Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Budidaya Tanaman Karet adalah karena Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan 1
45

lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

May 16, 2019

Download

Documents

vocong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Budidaya

Tanaman Karet adalah karena Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan

penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong

pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun

pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal

terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa

kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas

(91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang

didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat

disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan

klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya

percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat,

perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif

walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta

samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih

banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak

produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya

adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir,

jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang

diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk

menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan

baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk

dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga

diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.

Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet

rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk

meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka

panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya

1

Page 2: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th

dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d)

Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB;

dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-

2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk

industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu

minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani

menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e)

Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1. Bagaiman Syarat pertumbuhan karet?

1.2.2. Bagaimana cara Pembibitannya?

1.2.3. Bagaimana cara Penanamannya?

1.2.4. Bagaimana cara Pemeliharaannya?

1.2.5. Bagaiman cara Penyadapannya?

1.2.6. Bagaimana cara Pemberantasan Penyakit Tanaman?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi

cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek

yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan

terutama dalam bidang teknologi budidayanya.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap

1.5. Sistematika Penyajian

2

Page 3: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Sistematika Penyajian pada karya ilmiah ini lima bab.

Bab pertama pendahuluan,bab kedua Rumusan masalah,bab ketiga metode penelitian,bab

keempat pembahasan,bab kelima penutup.

Di dalam bab pertama pendahuluan terdiri atas lima subbab,di antaranya yaitu latar

belakang,rumusan masalah,ruang lingkup masalah,maksud dan tujuan,sistematika penyajian.

Bab 2 sesuai landasan teori

Bab 3 yaitu metode penelitian.Di dalam bab3 terdapat empat hal yaitu sumber

data,cara memperoleh data,instrumen penelitian dananalisis data.

Bab 4 dalah pembahasan.Di dalam pembahasan terdapat...

Bab 5 yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

3

Page 4: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Para

Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan

berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di

mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asia merupakan sumber

karet alami.

Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta

ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi

beberapa industri termasuk otomotif dan militer.

Karet hypoallergenic dapat dibuat dari Guayule. Eksperimen awal dari pengembangan karet

sintetis membawa ke penemuan Silly Putty. Karet alami seringkali divulkanisasi, seubah

proses yang memanaskan karet dan ditambah belerang untuk meningkatkan "resilience" dan

elastisitas. Proses vulkanisasi meningkatkan durabilitas dan penggunaan karet dari 1830-an

sampai sekarang. Pengembangan sukses vulkanisasi dihubungkan dengan Charles Goodyear.

2.2. Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal dari

Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia.

Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat

seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga

menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman

Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi

getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai

penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara

besar-besaran (Nazarudin, dkk: 1992). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi

dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet

ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang

tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari

tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang

tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga

anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang

4

Page 5: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang

buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran

biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang

khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini

mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur

botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies  : Hevea braziliensis

2.3. Jarak Tanam

roduktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping

faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa

kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:

Kerusakan mahkota tajuk oleh angin

Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi

Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat

Hasil getahnya akan berkurang

Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak

antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon

setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti

jarak tanamnya perhektar adalah 7x3 m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.

2.4. Bibit

Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun

secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru pada saat

penanaman baru ataupun pada saat peremajaan.

Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakab vegetatif suatu tanaman . sehingga,

cirri-ciri darti tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran

yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah

5

Page 6: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

bahan tanaman karet. Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, Klon PR

107, Klon PR 228, Klon PR 261, Klon PR 300, Klon PR 255, Klon PR 303, Klon AVROS

2037, Klon BPMI.

2.5. Rekomendasi klon karet

Asosiasi penelitian dan perkebunan Indonesia pada tahun 2000 merekomendasikan sebagai

berikut: Sistem rekomendasi klon karet 1999-2001, disesuaikan dengan undang-undang no 12

tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Rekomendasi klon unggulan dikelompokan

menjadsi dua, yaitu: Kelompok klon anjuran komersil Kelompok klon anjuran harapan Kon

anjuran komeresil dibagi menjai 3 yaitu:

Klon penghasil lateks

Klon penghasil lateks-kayu

Klon penghasil kayu

Sedangkan klon anjuran harapan terdiri dari beberapa klon yaitu:

IRR 2

IRR5

IRR13

IRR17

IRR21

IRR24

IRR41

IRR42

IRR54

IRR1OO

IRR104

IRR105

IRR107

IRR111

IRR 118hasil klon di anjurkan

PBB 2660

PBB 2640

2.6. Penyadapan

6

Page 7: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah

satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini

adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan

aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet

dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk

memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan

harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan

dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang(santosa, 1986) Untuk memperoleh

hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang

tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor

kesehatan

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup

internasional dan teristimewa di Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil

pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekomian negara. Hasil devisa yang

diperoleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia

dengan melibatkan negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri. (Tim Penulis,

1999).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanian karet,

sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet

tahun 2002 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di wilayah seluruh

Indonesia..Jumlah ini masih di tingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan

pemberdayaan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif dan

sesuai untuk perkebunan karet. (Soekartawi, 2002).

Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

7

Page 8: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Genus : Hevea

Spesies : Hevea bransilensis

(Setyamidjaja, 1993)

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah

pada zona antara 15o LS dan 15o LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm.

Optimal 2500- 4000 mm/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah yaitu pada

ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl, dengan suhu 25o – 23o C (Setyamidjaja, 1993).

Jenis – Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu, karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga keberadaannya saling melengkapi.

Karet Alam. a. Sifat Karet Alam

Sifat – sifat atau kelebihan karet alam yaitu :

1. Daya elastis atau daya lentingnya sempurna.

2. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.

3. Tidak mudah panas.

4. Tidak mudah retak

Jenis Karet Alam

Tujuh jenis karet alam yang dikenal di pasaran yakni sebagai berikut :

Bahan Olah Karet

Bahan Olah Karet adalah Lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang didapat dari

penyadapan pohon karet Havea Brasiliensis. Bahan olah karet ini umumnya merupakan

produksi perkebunan karet rakyat, sehingga sering disebut dengan bokar ( bahan olah karet

rakyat ).

Bokar terdiri dari empat jenis yaitu :

• Lateks Kebun

8

Page 9: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Lateks Kebun adalah getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet. Syarat-syarat

lateks kebun yang baik adalah :

Telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh.

Bebas dari kotoran dan benda – benda lain, seperti serpihan kayu atau daun.

Tidak bercampur dangan bubur lateks, air, atau serum lateks.

Warna putih dan berbau khas karet segar.

Kadar karet kering untuk mutu 1 sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%.

• Sheet Angin.

Sheet Angin merupakan produk lanjutan dari lateks kebun yang telah disaring dan

digumpalkan menggunakan asam semut. Kriteria sheet angin yang baik adalah :

Tidak ada kotoran.

Kadar karet kering untuk mutu 1 sebesar 90% dan mutu 2 sebesar 80%.

Tingkat ketebalan pertama 3 mm dan ketebalan kedua 5 mm.

• Slab Tipis

Slab Tipis merupakan bahan olahan karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan

dengan asam semut. Syarat – syarat slab tipis yang baik adalah :

Bebas dari air atau serum.

Tidak tercampur gumpalan yang tidak segar.

Tidak terdapat kotoran.

Slab Tipis mutu 1 berkadar karet kering sebesar 70% dan mutu 2 memiliki kadar karet

kering 60%.

Tingkat ketebalan pertama 30 mm dan ketebalan kedua 40 mm.

• Lump Segar

Bahan olahan karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara

alamiah dalam mangkuk penampungan disebut Lump Segar. Kriteria lump sagar yang baik

adalah :

Bersih dari kotoran.

Mutu 1 berkadar karet kering 60% dan mutu 2 berkadar karet kering 50%.

Tingkat ketebalan pertama 40 mm dan ketebalan kedua 60 mm.

9

Page 10: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Karet Alam Konvensional

Jenis-jenis karet alam olahan yang termasuk karet alam konvensional dengan standar

mutunya adalah sebagai berikut:

• Ribbed Smoked Sheet

Ribbed Smoked Sheet yang disingkat RSS berupa lembaran sheet yang diproses melalui

pengasapan yang baik. Beberapa kelas dalam RSS sebagai berikut :

X RSS

Merupakan karet yang benar – benar bersih, kuat, kering, bagus, dan setiap bagian mendapat

pengasapan sempurna.

RSS 1

Merupakan karet yang jika pembungkusnya terdapat jamur masih diperbolehkan, dengan

catatan jamur tersebut tidak sampai masuk kedalam karetnya.

RSS 2

Merupakan karet yang masih diperbolehkan terdapat gelembung udara dan serpihan –

serpihan kayu..

RSS 3

Merupakan karet yang diperbolehkannya terdapat cacat warna, gelembung besar atau noda –

noda dari permukaan kulit tanaman karet.

RSS 4

Merupakan karet yang diperbolehkan terdapat gelembung – gelembung udara, karet agak

rekat, atau terdapat serpihan – serpihan kulit pohon asalkan tidak terlalu banyak.

RSS 5

Merupakan karet yang paling rendah mutunya dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya

dalam kelompok RSS. Dalam kelas RSS 5 ini bintik – bintik, gelembung kecil, noda,

10

Page 11: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

serpihan kulit pohon, karet agak rekat, kelebihan asap, dan belum kering benar masih

diperbolehkan.

• White Crepe Pale Crepe

Crepe jenis ini memiliki warna putih atau muda, ada yang tebal dan ada pula yang tipis.

Standar mutu dalam kelompok white crepe dan pale crepe adalah sebagai berikut :

No. 1 X Thin White Crepe

Karet yang termasuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya putih merata. Warna yang

luntur, bau asam atau tidak enak, noda, debu, pasir, minyak, atau bekas oksidasi tidak

diperbolehkan.

No. 1 Thin White Crepe

Pada kelas ini masih mentoleransi perubahan warna asalkan sangat kecil.

No. 1 Thin Pale Crepe

Kelas ini tidak memperbolehkan adanya kelunturan, bau asam, dabu, noda – noda pasir, atau

benda – benda asing, dan bekas – bekas oksidasi.

No. 2 Thin Pale Crepe

Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering dan kokoh dengan warna lebih tua dari no 1

thin pala crepe, hanya ada belang- belang masih diperbolehkan asalkan tidak lebih dari 10%.

No. 3 Thin Pale Crepe

Karet untuk kelas ini harus kering, kokoh, dan warnanya sedikit kekuningan. Dalam kelas ini

perubahan warna menjadi sedikit lebih tua, belang- belang , atau garis- garis masih

diperbolehkan.

• Estate Brown Crepe

Sesuai dengan namanya, crepe ini memiliki warna coklat muda, biasanya diproduksi oleh

perkebunan-perkebunan besar. Dibuat dari bahan-bahan yang kurang baik, seperti sisa lateks,

lump, atau koagulum yang berasal dari prokoagulasi, serta scrap atau lateks kebun yang

sudah kering dibidang penyadapan.

11

Page 12: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Kelompok Estate Brown Crepe berdasarkan standar mutu adalah sebagai berikut :

No. 1 Thin Brown Crepe

Karet kelas ini harus kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Diperbolehkan adanya noda,

benda-benda asing semacam pasir, bekas oksidasi, bau asam dan warna yang luntur.

No. 2 Thin Brown Crepe

Kelas ini kualifikasinya sama dengan kelas no 1 thin brown crepe, perbedaannya terletak

pada warnanya yang tidak harus coklat muda, tetapi coklat sadang.

No. 3 Thin Brown Crepe

Karet kelas ini sama hampir sama dengan kelas diatasnya, warna coklat hingga coklat tua

masih diperbolehkan.

• Compo Crepe

Compo Crepe ini terbuat dari bahan lump, srap pohon, potongan-potongan sisa RSS, atau

slab basah. Standar mutu Compo Crepe adalah sebagai berikut :

No. 1 Compo

Dikelas ini karet harus dalam keadaan kering, bersih, dan berwarna coklat muda. Luntur,

noda-noda, pasir,atau benda-benda asing, minyak dan bekas oksidasi tidak diperbolehkan.

No. 2 Compo

Kelas ini sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya adalah adanya coklat dan belang-

belang masih bias ditolerir.

No. 3 Compo

Pada kelas ini kualifikasinya sama dengan no 2 compo, hanya dalam kelas ini noda-noda

kulit pohon masih diperbolehkan dan warnanya dari coklat hingga coklat tua

• Thin Brown Crepe Remills

Thin Brown Crepe Remills adalah Crepe coklat yang tipis karena digiling ulang, sehingga

didapat crepe dengan ketebalan yang dikehendaki.

12

Page 13: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

No. 1 Thin Brown Crepe Remills

Karet kelas ini berwarna coklat muda, kering dan bersih. Tidak terdapat noda-noda kulit

pohon, lumpur, pasir, dan benda-benda lainnya serta harus bebas dari minyak, bintik-bintik

dan bekas oksidasi. Belang –belang masih diperbolehkan asal dalam jumlah kecil.

N.o 2 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi secara umum sama dengan kelas di atasnya. Namun warnanya dari coklat muda

sampai sedang.

No. 3 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya, tetapi warnanya coklat sedang hingga coklat tua

sedang.

No. 4 Thin Brown Crepe Remills

Kualifikasi sama dengan kelas di atasnya,. Perbedaannya terletak pada warnanya yang coklat

tua sadang hingga coklat tua.

• Thick Blanket Crepe Ambers

Thick Blanket Crepe Ambers adalah Crepe Blanket yang tebal dangan warna coklat, dan

terbuat dari slab basah, sheet tanpa pengasapan, lump, dan scrap dari perkebunan besar atau

kebun rakyat yang baik mutunya. Standar mutu jenis ini sebagai berikut :

No. 2 Thick Blanket Crepe Ambers

Karet no.2 thick blanket crepe ambers harus kering dan bersih dengan warna coklat muda.

Benda-benda asing seperti noda kulit kayu, pasir, lumpur, minyak, bintik-bintik, bekas panas

atau oksidasi, serta warna luntur tidak diperbolehkan.

No.3 Thick Blanket Crepe Ambers

Kualifikasinya hampir sama dengan kelas di atasnya, perbedaannya warnanya dari coklat

sedang hingga coklat. Belang-belang masih ditolerir asalkan dalam jumlah tidak terlalu

banyak.

No.4 Thick Blanket Crepe Ambers

13

Page 14: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Syaratnya sama dengan kelas di atasnya. Perbedaannya hanya pada warna yaitu dari coklat

hingga coklat tua.

• Flat Bark Crepe

Flat Bark Crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yakni crepe yang dihasilkan dari karet

alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam. Karet ini harus kering

dangan warna coklat tua sampai kehitaman dan bertekstur sedang hingga lembek. Tidak

diperbolehkan adanya kelenturan, bekas panas, pasir, lumpur, dan pengepakan tidak bersih.

• Pure Samoked Blanket Crepe

Crepe ini didapatkan dari penggilingan karet asap yang berasal dari ribbed smoked sheet,

termasuk karet bongkah atau block sheet dan sisa potongannya. Standar mutunya adalah

kering, bersih, kuat, liat, dan berbau karet asap yang khas. Warnanya dari coklat hingga

coklat tua.

• Off Crepe

Crepe jenis ini terbuat dari bahan- bahan sisa atau bermutu jelek, misalnya lembaran-

lembaran ribbed smoked sheet yang penggilingannya tidak sempurna, busa lateks, dan bekas

air cucian yang masih banyak mengandung lateks. Tidak ada standar mutu pada jenis karet

ini.

Lateks Pekat

Berbeda dengan jenis karet lain yang berbentuk lembaran atau bongkahan, lateks pekat

berbentuk cairan pekat. Pemerosesan bahan baku menjadi lateks pekat bisa melalui

pendadihan (creamed latex) atau pemusingan (centrifuged

latex). Lateks pekat ini biasanya merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang yang tipis

dan bermutu tinggi.

Karet bongkah

Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-

bandela dangan ukuran yang telah ditentukan.

Karet Spesifikasi Teknis

14

Page 15: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Karet Spesifikasi Teknis atau crumb rubber merupakan karet yang dibuat secara khusus,

sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet

spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkahan-bongkahan kecil dengan berat dan ukuran

seragam.

Type Rubber

Type Rubber merupakan karet setengah jadi, sehingga bias langsung digunakan oleh

konsumen, seperti untuk membuat ban atau barang-barang lain yang berbahan karet alam.

Tujuan pembuatan type rubber adalah meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet

sintetis. Karet ini juga memiliki daya campur yang baik, sehingga mudah digabungkan

dangan karet sintetis.

Karet Reklim

Karet Reklim atau reclaimed rubber adalah karet yang didaur ulang dari karet bekas.

Umumnya bekas ban mobil atau ban berjalan dipabrik-pabrik besar. Kelebihan karet reklim

ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, tahan lama dalam

Universitas Sumatera Utara

pemakaian, serta lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan dengan karet

yang baru dibuat. Kelemahannya kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.

Karet Sintetis

Jika karet alam dibuat dari getah pohon karet, karet sintetis atau karet buatan dibuat dari

bahan baku minyak bumi. Sama dengan karet alam, karet sintetis juga terdiri dari beberapa

jenis dengan sifat-sifat yang khas dari setiap jenisnya. Ada yang tahan terhadap panas, suhu

tinggi, minyak, pengaruh udara, dan ada pula yang kedap gas.

Jenis Karet Sintetis

Secara umum karet sintetis dibedakan menjadi dua, yaitu karet sintetis untuk kegunaan umum

dan kegunaan khusus.

Karet Sintetis untuk Kegunaan Umum

15

Page 16: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Dinamakan untuk kegunaan umum karena sintetis ini dapat digunakan untuk bermacam-

macam kebutuhan. Ada beberapa jenis karet sintetis yang bahkan dapat menggantikan fungsi

karet alam.

Beberapa jenis karet sintetis untuk kegunaan umum sebagai berikut :

SBR atau Styrena Butadiene Rubber

SBR merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak diproduksi atau digunakan

SBR memiliki ketahanan kikis yang baik dengan kalor dan panas yang ditimbulkannya

rendah.

BR (Butadiene Rubber) atau PR (Polybutadiene Rubber)

BR memiliki daya lekat lebih rendah dibandingkan dengan BSR, sehingga dalam

penggunaannya BR biasanya harus dicampur dengan karet alam atau BSR

IR atau Isoprene Rubber

Karet sintetis jenis ini memiliki banyak kemiripan dengan karet alam karena merupakan

polimer isoprene.

IR bahkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan karet alam, yaitu bahannya

lebih murni dan lebih mantap.

Karet Sintetis untuk Kegunaan Khusus

Karet Sintetis untuk kegunaan khusus ini memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh karet

sintetis untuk kegunaan umum, yakni tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu

tinggi, dan kedap terhadap gas.

Beberapa jenis karet untuk kegunaan khusus ini diantaranya IIR (isobutene isoprene rubber),

NBR (nytrile butadine rubber), CR (chloroprene rubber ), dan EPR (ethylene propylene

rubber ).

Manfaat Karet Sintetis

16

Page 17: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Disebabkan kelebihannya yang tidak dimiliki karet alam, seperti tahan minyak, karet sintetis

banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, membran, seal,

gasket, serta barang-barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor

atau industri gas.

Karet sintetis jenis CR yang memiliki kelebihan tahan api dimanfaatkan untuk pembuatan

pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut.

Universitas Sumatera Utara

Jenis IIR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan bermotor,

pembalut kawat listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak. (Setiawan, D.H,

dkk, 2005)

Usahatani pada dasarnya adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani,

sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanah atau memelihara ternak.

Kenyataan objektif yang senantiasa harus diperhatikan adalah (1) Sekitar 70% rakyat hidup di

pedesaan, (2) Hampir 50% dari angkatan kerja nasional rakyat kita menggantungkan

nasibnya berkerja di sektor pertanian dan (3) sekitar 80% rakyat mengenyam pendidikan

formal paling tinggi selama 6 tahun. (Husodo, 2004).

Faktor Sosial Petani

a. Umur

Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani yang lebih

berpengalaman dan keterampilannya lebih baik, tetapi biasanya lebih konservatif dan lebih

mudah lelah. Sedangkan petani muda mungkin lebih miskin dalam pengalaman dan

keterampilan tetapi biasanya sifatnya lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih

kuat. Dalam hubungan dengan perilaku petani terhadap resiko, maka faktor sikap yang lebih

progresi terhadap inovasi baru inilah yang lebih cenderung membentuk nilai perilaku petani

usia muda untuk lebih berani menangung resiko (Soekartawi, 2002).

b. Tingkat Pendidikan

Rendahnya tingkat petani dan keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor penyebab

utama yang menyebabkan kemiskinan di sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua

17

Page 18: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

faktor produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan

rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan

riil petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna. (Tambunan, 2003).

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukanlah pendidikan formal

yang acap kali mengasingkan petani dari realitas. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi

kepada peningkatan produksi petanian semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial

masyarakat petani. Masyarakat petani yang terbelakang lewat pendidikan petani diharapkan

dapat lebih aktif, lebih optimis pada masa depan, lebih efetkif dan pada akhirnya membawa

pada keadaan yang lebih produktif. (Soetpomo., 1997).

c. Pengalaman Bertani

Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara

yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri

informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani

lain yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar.

Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari. (Soekartawi, 2005).

2. Faktor Ekonomi

a. Luas Lahan

Ketersediaan lahan garapan yang dimiliki petani yang jauh dibawa skala usaha ekonomi

menjadi salah satu penyebab yang membuat rendahnya pendapatan petani di Indonesia. Baik

didaerah perkotaan maupun daerah pedesaan, jumlah petani miskin yang tidak memiliki lahan

jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani miskin yang memiliki lahan. (Tambunan,

2003).

Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas

yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni padi, kacang-kacangan dan

tanaman keras yang sejenisnya. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis

mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja. Kebun kelapa sawit, Karet, Kopi misalnya

juga bisa menggunakan acuan luas lahan untuk menentukan skala usahanya.(Rahardi, 2003).

b. Jumlah Tanggungan Keluarga

18

Page 19: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Ada hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan petani terhadap resiko

dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan

kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam

bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Kegagalan

petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan

keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat

untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan

mendapatkan pendapatan. (Soekartawi, 2002).

c. Curahan Tenaga Kerja

Faktor utama masalah ketenagakerjaan adalah produktivitas. Semakin produktif pekerja akan

semakin besar pendapatan yang diperoleh. Jika seluruh tenaga kerja dalam satu unit kegiatan

sangat produktif, maka unit kegiatan tersebut akan menjadi produktif. Jika produktivitas itu

disertai dengan efesien, maka unit kegiatan tersebut akan memperoleh laba usaha yang sangat

besar. (Rahardi, 2003).

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, oleh karena

itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan

oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya

tenaga kerja efektif yang dipakai seperti yang telah diketahui bahwa skala usaha akan

mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan

macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan (Soekartawi, 2005).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Py. Y

Dimana :

TR = Total Penerimaan

Harga = Harga

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

Pendapatan usaha tani adalah antara penerimaan dan semua biaya, jadi :

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani

19

Page 20: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

TR = Total Penerimaan

TC = Total biaya

(Soekartawi, 1995)

Return on Investmen (ROI) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha

sehubungan dengan modal yang telah digunakan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh

tingkat tingkat perpuataran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Dengan kriteria

sebagai berikut yaitu bila ROI lebih besar atau sama dengan satu artinya usahatani tersebut

layak diusahakan, jika ROI lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut tidak layak

diusahakan. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

ROI = x 100% ModalKeuntungan

(Soekartawi, 1995)

Faktor produksi mempunyai peranan penting dalam melaksanakan usahatani Pemilikan lahan

yang semakin luas memberikan potensi yang besar dalam mengembangkan usahatani. Modal

juga mempunyai peranan penting, digunakan untuk membeli sarana produksi seperti, bibit,

pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Faktor produksi ini sangat menentukan besar kecilnya

produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi

lahan, tenaga kerja, modal, untuk membeli saprodi adalah faktor yang penting di antara faktor

produksi lain (Soekartawi, 2005).

Petani sebagai individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain baik

secara sosial maupun ekonomi. Dimana kedua faktor tersebut berpengaruh besar terhadap

kegiatan petaniannya serta keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tani tersebut. Adapun

faktor-faktor sosial petani dalam hal ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani

pada usahatani karet rakyat dan status kepemilikan lahan. Sedangkan faktor-aktor ekonomi

adalah menyangkut luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan curahan tenaga kerja.

Dalam usaha petanian produksi diperoleh melalui suatu proses yang panjang dan penuh

resiko. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai faktor penentu

pencapaian produktivitas. Dalam segi waktu tanaman perkebunan membutuhkan periode

yang lebih panjang dibanding dengan tanaman lainnya. Input produksi yang dibutuhkan

antara lain adalah modal, lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan lain-lain.

Modal merupakan biaya yang harus dimiliki petani dalam menjalankan usahataninya.

Digunakan untuk membeli sarana produksi seperti bibit, pupuk, biaya tenaga kerja, alat dan

lain-lan.

20

Page 21: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Lahan merupakan media tanam yang harus di milki oleh petani untuk melakukan usahatani

diukur dengan satuan (ha). Semakin luas lahan yang dimiliki semakin besar pula hasil yang

didapat dengan memperhatikan faktor-faktor produksi seperti penggunaan bibit, jarak tanam,

pemupukkan dan juga obat-obatan yang digunakan.

Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dalam melakukan proses usaha tani, dari pembukaan

lahan sampai kepada proses pemanenan.

Bibit adalah tanaman yang dipakai dalam usahatani yaitu bibit tanaman karet dan obat-obatan

digunakan untuk memberantas dan menanggulangi hama penyakit tanaman karet dengan

menggunakan anjuran dan dosis yang baik dan benar.

Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara sejumlah output dengan beberapa input.

Produktivitas merupakan suatu ukuran seberapa baik suatu sumber kekayaan yang

dikombinasikan dan digunakan untuk mencapai suatu hasil. (hasil yang dicapai : sumber daya

yang digunakan). Semakin baik produktivitas dilakukan semakin baik pula hasil yang dicapai

dan sebaliknya.

Pendapatan bersih usahatani perkebunan karet rakyat dapat dengan mengurangi semua nilai

produksi dengan seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung. Dimana nilai

produksi dari karet basah yang dijual berdasarkan harga jual yang bersaing di pasar lelang

yang nantinya pendapatan ini sebagian digunakan petani untuk melanjutkan usahataninya dan

sebagian lagi untuk kegiatan usahataninya.

21

Page 22: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber data

Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan

dan cara tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan

kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya

dari data buku jurnal masalah dan lain-lain.

Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti

namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.

3.2 Cara memperoleh data

a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan.

b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian

pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data

c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.

d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara

kronologis)

3.3 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa

pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal

yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang

berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam

catatan khusus.

3.4 Analisis data

` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis

dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis

yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.

22

Page 23: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Syarat pertumbuhan

1. Suhu udara 240C – 280C

2. Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.

3. Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari

4. Kelembaban tinggi

5. Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas

6. Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).

7. Ketinggian lahan 200 m dpl

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah

dan iklim sebagai berikut:

- Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut,

suhu optimal 280 c.

- Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut

dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah

bervariasi dari 3,0-8,0

- Curah hujan 2000 – 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari

. Persiapan lahan penanaman

Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai

kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan

persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

1 Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya

Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-

alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain

Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan

pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

2 Pengolahan Tanah

23

Page 24: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan

dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter

dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis

untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan

tanah.

3 Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket

Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan

dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk

menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25

sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.

4 Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian

dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan

di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang

tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

4.2. Pembibitan

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.

Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara yaitu dengan

okulasi tanaman.Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan

tahapan sbb:

- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar

1/2 – 3/4 cm.

- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata

diambil dari ketiak daun.

- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit

jendela dan kambium

- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang

tebalnya 0,04 mm.

24

Page 25: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.

- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan

arah pemotongan miring.

Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:

GTI, LCB 1320 dan PR 228.

Seleksi dan Penanaman Bibit

1 Seleksi bibit

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan

tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif

terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta

pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah

antara lain :

- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.

- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas

- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral

- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

2 Kebutuhan bibit

Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk

penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%)

sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

3 Penanaman

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni

antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari

hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top

soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan

dengan urea 50 gram dan SP – 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

25

Page 26: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

4.3. Penanaman

- Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya .

- Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.

- Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F

dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.

- Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan bibit

siap ditanam

4.4.Pemeliharaan

- Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur

hara.

- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman

telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.

- Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali,

sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m.

- Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum

bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang,

pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan

- Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun

persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan

pupuk urea, TSP, dan KCL.Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis

tanah.Untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning, anjuran dosis

pupuk

Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian

gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

1Pengendalian gulma

26

Page 27: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah

menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll

sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

2.Program pemupukan

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara

berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali

pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari

dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih

dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua

minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.

Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:

a .Pseudococcus citri

Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenisMetamidofos, dilarutkan dalam air

dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.

b.Kutu Lak (Laeciper greeni)

Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi 2%) ditambah Surfactan

citrowett 0,025%.

- Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun

tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar

putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang

sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat

dan teratur:

4.5. Penyadapan

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan

sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:

- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk

sudut 300.

27

Page 28: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 – 2 mm.

- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.

- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi

4.6. Pemberantasan Penyakit Tanaman

Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian

yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi

juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah

pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut

perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet.

Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang

ditimbulkannya

28

Page 29: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Ada perbedaan produktivitas usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

5.1.2. Ada perbedaan biaya produksi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian

5.1.3. Ada perbedaan pendapatan bersih usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

5.1.4. Ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani karet rakyat antar dua daerah penelitian.

5.1.5. Ada perbedaan karakteristik sosial ekonomi petani karet (umur, tingkat pendidikan,

pengalaman petani, luas lahan, curahan tenaga kerja jumlah tanggungan antar dua daerah

penelitian.

5.2. Saran

5.2.1. Terus tingkatkan kualitas karet untuk kemajuan perekonomian kita.

5.2.2. Lakukan sebaik mungkin dalam berkebun karet.

5.2.3. Gunakan pupuk yang baik dan teratur.

5.2.4. Iakuti aturan jarak dalam penanaman karet yang baik dan bemar.

29

Page 30: lambosetungkung.weebly.comlambosetungkung.weebly.com/.../4/4124636/karya_ilmiah_4.docx · Web viewKayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

Daftar pustaka

Amy Palupy, K. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai PenelitianSembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat PenelitianPerkebunan Getas. Dalam Prosiding Konferensi Nasional Karet. 1990. Palembang.Indonesia.Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. BalaiPenelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.Gozali, D.A. dan Boerhendhy, I. 2006. Pembangunan Batang Bawah. Pusat Penelitian

30