Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Perkebunan Kelapa
Sawit Memicu Pertumbuhan Ekonomi adalah karena Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang menghasilkan minyak nabati yang
dapat dimakan (edible oil). Selain dari kelapa sawit, minyak nabati juga dapat diperoleh dari
tanaman kelapa, kacang kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan lainnya. Dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang
produktifitas menghasilkan minyak tertinggi,dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan
sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit (2000/3000 kg
TBS/ha)Buah kelapa sawit seberat 45 kg/tandan
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,
kosmetik, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut
oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi dalam bidang kosmetik
Kelapa sawit saat ini telah menjadi pionir dalam dunia pertanian di Indonesia, hal itu
dikarenakan telah terjadinya peningkatan harga TBS yang luar biasa, yaitu mencapai
Rp.1.550/kg TBS. Meskipun kenaikan harga TBS juga turut diikuti oleh kenaikan harga input
produksi seperti pupuk, tenaga kerja, pestisida dan alsintan, tetapi secara total peningkatan
harga TBS tetap memberikan tambahan pendapatan yang sangat menguntungkan para
pekebun.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit?
1.2.2. Bagaimana cara Pembiakan Secara Kultur Jaringan?
1.2.3. Bagaimana cara Pembiakan Secara Pembibitan?
1.2.4. Bagaimana cara Teknik Poduksi Biofuel Kelapa Sawit?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
1
Page 2
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap bidang study Bahasa
Indonesia
1.5. Sistematika Penyajian
Sistematika Penyajian pada karya ilmiah ini lima bab.
Bab pertama pendahuluan,bab kedua Rumusan masalah,bab ketiga metode penelitian,bab
keempat pembahasan,bab kelima penutup.
Di dalam bab pertama pendahuluan terdiri atas lima subbab,di antaranya yaitu latar
belakang,rumusan masalah,ruang lingkup masalah,maksud dan tujuan,sistematika penyajian.
Bab 2 sesuai landasan teori
Bab 3 yaitu metode penelitian.Di dalam bab3 terdapat empat hal yaitu sumber data,cara
memperoleh data,instrumen penelitian dananalisis data.
Bab 4 dalah pembahasan.Di dalam pembahasan terdapat...
Bab 5 yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
Page 3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
2.2. Pemerian botani
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar
dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah
melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat
dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
3
Page 4
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
2.3. Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan
produksi buah sawit.
2.4. Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki
keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E.
oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua
species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya
genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang,
sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan
kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
4
Page 5
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
2.5. Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh
dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng
dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi
bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan
teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke
bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi
jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang
bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan
abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
5
Page 6
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan
perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K.
Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai
tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara
yang berasal dari Afrika.
Catatan kaki:
^http://74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/
kelapa_sawit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client=firefox-a
^ http://elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU1705
6
Page 7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber data
Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan
dan cara tinjaua kepustakaan menurut buku………………………………tinjauan
kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya
dari data buku jurnal masalah dan lain-lain.
Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti
namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.
3.2 Cara memperoleh data
a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan.
b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian
pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data
c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.
d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara
kronologis)
3.3 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa
pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal
yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang
berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam
catatan khusus.
3.4 Analisis data
` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis
dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis
yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.
7
Page 8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa SawitA. Nama lain dari tanaman kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil
minyak nabati yang sangat penting. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori
oleh Adrien Hallet, berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam
kelapa sawit di Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan
oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah
Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de
Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
B. Gambaran Umum Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.
Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam
bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit
terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke
dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar
sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi
menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa
mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di
pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang
melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman
8
Page 9
tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga
batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan
keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke
ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi
oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga
penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging
buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji
(endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji
(endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan
menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya
akan menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar
adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan
seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa
sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai organisme yang
mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah
menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi
merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan
(buah leles).
e. Biji
9
Page 10
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura
afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg
terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika
rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif).
Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar
50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya
lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
Jenis Kelapa Sawit.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-
17%.
2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen
minyak 21-23%.
3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya
kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu
gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
C. Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : PalmalesFamili : PalmaeSub – Famili : CocoidaeSpesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapasawit Amerika Latin)
Varietas/Tipe : Digolongkan berdasarkan :
1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga
varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.
10
Page 11
2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan
Albescens
D. Syarat Tumbuh
Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu
dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar
mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan
faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor – faktor lainnya seperti
sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis
lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun,
tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak
lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya
berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada
pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit.
Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan
kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran
transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi.
Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni
berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan
juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air
bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga
dan buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi.
Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya
relatif cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur,
yang musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali
menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.
11
Page 12
Keadaan curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang
baik bagi pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya
jumlah curah hujan minimum yang
2. Suhu dan Tinggi Tempat
3. Kelembapan dan Penyinaran Matahari
Sifat Kimia Tanah
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi
dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya
bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5.
E. Teknologi perbanyakan Tanaman
Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit
adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.
4.2. Pembiakan Secara Kultur Jaringan
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh
dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture).
Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya
memiliki keragaman dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan
terhadap hama – penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan
ini disebut dengan klon kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan
yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat
– sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak
baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan di antaranya
adalah sebagai berikut :
Pembiakan suatu varietas unggul melalui sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat,
tidak terlalu tergantung pada musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi bibit
yang terkendali.
12
Page 13
Pengendalian sistem produk (bibit klon) secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang
dihasilkan seragam.
Penyimpanan plasma nutfah untuk tujuan produksi dan bank gen dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.
Perbanyakan pohon yang toleran terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat
dilakukan secara mudah, misalnya penyakit crown disease, genetic orange spotting, dsb.
Program pemuliaan dapat dipersingkat karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan
langsung dapat diperbanyak secara vegetatif.
Proses atau langkah – langkah pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan
secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Bahan Kultur jaringan
Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan
pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. Kriteria pemilihan
pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet adalah sebagai
berikut :
1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan pohon yang
dipilih memiliki potensi produksi 9 – 11 ton minyak/hektar/tahun.
2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).
4). Peninggian pohon berkisar antara 40 – 55 cm per tahun.
b. Media
Media untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen yang tersusun
dari senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan.
Media tumbuh ini terdiri atas unsur – unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral, dan
hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi perkembangan
jaringan.
c. Metode
Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur
jaringan dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD –
CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah metode
CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai berikut.
13
Page 14
1. Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau
ke – 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari
satu pohon induk dapat diperoleh sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.
2. Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda - beda, tergantung
pada klon yang digunakan.
3. Pembiakan Embrio
Embrio muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan sekaligus perbanyakannnya.
Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000
gross lux suhu 270C dan kelembaban udara 50% - 60%. Pematangan embrio
membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon
berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio yang sudah
matang (mature) dapat ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat sebagai stock atau koleksi
dalam tabung penyimpanan dengan teknik krioperservasi.
4. Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media baru,
dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux, suhu
300C, dan kelembaban 50 - 60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 - 4 bulan.
5. Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar. Pupus yang
mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan dimasukkan ke dalam
media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil dipelihara kembali dalam media
penumbuhan pupus
4.3. Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan
pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan,
planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari
kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
14
Page 15
F. Persemaian dan Pembibitan
Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh
lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan
sebagai berikut.
a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b. Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari
tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
c. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci
biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari.
Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit,
lalu keringanginkan.
d. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di
dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari.
Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.
e. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan
dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama
1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih
berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.
G. Persiapan Lahan
Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan
ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk
tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.
1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar
atau areal yang ditumbuhi lalang.
2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman
perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.
3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa
sawit.
15
Page 16
Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan
berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit
yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap.
Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok
buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.
Pembukaan Lahan Secara Mekanis
Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang
ditumbuhi oleh pohon – pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari
beberapa pekerjaan sebagai berikut : Babad pendahuluan, yaitu membabad dan
memotong pohon –kecil atau semak – semak yang tumbuh dibawah pohon besar,
Menumbang, memotong pohon – pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan
menggunakan gergaji mesin atau kapak, Merencek, memotong – motong cabang – cabang
dan ranting – ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan,
Merumpuk yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya
memanjang arah utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan
Membakar yaitu membakar rumpukan agar area bersih dari bahan – bahan yang tidak
diperlukan.
H. Penanaman dan Penyulaman
Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan
tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman tanaman penutup
tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit.
1. Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang
sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau
memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa
sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus
dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta
memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian,
tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang
tidak berbeda.
Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi
dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-
16
Page 17
Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi
(kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga
menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S)
8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran,
pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah
yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga terjadi perbaikan
tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik
ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada
saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak dianjurkan.
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x
60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat
menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang.
Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir
ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam
menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman
harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang
melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras individual
maupun teras kolektif.
3. Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan
utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan
lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
4. Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan
kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops,
LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena
belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman
kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat – sifat fisika, kimia dan
biologi tanah, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan
menekan tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup tanah
sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai dilaksanakan.
17
Page 18
Jenis – jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di
perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium
mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens,
Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis.
I. Penyiangan (pengendalian gulma)
Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara
tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat
piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan
dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu
(menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor
dan lembab. Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk
mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan
pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu.
Secara garis besar jenis – jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa
sawit dapat digolongkan menjadi :
1. Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman
pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata
dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus),
serta beberapa tumbuhan berkayu diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium
odoratum syn. Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabtrichum),
dan tembelekan (Lantana camara)
2. Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa
sawit dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah, kendati
demikian pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk gulma lunak
misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum
conjugatum), pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai
berikut :
1. Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya
dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya.
18
Page 19
2. Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.
3. Pengendalian Secara kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan.
J. Pemupukan
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan
daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur
hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada
tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan
tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan
dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.
Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.
Jenis Pupuk Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
Umur Tanaman 5 – 5 6 – 12 >12
Sulphate of Amonia (ZA) 1,0 – 2,0 2,0 – 3,0 1,5 – 3,0
Rock Phosphate (RP) 0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,0
Muriate of Potash (KCl) 0,4 – 1,0 1,5 – 3,0 1,5 – 2,0
Kieserite (MgSO4) 0,5 – 1,0 1,0 – 2,0 0,5 – 1,5
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk
B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B adalah 0,05 –
0,1 Kg per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat
terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada
Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir
luar piringan.
Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m
dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok
19
Page 20
Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian
pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret – April dan
pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September –
Oktober.
K. Pemangkasan
Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun – daun tua
atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda sebaiknya
tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun
pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan
pemangkasan adalah sebagai berikut :
Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses
penyerbukan secara alami
Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit
pada pelepah daun.
Membantu dan memudahkan pada waktu panen
Mengurangi perkembangan epifir
Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan
respirasi.
-
L. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman
sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit dapat merusak bibit,
tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah
menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar pada
bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Oleh
karena itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan
benar.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, atau
biologis sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang
tergolong jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar
jenis mamalia terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya
berupa hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder.
20
Page 21
a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama
perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
a.1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus
cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar
tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah
pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung
dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan
bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang
baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah
titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang
masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya
pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi
kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara
sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva hama
terbakar dan mati
mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman
penutup tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada
saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun
Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang
kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)
b. Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman
sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang
memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
21
Page 22
Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara
kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh
alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae,
serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae
c. Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda,
meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat
dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada
setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang
dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami
seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara
kimia.
d. Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang
menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah
satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa
sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara
hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian
secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
a. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian
yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas,
tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki
bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.
b. Basal Steam Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama
secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas
22
Page 23
terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang
belum ada.
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah.
Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.
M. Panen dan Pengolahan Hasil Panen
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3
tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan
berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak
pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan
jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong
tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan
buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen,
cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
1. Kriteria matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar
memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA)
minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah
brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih
10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah
segar (TBS) terdapat dua brondolan.
2. Cara panen
23
Page 24
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara
panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen
dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk
tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong
terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
3. Persiapan Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat
pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil harus
diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.
4.4. Teknik Poduksi Biofuel Kelapa Sawit
A. Komposisi dan Sifat Fisiko Kimia Minyak Kasar (Crude Oil)
Minyak-lemak kasar adalah minyak-lemak yang diperoleh dari pemerahan atau
pengempaan biji atau bagian lain dari sumber minyak (oil source) tanpa mengalami
pengolahan lanjut apapun kecuali penyaringan dan pengeringan (untuk menurunkan kadar
air). Komposisi asam-asam lemak minyak nabati berbeda-beda tergantung dari jenis
tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah
trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8–C24). Gambar 26 dan
Gambar 27 di bawah ini menunjukkan contoh-contoh berbagai jenis asam-asam lemak dan
struktur molekulnya. Sifat fisiko kimia dari beberapa minyak-lemak nabati disajikan pada
Tabel 26.
Tabel 26. Sifat-sifat beberapa minyak-lemak nabati
Minyak
Massa
jenis,
kg/liter
Viskositas
kinematika
(38 0C), cSt
DHc,
MJ/kg
Angka
setana
Titik
awan/
kabut, oC.
Titik tuang, oC.
Jarak kaliki 0,9537 297 37,27 ? Tak ada -31,7
Jagung 0,9095 34,9 39,50 37,6 -1,1 -40,0
24
Page 25
Kapas 0,9148 33,5 39,47 41,8 +1,7 -15,0
Crambe 0,9044 53,6 40,48 44,6 10,0 -12,2
Biji rami 0,9236 27,2 39,31 34,6 +1,7 -15,0
Kacang tanah 0,9026 39,6 39,78 41,8 12,8 -6,7
Kanola 0,9115 37,0 39,71 37,6 -3,9 -31,7
Kasumba 0,9144 31,3 39,52 41,3 18,3 -6,7
Kasumba
OT*)0,9021 41,2 39,52 49,1 -12,2 -20,6
Wijen 0,9133 35,5 39,35 40,2 -3,9 -9,4
Kedelai 0,9138 32,6 39,62 37,9 -3,9 -12,2
Bunga
matahari0,9161 33,9 39,58 37,1 7,2 -15,0
Diesel No. 2 0,8400 2,7 45,34 47,0 -15,0 -33,0
Sumber : Goering, C.E., A.W. Schwab, M.J. Daugherty, E.H. Pryde, dan A.J.
Heakin, “Fuel Properties of Eleven Vegetable Oils”, Trans. ASAE 25, 1472 –
1477 (1982). *) OT = (berkadar) Oleat Tinggi
Minyak Massa jenis
(20 oC),
kg/liter
Viskositas
kinematika
(20 0C), cSt
DHc,
MJ/kg
Angka
setana
Titik
awan/
kabut, oC.
Titik
tuang, oC.
Kelapa 0,915 30 37,10 40 – 42 28 23 – 26
Sawit 0,915 60 36,90 38 – 40 31 23 – 40
Kapas 0,921 73 36,80 35 – 50 -1 2
Jarak pagar 0,920 77 38,00 23 – 41 2 -3
Kacang tanah 0,914 85 39,30 30 – 41 9 -3
25
Tabel 26. Sifat-sifat beberapa minyak-lemak nabati (lanjutan)
Page 26
Kanola 0,916 78 37,40 30 – 36 -11 -2
Kedelai 0,920 61 37,30 30 – 38 -4 -20
Bunga matahari 0,925 58 37,75 29 – 37 -5 -16
Diesel 0,830 6 43,80 50 -9 -16
Ester Metil
Kanola0,880 7 37,70 49 -4 -12
Sumber : Vaitilingom, G. dan A. Liennard, “Various Vegetable Oils as Fuel for
Diesel and Burners: J. curcas Particularities”, hal. 98 – 109 dalam G.M. Gübitz,
M. Mittelbach dan M. Trabi (ed), “Biofuels and Industrial Products from
Jatropha curcas”, Dbv-Verlag für die Technische Universität Graz, Graz,
Austria, 1997.
Minyak Sawit Kasar -Crude Palm Oil
Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit melalui
proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan pengepresan. CPO ini
diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah mengalami beberapa proses,
yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Minyak ini merupakan produk level pertama
yang dapat memberikan nilai tambah sekitar 30% dari nilai tandan buah segar.
CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri minyak goreng, industri sabun, dan
industri margarin. Dilihat dari proporsinya, industri yang selama ini menyerap CPO paling
besar adalah industri minyak goreng (79%), kemudian industri oleokimia (14%), industri
sabun (4%), dan sisanya industri margarin (3%). Pemisahan CPO dan PKO dapat
menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri atas asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan
proses produksi minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm
Fatty Acid Distillate (PFAD), dan 0.5% buangan. Komponen asam lemak yang terdapat
dalam CPO disajikan pada Tabel 27 sedangkan sifat fisiko kimianya dapat dilihat pada Tabel
28.
Tabel 27. Komposisi asam lemak dari CPO
Asam Lemak Rantai C Komposisi (% b/b)Asam Laurat 12:0 0,2Asam Miristat 14:0 1,1
26
Page 27
Asam Palmitat 16:0 44,0Asam Stearat 18:0 4,5Asam Oleat 18:1 39,2Asam Linoleat 18:2 10,1
Sumber: Hui (1996
Tabel 28. Sifat fisiko kimia CPO
Sifat Fisiko Kimia Nilai
Trigliserida 95 % Asam lemak bebas (FFA) 2 – 5 % Warna (5 ¼ ” Lovibond Cell) Merah orange Kelembaban & Impurities 0.15 – 3.0 % Bilangan Peroksida 1 -5.0 (meq/kg) Bilangan Anisidin 2 – 6 (meq/kg) Kadar β-carotene 500-700 ppm Kadar fosfor 10-20 ppm Kadar besi (Fe) 4-10 ppm Kadar Tokoferols 600-1000 ppm Digliserida 2-6 % Bilangan Asam 6,9 mg KOH/g minyak Bilangan Penyabunan 224-249 mg KOH/g minyakBilangan iod (wijs) 44-54Titik leleh 21-24ºCIndeks refraksi (40ºC) 36,0-37,5
Palm Kernel Oil (PKO)
Palm Kernel Oil (PKO) diperoleh dari bagian kernel buah kelapa sawit (Gambar 28) dengan
cara ekstraksi pelarut atau dengan cara pengepresan. Komponen asam lemak terbesar
penyusun PKO adalah asam laurat (Tabel 29). Hal ini menjadikan PKO memiliki
karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa. Sifat fisiko kimia PKO disajikan pada Tabel
30.
Tabel 29. Komposisi asam lemak dari PKO
Asam Lemak Rantai C Komposisi (% b/b)
Asam Laurat 12:0 47-53
Asam Miristat 14:0 15-19
Asam Palmitat 16:0 8-11
Asam Stearat 18:0 1-3
Asam Oleat 18:1 12-19
27
Page 28
Asam Linoleat 18:2 2-4
Sumber: Hui (1996)
Tabel 30. Sifat fisiko kimia PKO
Sifat Fisiko Kimia Nilai
Kadar Asam lemak bebas (FFA) 25 % (m/m)
Bilangan Asam 225 mg KOH/g minyak
Bilangan Penyabunan 256 mg KOH/g minyak
Bilangan iod (wijs) 14 - 23
Titik leleh 48ºC
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
28
Page 29
1. Kelapa sawit merupakan komoditi strategis nasional karena memiliki rantai pemanfaatan
yang panjang sehingga banyak sekali manfaat yang dapat diambil antara lain menggantikan
peran minyak bumi yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-
renewable resources) sebagai bahan bakar dan menghasilkan berbagai produk turunan yang
dapat dimanfaatkan yang mengakibatkan meningkatnya industri pengolahan produk turunan
dari kelapa sawit. Banyaknya industri tersebut akan mengakibatkan banyak penyerapan
tenaga kerja dan menghasilkan peningkatan devisa bagi negara sehingga perekonomian di
Indonesia meningkat
2. Solusi dari masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan oleh
perkebunan kelapa sawit yaitu dengan penerapan agroforestri. Pada perkebunan kelapa sawit
di lahan gambut menggunakan tanaman kehutanan jenis Jelutung (Dyrea costulata Hook f)
3. Dampak ekologi yang diperoleh dari penerapan agroforestri Sawit-Jelutung yaitu
perbaikan fungsi lahan dalam konservasi tanah dan air. Dampak secara ekonomi yaitu
tambahan pendapatan perkebunan selain dari hasil kelapa sawit, seperti hasil penyadapan
getah jelutung dan kayu jelutung pada umur 10 tahun. Dampak sosial yang diperoleh yaitu
dapat meningkatkan penyerapan kerja sehingga juga memperbaiki perekonomian masyarakat
sekitar dan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaannya, penerapan agroforestri di lahan perkebunan memerlukan kerjasama
dari beberapa pihak antara lain perusahaan, Departemen Kehutanan, Dinas Kehutanana dan
Perkebunan Daerah, dan masyarakat.
Daftar pustaka
[Anonim]. 2008. Pohon jelutung (dyera spp.) tanaman dwiguna konservasionis
dan menghidupi. http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/1752 [30
Maret 2008]
29
Page 30
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
[Bank Mandiri] PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2008. Pandangan terhadap
industri sawit. Makalah seminar Oktober 2008.
Barlowe R. 1978. Land Resources Economic, The Economics o Real Estate. 3rd
edition. New Jersey: Michigan State University.
Candra A. 2003. Identifikasi dan pemetaan lahan krisis di DAS Ciliwung Hulu
menggunakan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutan, Institut Pertanian Bogor.
[Ditjen Bangda] Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah. 2009. Potensi
Ekonomi Daerah Volume I: Nasional. Informasi Tahap I Aplikasi Model
Pemetaan. Jakarta: Direktorat Pengembangan Ekonomi Daerah, Direktorat
Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri.
30