan tik normal dan tidak adanya bukti-bukti henorage

intraventrikel

9. Perubahan proses keluarga

2.8.4 Intervensi / penatalaksanaan

Untuk intervensi keperawatan dapat dilakukan melalui 2 bagian intervensi,

yakni intervensi keperawatan langsung dan intervensi yang besifat kolaboratif

(intervensi medis). Dalam melakukan intervensi keperawatan, perawat harus

memperhatikan tehnik aseptic, ruangan tempat perawatan harus terpisah, bersih,

dan tidak dibenarkan banyak orang memasuki ruangan kecuali petugas, alat harus

steril juga kateter unmtuk 02 harus didesinfeksi karena klien dengan gangguan

napas rentan akan terjadinya infeksi.

a. Intervensi Keperawatan

1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekut

13

Page 14: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Identifikasi bayi mungkin adanya resiko yang muncul

Monitor status pernafasan, distress pernafasan dan lapor kedokter bila

terjadi keburukan kondisi pernafasan

Monitor analisa gas darah, pulse oximetry

Posisikan bayi dengan tepat agar dapat upaya bernafas

Pertahankan suhu lingkungan netral

Mengurangi pegangan

Pemberian oksigen sesuai program

Pada bayi premature gejala pertama gangguan nafas biasanya timbul

dalam 4 jam setelah lahir, kemudian makin jelas, dan makin berat dalam 48 jam,

untuk kemudian menetap sampai 72 jam. Setelah itu berangsur keadaan klinik

pasien membaik.

Tatalaksana perawatan bayi prematur

• Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum, tidak dipakaikan baju

agar memudahkan pengamatan.

• Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperpnea segera berikan 02

secara rumat sampai 2 L permenit. Bila bayi terus menerus sianosis dan

memerlukan pemberian O2 untuk jangka lama, sebaiknya dilakukan

pemeriksaan analisis gas darah.

• Pasang infus dengan cairan glukosa 5%-10% dan bikarbonas natrikus

11/2% dalam perbandingan 4:1 banyaknya cairan disesuaikan dengan

umur dan berat badan yaitu 60-125 ml/kgbb/hari

• Jika bayi mendapat serangan apnea harus segera dilakukan tindakan

resusitasi, apnea pada bayi sering berulang, maka setelah resusitasi

berhasil harus tetap dipantau.

2. Meningkatkan kebersihan jalan nafas

Kaji dada bayi apakah bayi nafas bilateral dan adanya ekspansi selain

inspirasi

14

Page 15: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Atur posisi bayi untuk memudahkan drainage

Lakukan penghisapan lendir (suction)

Kaji kepatenan jalan nafas setiap jam

Kaji posisi ketepatan alat ventilator setiap jam

Monitor serial analisa gas darah sesuai program

Mengguanakan alat bantu nafas sesuai instruksi

Menggunakan alat bantu nafas sesuai intruksi

Pantau ventilator setiap jam

Berikan lingkungan yang kondusif supaya bayi dapat tidur gunakan

sedatif bila perlu sesuai program

Kaji adanya usaha bayi dalam bernafas

Bila perlu lakukan intubasi

3. Mencegah injury berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa O2

dan CO2 dan barotrauma

Evaluasi gas darah untuk melihat fungsi abnormal pernafasan

Monitor pulse oximetry

Monitor komplikasi

Pantau dan pertahankan ketepatan posisi alat bantu nafas / ventilator

4. Peningkatan bounding orang tua – bayi

Jelaskan semua alat-alat (monitor, ETT, ventilator) pada orang tua

Anjurkan orang tua untuk selalu mengunjungi

Jika tidak mengguanakan oksigen, ajarkan orang tua untuk menyentuh

bayi, bercakap dan belaian kasih sayang

Ajarkan cara ornga tua untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi

Instruksikan pada ibu untuk memberikan asi dan ajarkan cara

merangsang pengeluaran asi

5. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan

15

Page 16: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Pertahankan cairan infus dapat dilihat 600-100ml/kg/hari atau sesuai

protokol yang ada

Peningkatan pemberian cairan dapat dilihat dari hasil output urine, dan

jumlah makanan enteral yang didapat

Gunakan infus pompa supaya dapat dipertahankan

Monitor intake dan output dan catat secara ketat

Monitor juga output urine pada popok

Kaji elektrolit, sodium dan potassium

6. Memperbaiki status nutrisi

Pasang NGT untuk pemberian minum

Evaluasi abdomen, auskultasi

Pastikan bahwa selang NGT masuknya tepat pada lambung

Berikan makanan atau minuman melalui NGT secara bertahap

Tingggikan kepala anak sedikit pada saat akan minum

Pemberian makanan/minuman pada anak secara perlahan-lahan

Pantau (residual) sisa makanan atau minuman sebelum pemberian

makanan

Tempatkan bayi dengan posisi miring kekanan setelah pemberian

minum selama satu jam

Pada bayi dengan premature, untuk memenuhi kebutuhan kalori maka atas

persetujuan dokter dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10%, banyaknya

sesuai dengan umur dan berat badan, yaitu 60-125 ml/kgbb/hari cara membuat

campuran cairan harus mengguanakan selang infus tidak boleh memakai spuit.

Jika tidak ada asi diberikan susu yang khusus untuk bayi prematur dengan

pemberian sebagai berikut :

• Bayi dengan berat badan <1500 gram dimulai dengan 1-2 ml/kgbb/hari

setiap 2 jam (bayi > 1500 gram dimulai dengan 3 ml/kgbb setiap 2

jam).

16

Page 17: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

• Berikutnya dengan melihat berat badan bayi mungkin perlu ditambah

jumlah susu yang diberikan sambil memperhatikan perkembangan

bayi. Jika berat badan bayi naik terus menerus dapat diberikan setiap 3

jam dan jumlahnya disesuaikan dengan umur dan berat badan.

7. Pertahankan kondisi (suhu) lingkungan netral.

Bayi yang menderita PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya

sangat tipis, jaringan lemaknya belum terbentuk dan pusat pengatur suhu

belum sempurna,maka bayi sangat mudah kedinginan. Akibatnya bayi

dapat jatuh dalam keadaan cold injury. Sianosis, dispnea, kemudian apnea.

Untuk mencegah bayi kedinginan maka lakukan perawatan, yakni:

Bayi dirawat dalam inkubator yang dapat mempertahankan suhu

bayi 36,5-370C suhu harus dikontrol 38 sehari.

Jika terjadi hipotermia, misalnya suhu bayi 350C, suhu harus

dinaikan secara bertahap dengan mengganti salah satu lampu misalnya

semula 40 watt diganti dengan 60 watt.

Pengukuran suhu bayi dianjurkan pada ketiak, lipatan paha, atau

lipatan lutut. Kelembaban udara yaitu 70-80%. Apabila listrik padam

atau bayi dirawat diluar inkubator, maka untuk menghangatkan bayi

dapat digunakan botol/kantong air panas dengan suhu kira-kira 600C

harus diganti setiap jam

Pertimbangan Keperawatan

Masalah kompleks yang berhubungan dengan terapi pernafasan harus

diperhatikan terutama pengobatan yang kontinyu terhadap hipoksemia dan

asidosis. Fungsi keperawatan yang paling penting adalah mengamati respon bayi

terhadap terapi. Mukus mungkin terkumpul disaluran pernafasan yang akan

menghambat saluran pernafasan dan selang endotrakhea (ET). Pertimbangan

terhadap penghisapan termasuk auskultasi dada, pembuktian bahwa oksigenasi

rendah, kelebihan kelembaban pada selang ET dan kepekaan bayi.

17

Page 18: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Pada saat melakukan penghisapan mukus perawat harus menyadari dan

waspada tentang hal berikut :

• Penghisapan bukan prosedur yang aman karena dapat menyebabkan

spasme bronkus, bradikardia karena stimulasi saraf vagal, hipoksia dan

peningkatan tekanan intrakranial sehingga mendorong bayi pada keadaan

hemoragie intraventrikular. Tehnik penghisapan dapat menimbulkan

infeksi dan kerusakan jalan pernafasan bahkan pneumotoraks.

• penghisapan yang dilakukan terus-menerus akan ikut mengeluarkan udara

bersamaan dengan keluarnya mukus. Penghisapan tidak boleh > 5 detik

• Tujuannya menjaga terbukanya jalan nafas bukan bronkus

• Awasi oksigenasi atau oksimeter denyut nadi

b. Intervensi Kolaboratif atau Penatalaksanaan Medis

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah :

Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan penisilin

dengan dosis 50000-100000 U/kgbb/hari atau ampisilin 100 mg/kgbb/hari,

dengan atau tanpa gentamisin 3-5mg/kgbb/hari

Furosemid untuk menfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan

cairan paru. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk

mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidarasi. Pada

permulaan diberikan glukosa 5-10% dan jumlah yang disesuaikan dengan

umur dan berat badan ialah 60-125ml/kgbb/hari. Asidosis metabolik yang

selalu dijumpai harus segera dikoreksi. Dengan memberikan NaHCO3

secara intra vena. Rumus pemberian NaHCO3 (meq) = defisit basa x 0,3 x

berat badan bayi. Adapun cara memberikannya, setengahnya diberikan

secara bolus intravena, dan sisanya melalui tetesan N2HCO3 berguna untuk

mempertahankan agar PH darah 7,35-7,45 bila tidak ada fasilitas untuk

pemeriksaan gas darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan

dengan menggunakan campuran larutan glukosa 5-105 dan NaHCO3 1,5%

18

Page 19: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

dalam perbandingan 4:1 perlu pemantauan apakah pemberian basa telah

adekuat.

Fenobarbital

Vitamin e untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen

Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk

pemberhentian dari pemakaian ventilase mekanik.

Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaannya dalam

pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan oksogen. Surfaktan eksogen adalah

derivat dari sumber alami misalnya manusia (didapat dari cairan amnion atau paru

sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan)

Tindakan pencegahan

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi

pada bayi resiko tinggi adalah mencegah kelahiran prematur, mencegah tindakan

seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen

yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi berisiko tinggi dan pada

penatalaksanaan kelahiran dengan usia kehamilan 32 minggu atau kurang

dianjurkan memberikan deksmetason atau getamason 48-72 jam sebelum

persalinan. Pemberian glukokortikoid juga dianjurkan karena berfungsi

meningkatakan perkembangan paru janin.

19

Page 20: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

KESIMPULAN

Sindrom distress pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem

pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru, RDS dikatakan

sebagai hyaline membrane disease (HMD), penyebabnya dihubungkan dengan

usia kehamilan, berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram sering kali pada

bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram 20% berkembang dengan

bronchopulmonary dysplasia (BPD).

Manifestasi klinis dari penyakit ini antara lain ; pernafasan cepat

(tacihpnea), retraksi (tarikan) dada (suprasternal, substernal, intercostal)

pernafasan terlihat paradoks, cuping hidung, apnea, mur-mur dan sianosis berat.

Distress pernafasan pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh defisiensi

surfaktan, tidak lancarnya absorbsi cairan paru, aspirasi, mekonium, pneumonia

bakteri atau virus, sepsis, obstruksi mekanis, dan hipotermia. Defisiensi surfaktan

menjadi factor utama yang terjadinya RDS pada bayi.

RDS adalah penyakit paru yang akut dan berat, terutama menyerang bayi –

bayi preterm, hal ini dapat terlihat pada 3% sampai 5% bayi-bayi cukup bulan

Dalam menegakan diagnosa penyakit ini, penentuan faktor komplikasi perlu

dilakukan dengan berbagai test spesifik, seperti darah, urine dan glukosa darah

(untuk mengetahui hipoglikemia).kalsium serum untuk menentukan hipokalsemia,

analisis gas darah untuk menentukan pH serum (asidosis) dan PaO2 (test untuk

hipoksia)

Sedangkan untuk menentukan diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan

data yang ditemukan dalam proses asuhan keperawatan. Adapun untuk tahapan

asuhan keperawatan pada bayi RDS adalah sama dengan asuhan keperawatan bayi

dengan resiko tinggi lain. Satu hal yang perlu diparhatikan dalam intervensi

adalah penanganan yang cepat dan tepat, karena klien dengan penyakit ini bias

mengakibatkan gangguan fungsi organ lain apabila penanganan tidak segera,

terlebih jika penyakit ini menyerang bayi baru lahir dengan kondisi premature.

20

Page 21: 138456569 Respiratory Distress Sindrom

Halaman

Daftar Pustaka

Merenstien, gerald. Pendekatan Sistematik Pada Gagal Nafas

Akut, Buku Pegangan Pediatric. Edisi 17, widya medika, Jakarta,

2002.

Suriadi, SKp. Buku Pegangan Asuhan Keperawatan Pada Anak.

Edisi 1, CV Agung Seto, Jakarta, 1987.

Surasmi, Asrining. Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC,

Jakarta, 2003.

Wong, L Linda, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta.

21